You are on page 1of 42

B.J.Habibie : penemu rumus aerodinamika pesawat terbang.

 Forces acting on an aircraft in flight


 Thrust: the force that propels an aircraft forward
 Drag: air resistance that produces a force in the
opposite direction of thrust
 Weight: gravitational force
 Lift: upward force acting in the opposite direction of
weight
 Flight is achieved by shifting the balance between
the opposing forces
 Thrust is produced in one of two ways:

 Transfer of momentum when gases are ejected to the rear of the


plane through jet engines
 Launching a plane with a catapult from the deck of an aircraft
carrier
 A catapult is a ballistic device used to launch a projectile a great
distance without the aid of explosive devices—particularly
various types of ancient and medieval siege engines. In modern
times the term can apply to devices ranging from a simple hand-
held implement (also called a “slingshot”) to a mechanism for
launching aircraft from a ship.
Lift is the upward force created as air passes over
and beneath the wings of an aircraft
Bernoulli’s Principle:

 A Swiss
scientist born in
1700’s that is
most famous
for his work in
fluid pressure.
Remember!!!
 Air is a gas and a fluid
 Air pressure is due to the

motion of its particles


 ex. The quicker a stream of

particles travel, the ???????


Bernoulli’s Principle
Bernoulli’s principle
 Discovered by Daniel Bernoulli, a 15th century Swiss
scientist
 States that where the speed of a fluid increases,
internal pressure in the fluid decreases (and vice
versa)
 Applies to a smooth, steady flow
Bernoulli’s Principle
 Pressure in a moving stream exerts
less pressure than the air surrounding
the moving stream
Quick stream = low air pressure

Slow stream = High air pressure


PERSAMAAN KONTINUITAS

 Apabila suatu fluida mengalir dalam sebuah pipa dengan luas


penampang A dan kecepatan aliran fluidanya v, maka banyaknya
fluida (volume) yang mengalir melalui penampang tersebut tiap
satuan waktu dinamakan debit.

Dalam bentuk persamaan debit dinyatakan sebagai berikut:


V
Q Av dan Q
t
Keterangan:
Q = debit aliran fluida (m3/s)
V = volume fluida yang mengalir (m3)
t = waktu (s)
v = kecepatan aliran fluida (m/s)
PERSAMAAN KONTINUITAS

 Jika suatu fluida mengalir dengan aliran tunak (permanen) melewati


pipa yang mempunyai luas penampang berbeda maka volume
fluida yang melewati setiap penampang itu sama besar dalam
selang waktu yang sama.
Persamaan kontinuitas menyatakan
bahwa pada aliran fluida ideal, hasil
kali laju aliran fluida dengan luas
penampangnya adalah konstan.

Keterangan:
Q1  Q2 Q1 = debit aliran fluida bagian 1 (m3/s)
Q2 = debit aliran fluida bagian 2 (m3/s)
A1 v1  A2 v2 A1 = luas penampang bagian 1 (m2)
A2 = luas penampang bagian 2 (m2)
v1 = kecepatan cairan bagian 1 (m/s)
v2 = kecepatan cairan bagian 2 (m/s)
PERSAMAAN KONTINUITAS

 Contoh soal : Pipa dengan diameter 0,75 m mengalirkan air dengan


kecepatan 2,5 m/dt. Berapakah debit aliran? apabila debit aliran
dinaikan menjadi 65 l/dt, berapakah kecepatan aliran?
 Air mengalir melalui pipa 1,2,3,dan 4 seperti tergambar. Air
mengalir melalui pipa 1 dengan diameter D1=50 mm yang
dihubungkan dengan pipa 2 berdiameter D2=75 mm dimana
kec.rata-rata nya V2=2m/dt. Ujung pipa 2 bercabang menjadi pipa 3
dan pipa 4. Kecep.aliran pipa 3 adalah V3=1,5 m/dt. Diameter pipa
4 adalah D4=30 mm. Debit aliran pipa 4 adalah setengah debit pipa
3, Q4=0,5Q3. Hitung Q1,V1,Q2,Q3,D3,Q4 dan V4!

4
1
2
AZAS BERNOULLI

Tekanan fluida di tempat yang


kecepatannya besar lebih
kecil daripada tekanan fluida
di tempat yang kecepatan-nya
kecil.

