You are on page 1of 13

HUBUNGAN PERAN KELUARGA

DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DUSUN LENGKOK REKE DESA


GERENENG KECAMATAN SAKRA TIMUR KABUPATEN LOMBIOK TIMUR
ABSTRACK
far advanced in years is someone already reach age 60 (Sixty) year or more, on this term far advanced in
years frequent experiences dread, depression. they declare for care about have cold feet it to death and family
role loss it, this in a state really needs family role that can soften patient charges, so gets to regard dread zoom
on far advanced in years. In the majority of patients found a continue age in response to anxiety that ultimately
affeck the self-concept changes that will affect the nursing process. In with continue age in desperate need of
family role, continue age can express fear and anxiety to his family by reducing anxiety and fear of excessive
and unwarranted will prepare the continue age emotionally. The purpose of this study war to determine the
relationship of family role with the level of anxiety continue age in Dusun lengkok reke desa gereneng
kecamatan sakra timurkabupaten Lombok timur.
This research uses non-eksperiment design using cross sectional approach. Data collection using
questionnaires and observation sheets. The study population was all family owning to continue age and cohabit
in one house as many as 20 people with a sampling technique using total sampling. Data analysis using the
pearson product moment.
Pearson product moment analysis obtained t-value of 4,247 calculated. Value of dk=19 at 5% significant
level of 0,456. Calculated t-value greater than r-table with a significantly positive mean, which means better
role for families who are given the declining level of anxiety continue age.
Keywords : family role, level of anxiety continue age

