You are on page 1of 27

Kelompok 5

 Chandra Mulyana
 Dena Ariesta
 Elis Listiawati
 Fia Elia Nurheliza
 Neng Gita
 Pepi Nurmeida
 Ryan Andreana P
Definisi
 Penyalahgunaan zat adalah

 Penggunaan zat secara terus menerus bahkan setelah terjadi


masalah.
 Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan
sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya meruju
pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan
ketergantungan zat.
 Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap
obat.
Rentang Respon Gangguan
Penggunaan Zat

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Eksperimental Rekreasional Situasional Penyalahgunaan Ketergantungan


Jenis NAPZA
 Narkotika

 Psikotropika

 Zat Adiktif Lainnya :

 Minuman keras (minuman beralkohol)

 Nikotin, votaile, dan solvent/inhalasia


Faktor Penyebab
Faktor Internal Faktor Ekternal
 Faktor Kepribadian  Keluarga

 Inteligensia  Faktor Kelompok Teman

 Usia Sebaya (Peer Group)

 Dorongan Kenikmatan dan  Faktor Kesempatan

Perasaan Ingin Tahu

 Pemecahan Masalah
Tanda Gejala
Pengaruh NAPZA pada tubuh disebut intoksikasi. Tanda dan

gejala intoksikasi dan putus zat yaitu :

1. Opiat

2. Ganja

3. Sedatif-Hipnotik

4. Alkohol

5. Amfetamine
Opiat Ganja

Tanda dan Gejala Intoksikasi Tanda dan Gejala Intoksikasi

menurut klasifikasinya : menurut klasifikasinya :

 Eforia  Eforia

 Mengantuk  Mata merah

 Bicara cadel  Mulut kering

 Konstipasi,  Banyak bicara dan tertawa

 Penurunan kesadaran .  Nafsu makan meningkat

 Gangguan persepsi
Sedatif Hipnotif Alkohol

 Pengendalian diri berkurang  Mata merah

 jalan sempoyongan  Bicara cadel

 Mengantuk  Jalan sempoyongan

 Memperpanjang tidur  Perubahan persepsi

 Hilang kesadaran  Penurunan kemampuan menilai


Amfetamine
 Selalu terdorong untuk
bergerak

 Berkeringat

 Gemetar

 Cemas

 Depresi

 Paranoid
Efek samping terputus nya zat
 Cemas

 Depresi

 Muka merah

 Mudah marah

 Tangan gemetar

 Mual muntah

 Tidak bisa tidur


Dampak
Menurut Martono (2006) dampak NAPZA

 Bagi pemakainya (diri sendiri)

 Keluarga

 Pihak sekolah (pendidikan)

 Masyarakat, bangsa, dan negara


Penanggulangan masalah
Pencegahan Pengobatan
 Memberikan informasi dan
 Detoksifikasi tanpa subsitusi
pendidikan yang efektif tentang
 Detoksifikasi dengan
NAPZA.
substitusi
 Deteksi dini perubahan
perilaku.

 Menolak tegas untuk mencoba


(“Say no to drugs”) atau
“Katakan tidak pada narkoba”.
Rehabilitasi

Jenis Rehabilitasi

 Rehabilitasi psikososial

 Rehabilitasi kejiwaan

 Rehabilitasi komunitas

 Rehabilitasi keagamaan
Asuhan Keperawatan
 Pengkajian

 Kaji situasi kondisi penggunaan zat

 Kaji resiko yang berkaitan dengan penggunaan

 zat

 Kaji pola penggunaan


Analisa Masalah
Faktor Internal/Eksternal

Koping Inefektif

Gangguan Konsep Diri

Harga Diri Rendah

Resti Menciderai Diri


Diagnosa
1. Ancaman kehidupan

• Gangguan keseimbangan cairan : mual, muntah berhubungan dengan pemutusan zat

• Resiko cidera diri berhubungan dengan intoksikasi aklkohol, sedatif, hipnotik

• Ansietas berhubungan dengan putus zat

2. Intoksikasi

• Ansietas berhubungan dengan intoksikasi ganja

• Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan intoksikasi sedatif hipnotik,


alcohol
Dx :
Diagnosa yang paling sering timbul yaitu :

 Resiko tinggi menciderai diri sendiri

 Intoksikasi

 Harga diri rendah

 Gangguan Konsep diri

 Koping individu inefektif


Intervensi
1. Kondisi Ancaman Kehidupan (Overdosis)

Tujuan : Klien tidak mengalami ancaman kehidupan

2. Kondisi Intoksikasi

Tujuan : intoksikasi pada klien dapat diatasi, kecemasan


berkurang/hilang
Implementasi
Melakukan implementasi sesuai intervensi yang telah
ditetapkan dengan mempertimbangkan berbagai situasi dan
kondisi klien, serta selalu berpedoman pada SOP.
Evaluasi
Evaluasi setiap intervensi yang telah di implementasikan.
Pastikan hasil evaluasi memberikan hasil yang positif dan
mencapat standar/kriteria intervensi sebelumnya. Apabila
masih belum mencapai hasil yang baik, maka tinjau ulang
intervensi, lakukan kolaborasi atau ganti interversi. Sesuai
dengan konsep SOAP dan SOAPIER
Contoh Kasus
Tn. A (20 tahun) mahasiswa salah satu PTS di kota Malang sudah 2 tahun
terakhir ini menggunakan ganja. Sebelum menggunakan ganja, klien
mengkonsumsi ectasy. Keluarga sudah 2 kali membawa Tn. A ke panti
rehabilitasi untuk mendapat pengobatan. Biasanya setelah menjalani rehabilitasi
klien berhenti menggunakan ganja. Akan tetapi waktunya tidak lama, paling
lama 6 bulan. Ini kali ketiga klien dirawat di panti rehabilitasi. Klien
mengatakan sudah berusaha untuk menghentikan kebiasaan mengkonsumsi
ganja. Tetapi keinginan itu tidak bertahan lama karena dia sering ketemu dan
berkumpul bersama teman-teman pemakai NAPZA. Klien sulit untuk menolak
ajakan teman-temannya. Ketika ditemui klien tampak banyak bicara dan
tertawa, senang yang berlebihan, mulut kering dan mata kemerahan.
Dx:
1. Koping individu inefektif : belum mampu mengatasi
keinginan menggunakan zat

2. Cemas b.d kurangnya pengetahuan keluarga tentang


penyalahgunaan napza
intervensi
 Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan tanda gejala
yang muncul akibat kembali konsumsi ganja

 Berikan motivasi untuk berhenti

 Latihan mengontrol keinginan menggunakan zat


implementasi
Melakukan implementasi sesuai intervensi yang telah di
tetapkan dengan mempertimbangkan berbagai situasi dan
kondisi klien, serta selalu berpedoman pada SOP.
Evaluasi
 Klien mengetahui dampak NAPZA

 Klien mampu melakukan cara meningkatkan motivasi


untuk berhenti menggunakan NAPZA

 Klien mampu mengontrol kemampuan keinginan


menggunakan NAPZA kembali

 Klien dapat menyelesaikan masalahnya dengan koping


yang adaptif
Terimakasih

You might also like