You are on page 1of 8

JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259

Vol. 04 No. 02 (September 2023)


DOI : 10.30656/jdkp.v4i2.7199

Implementasi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 Tentang


Tindak Pidana Kekerasan seksual (TPKS) Di Kota Pekanbaru:
Peluang dan Tantangannya

Siti Fatimah1, Mustiqowati Ummul Fithriyyah2


1,2, Program studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Abstract
Sexual violence against children that occurs in the city of pekanbaru continues to increase
every year. where this becomes an urgency for the pekanbaru city government to overcome
the issue of the phenomenon. The Law on Sexual Violence is a law that was passed on April 12,
2022 through a very long journey starting from 2012 and the rejection of several parties until
it was finally passed. With the passing of the TPKS Law, it is a form of protection provided by
the government to prevent and provide security to the community, especially women and
children who are vulnerable to sexual violence. the purpose of this study is to find out how the
opportunities and challenges faced in the implementation of the Law on the Crime of Sexual
Violence (TPKS). By using the theory of policy implementation by Daniel Mazmanian and Paul
A Sobatie with 3 indicators. The results showed that the challenges faced in the
implementation of this Law are: (1). The social, economic and technological conditions of the
community are inadequate so that they affect the implementation of the implementation of
Law No. 12 of 2022 concerning Criminal Acts of Sexual Violence. (2). public socialization,
which is carried out by DP3APM is not fully maximized because it only uses social media as a
forum in carrying out its duties as a place of prevention and guidance in terms of preventing
sexual violence against children.

Keywords: Policy implementation, Sexual violence, Law, TPKS

Pendahuluan dengan berbagai pihak (Mansur, 2021).


Pelaksanaan kebijakan pada Thomas R. Dye dalam memberi batasan
dasarnya adalah suatu langkah yang pada defenisi kebijakan publik ialah
dilakukan supaya kebijakan dapat semua yang dipilih oleh pemerintah
mencapai tujuan yang diinginkan. sebagai tindakan untuk melakukan atau
Pelaksanaan kebijakan tidak hanya tidak melakukan sesuatu (Mustari,
menyangkut tentang perilaku lembaga 2015). Dasar sebuah kebijakan harus
administrasi yang bertanggungjawab dilakukan untuk memberikan
melaksanakan program, namun juga kebermanfaatan bagi kehidupapan
menyangkut partisipasi masyarakat, sosial harus menjadi pertimbangan yang
kekuatan politik, ekonomi, dan sosial menyeluruh supaya kebijakan itu dapat

*) Corresponding Author 100


Email : mustiqowati@uin-suska.ac.id
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 02 (September 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i2.7199