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan republik indonesia No. 1059/MENKES/SK/IX/2004, salah
satu tujuan pembanguan kesehatan nasional untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010 adalah menerapkan
pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus
mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan prilaku yang sehat. Sebagai
acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep paradigma sehat yaitu pembangunan kesehatan yang
memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotip) dan pencegahan penyakit
(preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif)
secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan.
Proses manua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai
kematangan, interinsik dan bersifat irreversible serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu.
Proses alami yang
Masalah fisik dan psikologis sering ditemukan pada lanjut usia. Paktor psikologis diantaranya perasaan
bosan, keletihan atau perasaan cemas dan depresi (Nugroho, 2006).
Seiring dengan kemajuan tingkat perawatan kesehatan dan penurunan kelahiran, jumlah penduduk usia
lanjut ssemakin meningkat. Di indonesia jumlah penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun pada tahun 2005
berjumlah 17,7 juta atau 7,97% dari jumlah penduduk. Pada tahun 2010 hasil menunjukan bahwa persentase
penduduk lanjut usia mencapai 19,9 juta atau 8,48% dari total penduduk pada tahun 2020 mendatang sudah
mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang (BPS NTB, 2008).
Pada saat ini diperkirakan 6 juta penduduk indonesia menderita gangguan jiwa ringan, yaitu gangguan
kecemasan (Ansietas) dan 5,5 juta diantaranya tidak berobat serta tidak mendapatkan pengobatan yang
memadai (BPS, 2009).
Sedangkan di NTB sendiri jumlah penduduk lansia tahun 2008 mencapai 126.736 jiwa, dan pada tahun
2009 terjadi peningkatan jumlah lansia yaitu 280.938 jiwa dari total penduduk NTB yang berjumlah 4.434.012
jiwa (BPS NTB, 2010).
Dan di NTB sendiri pada tahun 2009 lansia yang tercatat mengalami kecemasan berjumlah 173,368 jiwa
mualai dari kecemasan sedang hingga kecemasan berat dari total penduduk lansia berjumlah 280,936 jiwa (BPS
NTB, 2010).
Dimana sebagian jumlah penduduk lansia NTB tersebut berada di Dusun Lengko Reke Desa Gereneng
Kecamatan Sakra Timur Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah pada tahun 2010 sebanyak 35 jiwa dan
tahun 2012 jumlah lansia 33 jiwa, dan rata-rata berumur 60-90 tahun, dari total penduduk dusun lengkok reke
yang berjumlah 468 jiwa (Data dusun lengkok reke).
Pada sebagian besar lanjut usia ditemukan adanya respon cemas yang akhirnya berdampak kepada
adanya perubahan konsep diri yang akan mempengruhi proses keperawatan, proses pemenuhan nutrisi karena
sebagian besar penderita yang cemas kurang memiliki nafsu makan dan kurang responsive terhadap pengobatan
yang akhirnya sangat mempengaruhi proses penyembuhan. Respon cemas yang yang terjadi pada lansia
dipengaruhi oleh karakteristik yakni umur, pendidikan, jenis kelamin, dan pekerjaan (Bhecker, 2008).
Kecemasan adalah respon emosional terhadap kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya (Gail W.Stuart, 2006).
Menurut Friedman (Setiadi, 2008), peran keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di Dusun Lengkok Reke
Desa Gereneng Kecamatan Sakra Timur Kabupaten Lombok Timur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Banyak definisi tentang proses menua yang tidak seragam. Secara umum menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk mamperbaiki diri atau mengganti diri
dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (Mubarak, 2010).
Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1965, bantuan penghidupan lanjut usia yang termuat
dalam pasal 1 dinyatakan sebagai berikut : Seseorang dapat dinyatakan sebagai lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri
untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari orang lain. Namun Saat Ini Telah
Diberlakukan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Pada Bab 1
pasal ayat 2, yang disebut lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik
pria maupun wanita (Nugroho, 2008).
2. Tiori Penuaan
Manua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara berlahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaikikerusakan yang diderita
(Martono,1994 dalam nugroho, 2008).
3. Batasan lansia
Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut usia yaitu :
a. Menurut WHO
Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) yang dikatakan lanjut usia tersebut
dibagi dalam 4 katagori yaitu :
1) Usia pertengahan ( Middle Age ) = usia 45 59 tahun
2) Usia lanjut ( Elderly = usia 60 74 tahun
3) Usia lanjut tua ( Old ) = usia 75 90 tahun
4) Usia sangat tua ( Very Old ) = usia diatas 90 tahun
b. Menurut Dep. Kes. RI
Departemen kesehatan republik Indonesia membagi lanjut usia menjadi sbb :
a.)Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun), keadaan ini dikatakan sebagai masa virilitas.
b.)Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium.
c.)Kelompok usia lanjut (>60 tahun) yang dikatakan sebagai masa senium.
2. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
a. Perubahan Fisik dan Fungsi
Berbagai perubahan fisik pada system organ terjadi pada individu akibat proses penuaan,
perubahan-perubahan itu adalah:
1) Sel
2) System Persarafan
3) System Pendengaran
4) System Pengelihatan
5) Sistim Kardiovaskuler
6) System Pengaturan Suhu Tubuh
7) Sistem Pernapasan
8) System Pencernaan
9) System Reproduksi

