You are on page 1of 14

Perencanaan Ulang Sistem Plambing KM. Musthika Kencana II Re-design of Plumbing System in KM.

Musthika Kencana II
Ardhana Wiranata dan Didik Bambang S. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Email : ardhanawiranata@yahoo.com
Abstrak PT. Dharma Lautan Utama memiliki kapal penumpang roro yaitu kapal Musthika Kencana II, dengan kapasitas 750 penumpang serta 42 muatan mobil kecil dan 35 truk besar. KM. Musthika Kencana II menempuh rute pelayaran pergipulang SurabayaBatulicinBalikpapan. Permasalahan yang terjadi di KM. Musthika Kencana II adalah air bersih tidak dapat digunakan sewaktuwaktu oleh penumpang melainkan hanya pada jam-jam tertentu, selain itu di KM. Musthika Kencana II tidak terdapat holding tank (unit penampung air limbah) serta sistem fire hydrant yang tidak efisien. Untuk dapat memenuhi kebutuhan terhadap air bersih dibutuhkan tangki air bersih dengan volume 98.5 m3. Holding tank yang dibutuhkan untuk menampung air buangan adalah 13.5 m3 untuk black water dan 54.5 m3 untuk grey water. Perencanaan ulang sistem plambing KM. Musthika Kencana II PT. Dharma Lautan Utama ini diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan yang terjadi di KM. Musthika Kencana II milik PT. Dharma Lautan Utama. Kata kunci: KM. penumpang roro, KM. Musthika Kencana II, sistem plambing, Fire hydrant

Abstract PT. Dharma Lautan Utama has roro passenger ship which one of his ship is MV. Musthika Kencana II, with a capacity of 750 passengers and 42 cargo trucks and 35 small cars. MV. Musthika Kencana II has shipping route to Surabaya-Balikpapan-Batulicin. The problem which raised in the MV. Musthika Kencana II is the clean water can not be used at any time by the passengers but only at certain hours, other than that in MV. Musthika Kencana II does not have a holding tank (waste water collection unit) as well as fire hydrant system that is inefficient. To be able to meet the demand of fresh water needed to provide fresh water tank with a volume of 98.5 m3. Holding tanks are needed to accommodate the waste water is 5.13 m3 to 54.5 m3 and black water for grey water. Redesign of plumbing system in MV. Musthika Kencana II. is expected to be a solution to the problems raised in the MV. Musthika Kencana II, owned by PT. Dharma Lautan Utama. Keywords: MV. roro passengers, MV. Musthika Kencana II fire hydrant, plumbing

1. Pendahuluan Kapal Motor (KM) Musthika Kencana II merupakan salah satu kapal penumpang jenis roro yang dimiliki oleh PT Dharma Lautan Utama dengan kapasitas penumpang 750 serta 42 muatan mobil kecil dan 35 truk besar. Kapasitas jumlah penumpang yang besar perlu dilengkapi dengan adanya sistem plumbing yang baik di KM. Musthika Kencana II, baik dari segi air bersih maupun air buangan, untuk memenuhi keamanan dan kenyamanan penumpang. Pemenuhan kebutuhan air bersih yang selama ini dilakukan hanya dapat digunakan pada waktu waktu tertentu. Pemenuhan kebutuhan air bersih dilakukan dengan menggunakan dua alternatif, yaitu dengan menggunakan air PDAM untuk shower dan faucet, serta air hasil pengolahan yang berasal dari grey water. Air hasil pengolahan kemudian digunakan untuk menggantikan air bersih pada alat saniter yang membutuhkan penggelontoran, seperti watercloset dan urinoir. Pengelolaan air limbah KM Musthika Kencana II yang memiliki kapasitas 8181 GT (gross tonnage) dilakukan dengan penambahan unit penampung air limbah (holding tank.). Penambahan unit holding tank ini bertujuan agar KM Musthika Kencana II sesuai dengan peraturan dalam MARPOL Annex IV yang mengharuskan sebuah kapal dengan kapasitas lebih dari 400GT (gross tonnage) wajib dilengkapi dengan holding tank. Untuk meningkatkan keamanan penumpang dalam KM Musthika Kencana II juga dilakukan dengan penambahan unit penyaluran fire hydrant di beberapa tempat yang belum memiliki sistem proteksi fire hydrant ini, sehingga jika terjadi kebakaran di kapal dapat diatasi dengan segera. Tujuan perencanaan ini adalah: 1. Merencanakan sistem plambing (sistem penyediaan air bersih, sistem penyaluran air buangan dan ven, dan pemadam kebakaran) untuk mengatasi permasalahan di KM. Musthika Kencana II. 2. Merencanakan bangunan pelengkap seperti fresh water tank dan holding tank yang sesuai dengan sistem plambing dan fire hydrant yang akan digunakan di KM. Musthika Kencana II.