bermanfaat yang besar dan tidak seksual yang terjadi pada anak menjadi
menyebabkan kerugian. Implementasi salah satu masalah yang pelik dan butuh
kebijakan publik dalam artian yang luas upaya penanganan yang lebih intens
yaitu melaksanakan kegiatan kebijakan dalam mengatasinya oleh semua pihak.
publik yang sudah ditentukan dengan Begitu banyak kejahatan kekerasan yang
menggunakan alat untuk mencapai terjadi anak, baik dalam soal
tujuannkebijakan. Oleh karena itu, pada pembunuhan, perkosaan, pencabulan,
saat proses kebijakan publik, penganiayaan dan masih banyak yang
implementasi kebijakan menjadi lainnya. Menurut UU TPKS No. 12 Tahun
tahapan praktissdan berbeda dengan 2022 Pasal 1 ayat (5) menyatakan bahwa
perumusan kebijakan yang dapat anak ialah seorang yang berusia dibawah
dianggap sebagai tahapan teoritis. 18 tahun termasuk anak yang masih
Daniel A. Mazmanian dan Paul A. berada dalam kandungan (Undang-
Sabatier (1979) mengatakan Undang Republik Indonesia, 2022).
implementasi adalah pemahaman yang Berdasarkan cacatan tahunan
senyatanya terjadi sesudah suatu Komnas Perempuan(Komnas
kebijakan dinyatakan berlaku atau Perempuan, 2021) yang menunjukkan
dirumuskan merupakan suatu fokus dari jumlah kasus kekerasan seksual di tahun
implementasi itu sendiri yaitu kejadian- 2019 yaitu 6.454, mengingkat menjadi
kejadian dan kegiatan-kegiatan yang 6.980 di tahun 2020, pada tahun 2021
timbul sesudah disahkannya pedoman mengalami kenaikan sebesar 25%
kebijakan negara yang mencakup baik menjadi 8.730 jumlah kasus. Dengan
usaha untuk mengadministrasikannya jumlah kasus yang setiap tahun semakin
maupun untuk menimbulkan akibat meningkat disertai dengan terbatasnya
dampak nyara pada masyarakat aturan hukum yang mampu
(Pramono, 2020). Mazmanian dan menyediakan perlindungan kepada anak
Sabatier mengatakan ada 3 indikator korban kekerasan seksual sehingga
dalam implementasi kebijakan yaitu menyebabkan indonesia mengalami
karakteristik masalah, karakteristik krisis kekerasan seksual. Kekerasan
kebijakan, dan karakteristik lingkungan seksual merupakan suatu fenomena
(Dr. H. Tachjan, 2006). Sedangkan Jones sosial yang sudah lama mendarah daging
mendefenisikan implementasi kebijakan di lingkungan masyarakat yang
itu mengarah pada proses yang efektif, memerlukan payung hukum yang jelas
sehingga implementasi kebijakan untuk memberikan perlindungan
mencakup aktivitas-aktivitas program terhadap korban. Oleh karena itu, untuk
yanggdilaksanakan berdasarkan tujuan menyelesaikan beberapa persoalan yang
yang telah ditentukan dan memberikan berkaitan dengan kekerasan seksual
manfaat terhadap khalayak yang dituju. maka dibuatlah aturan hukum yang
Kekerasan seksual telah menjadi secara khusus memuat tentang
perhatian yang sangat serius oleh kekerasan seksual yaitu Undang-Undang
masyarakat dunia karena merupakan Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU
suatu masalah yang cukup pelik dan TPKS).
krusial. Pelanggaran Hak Asasi Manusia Undang-Undang Tindak Pidana
bisa terjadi pada semua subyek hukum Kekerasan Seksual adalah Undang-
termasuk perempuan sebagai subyek Undang yang disahkan pada tanggal 12
hukum yang sangat rentan terhadap April 2022 kemudian diundangkan pada
kekerasan seksual. Kasus kekerasan 9 Mei tahun 2022 dengan melalui

101
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 02 (September 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i2.7199

perjalanan yang sangat panjang mulai 2022) Pada bulan Agustus 2021, RUU
dari tahun 2012 dan adanya penolakan PKS resmi berubah nama menjadi RUU
dari beberapa pihak hingga akhirnya TPKS yang kemudian masuk kedalam
disahkan. RUU TPKS akhirnya disahkan Proglegnas Prioritas 2022. Pergantian
pada 12 April 2022 menjadi Undang- nama ini diyakini bahwa RUU TPKS akan
Undang saat diskusi Tingkat II di Rapat menjadi UU yang melindungi dan
Paripurna ke 19 tahun 2021-2022, UU ini memberikan keadilan bagi korban
adalah bentuk upaya pemerintah untuk dengan tidak ada batasan dan juga RUU
melindungi serta pemenuhan hak TPKS dianggap sebagai jawaban atas
korban atas penanganan, perlindungan, persoalan pro dan kontra yang menjadi
dan pemulihan. Setelah diskusi yang kendala dalam pembahasan RUU PKS.
dilaksanakan oleh para stakeholders Hingga pada tahun 2022 RUU TPKS
terkait meliputi Komnas Perempuan, disahkan dan di Undangkan pada 9 Mei
para pakar, dan MUI maka RUU PKS 2022.
mengalami pergantian nama menjadi Pekanbaru sampai saat ini masih
RUU TPKS. Dengan menggunakan nama banyak ditemui masalah-masalah terkait
RUU PKS yang mengandung kata anak, hal ini berdasarkan data yang
kekerasan dinilai menjadi hal yang peneliti dapatkan wawancara dengan
berpotensi menimbulkan problematika. salah satu pegawai di UPT PPA sebagai
Oleh karena itu pergantian nama akan berikut: anak berhadapan dengan
berpengaruh pada isi RUU, wakil Ketua hukum, anak korban kekerasan fisik,
Komisi VIII DPR yang bertugas anak korban kekerasan psikis, anak
membahas permasalahan ini korban perlakuan salah, anak korban
mengajukan nama baru yaitu ‘RUU kekerasan seksual, penelantaran, anak
Penghampusan Tindak Pidana dengan perilaku menyimpang, hak anak,
Kekerasan Seksual’ atau ‘ RUU dan hak asuh anak. Berikut rekap kasus
Pemberantasan Tindak Kekerasan kekrasan pada anak dari tahun 2020-
Seksual”.(Anida, Falarasika & Madalina, 2021.

