Professional Documents
Culture Documents
Jus Buah Manggis Dan Paracetamol
Jus Buah Manggis Dan Paracetamol
) TERHADAP
PROFIL FARMAKOKINETIK PARASETAMOL TIKUS PUTIH JANTAN
(Rattus norvegicus) GALUR WISTAR
Emy OKTAVIANI, Mohamad ANDRIE, Bambang WIJIANTO
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak
mohamadandrie@yahoo.com
ABSTRACT
Drug interaction happens when drugs is given together with foods. This research was aimed to
observe the effect of mangosteen juice to the paracetamol pharmacokinetic profile in Wistar male
white rats. The study used Wistar rats weight of 200-350g. The animals were divided into three
groups with the total of the male rats are 15. Group I (paracetamol) was given a single oral
paracetamol 9 mg/200gBW. Group II (treatment 1) was given a single oral paracetamol 9
mg/200gBW together with mangosteen juice 2,88 g/200gBW. Group III(treatment 2) was given a
single oral paracetamol 9 mg/200gBW together with mangosteen juice 0,66 g/200gBW. The
serial blood was collected from tail vein for 9 hours and was analyzed using spectrophotometer
UV for unchanged paracetamol. The pharmacokinetic parameters of paracetamol were calculated
by recidual method and were analyzed by One Way ANOVA using 95% confidence interval. The
difference between groups were analyzed using Post Hoc LSD-test. The results showed that the
group II(paracetamol-mangosteen 1) and group III(paracetamol-mangosteen 2) increased of ka,
Cpmaks, tmaks, tab, ke, tel, CL, AUC and decreased of ka, ke, and CL. The research showed that
mangosteen juice doses 2 give higher decreased metabolism and decreased elimination of
paracetamol in rat.
Key words : Mangosteen fruit, Pharmacokinetics, Paracetamol, Drug interaction
PENDAHULUAN
Keberhasilan
ekskreta
suatu
pengobatan
harus
kemudian
sebagai
dapat
fungsi
waktu,
digunakan
yang
untuk
Pengobatan
yang
tidak
rasional
dapat
harus
tingkat
khususnya
pemakaiannya.
didukung
pengetahuan
mengenai
dari
obat
pula
dengan
pasien
dan
oleh
Tanaman
dengan minuman.
masyarakat
Indonesia.
METODOLOGI
menyebabkan
digunakan
makanan
bersamaan
atau
interaksi
ketika
dengan
suatu
minuman.
Penggunaan
pengaruhnya
dari
profil
Alat
Batang pengaduk dan sendok tanduk,
beaker glass 50 mL dan 100 mL, corong
kaca, erlenmeyer 100 mL, holder tikus,
jarum suntik sekali pakai ukuran 3 cc
(Terumo), kaca arloji, labu takar 100 mL,
kandang
hewan
uji,
lemari
pembeku
Hewan uji
g.
No.
1.
2.
3.
yang
digunakan
pada
Penelitian
diawali
dengan
berbeda-beda
kelompok.
kemerahan
dan
kulit
buah
manggis
pada
masing-masing
Pengambilan
sampel
bertekstur lembut.
menggunakan
Penelitian
ini
menggunakan
dua
Kateter
darah
Intravena.
Metode Spektrofotometri UV
manusia ke tikus.
Darah
yang
sudah
diambil,
mangostana
L.)
terhadap
Farmakokinetik Parasetamol
Profil
mL,
dan
Selanjutnya
divortex
selama
sampel
menit
diuji
dengan
spektrofotometer UV.
Parameter
farmakokinetika
yang
Under
Curve
farmakokinetika
(AUC).
dihitung
Parameter
dengan
simpangan
baku
pembanding.
respon
bangku
Diambil darah
dan10g/mL.
menit
Sampel
yang
Setelah
mencapai
kadar
pada
kelompok
Pembuatan
digunakan
ke-90.
parasetamol
Sedangkan
menggambarkan
untuk
farmakokinetik
(parasetamol-manggis1)
kelompok
puncak
tinggi
kelompok
Kadar
kelompok
obat
dalam
parasetamol
darah
pada
menunjukkan
kelompok
profil
dihasilkan
dibandingkan
perlakuan
memperlihatkan
parasetamol.
yang
perlakuan
Namun,
waktu
sama
dengan
dengan
kelompok
(parasetamol-
531
t vs Cp Tikus 1
Kada r Obat Dalam Darah (g/mL)
t vs Cp Tikus 2
t vs Cp Tikus 3
Waktu (menit)
Gambar 1. Kurva Perbandingan Kadar Obat dalam Darah Kelompok Parasetamol Antar Hewan Uji.