3. Menghitung Bill of Quantity (BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang diperlukan untuk keseluruhan sistem tersebut di KM. Musthika Kencana II. Sistem Plambing Sistem plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem penyaluran air buangan termasuk semua sambungan, alat-alat dan perlengkapannya yang terpasang di dalam persil dan gedung (SNI 03-6481-2000, 2000). Penyediaan air bersih dilakukan dengan memperhatikan kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang memenuhi syarat, sedangkan penyaluran air buangan dilakukan dengan memperhatikan terhindarnya pencemaran pada bagian lain agar tercipta kondisi yang higienis dan nyaman bagi lingkungan.

Sistem Penyediaan Air Bersih Sistem penyediaan air bersih yang digunakan adalah sistem tangki tekan (hydrophore). Prinsip kerja sistem ini adalah air yang telah ditampung di dalam fresh water tank, dipompakan ke dalam suatu tangki tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dari tangki tersebut di alirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang akan bekerja saat tekanan tangki telah mencapai batas minimum dan berhenti saat telah mencapai batas maksimum.

Tangki Air Tangki yang akan digunakan dalam perencanaan adalah tangki untuk penyimpanan air bersih harus selalu dibersihkan secara teratur agar dapat menjaga kualitas air bersih yang disimpan. Tangki air bersih yang digunakan antara lain fresh water tank dan tangki tekan, sedangkan tangki yang digunakan untuk air buangan yaitu tangki air buangan untuk grey water dan black water. Untuk menghitung kapasitas fresh water tank dan tangki tekan yaitu:

1. Fresh Water Tank Air yang berasal dari pipa utama instalasi PDAM ditampung dahulu pada tangki fresh water tank yang terletak di bagian lantai paling dasar dari kapal. Air tersebut kemudian dialirkan ke tangki tekan dengan bantuan pompa. 2. Sistem Tangki Tekan Tangki tekan merupakan tabung yang berisi udara pada bagian atasnya dan air pada bagian bawahnya. Air yang berada dibagian bawah akan memampatkan udara yang berada di atasnya sehingga volume udara mengecil dan tekanan naik yang dapat mengakibatkan tekanan sisi keluaran pompa naik, bila telah tercapai tekanan tertinggi, maka pressure switch akan memutus arus menuju motor sehingga pompa mati, ketika air dipakai maka air yang berada dalam tangki tekan akan berkurang sehingga udara yang berada di atasnya akan mengembang (volumenya bertambah) dan tekanan tangki turun sampai pada tekanan setting terendah yang menyebabkan pressure switch akan berkontak kembali dan pompa akan bekerja lagi Perhitungan Volume Tangki Hydrophore (tangki tekan)
Vh Vo D x Pm 6 x Pm Po

dimana :Vh = Volume tangki hydrophore (m3) Vo = Volume fluida sisa yang tertinggal dalam tangki D = Rata-rata pemakaian air per jam Pm = tekanan maksimum dalam tangki (kg/cm2) Po = tekanan minimum dalam tangki (kg/cm2) 3. Tangki Air Buangan Tangki air buangan menampung air buangan yang berasal dari kegiatan domestik, antara lain berupa black water atau grey water. Besaran air buangan ini umumnya antara 70-80% dari pemakaian air bersih.
4