Tabel 1
Rekap kasus kekerasan pada anak di Kota Pekanbaru
Jumlah Kasus
No. Jenis Kasus
2019 2020 2021 2022
1. Anak berhadapan dengan hukum 20 8 5 4
2. Anak korban kekerasan fisik 10 15 13 19
3. Anak korban kekerasan psikis 12 2 18 17
4. Anak korban perlakuan salah 4 1 5 1
5. Kekerasan seksual pada anak 37 38 42 55
6. Penelantaran anak 2 21 0 1
8. Hak anak 27 14 26 34
9. Hak asuh anak 3 19 13 12
Jumlah 115 118 122 143
Sumber: data olahan peneliti diadaptasi dari UPTt PPA Kota Pekanbaru

102
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 02 (September 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i2.7199

Tabel diatas menunjukkan jumlah dialami oleh anak mengalami


kasus kekerasan yang dialami oleh anak peningkatan dari tahun 2019 hingga
dimana kasus kekerasan seskual yaang tanun 2022.

Gambar 1
Kasus kekerasan seksual pada anak di Kota Pekanbaru
60

50

40

30

20

10

0
2019 2020 2021 2022

Sumber: data olahan peneliti diadaptasi dari UPT PPA kota Pekanbaru
Berdasarkan tabel diatas, data dengan hadiah dan memberikan
diatas adalah hasil dari wawancara perhatian yang berlebihan.
peneliti bersama salah satu pegawai Berdasarkan informasi yang peneliti
dibidang teknisi yang mengatakan peroleh dari website pekanbaru.go.id
bahwa setiap tahunnya kekerasan menyebutkan bahwa pekanbaru
seksual pada anak terus bertambah. Di mendapatkan penghargaan kota layak
tahun 2019 angka kasus kekerasan anak pada tahun 2022 dengan
seksual pada anak berjumlah kategori Nindya. Namun kasus
sebanyak 37 kasus, tahun 2020 kasus kekerasan anak malah terus
kekerasan berjumlah 38 kasus, bertambah setiap tahunnya.
selanjutnya pada tahun 2021 Fenomena ini menjadi gunung es yang
meningkat menjadi 42 kasus dan perlu penyelesaian yang cepat serta
jumlah kasus semakin meningkat tepat, hal ini menjadi urgensi
pada tahun 2022, dimana jumlah disahkanya UU TPKS. Dengan
kasus kekerasan seksual pada anak perjalanan yang panjang sampai
berjumlah 55 kasus. Peningkatan akhirnya disahkan, maka UU TPKS ini
kasus ini dikarenakan beberapa faktor perlu adanya pengawalan dari semua
salah satunya ialah masyarakat sudah masyarakat dan stakeholders terkait
mengetahui adanya UPT PPA yang sehingga UU TPKS ini mampu untuk
berfungsi sebagai tempat pengaduan mengatasi problematika tersebut.
kasus kekerasan seksual. Metode Penelitian
Ironisnya kekerasan yang Penelitian ini menggunakan
dialami oleh anak itu seringkali metode penelitian kulitatif dengan
berasal dari orang-orang terdekat pendekatan deskriptif. metode ini
korban, karena adanya hubungan digunakan dengan alasan bahwa data
yanng erat antara korban dan pelaku yang didapatkan adalah hasil dari
seperti tinggal didalam rumah yang observasi, wawancara dan juga
sama, tetangga, membujuk korban dokumentasi yang peneliti peroleh di

