You are on page 1of 18

Psychological First Aid

Psikologi Bencana
Pertemuan VIII
Pengertian Psychological First
Aid
Adalah intervensi singkat
Tahapan awal bagi orang yang
mengalami kondisi bencana
Untuk menghindari dampak psikologis
yang mendalam
Pengertian Psychological First
Aid
providing practical care and support, which does
not intrude;
assessing needs and concerns;
helping people to address basic needs (for example,
food and water, information);
listening to people, but not pressuring them to talk;
comforting people and helping them to feel calm;
helping people connect to information, services and
social supports;
protecting people from further harm.
Psychological First Aid is not…
 It is not something that only professionals can do.
 It is not professional counselling.
 It is not “psychological debriefing”1 in that PFA
does not necessarily involve a detailed discussion of
the event that caused the distress.
 It is not asking someone to analyse what happened
to them or to put time and events in order.
 Although PFA involves being available to listen to
people’s stories, it is not about pressuring people to
tell you their feelings and reactions to an event.
Who is PFA for?
 PFA is for distressed people
who have been recently
exposed to a serious crisis
event. You can provide help to
both children and adults.
However, not everyone who
experiences a crisis event will
need or want PFA. Do not
force help on people who do
not want it, but make yourself
easily available to those who
may want support.
Who is PFA for?
 There may be situations when someone needs much more
advanced support than PFA alone. Know your limits and get
help from others, such as medical personnel (if available),
your colleagues or other people in the area, local authorities,
or community and religious leaders. In the following box we
have listed people who need more immediate advanced
support. People in these situations need medical or other help
as a priority to save life.
People who need more immediate
advanced support:
people with serious, life-threatening
injuries who need emergency medical
care
people who are so upset that they cannot
care for themselves or their children
people who may hurt themselves
people who may hurt others
Reaksi Psikologis Individual
Sebelum Bencana:
complacency  menjalani rutinitas seperti
biasa
anxiety  jika ada peringatan sebelum
bencana
Saat terjadi bencana dan sesudahnya:
Fight  menerobos bahaya saat bencana
flight  menyelamatkan diri dari pusat
bencana
freeze  tetap di tempat saat bencana dan
berlindung sebisanya
Lanjutan
Saat terjadi bencana:
panik  muncul jika ada perasaan
“terjebak” dalam bencana
konflik dalam memilih prioritas 
menyelamatkan diri sendiri atau orang
lain
distress  tumpulnya perasaan sebagai
reaksi negatif akan stress
Lanjutan
Setelah bencana
emotional letdown  butuh refleksi atas
pengalaman bencana dan emosi yang
mengikutinya
burn-out vs rejuvenation  burn-out
muncul jika bantuan tak kunjung datang
resiliency  to bounce back after disaster
Langkah-langkah PFA
Memberikan kebutuhan dasar
Mendengarkan keluhan penyintas (survivor)
Merasakan dan mengerti bahwa hal ini
adalah reaksi normal terhadap situasi yang
tidak normal
Membantu langkah selanjutnya 
mempertemukan anggota keluarga,
memberikan informasi yang akurat
Melakukan referal kepada sistem lanjutan
Impelementasi PFA
I. Memenuhi kebutuhan dasar:
a. ajak penyintas ke lokasi aman
b. jika dibutuhkan, lakukan P3K
c. tawarkan makanan/ minuman
d. buat rasa nyaman
e. pastikan individu yang sedang marah
atau sedih tidak menyakiti diri sendiri-
orang lain
II. Dengarkan, dengarkan dan dengarkan
a. rasakan realitas dari penyintas
b. berpartisipasi aktif dalam pembicaraan
c. jika pantas, sentuhlah bahu dan tangan
penyintas
d. Dengarkan deskripsi cerita penyintas 
diharapkan dapat membantu mereka
memahami dan menerima kejadian
tersebut
III. Menerima Perasaan Penyintas
a. Berempati dan hargai perasaan
b. Respons normal terhadap bencana 
cemas, berduka, merasa bersalah
c. Dengarkan tanpa menghakimi
d. Jangan memberi saran atau peyakinan
“palsu”  “Saya mengerti apa yang Anda
rasakan”
IV. Pendampingan untuk langkah selanjutnya
a. beri informasi tempat penyintas bisa
mendapat bantuan
b. beri dukungan untuk membuat rencana
lanjutan
c. tindak lanjuti dengan membantu dan
mengunjungi jika masih dibutuhkan
d. biarkan penyintas mengevaluasi
kemajuan dan merasakan kalau ia mampu
sendiri
V. Melakukan Rujukan dan Tindak Lanjut
a. identifikasi penyintas yang butuh
konseling
b. rujukan bagi penyintas yang tidak
merespon
c. hubungkan dengan sistem dukungan
yang ada
Kondisi yang menimbulkan stres
Kedekatan secara fisik dengan bencana
Kedekatan secara emosional
Ada atau tidaknya kejadian lanjutan, misal:
rumah rusak, kehilangan pekerjaan, dll
Sebab kejadian, apakah gejala alam atau
buatan manusia baik diketahui atau tidak
“Kehendak Tuhan” lebih mudah diterima
daripada kecelakaan akibat tindakan orang
lain
Faktor individual
Kerentanan genetika
Pernah mengalami bencana sebelumnya
Punya sejarah stres terus menerus
Tingkat pendidikan dan pendapatan rendah
Adanya masalah kesehatan
Ada atau tidaknya keluarga dan sistem
pendukung sosial
Umur dan tingkat perkembangan seseorang

You might also like