Penetuan Kebutuhan Air Bersih Penentuan kebutuhan air bersih dalam suatu kapal penumpang dihitung berdasarkan kebutuhan terhadap konsumsi penumpang dan kru kapal, kebutuhan untuk fasilitas saniter, kebutuhan untuk kru kapal saat bersandar dan kebutuhan untuk mesin. a. Perhitungan kebutuhan air untuk makan dan minum
Wfwd Zc x R x Cfwd

24 x Vs

Zc = jumlah kru dan jumlah penumpang maksimal R = radius dinas (Nautical mile) Vs = kecepatan rata rata kapal selama perjalanan (Knot) C fwd = koefisien pemakaian air bersih untuk makan dan minum adalah 10 20 kg/orang. b. Perhitungan kebutuhan air untuk fasilitas saniter
Wfwd Zc x R x Cfwd

24 x Vs

C fwd = koefisien pemakaian air bersih untuk penggunaan saniter adalah 60 200 kg/orang. c. Perhitungan kebutuhan air bersih untuk kru saat kapal bersandar
Wfwd Zc x t x Cfwd

Zc = jumlah kru kapal t = waktu sandar C fwd = koefisien pemakaian air bersih adalah 119 kg/orang. d. Perhitungan kebutuhan air bersih untuk mesin Mesin utama : Wfwj BHP x C x
R Vs x 10 6

C= 5

gr .hr (merupakan kebutuhan fresh water untuk penambahan water jacket pada motor kw

induk dan motor bantu (2-5 gr/kw.hr))


5

BHP = Kapasitas mesin utama Mesin bantu: Wfae c x Wfwj C = koefisien dengan nilai 0,1 0,2, diambil Wfwj = 1.08 ton e. Pemakaian air untuk seluruh kapal per jam:
Qh Vol.air tawar x kec.dinas radius pelayaran

Qh = pemakaian air untuk seluruh kapal per jam

Penentuan Dimensi Pipa Air Bersih Penentukan dimensi pipa ditentukan dengan menggunakan metode sistem hitungan hidraulik. Penentuannya dimensi pipa dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut: a) Menentukan jumlah alat plambing yang digunakan b) Menentukan besarnya nilai fixture unit c) Menentukan besarnya debit yang digunakan d) Menentukan dimensi pipa air bersih
D ( Q )x 1 1.85 Hf L

2.63 0.00155xC

D Q C

= Diameter pipa (cm) = Debit aliran (L/det)

= Koefisien kekasaran pipa (m)

Hf = head loss

Sistem Penyaluran Air Buangan dan Ven Peraturan standar Maritim Policy (MARPOL) Annex IV berisi mengenai tata cara pembuangan kotoran (sewage) ke laut yang bertujuan agar tidak menimbulkan pencemaran terhadap laut. Peraturan MARPOL annex IV ditujukan untuk kapal yang memiliki 400 Gross tonnage atau lebih dan membawa lebih dari 15 orang agar menyediakan holding tank atau sistem pengolahan limbah. Limbah yang telah diolah bisa dibuang ke laut dengan radius 3 nautical miles, sedangkan untuk limbah yang tidak diolah dapat dibuang dengan radius 15 nautical miles dari daratan terdekat dengan kecepatan maksimal sebesar 4 Knot.

Sistem Fire Hydrant Sistem fire hydrant memiliki dua sistem pengaliran, yaitu: a. Wet Riser System: Seluruh instalasi pipa hydrant berisikan air bertekanan dengan tekanan air dan selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap. b. Dry Riser System: Seluruh instalasi pipa hydrant tidak berisikan air bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika katup selang kebakaran dibuka.

2. Gambaran Umum Perencanaan Umum PT. Dharma Lautan Utama merupakan salah satu perusahaan pelayaran yang menyediakan kapal penumpang jenis kapal Ro-Ro (Roll on roll off) yang dapat memuat kendaraan seperti truk, mobil, sepeda motor, dan juga penumpang. Kapal jenis ini memiliki pintu masuk kapal khusus kendaraan agar kendaraan dapat berjalan masuk ke dalam kapal ataupun keluar kapal dengan sendirinya sehingga disebut sebagai roll on roll off. Salah satu kapal jenis roro yang dimiliki oleh PT. Dharma Lautan Utama adalah KM. Musthika Kencana II