103
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 02 (September 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i2.7199

lapangan. Sehingga peneliti dapat Perempuan dan Anak DP3APM Kota


menguraikan hasil penelitian secara Pekanbaru, yaitu:
lebih mendalam.Pengumpulan data “Sejauh ini sih belum ada ya
yang digunakan dalam penelitian ini kendala teknis dalam
adalah melalui observasi. Wawancara implementasinya. Cuman masyarakat
dan juga dokumentasi. Sumber data perlu tau tentang undang-undang ini
penelitian yaitu data primer yang karena merupakan sebuah payung
berasal dari hasil observasi, hukum sehingga ada sanksi-sanksi.
wawancara kepada beberapa Dengan adanya Undang-Undang ini
informan yang telah ditentukan yang tentang Tindak Pidana Kekerasan
seperti Kepala UPT PPA serta Seksual akan memudahkan kami
beberapa Pegawai UPT PPA. Data dalam melaksanakan tugas.”
sekunder yang digunakan dalam Berdasarkan uraian diatas,
penelitian ini adalah dokumen- dapat disimpulkan bahwa
dokumen yang berkaitan dengan implementasi Undang-Undang Tindak
penelitian ini. Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) di
Hasil dan Pembahasan Kota Pekanbaru tidak adanya kendala
1. Implementasi Undang-Undang teknis apapun.
No. 12 Tahun 2022 tentang b. Kelompok sasaran
Tindak Pidana Kekerasan Bahwa kelompok sasaran dari
Seksual (TPKS) di Kota kebijakan Undang-Undang No. 12
Pekanbaru Tahun 2022 tentang Tindak Pidana
Untuk melihat implementasi Kekerasan Seksual ini sudah jelas
Kendala yang dihadapi dalam yaitu perempuan dan anak yang
implementasi Undang-Undang Tindak membutuhkan perlindungan. Hal ini
Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) di berdasarkan hasil wawancara dengan
Kota Pekanbaru, peneliti kepala UPT PPA Kota Pekanbaru
menggunakan teori Daniel mengatakan bahwa:
Mazmanian dan Paul A Sobatie. “Kelompok sasaran kebijakan
Karakteristik masalah ini yang pastinya perempuan dan anak,
a. Kesulitan teknis anak yaitu dimulai dari dalam
Kesulitan teknis dari masalah kandungan hinngga dia berusia 18
yang terjadi dapat dilihat dari tahun.”
bagaimana permasalahan terjadi Berdasarkan uraian diatas
apakah masuk dalam permasalahan mejelaskan bahwa dalam
sosial yang mudah untuk diselesaikan implementasi kebijakan ini yang
atau malah masuk dalam kelompok ditujuan adalah untuk Perempuan dan
permasalahan yang susah untuk Anak yang mengalami kekerasan
diselsaikan. Untuk masalah kendala seksual.
teknis dalam implementasi Undang- c. Sejauh mana perubahan perubahan
Undang Nomor 12 Tahun 2022 yang diinginkan
Tentang Tindak Pidana Kekerasan Perubahan yang diinginkan
Seksual (TPKS) tidak adanya kendala. pada saat pelaksanan Undang-Undang
Hal ini berdasarkan hasil wawancara Tindak Pidana Kekerasan Seksual
peneliti dengan JF. Analisis Kebijakan (TPKS) di Kota Pekanbaru yaitu
Ahli Muda Bidang Perlindungan supaya kesadaran masyarakat akan
isu tentang kekerasan sekssual

104
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 02 (September 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i2.7199

