You are on page 1of 25

D-4 RANCANGAN STUDI CROSS SECTIONAL 1

RUJUKAN :
EPIDEMIOLOGIC RESEARCH
PRINCIPLES AND QUANTITATIVE METHODS
David G. Kleinbaum, Lawrence L. Kupper, Hal Morgenstern
Van Nostrand Reinhold Company; New York; 1982, Chapter 5, p.62-..

John M.Last, A Dictionary of Epidemiology, 2nd Ed, Oxford


University Press, 1988

Leon Gordis, Epidemiology, W.B.Saunders Company, Philadelphia,


Pennsylvania, 1996

Bhisma Murti, Prinsip dan Metode RISET EPIDEMIOLOGI; Gadjah Mada


University Press; 1997; Bab II h.133–151

D-4 RANCANGAN STUDI CROSS SECTIONAL 2


TABEL 3.1 TYPES AND OBJECTIVES OF EPDEMIOLOGIC RESEARCH
TYPE SUBTYPE OBJECTIVES
Experimental Laboratory  Test etiologic hypotheses and estimate acute
(artificial behavioral and biological effects
manipulation of  Suggest efficacy of intervention to modify risk
study factor with factors in population
randomization) Clinical trial  Test etiologic hypotheses and estimate long-
term health effects
 Test efficacy of interventions to modify health
status
 Suggest feasibility of population intervention
Community  Identify person at “high risk”
intervention  Test efficacy and effectiveness of
clinical/societal intervention to modify health
status within a particular population.
 Suggest public health policies and programs

David G. Kleinbaum, Lawrence L. Kupper, p.41


TABEL 3.1 TYPES AND OBJECTIVES OF EPDEMIOLOGIC RESEARCH
TYPE SUBTYPE OBJECTIVES
Quasi-experimental Clinical/laboratory Same as clinical trial or laboratory
(artificial experiment
manipulation of the Program/policy  Evaluate extent to which public
study factor health goals are achieved
withaout  Determined unanticipated problems
randomization) or consequences of implementation
and reasons for success or failure of
the intervention
 Compare costs and benefits of
intervention
 Suggest change in current health
policies or programs

David G. Kleinbaum, Lawrence L. Kupper, p.41


EXPERIMENTAL EPIDEMIOLOGY sering disamakan
dengan RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL
Pada tahun 1920-an dipergunakan untuk menjelaskan
studi epidemi diantara koloni hewan percobaan/tikus.

EXPERIMENTAL STUDY adalah studi dengan kondisi


dibawah kendali investigator (peneliti).
 Dalam epidemiologi, adalah suatu populasi yang
dipilih untuk penelitian dari efek suatu regimen yang
diukur , dibandingkan dengan pemberian regimen
yang lain pada kelompok kontrol
 Untuk menghindari BIAS anggota dari kelompok
percobaan dan kelompok kontrol harus sebanding
dalam pemberian regimen.
 Penempatan seseorang dalam kelompok percobaan
atau kelompok kontrol sebaiknya dilakukan secara
random (randomized controlled).
 Misalnya : dalam penelitian pemberian Fluor
(fluoridation) terhadap air minum, seluruh
komunitas menjadi kelompok percobaan dan
kelompok kontrol yang TIDAK DIRANDOM.

Catatan : semua faktor sosekbud menjadi perancu


dalam penelitian etiologi.
Pengendalian dan pengukuran variabel pengganggu
(confounder variable) dapat dilakukan pada tahap
rencana atau pada tahap analisis (pembacaan hasil).
 Banyak pakar epidemiologi di lapangan percaya
bahwa PENELITIAN EPIDEMIOLOGI tidak dapat
dilakukan secara “true” experiment. Sebab :
o Memerlukan jumlah ‘respon” yang besar untuk
suatu pengujian efficacy (misalnya cara
kemoterapi yang baru , vaksin, dsb)
o EFIKASI yaitu tingkatan atau luasan suatu
intervensi yang spesifik, prosedur, regimen, atau
hasil yang menguntungkan dari produk pelayanan
DIBAWAH KONDISI IDEAL (Last 1., p.41).
o Populasi penelitian yang terus meningkat ,
memerlukan penyesuaian untuk menilai dampak
dari tindakan medis lain (spt praktek swasta)
 Dokter praktek swasta mungkin memberikan metode terapi TB-
paru berbeda dengan metode P2 TB-paru dari Kementerian
o Adanya program yankes yang terus mengupayakan
penurunan morbiditas dan mortalitas
o Atau kelompok treatment yang kurang suka, maka
dia berada pada kondisi tdk seperti dikehendaki
investigtor (tidak patuh).
Tipe eksperimen sederhana adalah bentuk pemberian
treatment kepada satu kelompok penelitian, dan tidak
memberi treatment kepada kelompok kontrol (misalnya
pengobatan placebo).
Setelah periode follow-up dilakukan pengukuran nilai
perubahan variabel terikat (status kesehatan) dari setiap
subyek penelitian kedua grup (treatment dan kontrol)
Perbedaan respon antara kedua grup, berupa keuntungan
dapat disarankan sebagai bentuk terapi baru.
 Contoh pengobatan tb-paru dengan metode DOTS
(Direct Observe Treatment Supervision) sebelumnya
dicobakan pada kelompok treatment dan dibandingkan
dengan kelompok kontrol.

