Professional Documents
Culture Documents
34
Pendahuluan
Perairan Sidoarjo merupakan daerah penting bagi nelayan sekitar karena
telah lama dijadikan sebagai area penangkapan perikanan, namun pembangunan
limbah industri di daerah tersebut menyebabkan adanya pencemaran lingkungan.
Pada perairan pesisir Sidoarjo, terdapat beberapa muara salah satunya yaitu muara
Sungai Ketingan. Muara Sungai Ketingan merupakan salah satu muara yang
rentan terkena dampak limbah buangan pabrik maupun limbah rumah tangga di
daerah perkotaan khusunya kota Sidoarjo. Logam berat sebagai salah satu
komponen yang terdapat dalam limbah industri yang dapat menimbulkan masalah
tersendiri karena tidak terdegradasi dalam lingkungan dan bersifat racun terhadap
makhluk hidup. Logam-logam berat yang berbahaya yang sering mencemari
lingkungan antara lain merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd) dan
kromium (Cr). Logam berat merkuri (Hg) merupakan salah satu jenis logam yang
banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu-batuan, biji tambang, tanah,
air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik. Organisme perairan dapat
mengakumulasi merkuri (Hg) dari air, sedimen dan makanan yang dikonsumsi.
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu komoditas yang
banyak terdapat di muara Sungai Ketingan. Kerang dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan antara lain sebagai bahan makanan sumber protein (Dharma, 1988).
Kerang dapat mengakumulasi logam lebih besar daripada hewan air lainnya
karena sifatnya yang menetap dan menyaring makanannya (filter feeder) serta
lambat untuk dapat menghindarkan diri dari pengaruh polusi. Oleh karena itu,
jenis kerang merupakan indikator yang sangat baik untuk memonitor suatu
pencemaran logam dalam lingkungan perairan (Darmono, 2001). Ukuran kerang
dapat mempengaruhi konsentrasi logam berat dalam tubuhnya. Menurut
Aunurohim dkk. (2009), ukuran cangkang yang besar berkorelasi positif dengan
meningkatnya umur dan meningkatnya umur juga berkorelasi positif dengan
meningkatnya konsentrasi logam berat pada tubuh. Oleh sebab itu perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui korelasi ukuran kerang darah (Anadara granosa)
dengan konsentrasi logam berat merkuri (Hg) di muara Sungai Ketingan,
Sidoarjo.
35
air
laut
diambil
dengan
water
sample
berupa
tabung
polyphropelyne. Sampel air laut diambil di tiap stasiun yaitu sebanyak 5 stasiun.
Pengambilan sampel air laut dilakukan sebanyak dua kali pada dua kedalaman
yang berbeda yaitu air dekat permukaan (1 m dibawah permukaan) dan air dekat
dasar perairan (0,5 meter diatas dasar laut), kemudian sampel air digabungkan
(dikomposit) menjadi satu (Hutagalung dkk., 1997). Jumlah air laut yang diambil
untuk analisis logam berat Hg sebanyak 600 ml. Sampel air diberi pengawet
37
Pada sedimen memiliki konsentrasi logam berat merkuri (Hg) lebih tinggi
daripada konsentrasi logam berat merkuri (Hg) yang terdapat pada kerang darah
(Anadara granosa) dan air laut. Konsentrasi logam berat merkuri (Hg) pada
sedimen berkisar antara 0,224-0,293 mg/l. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, diperoleh data konsentrasi merkuri (Hg) pada sedimen yang dapat
dilihat pada Gambar 3.
kerang
darah
(Anadara
granosa)
yang
berbeda
dapat
menyebabkan nilai konsentrasi merkuri (Hg) yang berbeda pula. Berdasarkan data
yang diperoleh menunjukkan bahwa ukuran kerang kecil (<2,5 cm) memiliki nilai
konsentrasi merkuri yang lebih sedikit daripada ukuran kerang sedang dan besar.
Ukuran kerang sedang (2,3 cm-3 cm) memiliki nilai konsentrasi merkuri yang
lebih sedikit daripada ukuran kerang besar (>3 cm). Berarti semakin besar ukuran
kerang maka akan semakin tinggi pula konsentrasi merkuri (Hg).
Berdasarkan perhitungan regresi-korelasi diketahui koefisien korelasi (R)
adalah 0,76. Hubungan X dan Y kuat dan positif, artinya kenaikan ukuran kerang
pada umumnya menaikkan konsentrasi Hg. R2 yang merupakan koefisien
determinasi didapat hasil 0,57 yang artinya kontribusi variabel X terhadap
variabel
sebesar
57%.
