Professional Documents
Culture Documents
RESUME SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat sarjana S-1
Program Studi Biologi
Disusun oleh :
RAHMAD HIDAYATULLAH
07640036
RAHMAD HIDAYATULLAH
NIM. 07640036
ABSTRACT
Pembimbing: Arifah Khusnuryani, M.Si., Dian Noviar, M.Pd.Si.
The leri (javanesse) or the rice washing water known has a high level contain of nutrient
such as carbohydrate, proteins, and vitamins. Hence it can be used as substrate to produce
Nata de Leri. the aimed of this research was to investigate the effect of addition some sugar
and A. xylinum starter on physical and chemical characteristics of nata. The thickness and
weight of nata were determined as physical properties. The cemical properties such as fiber
and total sugar level were analysed base on Sudarmadji method. The A. xylinum starter
(v/v) and sugar (w/v) concenteration employed in the experiment were 5%, 10%, 15% and
10%, 15%, 20% respectly. The result showed that a good physical and chemical properties
of nata could be produced by administering 10% and 15% concentration of sugar and 15%
of A. xylinum starter. The produced with the above treatment had a good total weight of
120.50 g and 120.90 g, thickness of 9.44 mm and 10.00, total sugar of 0.87% and 0.67%,
and crude fiber 1.98% and 2.71%. Based on hedinic test to 20 respondents, it can be
concluded that 100% of them showed a preference to Nata de Leri.
Keywords: Rice washing water, Acetobacter xylinum, sugar, nata.
A. PENDAHULUAN
Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi dan digunakan sebagai
sumber karbohidrat terpenting bukan hanya di Indonesia tapi juga warga dunia. Beras
merupakan makanan pokok yang dikonsumsi hampir oleh seluruh masyarakat Indonesia
(> 90%), selain itu beras juga berkaitan erat dengan segala aspek budaya (Anonim,
2004). Sebagaimana bulir serealia lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati
sekitar 80-85%. Pada proses pengolahan beras menjadi nasi, beras biasanya akan dicuci
berulang kali hingga dianggap bersih. Air cucian tersebut biasanya akan langsung
dibuang karena dianggap tidak memiliki nilai apapun, namun sebenarnya air cucian
yang biasa dikenal dengan istilah leri (leri) tersebut masih mengandung karbohidrat,
protein dan vitamin B yang sebagian besar terdapat pada pericarpus dan aleuron yang
ikut terkikis; serta vitamin B1 atau thiamin (Moehyi, 1992; Rachmat & Agustina. 2007).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitriah (2007) membuktikan bahwa
besarnya kandungan karbohidrat dan zat-zat lain di dalam air cucian beras membuatnya
berpotensi sebagai substrat untuk pembentukan selulosa (nata). Dari penelitian yang
dilakukan oleh Rachmat & Agustina (2007) dapat dijelaskan bahwa limbah air cucian
beras dapat pula dijadikan sebagai bahan tambahan (fortifikator) dalam fermentasi nata
de coco. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa fermentasi air kelapa dan air limbah
cucian beras menghasilkan nata de coco yang lebih tebal dibandingkan yang terbuat
dari air kelapa saja. Hal ini disebabkan, air cucian beras mengandung vitamin dan gizi
yang diperlukan dalam metabolisme sel mikrobia. Thiamin yang dikandung leri
membantu mikrobia dalam pelepasan energi, asam aminonya membantu regulasi
metabolit, sedangkan lisin berperan dalam oksidasi asam lemak rantai panjang dan
merupakan zat yang essensial bagi semua makhluk hidup.
Nata adalah bahan pangan hasil fermentasi bakteri Acetobacter xylinum yang
menghasilkan lembaran gel di permukaan substrat yang berupa selulosa (Arviyanti &
Yulimartani, 2009). Hasil fermentasi nata dipengaruhi oleh waktu inkubasi, suhu, kadar
glukosa dalam larutan fermentasi dan jumlah bakteri yang diinokulasikan, sumber
nitrogen, keasaman media dan umur kultur. Oleh karena itu penambahan sumber
karbon dan nitrogen sering dilakukan untuk memperoleh jumlah nata yang lebih banyak
(Sulistyo, 2007; Alaban, 1962; Lapuz, 1967).