Persamaan bernoulli p   g h  12  v 2  konstan


Keterangan:
p = tekanan (N/m2) Penurunan pers. Bernoulli utk
 = massa jenis fluida (kg/m3) aliran sepanjang garis arus
g = percepatan gravitasi (m/s2) didasarkan pada hukum
h = ketinggian fluida dari titik acuan (m) Newton II utk gerak F = M a
v = kecepatan fluida (m/s)
AZAS BERNOULLI

 Pers. Bernoulli dapat digunakan utk menentukkan garis tekanan


dan tenaga
V2 p
H  z  
 2g

Aplikasi pers. Bernoulli utk kedua titik di


dalam medan aliran
pA V A2 pB VB2
zA    zB     h f   he
 2g  2g

Ket :
z : elevasi (tinggi tempat)
∑hf : jumlah kehilangan tenaga primer (krn
2
V : tinggi kecepatan gesekan) sepanjang pengaliran
2g ∑he : jumlah kehilangan tenaga sekunder
(perubahan tampang aliran) sepanjang pengaliran
p
 : tinggi tekanan
AZAS BERNOULLI

Apabila diketahui jenis aliran dari nilai bilangan


L V2
hf  f atau Reynolds, maka nilai kehilangan tenaga krn gesekan
D 2g menjadi :
8 fL
hf  Q 2
32vVL
g 2 D 5 hf  v merupakan
gD 2 kekentalan
kinematik

Dimana :
hf = kehilangan tenaga krn gesekan
L = Panjang pipa
D = diameter pipa
V = kecepatan aliran
Q = debit
f = gesekan
AZAS BERNOULLI

Contoh Soal :
1. Hitung energi total air yang mengalir melalui pipa dengan

tekanan 20 KN/m2 dan kecepatan 6 m/d. Sumbu pipa berada


pada 10 m diatas garis referensi!
2. Pipa horizontal dengan panjang 50 m mempunyai diameter
yang mengecil dari 50 cm menjadi 25 cm. Debit aliran adalah
0,05 m3/dt. Tekanan pada pipa dengan diameter besar adalah
100 kPa. Hitung tekanan pada tampang dengan diameter
kecil!

0,5 m 0,25 m
Q = 0,05 m /dt
3
B
A
50 m
AZAS BERNOULLI

Terdapat dua kasus istimewa berkenaan dengan persamaan


Bernoulli.
1. Fluida diam atau tidak mengalir (v1 = v2 = 0)

p1  p 2   g (h2  h1 )
Persamaan ini menyatakan tekanan hidrostatis dalam zat cair
pada kedalaman tertentu.

Keterangan:
p1 dan p2 = tekanan pada titik 1 dan 2 (N/m2)
h1 dan h2 = tinggi tempat 1 dan 2 (m)
 = massa jenis fluida (kg/m3)
g = gravitasional acceleration (m/s2)
AZAS BERNOULLI

2. Fluida mengalir pada pipa horisontal (h1 = h2 = h)


1
p1  p 2   (v 2  v1 )
2 2

2
Persamaan ini menyatakan jika v2 > v1, maka p1 > p2 yang
berarti jika kecepatan aliran fluida disuatu tempat besar maka
tekanan fluida di tempat tersebut kecil dan berlaku
sebaliknya.
Keterangan:
p1 dan p2 = tekanan pada titik 1 dan 2 (N/m2)
v1 dan v2 = kecepatan pada 1 dan 2 (m)
 = massa jenis fluida (kg/m3)
g = gravitasional acceleration (m/s2)
PENERAPAN AZAS BERNOULI

Menentukan kecepatan dan debit semburan air pada tangki yang


berlubang
v 2 gh

h
Q = A.v Q  A 2 gh

Keterangan:
Q = aliran debit m3/s
v = kecepatan semburan air pada pada
bocoran itu m/s
h = tinggi air di atas lubang m
g = percepatan gravitasi m/s2
A = luas panampang lubang bocoran m2
PENERAPAN AZAS BERNOULI

Contoh :
Sebuah tangki berisi air setinggi 1,25 m. Pada tangki terdapat lubang
kebocoran 45 cm dari dasar tangki. Berapa jauh tempat jatuhnya air diukur dari
tangki (g =9,81 m/s2)?