Persamaan
regresi
yang
terbentuk
yaitu
39
Konsentrasi merkuri (Hg) pada air laut juga dapat mempengaruhi besarnya
konsentrasi merkuri (Hg) pada kerang darah. Hal ini disebabkan karena sifat
makan kerang darah yaitu filter feeder. Kerang darah mendapatkan makanan
dengan cara menyaring air yang masuk ke dalam tubuhnya.
Berdasarkan perhitungan regresi-korelasi diketahui koefisien korelasi adalah
0,58. Hubungan X dan Y adalah positif, artinya kenaikan konsentrasi merkuri
(Hg) air laut pada umumnya menaikkan konsentrasi merkuri (Hg) pada kerang
darah. R2 yang merupakan koefisien determinasi didapat hasil 0,33 yang artinya
kontribusi variabel X terhadap variabel Y sebesar 33%. Persamaan regresi yang
terbentuk yaitu Y=0.0289+0.1795X. Tanda positif (+) pada variabel konsentrasi
merkuri (Hg) air laut menunjukkan kenaikan, sehingga bila konsentrasi merkuri
(Hg) air laut naik maka konsentrasi logam berat merkuri (Hg) kerang akan naik,
begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan perhitungan regresi-korelasi diketahui koefisien korelasi adalah
0,59. Hubungan X dan Y adalah positif, artinya kenaikan konsentrasi merkuri
(Hg) sedimen pada umumnya menaikkan konsentrasi merkuri (Hg) pada kerang
darah. R2 yang merupakan koefisien determinasi didapat hasil 0,35 yang artinya
kontribusi variabel X terhadap variabel Y sebesar 35%. Persamaan regresi yang
terbentuk yaitu Y=0.0084+0.111X. Tanda + pada variabel konsentrasi merkuri
(Hg) sedimen menunjukkan kenaikan, sehingga bila konsentrasi merkuri (Hg)
sedimen naik maka konsentrasi logam berat merkuri (Hg) kerang akan naik,
begitu juga sebaliknya.
Ukuran kerang darah (Anadara granosa) yang berbeda dapat menyebabkan
akumulasi logam berat merkuri (Hg) yang berbeda pula. Pada stasiun 1, akumulasi
merkuri berada pada kisaran 0,5806-0,7580 mg/kg, sedangkan pada stasiun 2,
akumulasi merkuri berada pada kisaran 0,6734-0,8775 mg/kg. Pada stasiun 3,
akumulasi merkuri berada pada kisaran 0,6481-0,8148 mg/kg. Pada stasiun 4,
akumulasi merkuri berada pada kisaran 0,9681-1,1875 mg/kg, sedangkan pada
stasiun 5, akumulasi merkuri berada pada kisaran 1,6666-2,0555 mg/kg.
Berdasarkan data tersebut, maka akumulasi merkuri tertinggi terdapat pada kerang
besar (>3 cm) yang berada pada stasiun 5 dengan akumulasi sebesar 2,0555
mg/kg dan akumulasi merkuri terendah terdapat pada kerang kecil (<2,5 cm) yang
berada pada stasiun 1 yaitu sebesar 0,5806 mg/kg.
Berdasarkan hasil penelitian, perairan muara Sungai Ketingan memiliki
kisaran suhu antara 25 oC-28 oC dan salinitas muara Sungai Ketingan memiliki
kisaran antara 15-20. Nilai salinitas air untuk perairan tawar biasanya
berkisar antara 05 (Salinitas air Tawar), perairan payau biasanya berkisar
antara 630 (Salinitas air Payau) dan perairan laut berkisar antara >30
(Salinitas air Laut) (Alwi, 2010). Derajat keasaman (pH) berada pada kisaran 7-8.
