You are on page 1of 8

Khotbah Idulfitri 1445 H.

“Semoga Ini Bukan Ramadan Terakhir Kita”

Oleh : Muhammad Hanafi, SS., M.sy

Khutbah Pertama
‫الّسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫ و ال إله إال هللا هللا أكبر‬,‫× سبحان هللا والحمد هلل‬٩ ‫هللا أكبر هللا‬
‫َاْلَح ْم ُد ِهّلِل َر ِّب اْلَع اَلِمْي َن َن ْح َم ُد ُه َو َن ْس َت ِعْي ُنُه َو َن ْس َتْغ ِفُر ُه َو َن ُتْو ُب ِإَلْيِه َو َن ُعْو ُذ ِباِهلل ِمْن ُشُرْو ِر َأْنُفِس َن ا َو ِمْن َس ِّي َئ اِت‬
‫ َاْش َه ُد َاْن َال ِالَه ِاَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْي َك َلُه َو َاْش َه ُد‬.‫َأْع َم اِلَن ا َم ْن َيْهِد ُهللا َفَال ُمِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل َفَال َه اِدَي َلُه‬
‫ الّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َب اِر ْك َع لَى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َو َع َلى َءاِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َم ْن َت ِبَع ُهْم‬،‫َاَّن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬
‫ ُاْو ِص ْي ُك ْم َو َن ْف ِس ي ِبَت ْق َو ِهللا َو َط اَعِتِه َلَع َّلُك ْم ُتْف ِلُحْو َن‬: ‫ َفَياِع َب اَد ِهللا‬: ‫ َاَّما َب ْع ُد‬. ‫ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َي ْو ِم الِّد ْي ِن‬
‫) قال‬153 : ‫ َي ا َأُّي َه ا اَّلِذيَن آَم ُنوْا اْس َت ِعيُنوْا ِبالَّصْب ِر َو الَّص َالِة ِإَّن َهّللا َمَع الَّصاِبِر يَن (البقرة‬: ‫َق اَل ُهللا َت َع اَلى‬
‫ ِإْن َأَص اَب ْت ُه‬:‫ اَل َي ْق ِض ى ُهللا َلُه َقَض اًء ِإاَّل َك اَن َخ ْيًر ا َلُه‬، ‫ َعَج ًبا ِلْلُمْؤ ِم ِن‬:‫رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬
‫ َو ِإْن َأَص اَب ْت ُه َض َّر اُء َفَص َبَر َك اَن َخ ْيًر ا َلُه‬،‫َس َّر اُء َفَشَك َر َك اَن َخ ْيًر ا َلُه‬
‫ُهَّللا َأْك َب ُر ُهَّللا َأْك َب ُر ُهَّللا َأْك َب ُر َو هَّلِل اْلَح ْم ُد‬

Kaum Muslimin wal Muslimat Yang Berbahagia.


Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kenikmatan beribadah kepada kita semua, khususnya pada
bulan Ramadhan 1445.Alhamdulillah Pagi ini kita sama-sam bisa
menunaikan Ibadah shalat ‘Id. dalam suasan hati senang gembira dalam
balutan iman dan taqwa sehingga kita selalu bahagia didunia dan
akhirat dan mengangkat derajat kita menjadi amat mulia di hadapan
Allah SWT.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah keharibaan Nabi kita
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para penerusnya
hingga hari akhir nanti.
‫ُهَّللا َأْك َب ُر ُهَّللا َأْك َب ُر ُهَّللا َأْك َب ُر َو هَّلِل اْلَح ْم ُد‬

Saudaraku Kaum Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.


Melalaui Khutbah ini Khotib berwasiat: marilah kita jaga dan tingkatkan
terus ketataqwaan kita kepada Allah dengan penuh keta’atan kepada-
Nya yang menjadi tujuan dan hadiah dari bagi orang-orang yang
berpuasa dibulan suci Ramadhan yang telah berlalu sehingga saat ini
kita semua meraih kemenangan dihari raya idul fitri yang penuh berkah
dan kebahgian ini.
Kaum Muslimin Muslimat Rahimakumullah.