10)
B. konsep Kecemasan
1. Pengertian
1) Ansetas atau kecemasan adalah respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak
menyenangkan dan dialami oleh semua mahluk hidup. Ansetas merupakan pengalaman emosi
dan subjektif tanpa dan objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was
(khawatir) seolah-oalah ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejalagejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu (Janiwarti, 2011).
2) Kecemasan adalah respon psikologik terhadap stress yang mengandung komponen fisiologik
dan psikologik, terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologik
misalnya harga diri, gambaran diri, identitas diri. Kecemasan merupakan suatu sinyal yang
menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang
mengambil tindakan untuk menyadari ancaman (Kaplan dan Sadock, 2010).
2. Insiden
(1)
Diperkirakan jumlah orang yang menderita gangguan kecemasan baik akut maupun
kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk. Dan diperkirakan antara
2-4%
diantara penduduk disuatu saat dalam kehidupannya pernah mengalami gangguan
cemas (PPDGJ-II, rev.1983 dalam Hawari, 2001).
4. Tanda-Tanda Kecemasan
Menurut Kaplan & Sadock (2010), Efek terhadap respon kecemasan dapat memberikan tanda
sebagai berikut :
a. Fisiologis
Nadi cepat, tensi meningkat, ketegangan otot, sukar nafas, berkeringat, dilatasi pupil, mulut
kering, anoreksia, konstipasi, sakit kepala, penglihatan kabur, mual, muntah dan gangguan tidur.
b. Prilaku
Gelisah, tremor, mudah terkejut, bicara cepat, aktifitas dan gerakan kurang terkoordinasi.
1). Kognitif
Tidak mampu memusatkan perhatian/ konsentrasi dan pelupa, persepsi menyempit,
kreativitas menurun.
2). Psikologis
Respon psikologis yang dikutip Stuart and Sundeen (1991) dari Bech et, al (1986).
5. Tingkat Kecemasan
Kecemasan dibagi dalam empat tingkat yaitu kecemasan ringan, sedang, berat dan panik.
Dampak dari kecemasan pada individu bervariasi sesuai dengan tingkatannya (Pieter, 2011).
a. Ringan
Ansitas/cemas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan sehari-hari.
Lapangan persepsi melebar dan orang akan bersikap hati-hati dan waspada.
b. Sedang
Pada ansitas sedang tingkat lapangan perseosi pada lingkungan menurun dan memfokuskan
diri pada hal-hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal-hal lain.
c. Berat
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu cendrung memikirkan
hal-hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain . individu sulit berpikir rrealistis dan
membutuhkan banyak pengaruh untuk memusatkan perhatian pada area lain.
d. Panik
Pada tingkatan panik lapangan persepsi seseorang sudah sangat sempit dan sudah
mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan apa pun
walaupun dia sudah diberikan pengarahan.
6. Cara mengatasi ansietas/cemas
a. Terapi individu

Adalah dengan mengajak klien mengeksplorasi rangsangan yang menimbulkan ansietas,


mengajari klien untuk menghambat respons ansietas melalui penyelesian dan analisis logis. Terapi
kelompok
Adalah dengan mengajari klien straategi kopong untuk mengatasi kejadian hidup yang
penuh stress. Beri kesempatan klien untuk membuat dan mencoba cara-cara baru dalam persikap
dan berpikir. Dorongan klien untuk menggunakan teman kelompok dalam menentramkan suasana
hatinya. Bantu klien mengidentifikasi kapan ansietas meningkat dan mereduksi proses
ansietasnya.
b. Terapi keluarga
Adalah dengan mengajarkan kepada keluarga klien tentang ansietas yang terjadi pada
klien. Mengajarkan keluarga klien untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi yang efektif,
mereduksi konflik keluarga dan mengajarkan tentang makna kejujuran, empati, dan keterbukaan.
c. Terapi obat-obatan
Menggunakan obat ansietas (terutama benzodiazepine), anti depresan (selective serotonin
reuptake inhibitor), inhibitor oksidase monoamine (obat untuk panic berat)(Pieter, 2011).

Cara penilaian :
Apabila jawaban ya : diberi nilai (1)
Apabila jawaban tidak : diberi nilai (0)
Penilaian derajat kecemasan, skor:
a. Tidak cemas : 0-6
b. Cemas ringan : 7-9
c. Cemas sedang: 10-14
d. Cemas berat : 15-19
e. Panic/ekstrim : 20-21 (Stuart, 2006).
C. Konsep Peran Keluarga
peran keluarga masing-masing anggota keluarga mempunyai peran, peran anggota
keluarga diperlukan untuk menjaga kesinambungan dalam keluarga. Peran merupakan serangkain
prilaku yang di harapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan, merupakan target dari apa yang
diharapkan dan harus dilakukan individu pada situasi tertentu untuk mencapai suatu tujuan (Rita, 2008).
Peran adalah pola sikap, prilaku, nilai dan jutuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya di masyarakat (Gaffar. 2008). Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan pada
seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informan. Peran juga
diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengontrol atau mempengaruhi atau mengubah prilaku
orang lain (Supartini, 2009).
Peran anggota keluarga terhadap lansia
Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota keluarga memiliki peranan
yang sangat penting. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam
melaksanakan peranannya terhadap lansia, yaitu:
a.
Membantu mempersiapkan makanan bagi lansia
b.
Membantu memenuhi sumber-sumber keungan
c.
Menghormati dan menghargai
d. Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu, serta perhatian
e. Mintalah nasehat-nasehatnya dalam peristiwa-peristiwa penting. (Maryam, 2011).
8. Peran keluarga dalam perawatan lansia
Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan
kessehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga dan merawat lansia,
mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta
memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spritual bagi lansia (Maryam, 2011).
9. Peran keluarga terhadap lansia