Biomassa nata merupakan produk sintesis oleh A. xylinum selama proses
fermentasi pada media yang mengandung gula dan asam. Dalam prosesnya komponen
gula (sukrosa) akan dipecah oleh A. xylinum sehingga terbentuk polisakarida, yakni
selulosa. Selulosa tersebut membentuk membran yang terus menebal dan membentuk
jaringan yang kuat yang disebut pelikel nata (Stainer dan Deudroft, 1957 cit Rifki,
2004). Menurut Huda (2009), media yang digunakan sebagai substrat pembentukan
selulosa (nata) harus memiliki kadar gula yang tinggi, sebab hasil fermentasi berupa
selulosa terbentuk dari bahan glukosa yang diubah oleh bakteri A. xylinum. Hal ini
disebabkan mikrobia memiliki kondisi optimum tertentu dimana pertumbuhannya akan
lebih cepat dan produksi membran selulosa (nata) akan semakin besar. Hasil penelitian
Choirun et al., 1997 melaporkan bahwa kadar gula pasir paling optimal untuk
pembentukan nata adalah 10% dengan karakter fisik nata yang tebal, kenyal, dan enak.
(Fardiaz, 1987).
Jumlah inokulum yang ditanamkan pada media fermentasi berpengaruh besar
terhadap ketebalan nata yang dihasilkan. Volume starter yang semakin tinggi dalam
cairan fermentasi nata menyebabkan meningkatnya kerapatan sel bakteri sehingga
ketersediaan oksigen dalam cairan fermentasi menjadi rendah. Hal ini juga dapat
menyebabkan turunnya aktivitas metabolik bakteri sehingga menyebabkan berat basah
dan ketebalan nata (Purwoko, 2009; Fardiaz, 1987; Lapuz, 1967).
Nata dari limbah cucian beras ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif
produk pangan yang baik, mengingat dalam limbah cair tersebut masih mengandung
karbohidrat dan vitamin yang tinggi. Selain itu hasil pengolahan limbah air cucian beras
ini dapat menjadi produk yang bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul Pemanfaatan Limbah Air Cucian Beras Sebagai substrat
Pembuatan Nata De Leri dengan Penambahan Kadar Gula Pasir dan Starter
Berbeda
B. METODE PENELITIAN
1.
2. Prosedur Kerja
a) Preparasi Sampel
1)
Limbah air cucian beras diambil pada pencucian pertama hingga ke-3
dengan perbandingan beras dan air pencuci 1:2 (b/v)
2)
3)
b) Peparasi alat
1)
2)
3)
c) Pembuatan nata
1)
Air cucian beras sebanyak 5,4 liter dipanaskan dan diaduk hingga
mendidih.
2)
Air cucian beras dibagi menjadi 3 bagian; masing-masing 1,8 liter; lalu
ditambahkan gula pasir sesuai perlakuan sebanyak 10% (b/v), 15%
(b/v), dan 20%(b/v), kemudian dipanaskan selama 15 menit.
3)
4)
5)
6)
d) Pemanenan Nata
1)
Nata de leri yang telah terbentuk, dipanen dan dibersihkan dari selaput
yang menempel pada permukaan bawah nata.
2)
3)
Nata yang telah dipotong, direndam air selama 3 hari dan selalu
mengganti air rendaman setiap harinya untuk menghilangkan asam
asetat yang tersisa pada nata.
ii.
iii.
ii.
iii.
10
Ket.: P1 : gula 10% (b/v), starter 5% (v/v); P2 : gula 10% (b/v), starter 10% (v/v); P3 : gula 10%
(b/v), starter 15% (v/v); P4 : gula 15% (b/v), starter 5% (v/v); P5 : gula 10% (b/v), starter
10% (v/v); P6 : gula 15% (b/v), starter 15% (v/v); P7: gula 20% (b/v), starter 5% (v/v); P8:
gula 20% (b/v), starter 10% (v/v); P9 : gula 20% (b/v), starter 15% (v/v);
11
Tabel 5. Data karakteristik kimiawi Nata de Leri dengan perlakuan variasi kadar
gula pasir dan volume starter.
Perlakuan
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
Ket.: P1 : gula 10% (b/v), starter 5% (v/v); P2 : gula 10% (b/v), starter 10% (v/v); P3 : gula 10%
(b/v), starter 15% (v/v); P4 : gula 15% (b/v), starter 5% (v/v); P5 : gula 10% (b/v), starter
10% (v/v); P6 : gula 15% (b/v), starter 15% (v/v); P7: gula 20% (b/v), starter 5% (v/v); P8:
gula 20% (b/v), starter 10% (v/v); P9 : gula 20% (b/v), starter 15% (v/v);
Hasil uji anova kadar serat Nata de Leri dengan tingkat kepercayaan
99% menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan, sedangkan
hasil uji anova untuk kadar gula total tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan F hitung kadar serat dan gula total secara berturut-turut adalah 14,675
dan 0,844 sedangkan F tabel adalah 4,58.