Gambar 2. Kurva Perbandingan Kadar Obat Dalam Darah Perlakuan 1 (Parasetamol-Manggis 1) Antar Hewan Uji
532
15
10
Kadar Obat Dalam 5
Darah (g/mL)
0
t vs Cp Tikus 1
t vs Cp Tikus 2
500
0
t vs Cp Tikus 3
Waktu (menit)
Gambar 3. Kurva Perbandingan Kadar Parasetamol Dalam Darah Perlakuan 2 (Parasetamol-Manggis 2) Antar Hewan
Uji.
Tabel 2.
menggunakan
metode
residual.
PCT+JUS 1
Kelompok
PCT+JUS 2
PCT
PCT+JUS 1
PCT+JUS 2
Hewan
Uji
1
2
3
1
2
Hewan
3 Uji
11
22
33
1
2
3
1
2
3
Cp maks
(g/mL)
4,90034
5,74568
5,69051
10,98796
10,72492
CL
(L/menit)
10,96409
7,62377
14,23264
7,85938
13,84025
8,01691
13,84142
5,60208
5,23196
5,55697
2,88819
2,80719
2,81129
tab (menit)
25,35061
18,98498
22,10961
26,86713
27,10918
AUC
(gmenit/L)
26,55886
255,39387
25,07599
255,8267
30,30331
245,7525
29,79325
358,5735
386,3333
362,244
734,5222
749,2165
748,7957
533
2)
ANOVA
dibandingkan
memberikan
penurunan
dengan
lebih
kuat
perlakuan
kecepatan
peningkatan waktu
(ka).
tinggi
Parameter
yang
memiliki
nilai
eliminasi
dari
menyebabkan
senyawa
xanton
terhadap
menunjukkan
adanya
perbedaan
yang
banyak
perlakuan.
Post Hoc
Berdasarkan
menunjukkan
uji
Post
penurunan
Hoc
LSD
kecepatan
yang
diekskresikan
sesuai
dan
dengan
dalam
waktu
jumlah
yang
diberikan
bersama
berkompetisi
untuk
glukuronat
dan
sulfat
menyebabkan
(parasetamol-manggis
dan
dosis
1)
dan
memberikan
peningkatan
lebih
dibandingkan
dengan
perlakuan
eliminasi.
Berdasarkan
uji
Post
Hoc
LSD
kuat
1
meningkat.
dan
Penurunan
(parasetamol-manggis
dosis
kecepatan
menyebabkan
peningkatan
1)
absorpsi
waktu
paro
Peningkatan
ini
dapat
(4)
(5)
Adanya
belum
pemberian
bersamaan
jus
dengan
buah
manggis
diketahui
secara
pasti.
diduga
pengosongan
xanton
sehingga
menyebabkan
diabsorpsi
parasetamol
dapat
. Akibat
kecepatan
waktu
tinggal
menjadi
obat
untuk
meningkat
yang
di
di
dalam
dalam
darah
jus
buah
meningkat
meningkatkan
nilai
Cpmaks
absorpsi (tab).
Berdasarkan
uji
Post
Berdasarkan
uji
Post
Hoc
manggis
sehingga
dan
AUC.
Hoc
LSD
LSD
manggis dosis
umum
penurunan
dari
klirens
obat.
Semakin
lebih
dari
dikatakan
2,00%,
bahwa
dan
dapat
Batas
Akurasi
Kuantitasi (LOQ)
Deteksi
untuk
penelitian
(LOD)
dan
ini
Batas
(6)
. Sedangkan
adalah 75-120%
digunakan
(7)
dalam
penelitian
ini
dapat
dikatakan akurat.
KESIMPULAN
Presisi
derajat
kesesuaian
antara
profil
dengan
farmakokinetik
menurunkan
parasetamol
proses
2. Dosis
jus
yang
High
kuat
farmakokinetik
manggis.
memberikan
terhadap
buah
manggis
pengaruh
profil
paling
Performance
Liquid
4.
Systems Inc.
Hakim, L. 2012. Farmakokinetik
1992.
WHO
Technical
Report
Series No.823.
6. Hall, B. 2008. Single Laboratory
Validation. AOAC International. USA :
Maryland.
7. Harmita.
2004.
Majalah
Ilmu
Metode
dan
Cara
537