Ramadan telah berlalu dan kita masih duduk termangu sedih dan
berduka merasa ditimpa musibah bersar dengan berakhirnya bulan suci
Ramadhan bagaimana tidak langit bumi serta isisnya dan para malaikat
sajak menagis dan bersedih atas musibah karena Ramadhan akan
segera berakhir dan meninggalkan kita semua sebagaimana disebutkan
Dalam sebuah hadis nabi bersabda:

“Ketika tiba akhir malam Ramadlan, langit, bumi dan malaikat menangis
karena adanya musibah yang menimpa umat nabi Muhammad SAW.
(Sahabat) bertanya, “Musibah apakah wahai Rasulullah?” Nabi
menjawab, “Berpisah dengan bulan Ramadlan, sebab pada bulan ini
do’a dikabulkan dan shadaqah diterima. Kebaikan dilipatgandakan dan
siksa dihentikan”

Para sahabat dan orang-orang yang shalih sungguh merasa sedih dan
menangis bila ditinggalkan bulan ramadhan, hal ini disebabkan karna
Kesadaran mereka bahwa dengan perginya bulan ramadhan, pergi pula
berbagai keutamaan yang ada di dalamnya..

Sempurnakah ibadah yang telah kita lakukan sebulan yang lalu?

Semua kita berharap dan berdoa agar Ramadan tahun ini lebih baik dan
lebih sempurna dari Ramadan sebelumnya

Bukankah kita telah berniat agar Ramadan tahun ini tumbuh kembali
spirit iman,tulus ikhlas hati penuh dengan rasa cinta kita kepada Alloh
SWT?

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd

Ramadan adalah persembahan seorang hamba kepada Sang Khaliq.


Ketika Sang Khaliq, dalam sebuah Hadits Qudsi, telah berseru: “Puasa
itu untuk-Ku dan aku sediri yang tau balasannya”, maka setiap hamba
bergetar hati dan jiwa raganya saat memasuki Ramadan. Getaran jiwa
penuh ketulusan dan keimanan yang terus dijaga dan dipelihara selama
bulan suci.

Ke manakah getaran itu kini ketika Ramadan telah berakhir?

Semua berharap jiwa kita yang penuh kegelapan tercerahkan oleh


munculnya getaran iman dan ketusana sejak hilal di awal Ramadan
samapi akhir bulan suci ramadhan.cahaya untuk menyucikan diri. Maka,
hari demi hari di bulan Ramadan, cahaya ketulusan dan keimanan
perlahan semakin terang benderang hingga puncak purnama di
pertengahan Ramadan.

Namun ada sebagian ummat yang beriman, perlahan cahaya ketulusan


dan keimanan mulai meredup di pertengahan kedua, seiring fokus
ibadahnya mulai berubah: kita mulai memikirkan baju baru untuk anak-
istri; kita mulai menghitung hari kapan Tunjangan Hari Raya (THR) akan
dibayarkan; dan kita mulai berkemas untuk mudik ke kampung halaman.
telah mulai menomorduakan Ramadan.Cahaya ketulusan dan keimanan
semakin meredup, ketika pada sepuluh hari terakhir Ramadan, disaat
Alloh SWT menyediakan lailatul qadar untuk para kekasih-Nya, dan kita
menjalani sepuluh hari terakhir, tak lagi peduli malam ganjil atau genap,
dalam antrean panjang loket kasir di Moll,toko,bazar, terminal dan
airport. Kita telusuri tiga-empat malam terakhir Ramadan semakin
khusyuk berada di tengah hiruk pukuk keramaian ditempat
belanja,kemacetan jalur mudik.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd

Mengapa kita harus bergembira Ramadan berlalu, padahal Nabi


Muhammad selalu bersedih saat Ramadan berakhir?

Apakah kita bergembira karena selesai sudah segala lapar haus dan
susah payah kita berpuasa sebulan penuh?