a. Sistem keluarga besar, lansia adalah sesepuh yang patut dihargai, dihormati, dan diminta nasehat
atau doa restunya, usahakan fasilitas-fasilitas kebutuhan harian(fisr and the best) dan jagalah
privasinya.
b. Sikap keluarga dan masyarakat terhadap lansia, adanya kencendrungan berpersepsi negatif dan
diharapkan mempunyai persepsi positif pada lansia karena merupakan peristiwa alamiah
dimana tiap-tiap individu akan mengalaminya.
c. Menciptakan kebutuhan untuk dicintai merupakan aktualisasi dari usia lanjut.
1) Menciptakan suasana yang menyenangkan yaitu hubungan yang harmonis (saling
pengertian antara generasi muda dan generasi lansia).
2) Kepada pihak pemerintah, keluarga atau masyarakat mengharapkan adanya:
a) Bantuan kesejahteraan bagi lansia yang berupa perbaikan ekonomi, kesehatan,
transportasi dan perumahan bagi lansia yang tidak mempunyai perumahan.
b) Bantuan hukum bagi lansia serta perlindungan hukum.
c). Melaksanakan penelitian atau kegiatan yang riil untuk kesejahteraan lansia,
memberikan fizi yang baik, dan obat-obatan untuk mencegah terjadinya penyakit yang
bisa mempercepat proses penuaan (Mubarak, 2010, 165).
Dan untuk menilai peran keluarga yang terdiri 12 item pertanyaan masing-masing
pertanyaan diberi penilaian derajat tingkat peran keluarga sebagai berikut :
Apabila jawaban ya : diberi nilai (1)
Apabila jawaban tidak : diberi nilai (0)
a. Tidak ada peran keluarga : 1-3
b. Peran keluarga kurang
: 4-6
c. Peran keluarga cukup
: 7-9
d. Peran keluarga baik
:10-12(Yudiatman, 2012).

BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Subjek penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dusun lengkok reke desa gereneng kecamatan sakra timur, yang
menjadi subyek penelitian adalah semua lansia di Dusun Lengkok Reke Desa Gereneng Kecamatan Sakra
Timur Kabupaten Lombok Timur.
Teknik Pengumpualan Data dan pengolahan data.
Instrumen Penelitian
Instrumen meripakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Hasan, 2009).
Instrument yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu:
Pedoman Observasi
Pedoman wawancara

f.
g.
h.
i.
j.