terhadap anak ini semakin meningkat merehabilitasi pelaku. Mewujudkan


dan juga tingkat kasus kekerasan lingkungan tanpa kekerasan seksual,
seksual terhadap anak itu juga turun dan menjamin ketidakberulangan
serta sanksi yang ada dalam Undang- kekerasan seksual.
Undang Tindak Pidana Kekerasan b. Sumber daya finansial
Seksual (TPKS). Hal ini berdasarkan Untuk sumber daya finansial
hasil wawancara dengan Kepala UPT dalam mengimplementasikan
PPA Kota Pekanbaru, yang Undang-Undang Tindak Pidana
mengatakan bahwa: Kekerasan Seksual (TPKS) di Kota
“Kami berharap dengan adanya Pekanbaru memang sudah disiapkan
udang-undang ini tingkat kekerasan oleh pemerintah. anggaran untuk
seksual terhadap anak bisa turun tapi mengimplementasikan Undang-
edukasi tentang perlindungan anak Undang No. 12 Tahun 2022 tentang
semakin banyak dirasakan oleh Tindak Pidana Kekerasan Seksual
masyarakat. Jadi yang kita inginkan melalui dua sumber yaitu APBN dan
seperti itu namun semuanya butuh APBD. Hal ini berdasarkan wawancara
proses karena kasus ini merupakan dengan ibu Sari Ramadhani. S. E
gunung es yang terlihat kecil sebagai JF. Analisis Kebijakan Ahli
dipermukaan namun masih banyak Muda Bidang Perlindungan
yang belum melaporkan.” Perempuan dan Anak DP3APM Kota
Berdasarkan uraian diatas, dapat Pekanbaru. Yaitu:
disimpulkan bahwa bahwa partisipasi “untuk anggaran ya memang
masyarakat terhadap implementasi ada, anggaran untuk
Undang-Undang ini masih kurang mengimplementasikan kebijakan ini ya
dengan sedikitnya masyarakat yang memang sudah di siapkan oleh
ikut andil dalam melakukan pemerintah daerah yaitu melalui APBN
perlindungan terhadap anak, dimana yang bersumber dari alokasi dana
partispasi masyarakat sangat khusus non fisik dan APBD. Namun
berpengaruh dalam hal pencegahan dana lebih banyak dari APDB.”
terjadinya kekerasan terhadap anak. c. Dukungan antar isntansi terkait
Karaktersitik Kebijakan Menurut analisis peneliti
a. Kejelasan isi kebijakan bahwa beberapa OPD-OPD terkait
Tujuan dari Undang-Undang juga sudah memberikan dukungan
No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak terhadap implementasi Undang-
Pidana Kekerasan Seksual sudah jelas Undang No. 12 Tahun 2022 tentang
yaitu untuk memberikan Tindak Pidana Kekerasan Seksual ini
perlindungan terhadap perempuan kepolisian, yaitu polresta pekanbaru
dan anak melalui sebuah kebijkan dan juga polsek setempat, ada juga
yang menjadi payung hukum. Hal ini rumah sakit bayangkara dan
sesuai dengan pasal 3 yang puskesmas serta opd terkait.
menyebutkan tujuan dari Undang- Karakteristik Lingkungan
Undang No. 12 Tahun 2022 tentang a. Keadaan sosial, ekonomi, dan
Tindak Pidana Kekerasan Seksual teknologi
yaitu mencegah segala bentuk Dalam implementasi Undang-
kekerasan seksual. Menangani, Undang Tindak Pidana Kekerasan
melindungi, dan memulihkan korban. Seksual (TPKS) di Kota Pekanbaru,
Melaksanakan penegakan hukum dan keadan sosial, ekonomi dan teknologi

105
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 02 (September 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i2.7199

