You are on page 1of 67

ILMU PENYAKIT PARASITIK (BIM205)

Oleh :
Poedji Hastutiek
AGUS SUNARSO
Muhammad Yunus

ILMU PENYAKIT ARTHROPODA VETERINER :


ILMU YANG MEMPELAJARI TENTANG INSEKTA
DAN ARACHNIDA YANG BERSIFAT PARASIT
PADA TERNAK DAN HEWAN KESAYANGAN
KOMPETENSI
 Mahasiswa mampu menyimpulkan penyakit
parasitik pada hewan yang disebabkan oleh
arthropoda, protozoa, dan helminth
berdasarkan perubahan patologi anatomi dan
gejala klinis serta pengendaliannya pada
hewan dengan baik dan benar
SILABUS
 Mata kuliah ini membahas pentingnya
penyakit parasitik pada hewan, kerugian yang
ditimbulkan, patogenesis, gejala klinis,
diagnosis, dan pengendalian penyakit yang
disebabkan oleh protozoa, arthropoda dan
helminth serta kepentingan parasit sebagai
vektor yang terjadi di Indonesia.
Ilmu Penyakit arthropoda
MENENTUKAN PENYAKIT PARASIT BERDASARKAN GEJALA KLINIS,
PATOLOGI ANATOMIS DAN DIAGNOSIS PARASITOLOGIS SERTA
PENGENDALIANNYA PADA HEWAN YANG DISEBABKAN OLEH
ARTHROPODA

MENENTUKAN CARA DIAGNOSIS, MENJELASKAN KEPENTINGAN

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN ARTHROPODA SEBAGAI


PENYAKIT ARTHROPODA VEKTOR

MENJELASKAN PATOGENESIS, GEJALA KLINIS


DAN KERUGIAN AKIBAT ARTHROPODA
ARTHROPODA
Kerusakan Mata & telinga

Entomopobia Kehilangan darah


Gelisah
(1)
Penyebab Penyakit/ Myiasis
Dermatosis Keadaan tidak Alergi
menyenangkan Tick Paralisa

(2)
vektor
BIOLOGIS
Cyclodevelopmental
MEKANIK Cyclopropagative
Propagative
Cyclopropagative

SIKLUS HIDUP Babesia bigemina


nimpa membawa patogen
Larva bersih

Telur bersih
Nimpa Mengisap patogen

Dewasa membawa patogen

SIKLUS HIDUP Theileria parva DALAM TUBUH CAPLAK


Siklus Hidup Haemoproteus columbae
Mikrofilaria dalam
tubuh nyamuk,
berkembang dalam
lambung menuju
malpighi,
menembus masuk
labium.

Siklus hidup Dirofilaria immitis


Telur tertelan olah
larva dan
sistiserkoid
berkembang di
dalam tubuh pinjal
sampai dewasa

Siklus Hidup Dipylidium caninum


AGEN PENYAKIT

INOKULASI
Tabanus sp.
Pinjal

Kontaminasi remukan jaringan


Pinjal dan kutu

Kontaminasi tinja
Triatoma sp.

Transovarial & stage to stage


Caplak

Termakan bersama
inang antara
Oribated mite

INANG
DIPTERA :

 Fam : Ceratopogonidae
 Genus : Culicoides sp.

SIFAT HAYATI : 
* Nocturnal, jantan & betina penghisap darah
* Inang : Unggas dan ternak
* Kepentingan : - Iritasi & vektor penyakit
- Vektor biologis Leucocytozoonosis
- Blue tongue, cacing Nematoda
Bovine epemeral fever dan Akabane.
* Spesies penting : C. arakawai, C. huffi, C. guttifer
** Pengendalian : - Sulit - Net halus + repellen
- Larvasida - Light trap
 
** Pengambilan dan Pengiriman :
- Light trap & Aspirator
- Identifikasi : + pengawet
- Isolasi : tanpa pengawet
 
Siklus Hidup Leucocytozoon simondi
DIPTERA
 Fam : Culicidae
 Anophelinae dan Culicinae

SIFAT HAYATI :  Culex sp Anopheles sp


* Betina penghisap darah
* Inang : Unggas, ternak, manusia & anjing
* Kepentingan : Iritasi, anemia.
vektor penyakit malaria unggas (cyclopropagative)
Filariasis (W. bancrofti), Dirofilaria immitis
Japanese B. encephalitis, Fowl pox, DBD
* Genus penting : Culex, Aedes dan Anopheles
  ** Pengendalian :
- Spraying dan fogging - Repellen
- Mengelola lingkungan - Kontrol biologi