Kondisi eksisting KM. Musthika Kencana II memiliki kendala di sistem sanitasi dalam operasionalnya, yaitu air bersih tidak bisa mengalir secara kontinyu selama 24 jam ke unit alat plambing melainkan hanya pada jam-jam tertentu, hal ini dilakukan operator kapal untuk mengantisipasi kekurangan air bersih selama pejalanan. Tidak tersedianya holding tank atau tangki penampung limbah di KM. Musthika Kencana dapat menggangu operasional kapal, hal ini dikarenakan limbah domestik hasil operasional kapal tidak boleh dibuang disegala lautan yang nantinya dapat berpotensi menimbulkan pencemaran dan melanggar aturan Maritim Policy (MARPOL) 73/78 Annex IV tentang aturan pencegahan pencemaran oleh limbah domestik dari kapal. Ruang saniter pada KM. Musthika Kencana II terdiri dari 58 ruang yang terletak pada geladak sekoci, akomodasi II, akomodasi I serta geladak kedua, sedangkan pada keempat lantai lainnya tidak terdapat ruang saniter. Jumlah ruang saniter terbanyak terdapat pada geladak akomodasi I karena pada geladak ini terdapat ruang VIP untuk penumpang.

Hasil Perencanaan Air bersih Kebutuhan air bersih untuk konsumsi ditentukan berdasarkan penggunaan air pada konsumsi rutin sehari hari dikapal yang meliputi konsumsi untuk memasak dan untuk air makan serta minum, baik bagi para penumpang serta kru kapal. Air bersih maksimum yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan mesin selama perjalanan Surabaya-Balikpapan sebesar 98.5 m3. Pemilihan Surabaya-Balipapan sebagai acuan untuk menentukan volume air bersih dan tangki air bersih yang harus disediakan, karena Surabaya-Balikpapan merupakan rute terjauh yang ditempuh KM. Musthika Kencana II dengan jarak 302 nautical miles. Sistem penyediaan air bersih dilakukan dengan memompakan air bersih dari tangki air bersih ke dalam tangki tekan dengan

menggunakan pompa sentrifugal, kemudian dari tangki tekan air bersih dipompakan ke seluruh unit alat plambing KM. Musthika Kencana II.

Air Buangan Air buangan domestik yang dihasilkan dari aktivitas kapal diasumsikan sebesar 80% dari kebutuhan air bersih yang digunakan untuk fasilitas sanitair, konsumsi dan kebutuhan air bersih saat kapal sandar di pelabuhan, setelah dilakukan perhitungan air buangan yang dihasilkan sebesar 97 m3. Air buangan yang telah diketahui volumenya kemudian diklasifikasikan berdasarkan jenisnya yaitu greywater dan blackwater. Pengklasifikasian air buangan bertujuan karena limbah greywater yang dihasilkan akan diolah kembali dan akan difungsikan untuk air penggelontor (flushing) water closet dan urinoir. Komposisi perbandingan volume greywater dan blackwater yang dihasilkan sebesar 80 % dan 20 %. Sehingga dari komposisi tersebut dapat diketahui jumlah greywater yang dihasilkan yaitu sebesar 54,5 m3 dan 13,5 m3. Setelah diketahui volume masing-masing jenis limbah, kemudian direncanakan holding tank untuk greywater dan blackwater secara terpisah. Sistem Ven Perencanaan sistem ven pada KM. Musthika Kencana II dilakukan untuk menjaga aliran dalam pipa pembuangan agar dapat mengalir dengan lancar serta memberi saluran sirkulasi udara dalam pipa pembuangan agar tidak menganggu aliran air buangan dan kenyamanan penumpang dalam memanfaatkan fasilitas saniter. Penentuan diameter untuk pipa ven dalam perencanaan ini direncanakan menggunakan 2 pipa tegak ven yang disambungkan dengan pipa tegak dari saluran pembuangan, selain itu pipa ven juga pengaruhi oleh Unit Alat Plambing yang menjadi beban dari sistem tersebut. Air Hasil Pengolahan Perhitungan kebutuhan air hasil pengolahan digunakan untuk memenuhi kuantitas air yang dapat didaur ulang menjadi air hasil pengolahan. Air yang di daur ulang berasal dari air buangan
9