Rancangan eksperimental merupakan adaptasi khusus


yang memberi suasana studi dengan modifikasi dan
atau membatasi proses randomisasi

DOUBLE BLINDING……?
Menurut cara atau metode pengendalian faktor risiko,
maka eksperimen dikelompokkan menjadi :
o Eksperimen murni,
Yaitu jika perlakuan atau manipulasi treatment
terhadap subyek-subyek penelitian dilakukan
secara acak.
(True) Experimental : artificial manipulation of
study factor with randomization
Tujuannya untuk menghilangkan perancu (variabel
pengganggu/confounder) dan memurnikan atau
mengisolasi pengaruh treatment terhadap
perubahan yang terjadi pada variabel terikat.
o Eksperimen semu,
Yaitu jika perlakuan atau manipulasi treatment
terhadap subyek-subyek penelitian dilakukan
secara tidak acak.
Quasi-experimental (artificial manipulation of the
study factor withaout randomization)
Tujuannya mengendalikan situasi penelitian agar
mendekati situasi yang dapat diharapkan dari
eksperimen semu.
MACAM-MACAM METODE SAMPLING :

1. Probability Sampling
 Simple Random Sampling
 Stratified Random Sampling
 Cluster Sampling

2. Non Probability Sampling


 Quota Sampling
 Accidental Sampling
 Saturation Sampling
 Snowball Sampling
EKSPERIMEN MURNI
Adalah eksperimen yang menggunakan prosedur acak
dalam penunjukkan subyek penelitian untuk
mendapatkan “manipulasi buatan” dari berbagai
faktor penelitian
 Peneliti sengaja menentukan berbagai perlakuan
pada faktor-faktor risiko (variabel bebas)
 Selanjutnya peneliti menghitung efeknya pada
variabel terikat karena berbagai perlakuan tersebut
 Manipulasi dan randomisasi merupakan elemen
pokok dalam eksperimen murni.
 Olehg karena itu eksperimen murni disebut juga
RANDOMIZED EXPERIMENT.
Eksperimen murni dipandang sabagai gambaran riset
pada umumnya, dan khususnya penelitian epidemiologi.
Alasannya karena mampu memberikan bukti secara
empirik bagi inferensial penyebab (faktor risiko).

Apabila ukuran sampel cukup besar, eksperimen murni


akan mampu mengontrol berbagai pengaruh/gangguan
faktor perancunya .

Randomisasi akan mendistribusikan semua karakter


dasar (variabel) ke setiap unit eksperimen secara acak;
sehingga kel. eksperimen dan kel. Kontrol akan memiliki
karakter dasar yang sebanding.
Pengontrolan situasi dalam eksperimen dilakukan
dengan cara :
1. Pemilihan subyek yang akan mendapatkan salah satu
dari berbagai manipulasi variabel bebas dilakukan
dengan menghindari bias seleksi.
2. Pengontrolan pengaruh distorsi variabel pengganggu
dilakukan dengan cara mendistribusikan secara
sebanding kedalam kelompok-kelompook studi.
3. Variabel terikat dapat bersifat kontinyu (misalnya
berat badan dalam KG) atau bersifat dikotomi
(misalnya sembuh–tidak sembuh)
E X O
Variabel hasil kontinyu
R
C O

D+
Variabel hasil
E X Diskret, misal.
D-
R Sakit dan
D+ Tidak sakit
C

KETERANGAN :
D-
O = observasi C = kelompok kontrol
X = perlakuan (intervensi) D+ = sakit
R = randomisasi D- = tidak sakit
E = kelompok eksperimen
EKSPERIMEN SEMU (EKSPERIMEN KUASI) :
Peneliti menggunakan rancangan tertentu BUKAN ACAK
untuk menentukan subyek yang mendapatkan satu dari
berbagai manipulasi faktor penelitian.