Atau apakah kita bergembira Ramadan berakhir karena kita bisa


kembali menjadi manusia “normal” yang kembali menerjang apa yang
Allah haramkan, dan berebut mencari serpihan tersisa dari apa yang
Allah halalkan?
Bukan demikian akan tetapi kita harus bergembira karena telah sukses
meraih kemenang besar telah melalui perang yang sangat besar dan
dahsyat perang yang lebih besar dan lebih dahsyat dari peperangan
yang pernah dilakukan oleh Rasululloh SAW karena perang melawan
musuh terbesar umat manusia, yakni hawa nafsu sebagai musuh yang
tidak pernah berdamai.
Suatau ketika saat Rasulullah SAW baru selesai terjadi perang badar
Nabi SAW bersabda : Kita telah kembali dari jihad kecil menuju jihad
besar. Lalu sahabat bertanya apa itu jihat yang besar ya Rasululluh?
Lalu Rasululloh SAW menjawab Jihad yang paling besar adalah jihad
melawan nafsu diri sendiri.
Di dalam kitab Madzahib fît Tarbiyah diterangkan bahwa di dalam diri
setiap manusia terdapat nafsu/naluri sejak ia dilahirkan. Yakni naluri
marah, naluri pengetahuan dan naluri syahwat. Dari ketiga naluri ini,
yang paling sulit untuk dikendalikan dan dibersihkan adalah naluri
Syahwat hawa nafsu.

Makna Jihad yang dimaksud di sini, bukan jihad dalam pengertiannya


yang sempit; yakni berperang di jalan Allah akan tetapi jihad dalam
pengertiannya yang utuh, yaitu:
‫َب ْذ ُل َم ا ِع ْن َد ُه َو َم ا ِفْي ُو ْس ِعِه ِلَن ْي ِل َم ا ِع ْن َد َر ِّبِه ِمْن َج ِز ْي ِل َث َو اٍب َو الَّن َج اِة ِمْن َاِلْي ِم ِع َقاِبِه‬
“Mengecilkan arti segala sesuatu yang dimilikinya demi mendapatkan
keridhaan-Nya, mendapatkan pahala serta keselamatan dari Siksa-
Nya .”
Pengertian jihad ini lebih komprehensif, karena yang dituju adalah
mengorbankan segala yang kita miliki, baik tenaga, harta benda, atapun
jiwa kita untuk mencapai keridhaan dari Allah; terutama jihad melawan
nafsu diri kita sendiri yang disebut sebagai Jihadul Akbar, jihad yang
paling besar.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd

Ya Alloh yaTuhan kami, semoga ini bukan Ramadan terakhirku

Ketika kulihat senyum indah di wajah sanak saudara yang telah lama tak
bersua. Kutengokkan ke kanan dan ke kiri, semua menyambut hari
kemenangan. Semua memakai pakaian baru tanda mereka kembali ke
fitrah mereka.
Ya AllOh,Ya Rabbana, tak layakkah kami bergembira dengan
berakhirnya Ramadan?

Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan:

‫ ثم يدعون هللا ستة أشهر‬،‫كانوا يدعون هللا ستة أشهر أن يبلغهم شهر رمضان‬

‫أن يتقبله منهم‬

“Para ulama berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka
disampaikan kepada bulan Ramadan, kemudian mereka berdoa lagi
selama enam bulan agar Allah mau menerima amalan ibadah mereka
tersebut (selama di bulan Ramadan).“

Boleh jadi mereka yang bergembira di bulan Ramadan penuh harap


agar amalan ibadah diterima Allah. Bukankah dalam Hadits Qudsi yang
lain, Allah juga telah mendeklarasikan “Aku ini sebagaimana
persangkaan hamba-Ku saja”. Bergembira di Hari Lebaran adalah tanda
kita optimistis dan berbaik sangka bahwa Allah akan menerima ibadah
kita.

Oleh karnanya Tak ada yang salah jika kita bergembira saat Ramadan
berakhir, bukan?