Lintasan air merupakan bagian dari


gerak parabola dengan sudut  = 0o
(v0 arah mendatar)
1,25 m air
45 cm
PENERAPAN AZAS BERNOULI

Venturimeter
2( P1  P2 )
v1 
 [( A1 / A2 ) 2  1]
Keterangan:
p1 = tekanan pada titik 1 N/m2
p2 = tekanan pada titk 2 N/m2
 = massa jenis fluida kg/m3
v1 = kecepatan fluida pada titik 1 m/s
A1 = luas penampang 1 m2
A2 = luas penampang 2 m2
2 gh
v 2
 A1 
   1
 A2 
PENERAPAN AZAS BERNOULI

Contoh

Sebuah venturimeter memiliki luas penampang besar 10 cm2


dan luas penampang kecil 5 cm2 digunakan untuk mengukur
kecepatan aliran air. Jika perbedaan ketinggian permukaan air
15 cm.
Hitunglah aliran air dipenampang besar dan penampang kecil
(g = 9,81 m/s2)?

15 cm

v1 v2

A2
A1
PENERAPAN AZAS BERNOULI

Tabung pitot
Tabung pitot merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
kecepatan aliran suatu zat cair.

2  ' gh
v

Contoh
Sebuah tabung pitot digunakan untuk mengukur kelajuan aliran gas oksigen yang
mempunyai massa jenis 1,43 kg/m3 dalam sebuah pipa. Jika perbedaan tinggi zat
cair pada kedua kaki manometer adalah 5 cm dan massa jenis zat cair adalah
13600 kg/m3,
Hitunglah kelajuan aliran gas pada pipa tersebut! (g = 9,81 m/s2)
ALIRAN DALAM PIPA

Formula Empiris Untuk Aliran dalam Pipa


- Formula Hazen – Williems

0.63
v  1.318C HW RH S 0.54

Dimana :
V = kecepatan aliran dalam pipa
S = kemiringan garis energi
R = hydraulic radius
C = koefisien Hazen Williams
ALIRAN DALAM PIPA

- Formula Manning
1 2 / 3 1/ 2
v  RH S
n
Dimana :
V = kecepatan aliran dalam pipa
S = kemiringan garis energi
R = hydraulic radius
n = koefisien manning
Latihan soal
1. Suatu pipa mempunyai luas tampang yg mengecil dari diameter 0,3 m
(tampang 1) menjadi 0,1 m (tampang 2). Selisih elevasi tampang 1 dan 2 (dgn
tampang 1 dibawah) adalah Z. Pipa mengalirkan air dgn debit aliran 50 l/dt.
Tekanan di tampang 1 adalah 20 kN/m 2. Apabila tekanan pada tampang 2 tdk
boleh lebih kecil dari 10 kN/m2, hitung nilai Z. Kehilangan tenaga diabaikan!
2. Air mengalir dari kolom A menuju kolom B melalui pipa 1 dan 2. Elevasi
muka air kolom A dan B adalah +30 m dan +20 m. Data pipa 1 dan 2 adalah
L1= 50 m, D1= 15 cm, f1= 0,02 dan L2= 40 m, D2= 20 cm, f1= 0,015. Koefisien
kehilangan tenaga sekunder di C, D dan E adalah 0,5; 0,5; dan 1. Hitung debit
aliran!
3. Air dipompa dari kolom A menuju kolom B dengan beda elevasi muka air
adalah 25 m, melalui pipa sepanjang 1500m dan diameternya 15 cm.
Koefisien gesek pipa f= 0,02. Hitung daya pompa jika debit aliran 25 l/dt dan
efisiensi pompa 90%!
Lanjutan

Daya Pompa :
QH
P
75

Dimana :
P = daya pompa (horse power)
Q = debit
H = ketinggian (didasarkan pada kehilangan
tenaga)

 = efisiensi pompa
Bernoulli & Flight
 Bernoulli’s
Principle is what
allows birds and
planes to fly.
 The secret behind

flight is ‘under the


wings.’
MEKANIKA FLUIDA
MEKANIKA FLUIDA
MEKANIKA FLUIDA

Mekanika Fluida adalah cabang dari ilmu fisika yang


mempelajari mengenai zat fluida (cair, gas dan
plasma) dan gaya yang bekerja padanya. Mekanika
fluida dapat dibagi menjadi statika fluida, ilmu yang
mempelajari keadaan fluida saat diam; kinematika
fluida, ilmu yang mempelajari fluida yang bergerak;
dan dinamika fluida, ilmu yang mempelajari efek
gaya pada fluida yang bergerak.
 DENSITAS (kerapatan massa)

Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume


benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin
besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata
setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total
volumenya.

Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi


(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah
daripada benda bermassa...
KLASIFIKASI ALIRAN FLUIDA

 Bdsk tinjauan tertentu, aliran fluida dapat diklasifikasikan


dalam beberapa golongan. Dalam konteks air
(incompressiblefluids) dibagi menjadi 9 golongan antara lain :
 1. Aliran yang tak termampatkan dan termampatkan
(incompressible and compressible flows)
 Aliran tak termampatkan adalah kondisi aliran dimana rapat
massa fluidanya tidak berubah. Contohnya adalah
air,minyak,dll.
Aliran termampatkan adalah kondisi aliran dimana rapat
massa fluidanya berubah. Contohnya adalah gas. Pada fluida
jenis ini berlaku hukum termodinamika.
 2. Aliran tunak dan tak tunak (steady and unsteady flows )
 Aliran tunak atau aliran permanen (permanent flow) adalah
kondisi dimana komponen aliran tidak berubah terhadap waktu.
Contohnya adalah aliran di saluran/sungai pada kondisi tidak
ada perubahan aliran (tidak ada hujan, tidak banjir, dll)
 Aliran tak tunak atau aliran tidak permanen (impermanent flow)
adalah kondisi dimana komponen aliran berubah terhadap
waktu. Contoh aliran di saluran/sungai pada kondisi ada
perubahan aliran (ada hujan, ada banjir, dll) atau aliran yang
dipengaruhi muka air pasang-surut (muara sungai di laut)
 3. Aliran seragam dan tak seragam (uniform and non-uniform
flows)
 Aliran seragam adalah kondisi dimana komponen aliran tidak
berubah terhadap jarak. Contoh aliran di saluran/sungai pada
kondisi tidak ada pengaruh pembendungan/terjunan, tidak ada
penyempitan/pelebaran yang ekstrim.
 Aliran tidak seragam (non-uniform flow) adalah kondisi
dimana komponen aliran berubah terhadap jarak. Contoh
aliran di saluran/sungai pada kondisi ada pengaruh
pembendungan/terjunan, ada penyempitan/pelebaran yang
ekstrim.
 4. Aliran laminer dan turbulen (laminar and
turbulent flows)
 Fenomena aliran jenis ini dapat dijumpai dalam
kehidupan sehari hari, aliran air pada keran
mungkin yang paling sering kita jumpai.
 keran air yang dibuka sedikit saat awal air mengalir dg
kecepatan kecil, pada kondisi ini terjadi aliran laminer.
Kecepatan air meningkat dan berubah menjadi turbulen.
 Dari sudut pandang hidraulik, hal yang paling mudah untuk
membedakannya adalah gerak partikel/distribusi
kecepatannya seragam, lurus, dan sejajar untuk aliran laminer
dan sebaliknya untuk aliran turbulen. Perubahan dari laminer
menuju turbulen atau zona transisi terjadi pada jarak tertentu
dan zona transisi akan berakhir hingga terjadi kondisi ‘fully
developed turbulence’.
 Angka Reynolds biasanya digunakan untuk mempermudah dalam membedakan jenis aliran pada
klasifikasi ini. Persamaan Reynolds untuk mendapatkan Angka Reynolds dinyatakan dalam
persamaan dibawah ini :
 Re = U.R/v
 U : kecepatan rerata tampang
R : jari jari hidraulik (saluran terbuka); digunakan diameter (D) untuk aliran dalam pipa
(saluran tertutup)
v : kekentalan fluida (viskositas kinematik)
 Setelah mendapatkan Angka Reynolds, jenis aliran dapat diketahui melalui rentang
berikut:
 Aliran terbuka
 Re < 2000, laminer
Re > 12500, turbulen
 Aliran tertutup
 Re < 500, laminer
Re > 4000, turbulen
 Diantara rentang diatas merupakan kondisi transisi. Pada kondisi aliran laminer, pengaruh
viskositas lebih besar daripada inersia dan kondisi sebaliknya untuk aliran turbulen.
 5. Aliran yang dipengaruhi kekentalan dan tidak (viscous and inviscid flows)