Untuk menilai gejala kecemasan yang terdiri dari 7 gejala kecemasan yang masingmasing kelombok gejala diberi penilaian :
Apabila jawaban ya : diberi nilai (1)
Apabila jawaban tidak : diberi nilai (0)
Penilaian derajat kecemasan, skor:
Tidak cemas : 0-6
Cemas ringan : 7-9
Cemas sedang : 10-14
Cemas berat : 15-19
Panic/ekstrim : 20-21 (Stuart, 2006).
Dan untuk menilai peran keluarga yang terdiri 12 item pertanyaan masing-masing pertanyaan
diberi penilaian derajat tingkat peran keluarga sebagai berikut :
e. Tidak ada peran keluarga
: 1-3
f. Peran keluarga kurang
: 4-6
g. Peran keluarga cukup
: 7-9
h. Peran keluarga baik
: 10-12(Yudiatman, 2012)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 18 Maret sampai dengan tanggal 18 April 2013. Dimana
tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan
pada lansia.
1. Data Umum
Responden dalam penelitian ini berjumlah 20 orang lansia yang tinggal bersama keluarganya,
yang diambil berdasarkan total sampling di Dusun Lengkok Reke Desa Gereneng, akan diuraikan
karakteristik responden menurut umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin.
a. Karakteristik responden menurut jenis kelamin
Identifikasi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin.
no
Jenis kelamin
Frekuensi
Prosentase (&)
(Orang)
1
Laki-laki
6
30
2
Perempuan
14
70
Total
20
100
Sumber: Data primer
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berjenis
kelamin yaitu perempuan 16 orang (70%) dan laki-laki 6 orang (30%).
b. Karakteristik responden menurut umur
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari 20 orang responden bahwa identifikasi berdasarkan umur
dapat dilihat pada table dibawah ini :
Table 4.2 Distribusi responden berdasarkan umur
No
Umur (Tahun)
Frekuensi
Prosentase (%)
(Orang)
1
60-74
9
45
2
75-90
6
30
3
> 90
5
25
Total
20
100
Sumber: data primer
Berdasarkan table 4.1 maka dapat dilihat bahwa pada distribusi berdasarkan kelompok
umur ternyata pasien lansia di Dusun Lengkok Reke paling banyak berada pada kelompok umur
60-74 tahun dengan jumlah 9 orang (45%), kelompok umur 75-90 tahun sebanyak 6 orang (30%),
kelompok umur > 90 tahun sebanyak 5 orang (25%).
c. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan
Identifikasi responden berdasarkan pendidikan dari 20 orang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
No
Tingkat Pendidikan
Frekunsi
Prosentase (%)
(Orang)
1
Tidak Sekolah
20
100
2
SD
3
SMP
4
SMA
5
PT
Total
20
100
Sumber: Data primer
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa dari 20 orang lansia semuanya tidak
pernah sekolah yaitu 20 orang (100%).
2. Data Khusus
Data khusus ini menyajikan hasil yang menggambarkan tentang identifikasi peran keluarga
dengan tingkat kecemasan pada lansia.

a.

Peran Keluarga
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 20 orang responden dapat diketahui
tingkat peran keluarga yang diberikan pada lansia, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
tabel 4.4 Distribusi tingkat peran keluarga pada lansia
No
Tingkat Peran Keluarga
Frekuensi
Prosentase (%)
(Orang)
1
Tidak Ada Peran
0
0
Keluarga
2
Pera Kurang
4
20
3
Peran Cukup
7
35
4
Peran Baik
9
45
Total
20
100
Sumber: Data primer
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, didapatkan karakteristik tingkat peran keluarga yang
diberikan pada lansia yaitu responden yang dapat peran keluarga baik sebanyak 9 orang (45%),
peran kelurga cukup sebanyak 7 orang (35&), peran keluarga kurang sebanyak 4 orang (20%) dan
tidak ada responden yang tidak mendapatkan peran keluarga.
b. Tingkat Kecemasan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada 20 orang responden
dapat diketahui tingkat kecemasan lansia, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.5 Distribusi tingkat kecemasan responden
No
Tingkat Kecemasan
Frekuensi
Prosentase (%)
(Orang)
1
Tidak Cemas
0
0
2
Cemas Ringan
9
45
3
Cemas Sedang
8
40
4
Cemas Berat
3
15
5
Panik/Ekstrim
0
0
Total
20
100
Sumber: Data primer
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, didapatkan karakteristik tingkat kecemasan pada responden
yaitu responden yang mengalami cemas berat sebanyak 3 orang (15%), cemas sedang sebanyak 8
orang (40%), cemas ringan sebanyak 9 orang (45%), dan tidak ada responden yang mengalami
tidak cemas dan panik/ekstrim.

c. Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Lansia


Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan pada 20 orang
responden untuk mengetahui hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan pada lansia.
Hasil perhitungan antara peran keluarga dengan tingkat kecemasan pada lansia diperoleh
nilai r-hitung sebesar 4,247 dan dk = n-1 = 20-1 = 19 kemudian dikonsultasikan dengan r-tabel
dengan tingkat kemaknaan 0,05 didapatkan hasil 0,456. Jadi nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel.
Dari analisis diatas menunjukan bahwa hipotesis penelitian diterima yang artinya ada
hubungan yang singnifikan antara peran keluarga dengan tingkat kecemasan pada lansia di Dusun
Lengkok Reke Desa Gereneng Kecamatan Sacra Timur Kabupaten Lombok Timur.