Merupakan alternatif pengganti eksperimen murni jika :


 Pengalokasian faktor penelitian kepada subyek tidak
mungkin, tidak etis, atau tidak praktis untuk
ditetapkan.
 Contoh :
ukuran sampel terlalu kecil, karena populasi hanya
terdiri dari 4 komunitas; 2 komunitas mendapatkan
intervensi dan 2 komunitas lainnya tidak. Maka…
Maka tidak ada gunanya melakukan randomisasi.
Peneliti lebih baik memilih subyek secara purposif 2
komunitas eksperimental yang memiliki kesetaraan
dengan 2 komunitas kontrol

Agar diperoleh penafsiran yang valid tentang besarnya


pengaruh perlakuan dalam eksperimen semu, maka
kelompok pembanding yang dipilih haris setara dalam
hal semua faktor yang merancukan penafsiran itu.
Faktor luar (variabel) luar yang bukan perancu tidak
perlu setara.
E X O
Variabel hasil kontinyu
R–
C O

D+
Variabel hasil
E X Diskret, misal.
D-
R– Sakit dan
D+ Tidak sakit
C

KETERANGAN :
D-
O = observasi C = kelompok pembanding
X = perlakuan (intervensi) D+ = sakit
R– = non randomisasi D- = tidak sakit
E = kelompok eksperimen
JENIS RANCANGAN EKSPERIMEN SEMU :
1. Rangkaian berkala
2. Rancangan sebelum dan sesudah intervensi
menggunakan satu kelompok
3. Rancangan sebelum dan sesudah intervensi
menggunakan kelompok pembanding eksternal

1. RANGKAIAN BERKALA
a. Rangkaian berkala dengan pemberian dan penghentian
intervensi
b. Rangkaian berkala dengan pembanding
c. Rangkaian berkala majemuk berjenjang, memberikan
pengontrolan yang cukup baik terhadap ancaman validitas
dlm evaluasi efektivitas intervensi  baca bab 7 Bhisma M
2. RANCANGAN SEBELUM DAN SESUDAH
INTERVENSI MENGGUNAKAN SATU KELOMPOK :
(one group before and after intervention design, atau
One group pre and post test design)

E O1 -------------- X ----------- O2

Keterangan :
E = kelompok yang mendapat intervensi
O1 = pengamatan pertama
O2 = pengamatan kedua
X = intervensi
Dengan rancangan ini satu-satunya unit eksperimen
(misalnya, sebuah negara) berfungsi sbg kelompok
eksperimen dan sekaligus kelompok kontrol.

Disebut juga reffextive control, karena menjadi


pembanding bagi dirinya sendiri. Observasi dilakukan
sebelum dan sesudah intervensi.

Contoh :
Eksperimen yang mempelajari cakupan imunisasi Polio
sebelum dan sesudah kampanye nasional
pemberantasan Polio melalui media elektronik
3. RANCANGAN SEBELUM DAN SESUDAH INTERVENSI
MENGGUNAKAN KELOMPOK PEMBANDING
EKSTERNAL
Rancangan ini menggunakan kelompok pembanding
(bukan kelompok kontrol) yang mempunyai
karakteristik variabel perancu yang identik dengan
kelompok eksperimen
E O1 ------------ X --------- O2

C O1 ------------------------ O2

E = kelompok yg mendapat intervensi


C = kelompok pembanding
KEUNTUNGAN
 Secara umum eksperimen memberi upaya
pengendalian lebih baik terhadap kondisi penelitian,
sebab investigator lebih dapat meng-isolasi efek dari
treatment yang diamati
 Dengan sampel yang memadai besarnya, rancangan
eksperimental yang baik dapat memberi harapan
pengendalian yang baik dari semua efek dari faktor
risiko luar (faktor pengganggu); termasuk yang tidak
terukur
 Kesulitan dengan faktor risiko luar (dari semua faktor
yang dimilik grup treatment) pada kontrol dapat
disesuaikan dengan randomisasi, nilai rata-rata,
distribusi yang sama dari faktor luar.

You might also like