masyarakat pekanbaru sangat menggunakan teknologi akan


mempengaruhi proses pelaksanan ketinggalan informasi mengenai
kebijakan tersebut. Dan bisa kebijakan-kebijakan baru dari
dikatakan dalam aspek ini pemerintah. Padahal untuk
implementasi kebijakan tersebut melakukan perlindungan kepada anak
belum optimal dilakukan. dari tindak kekerasan seksual tidak
b. Sosialisasi publik hanya menjadi tanggung jawab
Sosialiasi yang dilakukan oleh pemerintah saja namun partisipasi
pihak DP3APM sudah berjalan namun masyarakat sangat diharapkan supaya
belum maksimal karena sosialisasi implementasi berjalan dengan baik.
yang dilakukan oleh pihak terkait baru Kesimpulan
melalui media sosial dimana hal ini Persoalan kekerasan seksual di
tidak efektif bagi masyarakat yang pekanbaru masih menjadi fenomena
tidak paham menggunakan teknologi. yang belum sempurna
Mereka akan ketinggalan informasi penyelesaiannyaBahwa untuk
terkait dengan kebijakan-kebijakan implementasi Undang-Undang No. 12
baru dari pemerintah. Tahun 2022 tentang Tindak Pidana
Kekerasan Seksual masih kurang
2. Tantangan dalam implementasi dirasakan pelaksanaannya
Undang-Undang Tindak Pidana disebabkan oleh kurangnya sosialisasi
Kekerasan Seksual (TPKS) di kepada publik sehigga partisipasi
Kota Pekanbaru masyarakat dalam memberikan
Berdasarkan wawancara dan perlindungan kepada perempuan dan
observasi peneliti dengan pihak-pihak anak masi rendah. Adanya kendala
yang berkaitan untuk implementasi yang dihadapi dalam implementasi
Undang-Undang No. 12 Tahun 2022 Undang-Undang No. 12 Tahun 2022
tentang Tindak Pidana Kekerasan tentang Tindak Pidana Kekerasan
Seksual masih kurang dirasakan Seksual terletak pada keadaan sosial
pelaksanaannya, hal ini disebabkan ekonomi serta teknologi masyarakat
oleh adanya yang menyebabkan pekanbaru yang belum memadai.
sulitnya pelaksanaan Undang-Undang
No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Ucapan Terima Kasih
Pidana Kekerasan Seksual, seperti: Terimakasih banyak kepada
Kurangnya sosialisasi yang dilakukan dosen pembimbing saya yang terbaik
kepada masyarakat ibu Dr. Mustiqowati Ummul
Berdasarkan hasil wawanca Fithriyyah, M. Si atas bimbingannya
diatas dan analisis peneliti bahwa selama penyusunan artikel ini dan
sosialisasi yang dilakukan dalam juga selalu menberikan semangat
pelaksanaan Peraturan Daerah Kota kepada saya sehingga bisa
Pekanbaru Nomor 2 Tahun 2023 menyelesaikan penyusunan artikel ini
tentang Perlindungan Perempuan dan dengan baik.
Anak ini masih kurang maksimal, hal
ini dikarenakan pihak DP3APM hanya Daftar Referensi
melakukan sosialisasi melalui media
sosial saja belum adanya sosialisasi Anida, Falarasika, P., & Madalina, M.
langsung kepada masyarakat sehingga (2022). Urgensi Ruu Tpks
masyarakat yang kurang paham untuk Sebagai Payung Hukum Bagi

106
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 04 No. 02 (September 2023)
DOI : 10.30656/jdkp.v4i2.7199

Korban Kekerasan Seksual https://www.pekanbaru.go.id/p/news/p


Beserta Tantangan-Tantangan ekanbaru-raih-penghargaan-kla-
Dalam Proses Pengesahannya. 2022-kategori-nindya-dari-
Jurnal Demokrasi Dan Ketahanan kementerian-pppa, di askes pada
Nasional |, 1(1), 2022. tanggal 25 Januari 2023.

Dr. H. Tachjan, M. S. (2006).


implementasi kebijakan publik.
In (Vol. 4, Issue 1).
Komnas Perempuan. (2021).
Perempuan Dalam Himpitan
Pandemi: Lonjakan Kekerasan
Siber, Perkawinan Anak, dan
Keterbatasan Penanganan di
Tengah Covid-19, Catatan
Tahunan Kekerasan Terhadap
Perempuan Tahun 2020. In
Catatan Tahunan Tentnag
Kekerasan Seksual Terhadap
Perempuan (Vol. 1, Issue 3).
https://komnasperempuan.go.id
/uploadedFiles/1466.16149336
45.pdf
Mansur, J. (2021). IMPLEMENTASI
KONSEP PELAKSANAAN
KEBIJAKAN DALAM PUBLIK.
VI(Ii), 6.
Mustari, N. (2015). Pemahaman
Kebijakan Publik(
Formulasi,Implementasi dan
Evaluasi Kebijakan Publik).
Kebijakan Publik Deliberatif, 1,
286.
Pramono, J. (2020). Implementasi dan
Evaluasi Kebijakan Publik. In
Kebijakan Publik.
Undang-Undang Republik Indonesia.
(2022). Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2022 tentang Tindak
Pidana Kekerasan Seksual.
Kementerian Sekretariat Negara
Republik Indonesia, 1(69), 5–24.

107

You might also like