** Pengambilan dan Pengiriman :


- Net dan Aspirator
- Identifikasi : + pengawet
- Isolasi : tanpa pengawet
 
Ae. aegypti – Ae albopictus
 
Siklus Hidup Plasmodium gallinaceum
INFESTASI NYAMUK :
Anopheles dan Culex
Di Taman Ternak Pendidikan
Fakultas Kedokteran Hewan
Unair
TABANIDAE
 Tabanus, Chrysops dan Hematopota
SIFAT BIOLOGIS : Betina penghisap darah
Menyukai sinar matahari
Predileksi : kaki, perut & bagian bawah
Spesies penting : T. rubidus, T. megalops
Kepentingan : Surra, Anaplasmosis, Antrax, Theleriosis,
Equine infectious anemia, Hog cholera,
Rinderpest.
Adaptasi Biologis : * An-otogeni * Telmophagi
* Ukuran tubuh besar * Jarak terbang jauh
* Interupted feeding
Pengendalian : - Spraying, sistemik, dipping
- Mengelola lingkungan
Beberapa Agen Penyakit yang Dapat Ditularkan oleh M. domestica

Protozoa : Entamoeba histolytica, E.coli, Giardia lamblia, G. intestinalis, Cryptosporidium parvum,


Toxoplasma gondii, Sarcocystis sp., Trichomonas sp, Eimeria tenella dan Isospora sp.

Cacing : Enterobius vermicularis, Ascaris lumbricoides, Ancylostoma, Necator sp., Taenia sp.,
Dipylidium caninum, Trichuris trichiura, Habronema muscae, Toxocara canis dan
Strongyloides stercoralis.

,
Bakteri : H. pylori, Y.pseudotuberculosis Campylobacter sp., E. coli H7, E. coli O157, Acinetobacter sp,
Cirtobacter freundii, Enterobacter aerogenes, Enterobacter agglomerans, Hafnia alvei,
Klebsiella pneumoniae, Morganella morganii, Proteus vulgaris, Pseudomonas sp, Salmonella sp.,
Listeria sp., Shigella sp., Vibrio cholera, Staphylococcus aureus dan Mycobacterium leprae.

Virus : Virus penyebab poliomielitis, hepatitis, trakhoma, coxsackie, infeksi ECHO virus dan Aujeszky’s disease
(pseudorabies).

Fungi : Arpergillus flavus, A. niger var niger, Penicillium corylophilum, P. fellutanum,


Cladosporium cladosporoides, Fussarium sp. Alternaria alternata, Curvularia brachyspora,
Mycelia sterilia dan Mucorales order
Ookista C. parvum (tanda panah) Dideteksi dengan
Immunofluorescent Antibodies dari Fecal Spots
A. Fecal spots dari eksoskeleton M. domestica
B. Tibia M. domestica yang mengandung ookista C. parvum
yang berasal dari feses sapi diare
C. Sayap M. domestica yang mengandung ookista C. parvum
yang berasal dari feses sapi diare
(Diambil dari : Graczyk et al., 1999 dalam Hastutiek, 2009).
Visualisasi E. coli dalam Tubuh Lalat dengan Mikroskop
Flourescence.
A. Struktur labelum dalam keadaan normal. Bars, 100 µm
B. Labelum dibawah UV light, E. coli terletak pada bagian
pseudotrachea (tanda panah)
(Diambil dari : Sela, 2005 dalam Hastutiek, 2009).
 
Musca domestica sebagai vektor biologis

(A) Sejumlah organisme mirip bakteri Helicobacter di dalam


saluran usus M. domestica setelah 12 jam makan pada
pelat agar yang mengandung H. pylori
(B) Saluran usus M. domestica kontrol, tidak mengandung
H. pylori, lumen terlihat kosong
(C) Karakteristik H. pylori dari spesimen hasil biopsi lambung
penderita. Mikroskop pembesaran 184 x
(Diambil dari : Grubel et al., 1997 dalam Hastutiek, 2009)
Musca domestica sebagai Pembawa Avian influenza
(Diambil dari : Departemen Pertanian, 2006 dalam Hastutiek, 2009).
 
DIPTERA

 Famili : Muscidae
 Spesies : Stomoxys calcitrans

SIFAT HAYATI : 
* Jantan dan betina penghisap darah
* Meletakkan telur pada feses campur manure
* Inang : ternak, reptil, burung dan manusia
* Waktu aktif : pagi hari
* Kepentingan : - Iritasi, anemia,
- vektor mekanis penyakit Surra, Antrax dan Fowl pox
Mal de Caderas,
- ISA : H. majus
 
* Pengendalian : - Sanitasi kandang
- Spraying dan Dipping
 
 
DIPTERA  
 Famili : Muscidae
 Spesies : H. irritans exigua
SIFAT HAYATI  
* Jantan dan betina penghisap darah
* Meletakkan telur pada feses segar
* Inang : ternak, anjing dan manusia
* Predileksi : sekitar tanduk
* Kepentingan :
- Iritasi, penurunan Berat badan dan produksi susu,
- Stefanofilaria stilesi, vektor mekanis penyakit Surra
Pengendalian :
- Sanitasi kandang
- Ear tags
- Spraying & dipping
- Back rubber
- Kontrol biologi
Hydrotaea irritans pada tanduk kambing
MYIASIS – TRAUMATIKA
MYIASIS :
Infestasi larva lalat pada jaringan hidup manusia dan hewan bertulang
belakang; larva akan tumbuh dan berkembang dalam jangka waktu
tertentu dengan memakan jaringan hidup. cairan tubuh, atau makanan
yang telah tercerna.