Tapi tak ada salahnya pula untuk merasa cemas: jangan-jangan ini
Ramadan terakhir bagi kita, orang tua, pasangan, anak, dan saudara.
Masihkah kita bertemu kembali dengan Ramadan tahun depan?

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd

Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibn Mas’ud RA:


“Sekiranya umatku mengetahui kebajikan-kebajikan yang dikandung
bulan Ramadan, niscaya umatku mengharapkan Ramadan terus ada
‘sepanjang tahun’.” (HR. Abu Ya’la, ath-Thabrani, dan ad-Dailami).

Luar biasa, begitu banyak Rasulullah membawa berita tenatng


keutamaan Ramadan. Bukankah para penceramah selama Ramadan
tak henti-hentinya mengingatkan kita orang-orang berpuasa di bulan
suci ini untuk menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah. Inilah
Ramadan, bulan yang Allah bukakan pintu-pintu surga, Dia tutup pintu-
pintu neraka, dan Dia belenggu setan.

Bukankah para Tuan guru para ustaz dan ustazah telah mengutip
sejumlah riwayat bahwa inilah bulan yang awalnya adalah rahmat,
pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka.
Bahkan ada pula yang mengingatkan kita bahwa inilah bulan ketika bau
mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada minyak
kesturi. Bahkan begitu dahsyatnya bulan suci ini ketika Allah setiap
malamnya membebaskan ratusan ribu orang yang seharusnya masuk
neraka.

Pendek kata, Ramadan telah Allah jadikan sebagai penghubung antara


orang-orang berdosa yang bertaubat dengan Allah Taala.

Tapi benarkah dalam hati dan fikiran kita berkata bahwa setelah kita
tahu keutamaan Ramadan, kita menginginkan setiap hari menjadi
Ramadan, setiap bulan menjadi Ramadan. Benarkah kita ingin
Ramadan sepanjang tahun? Mari jujur pada diri kita. Mudahan kita
masih tetap memiliki iman dan ketulusan dan sukses meraih keutamaan
dan kemuliyaan Ramadhanb sehingga kita ingin Ramadan sepanjang
tahun

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd

Allah SWT telah berfirman dalam surat Al’Araf 179 : “Dan sesungguhnya
Kami jadikan (isi neraka jahanam) untuk kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah), mereka itu sebagai binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.”

Selepas Ramadan, bagaimana dengan hati, mata, dan telinga kita?


Apakah semuanya kembali menjadi lepas-bebas seperti yang Allah
sindir dalam ayat di atas? Ramadan berlalu, apakah kita kembali
menjadi binatang ternak yang tersesat? Semua nafsu hewani yang telah
kita ikat dan belenggu di bulan suci Ramadan, apakah akan kita lepas
kembali? Jika iya, untuk apa kegembiraan di Hari Raya ini? Tidakkah
sepatutnya kita bersedih?
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd

Dosa kita kepada Allah semoga diampuni dalam bulan Ramadan, tetapi
dosa kita kepada sesama manusia belum Allah hapuskan selama kita
belum saling memaafkan. Inilah gambaran kaitan antara hablum
minallah dan hablum minan nas.

Maka selepas salat, kita mari kita ulurkan tangan untuk bersalaman
karena itu dapat menggugurkan dosa. Begitu pula sehabis sebulan
berpuasa, kita bermaaf-maafan dalam rangka menjaga hablum
minallah dan hablum minan nas.

Selanjutnya, yang menjadi ciri seseorang menjadi insan muttaqin, insan


pasca Ramadhan, yang menjadi harapan setiap orang adalah Seorang
yang dalam hari raya ini mampu menahan diri dari hawa nafsu dan
memberi ma`af dan berbuat baik pada sesama manusia sebagaimana
firman Allah:

‫َو اْلَك اِظ ِميَن اْلَغ ْي َظ َو اْل َع اِفيَن َع ِن الَّن اِس َو ُهّللا ُيِحُّب اْلُمْح ِس ِنيَن‬
“…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
” (QS Ali Imran: 134)
Memaafkan itu bukan soal kita menyerah dan mengalah. Memaafkan
juga bukan soal kita mengaku salah. Memaafkan lebih dari itu: kita
berakhlak seperti akhlak Allah yang gemar memaafkan. Memaafkan
bukan sekadar basa-basi: kita memaafkan atas nama Allah di akhir
Ramadan agar kelak di akhirat tidak ada saling menuntut di antara kita.