grey water dan hanya dimanfaatkan dalam aktifitas penggelontoran pada alat saniter water closet dan urinoir. Air buangan berupa grey water bersumber dari 80 % volume air buangan total, yaitu sebesar 37 m3. Volume grey water yang dihasilkan kemudian dialirkan pada mesin pengolah air limbah. Alat saniter yang terdapat pada KM. Musthika Kencana II terdiri dari water closet sejumlah 91 buah dan urinoir sejumlah 4 buah. Berdasarkan jumlah alat saniter tersebut, maka untuk

mengetahui besarnya air limbah yang akan diolah dapat diketahui melalui perhitungan kebutuhan air penggelontor pasa masing masing alat saniter. Kebutuhan air ini akan dipenuhi dengan alat daur ulang yang memiliki kapasitas daur ulang air limbah 23 m3, sedangkan sisa grey water lainnya ditampung dalam grey water tank untuk selanjutnya dipompa keluar melalui shore connection pada saat kapal sandar di pelabuhan. Pengadaan alat pengolahan limbah grey water sebagai pemenuhan persyaratan Maritim Policy (MARPOL) Annex IV tentang tata cara pembuangan kotoran (sewage). Maritim Policy (MARPOL) mensyaratkan kapal yang memiliki Gross Tonnage lebih dari 400 GT dan membawa 15 orang maka wajib dilengkapi holding tank ataupun sistm pengolahan limbah. Sistem pengolahan limbah yang dipakai dalam perencanaan ulang KM. Musthika Kencana II yaitu alat pengolahan milik Aco Marine, perusahaan yang khusus bergerak di bidang perlengkapan kapal. Alat pengolahan ini memiliki berbagai serangkaian proses dalam mengolah air grey water yaitu proses membrane dan biologi. Alat pengolah grey water Aco Marine mampu mengolah limbah antara 5,75 - 57,5 m3/hari bergantung pada tipe dan dimensinya. Berikut ini adalah gambar alat pengolah grey water Aco Marine yang akan ditampilkan pada Gambar 1

10

Gambar 1 Alat pengolah grey water merk Aco Marine Fire Hydrant Sistem fire hydrant yang direncanakan dalam KM. Musthika Kencana II memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Untuk bagian dalam kapal Sistem pengendalian kebakaran di bagian dalam kapal menggunakan fire hose reel, fire hose reel merupakan sistem pemadam kebakaran dengan menggunakan selang pipa hydrant yang memiliki jangkauan jangkauan maksimum 50 feet atau 15 m dan diameter 2.5 inchi. Sistem ini dapat memancarkan air untuk memadamkan api dengan kecepatan aliran dalam pipa 2 m/detik. 2. Untuk bagian geladak kendaraan Sistem pengendalian jika terjadi kebakaran pada Kapal Musthika Kencana II di geladak kendaraan ini direncanakan dengan menggunakan post hydrant dan sprinkler system. Post hydrant merupakan alat pemadam kebakaran yang berupa selang pipa hydrant dalam kotak besi berukuran 1 m. Sedangkan sistem sprinkler diletakkan setiap 5 meter dengan debit sebesar 0.7 l/det. Kebutuhan air fire hydrant yang direncanakan dalam sistem fire hydrant untuk bagian dalam dan luar kapal berasal dari air laut. Air laut dipilih sebagai suplai air fire hydrant karena air laut dapat mensuplai kebutuhan selama 24 jam secara terus menerus, suplai selama 24 jam untuk
11

direncanakan

memadamkan api sangat penting karena pada saat-saat tertentu tidak memungkinkan terdapat bantuan pemadaman api oleh pihak lain jika terjadi kebakaran di tengah laut. Peletakan dan penentuan jumlah fire hydrant dalam gedung direncanakan berdasarkan jarak jangkau alat terhadap luas keseluruhan dalam kapal.
Penentuan dimensi pipa fire hydrant ini bergantung pada debit aliran dan kecepatan air yang mengalir dalam pipa. Pada saat terjadi kebakaran, maka jalur yang digunakan untuk melakukan pemadaman bergantung pada posisi terjadinya kebakaran. Berdasarkan denah pada gambar 8.1, dapat dilakukan perhitungan dimensi pipa fire hydrant yang terdiri dari pipa mendatar dan pipa tegak.