Chrysomya bezziana

Cochliomyia hominivorax

Wohlfahrtia magnifica

Lucilia cuprina
DISTRIBUSI LALAT MYIASIS

Wohlfahrtia
magnifica

Chrysomya bezziana

Cochliomyia hominivorax

Lucilia cuprina
PETA PENYEBARAN MYIASIS
DI INDONESIA

Kalimantan Sulawesi

Papua Barat

Sumatra

Java Madura
Sumbawa

Lombok
Sumba
West Timor

Myiasis pada ternak Myiasis pada manusia Myiasis pada ternak dan manusia

(Wardhana et al., 2014)


Menurut letaknya dibagi menjadi 3

• Myasis cutaneus
• Myasis intestinal
• Myasis insidental
MYASIS CUTANEUS

Penyebab larva dari genus:


- Lucilia
- Phormia
- Calliphora
- Chrysomyia
- Musca
- Cuterebra
- Dermatobia
Patogenesis
Lalat primer

telur

luka
Lalat sekunder larva

Lalat tertier
PENYEBAB MYIASIS
DI INDONESIA
(Chrysomya bezziana)

Koleksi : April Wardhana


SIKLUS HIDUP C. bezziana
1 hari
10-12 jam

L1 L2
TELUR
2 hari

L3

IMAGO

2 hari
7 hari PUPA
Koleksi : Martin Hall
PATOGENESIS MYIASIS
1 2

3 4
PATOGENESIS MYIASIS

3rd Instar Larval

Telur C. bezziana

2nd Instar Larval


Koleksi :
April W dan M. Hall
1st Instar Larval
Sapi yang terserang
myiasis (n = 225)
Kode Lokasi luka %
K Umblikus 23,5
Q Vulva 16,8
I Kaki 12,8
J Kuku 10,8
R Ekor 4,0
N Ambing 3,6
T Leher 3,6
S Prepusium 3,2
A Moncong hidung 3,2
Kasus myiasis di monitor dari 1
klinik hewan di Kediri

(Wardhana, 2011a)
STUDI MORFOLOGI LARVA
Anatomi larva instar III (L3) Chrysomya bezziana

Cephalic Spine
lobes band

Mouth hooks of Anterior spiracle Anterior tracheal


cephalopharyngeal skeleton trunk
MORFOLOGI MULUT C bezziana

C
Comments :
A. 1st Instar larva C. 3rd Instar larva
B B. 2nd Instar larva (Koleksi : M. Hall)
Myasis pada manusia oleh lalat Dermatobia hominis
Dermatobia hominis
KASUS MYIASIS PADA MANUSIA
DI INDONESIA
Gejala klinis:
- Hewan menundukkan kepala
- Menggigit bagian luka, digosokkan pada benda keras, luka bagian
belakang hewan berputar
- Luka kotor bercampur tanah, permukaan kering, tepi basah, bila
dikuakkan
bintik hitam (stigma larva)
 

Pencegahan : - Net + insektisida


- Spraying, dipping
- Selective breeding
- Pengaturan karkas (dingin)
 
Pengobatan : - Mengambil larva
- Cuci dgn antiseptic
- Dieldrin 0,4 % ; BHC 0,5 % ; Dichlor penathion 0,4 % atau
Pyrimithate 0,4 %.
 
Kharakteristik myiasis akibat lalat Calliphora pada domba
Diagnosa
 Melihat luka-luka
 Menemukan larva
pada luka
Myiasis intestinalis
Penyebab :  
1.Gastrophilus intestinalis
Telur  
lutut dan kuku kaki depan larva 1 mulut,
menembus mukosa lidah ujung sampai pangkal dalam
24 hari larva 2, pharing sekitar epiglotis
lambung, larva 3 (regio esophagus/glandularis).
 
2. Gastrophilus nasalis
Telur rambut intermandibularis
larva 1 dan 2 mulut (gigi dan gusi), jaringan necrose
terbentuk pus, 3-4 masuk lambung bersama makanan
bagian pylorus duodenum (regio glandularis)

3. Gastrophilus haemorrhoidales
Telur bulu pendek dekat mulut/bibir
larva menembus epidesmis bibir menuju bagian pylorus
duodenum dan rectum.

 
 
Patogenesis :
- Gangguan akibat migrasi di lidah dan penyumbatan saluran
pencernaan
 
Gejala klinis :
Umum : * Gangguan ketenangan
* Iritasi mukosa bibir dan lidah
* Radang lokal dan penebalan
* Penyumbatan saluran pencernaan
Lalat 2 : * Iritasi intermandibularis
* Mengganggukkan kepala
Lalat 3 : * Iritasi bibir
* Menempelkan moncong
 
Pengobatan : - Cukur bulu
- Ovisida (Carbolic sol. 2 %)
- Larvasida (CCL4,
Carbon sulfida 8-18 ml p.o)
- Neguvon 1,5g/50 kg BB
(dalam pakan)
 
Siklus Hidup Gastrophilus intestinalis
Terima Kasih

You might also like