You are on page 1of 12

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

(PTSD)

Dr. Lila Nurmayanti Sp.KJ


PENGERTIAN
Gangguan kecemasan yang
dapat terbentuk dari sebuah
peristiwa atau pengalaman
yang menakutkan/mengerikan,
sulit dan tidak menyenangkan
dimana terdapat penganiayaan
fisik atau perasaan terancam

Reaksi maladaptif yang


berkelanjutan terhadap suatu
pengalaman traumatis
Pengalaman traumatis
• Pengalaman luar biasa yang mencekam, mengerikan,
dan mengancam jiwa seseorang
– Peperangan/serangan militer/teroris
– Penyiksaan
– Penyanderaan/penculikan
– korban perkosaan
– korban kecelakaan hebat
– Prosedur medik (terutama pada anak-anak)
– Didiagnosis penyakit berat yang mengancam kehidupan
– saksi dari hancurnya rumah-rumah dan lingkungan hidup
mereka oleh
• bencana alam (gempa, banjir, longsor, kebakaran dll)
• bencana teknologis ( tabrakan kereta api atau kecelakaan pesawat
Faktor resiko
• Seberapa berat dan dekatnya trauma yang dialaminya.
• Durasi trauma dan banyaknya trauma yang dialaminya.
• Pelaku kejadian trauma
• Jenis kelamin.
• Status pekerjaan
• Usia (anak dan lansia lebih rentan )
• Tingkat pendidikan
• Menderita gangguan psikiatri sebelumnya
• Kurangnya dukungan sosial
• Kepribadian pencemas, dependen, ambang, paranoid,
obsesi kompulsif
Reaksi tergantung

Durasi dan Derajad dalam


intensitas stresor ancaman
yag dialami kehidupannya

Berat ringannya
Perilaku korban
kehilangan yang
saat kejadian
dialami
Gejala dan tanda
• Hyperarousal (rangsangan yang berlebihan)
– Ansietas yang menetap
– Kewaspadaan yang berlebihan
– Konsentrasi buruk
– Insomnia
• Instrusion (pengacauan)
– Kilasan balik
– Mimpi buruk
– Ingatan yang hidup
• Avoidance (penghindaran)
– Menghindari hal-hal yang mengingatkan
– Ketidakmampuan mengingat beberapa bagian dari kejadian
– Minat yang rendah terhadap kehidupan sehari-hari
DIAGNOSIS (F 43.1 ICD 10)
1. Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun
waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat (masa laten berkisar
antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai melebihi
6 bulan). Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila
tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi
waktu 6 bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak
didapat alternatif kategori gangguan lain.
2. Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang
atau mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang
kembali (flashback)
3. Gangguan otonomik, gangguan afek, dan kelainan tingkah laku
semuanya dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas
4. Suatu sequele menahun yang terjadi lambat setelah stres yang luar
biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma,
diklasifikasikan dalam kategori F62.0 (perubahan kepribadian yang
berlangsung lama setelah mengalami katasrofi)
TATALAKSANA
a. Psikoterapi
1) Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
• Paling efektif dalam mengobati PTSD.
• Prinsip-prinsip CBT digunakan untuk modifikasi
perilaku dan proses re–learning.
• Tujuan terapi ini adalah mengumpulkan bukti
bahwa pikiran tersebut tidak rasional untuk
melawan pikiran tersebut yang kemudian
mengadopsi pikiran yang lebih realistik untuk
membantu mencapai emosi yang lebih seimbang
2) Playtherapy
• Playtherapy merupakan cara yang dapat digunakan
untuk mengobati
• PTSD pada anak periode awal/young children.
• tujuan untuk memahami trauma anak dan memberikan
kebebasan untuk berekspresi dalam mengurangi
tekanan emosional ynag dialami.
• Bermain peran, menggambar, bermain dengan boneka
atau benda-benda figural dapat dijadikan cara untuk
menyesuaikan diri dan memberi kesempatan pada
terapis untuk melakukan reexposure yaitu, membahas
peristiwa traumatiknya dalam situasi yang mendukung.
3. Terapi psikodinamik
• dengan memaparkan kembali penderita
terhadap peristiwa traumatik namun dengan
lingkungan yang lebih mendukung.
• Dengan terapi ini, penderita akan memahami
perasaan sadar dan tak sadar terhadap
peristiwa yang mempengaruhinya tersebut
dan belajar menerima kondisi.
4. FARMAKOTERAPI
1) Golongan benzodiazepin: Chlordiazepoxide,
Diazepam, Lorazepam.
2) Golongan non-benzodiazepin: Buspirone, Sulpiride,
Hydroxyzine.
3) Golongan antidepresan: Trisiklik, Amitriptyline,
Imipramine.
4) Golongan Monoamin Oksidase Inhibitor (MAOI):
Moclobemide
5) Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
(SSRI): Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine,
Fluoxetine.
TERIMAKASIH

You might also like