Pompa pada sistem fire hydrant digunakan untuk mensuplai air dari sea chest (saluran masuknya air laut ke dalam kapal) ke alat-alat fire hydrant yang ada, yaitu post hydrant dan Fire Hose Reel. Pada perencanaan ini pompa fire hydrant diasumsikan pada kondisi dimana alat pemadam kebakaran bekerja seluruhnya. Perencanaan pada kondisi ini dilakukan agar pompa dapat mengaliri seluruh alat pemadam kebakaran. Direncanakan terdapat tiga jenis pompa, yaitu pompa elektrik, pompa diesel dan pompa tambahan.

3. RAB Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dibutuhkan untuk perencanaan ulang sistem plambing KM. Musthika Kencana II akan dihitung sesuai dengan harga per unit dikali dengan jumlah keseluruhan alat sanitair, aksesoris, pompa di KM. Musthika Kencana II. 1. Biaya air bersih 2. Biaya air buangan 3. Biaya air pengolahan 4. Biaya fire hydrant 5. Biaya pengerjaan = Rp. 391.500.000 = Rp. 43.451.888

= Rp. 656.767.000 = Rp. 172.429.250 = Rp. 83.555.000

Rp. 1.353.703.138
12

Sedangkan biaya yang digunakan untuk pengoperasian alat pengolahan limbah dibutuhkan operator sejumlah 1 orang dengan gaji bulanan sebesar Rp. 3.000.000,- sesuai standar gaji Upah Minimum Regional untuk golongan tenaga ahli/terampil.

4. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari penyusunan tugas akhir ini adalah: 1. Perencanaan sistem plambing yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di KM. Musthika Kencana yaitu dengan dilakukan perhitungan ulang kebutuhan air yang harus dibawa selama perjalanan dan dilakukan penambahan alat sanitair di beberapa ruangan KM. Musthika Kencana II yang kurang terakomodir alat sanitair. 2. Perlu direncanakan dua macam holding tank, yaitu grey water tank dan black water tank untuk menampung limbah yang dihasilkan, sedangkan limbah grey water bisa dimanfaatkan lagi sebagai air penggelontor (flushing) di urinoir dan water closet. 3. Anggaran yang dibutuhkan untuk perencanaan ulang KM. Musthika Kencana I sebesar Rp.1.353.703.138 Saran Saran yang diusulkan selama penyusunan tugas akhir ini adalah: 1. Potensi limbah greywater dan black water yang dihasilkan kapal cukup besar, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk pengolahan limbah khusus greywater yang bersumber dari seluruh kapal di pelabuhan, dan effluent dari air tersebut digunakan sebagai air penggelontor alat sanitair di kapal.

13

2. Perlu dilakukan minimalisir penggunaan air bersih dengan menggunakan air laut untuk melayani kebutuhan domestik KM. Musthika Kencana II yang sebelumnya telah melalui proses pengolahan dengan menggunakan sistem reverse osmosis (RO) Daftar Pustaka Anonim. 2000. Spesifikasi Sistem Plambing. (SNI 03-6481-2000).

(http:/www.pu.go.id/satminkal/balitbang/sni/pdf/SNI%2003-6481-2000.pdf). 1 Februari 2010. Jam 15.09WIB. Anonim. 2010. Buku Diktat Ajar Mekanika Fluida.

(http:/mesin.brawijaya.ac.id/diktat_ajar/data/10_a_mekanika_fluida.pdf).Jurusan Mesin.Universitas Brawijaya. Malang. 27 Januari 2010. Jam 15.17 WIB. Morimura dan Noerbambang. 1985.Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. NFPA 20. 1993. Centrifugal Fire Pumps. National Fire Protection Association. Sularso dan Tahara, H. 2006. Pompa dan Kompresor. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

14

You might also like