Menurut Romimohtarto (2007) pH perairan pesisir permukaan di Indonesia berada
pada kisaran 6,00-8,50. Kadar oksigen terlarut (DO) di semua stasiun yaitu 5 mg/l
dan kecerahan sebesar 10 cm.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa
ukuran kerang darah (Anadara granosa) berukuran besar memiliki konsentrasi
logam berat merkuri (Hg) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kerang darah
(Anadara granosa) berukuran lebih kecil. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor,
salah satunya terkait dengan cara makan kerang yaitu filter feeder. Dalam proses
filter feeder, kerang menyaring makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Saat
makanan tersebut masuk ke dalam tubuh kerang, maka partikel logam berat akan
ikut terserap ke dalam tubuh, sehingga semakin banyak makanan yang disaring
maka semakin banyak pula logam berat dalam tubuh kerang. Hal ini juga
berkaitan dengan besarnya ukuran kerang karena kerang yang berukuran besar
akan melakukan proses makan yang lebih banyak daripada kerang berukuran
kecil. Konsentrasi Hg pada kerang darah di stasiun 1 sampai stasiun 5 masih di
bawah ambang batas yang diizinkan sesuai SNI no. 7387 yaitu maksimum 1
mg/kg (BSN, 2009).
Konsentrasi Hg pada air laut memiliki konsentrasi yang berbeda di setiap
stasiun karena pergerakan air yang terus-menerus. Berdasarkan data yang
diperoleh, kandungan merkuri air laut di setiap stasiun yaitu 0,018-0.062 mg/l
sudah melebihi ambang batas yang diizinkan. Konsentrasi Hg pada sedimen lebih
tinggi daripada konsentrasi Hg pada air laut. Hal ini terjadi karena logam berat
bersifat mengendap dalam perairan. Logam berat mempunyai sifat mengendap di
dasar perairan dan bersatu dengan sedimen, maka kadar logam berat dalam
41
berada pada kisaran 6,00 - 8,50 sedangkan kisaran alami salinitas untuk perairan
estuari di Indonesia 15-32.
Kesimpulan
Kerang darah (Anadara granosa) berukuran besar memiliki konsentrasi
logam berat merkuri lebih tinggi (berkisar antara 0,037-0,047 mg/kg) daripada
kerang darah (Anadara granosa) berukuran sedang (berkisar antara 0,032-0,041
mg/kg) dan kerang darah berukuran kecil (berkisar antara 0,030-0,036 mg/kg).
Adanya korelasi antara ukuran kerang darah (Anadara granosa) dengan
konsentrasi logam berat merkuri (Hg) di muara Sungai Ketingan, Sidoarjo, Jawa
Timur dengan koefisien korelasi sebesar 0.76.
Daftar Pustaka
Alwi, I. 2010. Manajemen Kualitas Air Tambak Payau. http://untuklautku.
blogspot.com/2010/12/manajemen-kualitas-air-tambak-payau.html.
2
September 2011.
Aunurohim, N. Abdulgani, A. Wijaya. 2009. Konsentrasi Kadmium (Cd) Pada
Kerang Hijau (Perna Viridis) Di Surabaya dan Madura. FMIPA-ITS.
Afriansyah, A. 2009. Konsentrasi Kadmium (Cd) dan Tembaga (Cu) dalam Air,
Seston, Kerang dan Fraksinasinya dalam Sedimen di Perairan Delta Berau,
Kalimantan Timur. Skripsi. Program Studi ilmu dan Teknologi Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2009. Standar nasional Indonesia (SNI).
7387. http://sisni.bsn.go.id/index.php/sni/Sni/download/9565. 19 Januari
2012.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Indonesia (UI) Press. Jakarta.
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia. Sarana Graha. Jakarta.
Ghufran, H., Kordi K., Andi Baso T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta
Harahap, S. 1991. Tingkat Pencemaran Air Kali Cakung Ditinjau dari Sifat Fisika
Kimia Khususnya Logam Berat dan Keanekaragaman Jenis Hewan
Benthos Makro. Thesis. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
43
Hutagalung, H.P, D. Setiapermana dan S.H Riyono. 1997. Metode Analisis Air
Laut, Sedimen dan Biota. Buku 2. Puslitbang Oseanologi. LIPI. 182 p.
Romimohtarto, K. 2007. Kualitas air dalam budidaya laut http://google.com/
kualitas air dalam budidaya laut/ berita kelautan.htm. 15 September 2011.
Satori, D. dan A. Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta.
Bandung
Schefler, W.C. 1987. Statistika untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran dan ilmu yang
bertautan. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 279 hlm.
Sorensen, E.M.B. 1991. Metal Poisoning in Fish Volume II. CRC Press Boca Ann
Arbor, Boston. 376p. Kajian Sistem Resirkulasi Tertutup Menggunakan
Biofilter Bivalvia dan Makroalgae pada Pembesaran Udang Windu
(Panaeus monodon). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Padjadjaran.