 Aliran viskous atau aliran fluida nyata adalah aliran yang dipengaruhi oleh viskositas. Adanya
viskositas menyebabkan adanya tegangan geser dan kehilangan energy. Pada aliran ini terjadi
gesekan antarai fluida dengan dasar/dinding saluran atau pipa.
 Aliran invisid atau aliran fluida ideal adalah aliran yang tidak dipengaruhi viskositas/kekentalan
sehingga aliran ini tidak memiliki tegangan geser dan kehilangan energi. Dalam kenyataannya
aliran fluida ideal tidak ada. Konsep ini digunakan para peneliti terdahulu untuk membentuk
persamaan aliran fluida dan pengaplikasiannya di lapangan ditambahkan faktor penyesuaian
sesuai kondisi nyata.
 6. Aliran rotasi dan tak rotasi (rotational and irrotational flows)
Aliran irrotasional adalah aliran dimana nilai rotasinya atau setiap komponen vektor rotasinya
sama dengan nol. Contoh aliran irrotasional adalah medan aliran pada aliran seragam.
 Omega (kapital) sering dinotasikan sebagai vortisitas (vorticity), sehingga didefinisikan sebagai
sebuah vektor yang nilainya dua kalinya vektor rotasi.
 Sedangkan aliran rotasional adalah aliran dimana nilai rotasinya atau setiap komponen vektor
rotasinya tidak sama dengan nol. Hal ini berarti medan aliran dengan kecepatan vektor V atau
curl V tidak sama dengan nol.
 7. Aliran subkritis dan superkritis (subcritical and supercritical flows)
 Untuk membedakan jenis aliran pada klasifikasi ini sering digunakan Angka
Froude (F). Setelah mendapatkan Angka Froude, penentuan jenis aliran melalui
rentang berikut,
 F < 1, aliran sub-kritik
 F > 1, aliran super-kritik
 F = 1, aliran kritik
 8. Aliran yang terpisahkan/separasi dan tidak (separated and unseparated flows)
 Aliran yang tidak terjadi separasi dapat terjadi pada aliran yang sangat lambat.
 Fluida dengan nilai viskositas kecil atau kecepatan tinggi menimbulkan
momentum yang tinggi, sehingga sulit bagi aliran untuk ‘menempel’ pada
dasar saluran. Model aliran inilah yang disebut dengan aliran unseparated.
 9. Fluida Newtonian vs. non-Newtonian
 Sebuah Fluida Newtonian (dinamakan dari Isaac Newton) didefinisikan sebagai
fluida yang tegangan gesernya berbanding lurus secara linier dengan gradien
kecepatan pada arah tegak lurus dengan bidang geser.
 Definisi ini memiliki arti bahwa fluida newtonian akan mengalir terus tanpa
dipengaruhi gaya-gaya yang bekerja pada fluida. Sebagai contoh, air adalah fluida
Newtonian karena air memiliki properti fluida sekalipun pada keadaan diaduk.
 Sebaliknya, bila fluida non-Newtonian diaduk, akan tersisa suatu "lubang".
Lubang ini akan terisi seiring dengan berjalannya waktu. Sifat seperti ini dapat
teramati pada material-material seperti puding. Peristiwa lain yang terjadi saat
fluida non-Newtonian diaduk adalah penurunan viskositas yang menyebabkan
fluida tampak "lebih tipis" (dapat dilihat pada cat).
 Ada banyak tipe fluida non-Newtonian yang kesemuanya memiliki properti
tertentu yang berubah pada keadaan tertentu.
Aliran Laminer dan Turbulen
Garis alir pada fluida terdapat dua
jenis, yaitu:
1. Aliran laminar yaitu aliran
fluida yang mengikuti lintasan
garis lurus atau melengkung yang
jelas ujung dan pangkal-nya serta
tidak ada garis lurus yang
bersilangan.
2. Aliran turbulen adalah aliran fluida yang ditandai dengan adanya
aliran berputar dan arah gerak partikel yang berbeda, bahkan ber-
lawanan dengan arah gerak keseluruhan fluida.

You might also like