Tabel 6. Hasil uji organoleptik dan hedonik Nata de Leri.
Parameter Uji
Warna
Rasa
Aroma
Tekstur
Respon (%)
Putih Transparan (20)
Manis (50)
Enak (Harum) (100)
Kenyal (100)
12
2. PEMBAHASAN
Nata adalah bahan pangan hasil fermentasi bakteri A. xylinum yang
menghasilkan lembaran gel di permukaan substrat yang berupa selulosa. Starter
bakteri diperlukan dalam pembentukan nata sebagai agen pelaku fermentasi.
Dalam proses fermentasi pembuatan nata, starter akan mensekresikan enzim
invertase untuk memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Nata akan
terbentuk dari glukosa yang berasal dari pemecahan sukrosa (gula pasir) maupun
yang berasal dari media tumbuh starter.
1. Karakteristik fisik Nata de Leri
a. Ketebalan Nata de Leri
Ketebalan nata merupakan akumulasi serabut selulosa yang
dihasilkan oleh bakteri A. xylinum sebagai hasil metabolisme. Ketebalan
nata menunjukkan massa selulosa yang dihasilkan sebagai produk
metabolisme bakteri A. xylinum, semakin tebal nata yang dihasilkan
semakin banyak pula selulosa yang terbentuk (Lestari, 2011; Fardiaz,
1987).
Ketersediaan unsur karbon dalam medium fermentasi seringkali
masih dibawah jumlah kebutuhan karbon yang diperlukan oleh mikrobia,
sehingga seringkali dilakukan penambahan sumber karbon dari luar
(Alaban, 1962). Penelitian ini menggunakan gula pasir sebagai tambahan
13
14
sehingga
ketersediaan
mengakibatkanturunnya
aktivitas
oksigen
menjadi
metabolik
rendah
bakteri
dan
sehingga
15
16
17
18
19
ini mungkin juga disebabkan oleh karena perubahan total gula menjadi
asam. Selain proses fermentasi terjadi peningkatan kadar air produk dan
juga peningkatan total mikrobia, sehingga mulai terjadi perombakan
kadar gula menjadi asam (Barlina, et al., 2007).
3. Hasil Uji Organoleptik dan Hedonik Nata de Leri
a. Penampakan Warna Nata de Leri
Hasil uji organoleptik yang dilakukan terhadap 20 orang
responden menunjukan bahwa 80% responden menyatakan Nata de Leri
memiliki warna putih susu, dan 20% responden menyatakan Nata de Leri
memiliki warna putih transparan. Warna nata dipengaruhi oleh warna
substrat yang digunakan sebagai media fermentasi. Warna air cucian
beras yang digunakan adalah putih susu sehingga nata yang dihasilkan
pun akan berwarna putih susu.
Sebagian kecil responden (20%) menyatakan bahwa Nata de
Leri memiliki warna transparan. Hal ini dapat terjadi karena pada
dasarnya warna serabut selulosa yang dihasilkan memang berwarna
transparan. Pada saat pemanenan nata terjadi pemotongan nata yang
membuat sebagian cairan yang terperangkap juga ikut keluar, sehingga
pada bagian samping hasil pemotongan akan miskin cairan fermentasi dan
20
manis
yang
dirasakan
oleh
responden
mungkin
dipengaruhi oleh kadar gula terlarut dalam cairan fermentasi yang ikut
terperangkap dalam jalinan selulosa nata, sehingga semakin besar jumlah
gula terlarut dalam cairan fermentasi maka akan semakin manis rasanya.
Selain itu, rasa manis juga dipengaruhi oleh penambahan perasa yang
digunakan pada penyajian nata.
c. Aroma Nata de Leri
Aroma berbagai jenis makanan sebagian besar merupakan
kombinasi dari indra penciuman dan pengecapan. Hasil uji aroma Nata de
Leri menunjukan
21
22
ditinjau dari segi kandungan kimianya, Nata de Leri memiliki kadar serat
yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai makanan dalam
program diet serat dan memiliki kadar gula total yang cukup sebagai
sumber C untuk proses metabolisme manusia.