Bagaimana dengan mereka yang begitu keji telah menzalimi kita atau
telah merampas hak kita atau telah memfitnah kita secara keji? Tugas
kita adalah memaafkan perbuatan mereka. Perkara Allah punya
perhitungan sendiri terhadap efek dari perbuatan mereka, yakinlah
semua ada hisabnya masing-masing. Maafkan dan serahkan kepada
Allah.

Mungkin ini Ramadan terakhir kita. Mungkin ini Lebaran terakhir kita.
Mungkin pula ini permintaan maaf terakhir kita.

Semoga kita masih diperkenankan Allah untuk bertemu dengan bulan


ramadhan tahun depan.
‫‪Aaamiin ya Robbal’lamin.‬‬

‫َب اَر َك ُهللا ِلي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر َأِن اْلَعِظ ْي ِم َو َنَفَع ِنْي َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِمَن اآْل َيِة َو الِّذ ْك ِر اْلَح ِكْي ِم َو َت َقَّبْل ِم ِّن ْي َو ِم ْنُك ْم‬
‫ِتاَل َو اَت ُه ِإَّن ُه ُه َو الَّسِمْيُع اْلَع ِلْي ُم‪َ ،‬أُقْو ُل َقْو ِلْي َه َذ ا َو اْس َتْغ ِفُر َهللا اْلَع ِظ ْي َم ِلْي َو َلُك ْم َو ِلَساِئِر اْلُمْس ِلِمْي َن َو اْلُمْس ِلَماِت‬
‫َو اْلُمْؤ ِم ِنْي َن َو اْلُمْؤ ِم َن اِت َف اْس َتْغ ِفُرْو ُه ِإَّن ُه ُه َو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِحْي ُم‪.‬﯁‬