B. Pembahasan

1. Penentuan Sampel
Hasil penelitian yang telah dilakukan padabulan Maret 2013 dari tanggal 18 januari sampai
tanggal 18 April 2013 yang dilakukan di Dusun Lengkok Reke Desa Gereneng tentang hubungan peran
keluarga dengan tingkat kecemasan pada lansia dengan jumlah responden 20 orang.
2. Data Umum
a. Jenis kelamin
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat karakteristik berdasarkan jenis kelamin yaitu
perempuan sebanyak 14 responden (70%), dan laki-laki sebanyak 6 responden (30%).
Dari tabel 4.1 didapatkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
yang mengalami kecemasan yaitu sebanyak 16 responden (70%). Berkaitan dengan kecemasan
pada pria dan wanita, hal ini sesuai denagan yang dikemukakan oleh Myers (1983) (dalam Trismiati
2006) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya disbanding dengan
laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian lain
menunjukan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan.
b. Umur
Berdasakan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu berada
dalam rentang umur 60-74 tahun sebanyak 9 responden (45%), rentang umur 75-90 tahun sebanyak
6 responden (30%), dan rentang umur < 90 tahun sebanyak 5 responden (25%).
Hal inisesuai dengan UU No.12 tahun 1998 tentang usia lanjut disebutkan bahwa yang
masuk dalam katagori lansia adalah mereka yang berusia 60 tahun ke atas (Nugroho, 2008). Dapat
diketahui bahwa kejadian kecemasan meningkat seiring dengan memasuki masa lansia. Banyak
orang merasa takut memasuki masa lanjut usia, karena mereka sering mempunyai kesan negatif atas
orang yang lanjut usia, menurut mereka lanjut usia itu adalah: tidak berguna, lemah, tidak punya
semangat hidup, penyakitan, pelupa, pikun, tidak diperhatikan oleh keluarga dan masyarakat,
menjadi beban orang lain, dan sebagainya. Usia merupakan salah satu factor resiko terjadinya
kecemasan (Yasuma, 2001 dalam skripsi L. yuniardi H, 2010).
c. Pendidikan
berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat ditunjukan bahwa dari 20 responden dalam penelitian
ini semuanya tidak pernah sekolah yaitu sebanyak 20 responden (100%).
Hal ini menunjukan bahwa subyek penelitian yang paling banyak mengalami kecemasan
pada lansia itu adalah subyek penelitian yang tidak sekolah. Seperti tiori mengatakan semakin
tinggi pendidikan seseorang semakin mudah untuk dapat menyelesaikan tekanan-tekanan yang
dihadapinya (Yasuma, 2001 dalam skripsi L. yuniardi H, 2010). Itu artinya semakin rendah
pendidikan seseorang maka akan kesulitan untuk menyelesaikan tekanan-tekanan yang dihadapinya
karena pengetahuannya banyak maka seseorang akan lebih siap dalam menghadapi sesuatu dimasa
yang akan datang.
3. Data Khusus
a. Identifikasi tingkat kecemasan lansia di Dusun Lengkok Reke Desa Gereneng Kecamatan
Sakra Timur Kabupaten Lombik Timur.
Berdasarkan hasil tabulasi silang tabel 4.6 menunjukkan data bahwa hubungan peran
keluarga dengan tingkat kecemasan pada lansia yaitu responden yang mendapat peran keluarga baik
cendrung tingkat kecemasannya ringan dan responden yang mendapat peran keluarga kurang
cendrung tingkat kecemasannya berat. Sesuai dengan apa yang dirasakan berdasarkan wawancara
dan observasi dengan menggunmakan pedoman wawancara dan observer. Hasil yang dapat dilihat
bahwa 9 responden (45%) mengalami kecemasan ringan, 8 responden (40%) mengalami kecemasan
sedang, dan 3 responden (15%) mengalami kecemasan berat. Hal ini menunjukkan peran keluarga
berhubungan positif dengan tingkat kecemasan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat kecemasan yang dialami oleh responden berbeda-beda sesuai dengan apa yang dirasakan
berdasarkan wawancara dan obsevasi dengan menggunakan pedoman wawancara dan observasi. Dari
tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 9 responden (45%) mengalami kecemasan ringan, 8 responden (40%)
mengalami cemas sedang dan 3 responden (15%) mengalami cemas berat.
2. Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa persentase terbanyak adalah responden dengan tingkat peran
keluarga baik yaitu sebanyak 9 responden (45%), peran keluarga cukup 7 orang (35%), peran keluarga
kurang 4 orang (20%), dan tidak ada responden yang tidak mendapatkan peran keluarga.
B. Saran
1. Bagi masyarakat diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan dasar atau
pertimbangan untuk mengatasi kecemasan yang dialami oleh lansia, sehingga dengan meningkatkan
pemenuhan kebutuhan peran keluarga maka kecemasan yang dialami oleh lansia dapat dikurangi.
2. Bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti variable lain yang berhubungan dengan peran keluarga yang
tidak dapat peneliti lakukan karena keterbatasan kemampuan peneliti.

DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A.A.H.2009. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika, Jakarta.
Arikunto,Suharsimi.2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi V). Jakarta : Rineka
Cipta.
Arikunto,Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta : Rineka
Cipta.
Bhecker.2008.
Dukungan
Keluarga.
Online
pada
http://skripsistikes.files.wordpress.com/2013/02/4.pdf.diakses tanggal 4 februari 2013
Bondan P,dkk.2003. Pengaruh Umur Depresi Dan Dimensia Terhadap Disabilitas Fungsional
Lansia:Yogjakarta (Adaptasi Model Sistem Neuman) Bondan p @ gmail.com
Bugin, Burhan. Editor. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif, raja grafindo persada. Jakarta.
Isaacs, Ann.2006. Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Edisi 3. Jakarta.
Kaplan & sadock.2010. synopsis psikiatri Edisi 7, jilid 2. Bina Aksara, Jakarta.
Kliat, B,A, dkk.2005. Proses Keperawatan Dan Kesehatan Jiwa.
Edisike2.BukuKedokteran.EGC:Jakarta,http://rsjmenur.jatimprov.go.id/index.php?option=com contient-dgn
view=article&id=159;peran-keluarga-dalam penanganan-psien-dgn-ansietas-kecemasan&catid=56:artikel&itemid=27. Tanggal akses 17 januari2013.Kancana,http://digib.unimus.ac.id/gdl.php?
mod=brose&op=jtp+unimus-gdl-rodhottulmu 5520&pHpsESSID=ca0aca489Fb3aab6922F4ad7330b971.
Tanggal akses 17 januari 2013.
Maryam, S, dkk.2011. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawtannya. Jakarta : Salemba Medika.

Maramis, W.F.2009.Ilmu Kedokteran Jiwa.air langga universitybpress.Surabaya.


Mubarak, dkk.2010. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Jakarta : Selemba Medika.
Notoatmodjo, S.2005.Metodelogi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S.2012.Metodelogi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalm.2008. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi,Tesis
dan Instrimen penelitian keperawatan Edisi 2. Jakarta : Selemba Medika.
Pieter, H.Z, dkk.2011.Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan. Jakarta.
Setiadi.2008. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Stuart, G.W. Sunnden, S.Z.2006. Principle One Psychiatric Nurcing, ST. Succeccfully With Panic Attacks,
Toronto.
Sugioyono, Prof, DR.2005. Statistika Untuk Penelitian, Alpabeta. Jakarta.
Sugiyono, prof, DR.2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alpabeta.
Yudiatman. 2012. Hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan psien fraktur cruris di ruang bedah
RSUD. Dr raden soejono Selong Lombok Timur. Skripsi Stikes Mataram.

You might also like