Dengan demikian variasi perlakuan yang paling baik adalah
penambahan gula pasir 10% dan 15% serta penambahan volume starter
15%. Kombinasi ini menghasilkan Nata de Leri dengan ketebalan secara
berturut turut adalah 9,44 mm dan 10,00 mm. Ketebalan tersebut tidak
berbeda jauh dengan nata yang ada di pasaran yakni 10,00 mm
(Tahohidah, 2011) . Kombinasi ini juga menghasilkan karakteristik nata
yang memenuhi syarat mutu lembaga standarisasi Indonesia (SNI) yakni
kadar gula total yang sebesar 2,71%. Kadar gula total tersebut lebih besar
bila dibandingkan dengan ketentuan Standar Nasional Indonesia (014317-1996) yaitu minimal sebesar 0,15 % (Hartanto, 2012). Kadar serat
kasar Nata de Leri dari perlakuan ini secara berturut-turut adalah sebesar
0,87% dan 0,67%. Hal ini menunjukan perlakuan tersebut masih berada
dalam kisaran syarat mutu nata berdasarkan SNI, yaitu maksimal sebesar
4,5 %.
23
D. KESIMPULAN
1.
Nata de Leri dengan berat basah dan ketebalan yang paling tinggi (120 gr dan
10 mm) diperoleh dari kombinasi perlakuan gula pasir 15% dan volume starter
15%. Berat basah dan ketebalan nata terendah diperoleh dari kombinasi
perlakuan gula pasir 15% dan volume starter 5%.
2. Hasil analisis kimia Nata de Leri menunjukkan kadar serat kasar tertinggi
(0,93%) diperoleh dari kombinasi perlakuan gula pasir 15% dan volume starter
5%. Kadar gula total tertinggi (3,21%) diperoleh dari kombinasi perlakuan gula
pasir 20% dan volume starter 15%.
3. Kombinasi yang perlakuan yang paling baik dengan kriteria ketebalan yang
sesuai dengan nata yang ada di pasaran; kadar gula total, dan kadar serat yang
memenuhi SNI adalah penambahan kadar gula 10% dan 15% serta volume
starter 15%.
24
E. DAFTAR PUSTAKA
Alaban, C.A. 1962. Studies of The Optimum Condition for Nata De Coco
Bacterium or Nata Formation in Coconut Water. The Philipine
Agriculture. 45:490-515
Anonim. 2004. Inovasi Teknologi untuk Peningkatan Produksi Padi dan
Kesejahteraan Petani. Balai Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian:
Sukamandi
Barus, P. 2005. Studi Penentuan Kandungan Karbohidrat, Protein dan Mineral
dalam Air Rebusan Beras sebagai Minuman Pengganti Susu. Jurnal Sains
Kimia Vol 9, No.3, 2005: 15-16
Brown, Jr. 1994. http://www.botany.Utexas.edu./facstaff.facfage.Mbrown. (diakses
tanggal 7 November 2010).
Choirun, F.N., Rina, H.H., Baskoro, B., Wastono, T., Moestijanto. 1997.
Pemanfaatan Limbah Cair Tahu (Whey) sebagai Bahan Pembuatan Nata.
Buletin Penalaran Mahasiswa UGM. Vol. 3. No. 2. 1997: 39-44.
Enny, I. 1982. Pembuatan Nata dari Beberapa Macam Sari Buah. (Skripsi) Jurusan
Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas THP UGM: Yogyakarta.
Fardiaz, S. 1987. Fisiologi Fermentasi. PAU Pangan dan Gizi IPB: Bogor.
Fitriah, L. 2009. Pemanfaatan Air Cucian Beras sebagai Bahan Pembuat Nata.
(Seminar Kimia) Fakultas PMIPA Ilmu Kegutuan dan Ilmu Pendidikan
Mataram.
Gaman, P. M., dan Sherrington, K. B. 1981. Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan
Nutrisi dan Mikrobiologi (Edisi kedua). UGM: Yogyakarta.
Lapuz, M. M., Gollardo E.G., & Palo M.A. 1967. The Organism and Culture
Requirements, Characteristics and Identity. The Philippine J. Science.
98:191 109.
Lestari, D. 2011. Kualitas Nata de Cassava Dari Limbah Cair Tapioca Dengan
Penambahan Pupuk Urea Sebagai Sumber Nitrogen Dan Lama Fermentasi
Berbeda. (Skripsi) Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga:
Yogyakarta.
25