‫‪Khutbah kedua‬‬

‫هللا اكبر ‪ ×۷‬هللا اكبر كبيرا والحمد هلل كثيرا‪ ،‬وسبحان هللا بكرة وأصيال‪ ،‬الاله اّالهللا وهللا اكبر‪ ،‬هللا اكبر‬
‫وهلل الحمد ‪َ .‬أْلَح ْم ُد ِهَّلِل اَّلِذْي َخ َلَق اِإْلْن َس اَن َو َص َّو َر ُه ِمَن اْلَع َد ِم ‪َ ،‬و َق َّد َر ِر ْز َق ُه َو َاَج َلُه َو َع َلْيِه ِبَك ْأِس اْلَم ُنْو ِن َقْد‬
‫َح َك ْم ‪َ ،‬اْش َه ُد َاْن اَل ِاَلَه ِااَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْي َك َلُه َش َه ادًة ُتْن ِج ْي َق اِئَلَه ا ِمَن اَاْلَلْم ‪َ ،‬و َاْش َه ُد َاَّن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬
‫َش َر َف ُهللا ِبِه اْلُمْر َس ِلْي َن َو ِبِه َخ َت ْم ‪ ،‬الَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َب اِر ْك َع َلى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َو َع َلى الِه َو َاْص َح اِبِه‪َ ،‬ص اَل ًة‬
‫َو َس اَل ًما َد اِئَم ْي ِن ُم َت اَل ِز َم ْي ِن ِاَلى َي ْو ِم الِّد ْي ِن {امابعد} َي اَاُّي َه ا اَّلِذْي َن َاَم ُنوا اَّتُقوا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َت ُمْو ُتَّن ِاَّال َو َاْنُتْم‬
‫ُمْس ِلُمْو َن ‪ ،‬قال هللا تعالى ‪َ :‬فَت َر ى اَّلِذيَن ِفي ُقُلوِبِه م َّم َر ٌض ُيَس اِر ُعوَن ِفيِه ْم َي ُقوُلوَن َن ْخ َش ى َأن ُتِص يَب َن ا َد آِئَر ٌة‬
‫َف َعَس ى ُهّللا َأن َي ْأِتَي ِباْل َفْت ِح َأْو َأْم ٍر ِّمْن ِع نِدِه َفُيْص ِبُحوْا َع َلى َم ا َأَس ُّر وْا ِفي َأْنُفِس ِه ْم َن اِدِميَن ِإَّن َهللا َو َم اَل ِئَكَت ُه‬
‫ُيَص ُّلْو َن َع َلى الَّن ِبِي َي َاُّي َه ااَّلِذْي َن َء اَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُمْو ا َت ْس ِلْيًما‪.‬الَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلم َو َب اِر ْك َع َلى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد‬
‫وءالِه َو َاْص َح اِبِه َاْج َم ِعْي َن آمين َي ا ُم ِج ْي َب الَس ـاِئِلْين َالَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُمْس ِلِمْي َن َو اْلُمْس ِلَماِت َو اْلُمْؤ ِم ِنْي َن َو اْلُمْؤ ِم َن اِت‬
‫‪ْ.‬اَألْح َي اِء ِم ْن ُهْم َو ْاَألْم َو اِت ِاَّن َك َس ِم ْيٌع َقِر ْيٌب ُم ِج ْيُب الَّدْع َو اِت‬
‫َالَّلُهَّم اْن ُصْر َن ا َف ِاَّن َك َخ ْيُر الَّن اِص ِر ْي َن َو اْف َت ْح َلَن ا َف ِاَّن َك َخ ْيُر اْل َفاِتِحْي َن َو اْغ ِفْر َلَن ا َف ِاَّن َك َخ ْيُر اْلَغ اِفِر ْي َن َو اْر َح ْم َن ا‬
‫َف ِاَّن َك َخ ْيُر الَّر اِحِمْي َن َو اْر ُزْق َن ا َف ِاَّن َك َخ ْيُر الَّر اِز ِقْي َن َو اْه ِد َن ا َو َن ِّج َن ا ِمَن اْل َقْو ِم الَّظ اِلِمْي َن َو اْل َك اِفِر ْي َن ‪َ .‬الَّلُهَّم َأْص ِلْح‬
‫َلَن ا ِدْي َن نَا اَّلِذى ُه َو ِع ْص َم ُة َأْم ِر َن ا َو َأْص ِلْح َلَن ا ُد ْن َي اَن اَّلِتى ِفْي َه ا َمَع اُشَن ا َو َأْص ِلْح َلَن ا آِخَر َتَن ا اَّلِتى ِفْي َه ا َمَع اُد َن ا‬
‫َو اْج َع ِل اْلَح َي اَة ِز َي اَد ًة َلَن ا ِفى ُك ِّل َخ ْي ٍر َو اْج َع ِل اْلَم ْو َت َر اَح ًة َلَن ا ِمْن ُك ِّل شٍّر َالَّلُهَّم َال ُتَس ِّلْط َع َلْي َن ا َم ْن َال‬
‫َي ْر َح ُم َن ا َالَّلُهَّم ِاِّن ى َأُعْو ُذ ِبَك ِمْن ِع ْلِم َال َي ْن َفُع َو ِمْن َق ْلٍب َال َي ْخ َش ُع َو ِمْن َن ْف ٍس َال َت ْس َب ُع َو ِمْن ُد َع اِء َالُيْس َم ُع َر َّب َن ا‬
‫َاِتَن ا ِفى الُّد ْن َي ا َح َس َن ًة َو ِفى اَألِخَر ِة َح َس َن ًة َو ِقَن ا َع َذ اَب الَّن اِر والحمد هلل رب العالمين‬

‫‪Minal aidin wal faizin‬‬


‫‪Mohon maaf lahir batin‬‬
‫‪Selamat Idul Fitri 1445 H‬‬

You might also like