You are on page 1of 12

PENGARUH JUS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.

) TERHADAP
PROFIL FARMAKOKINETIK PARASETAMOL TIKUS PUTIH JANTAN
(Rattus norvegicus) GALUR WISTAR
Emy OKTAVIANI, Mohamad ANDRIE, Bambang WIJIANTO
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak
mohamadandrie@yahoo.com

ABSTRACT
Drug interaction happens when drugs is given together with foods. This research was aimed to
observe the effect of mangosteen juice to the paracetamol pharmacokinetic profile in Wistar male
white rats. The study used Wistar rats weight of 200-350g. The animals were divided into three
groups with the total of the male rats are 15. Group I (paracetamol) was given a single oral
paracetamol 9 mg/200gBW. Group II (treatment 1) was given a single oral paracetamol 9
mg/200gBW together with mangosteen juice 2,88 g/200gBW. Group III(treatment 2) was given a
single oral paracetamol 9 mg/200gBW together with mangosteen juice 0,66 g/200gBW. The
serial blood was collected from tail vein for 9 hours and was analyzed using spectrophotometer
UV for unchanged paracetamol. The pharmacokinetic parameters of paracetamol were calculated
by recidual method and were analyzed by One Way ANOVA using 95% confidence interval. The
difference between groups were analyzed using Post Hoc LSD-test. The results showed that the
group II(paracetamol-mangosteen 1) and group III(paracetamol-mangosteen 2) increased of ka,
Cpmaks, tmaks, tab, ke, tel, CL, AUC and decreased of ka, ke, and CL. The research showed that
mangosteen juice doses 2 give higher decreased metabolism and decreased elimination of
paracetamol in rat.
Key words : Mangosteen fruit, Pharmacokinetics, Paracetamol, Drug interaction
PENDAHULUAN
Keberhasilan

ekskreta

suatu

pengobatan

harus

kemudian

sebagai
dapat

fungsi

waktu,

digunakan

yang
untuk

didukung dengan pengobatan yang rasional.

meramalkan efek farmakologi, terapi atau

Pengobatan

efek toksik suatu obat (senyawa kimia) (1).

yang

tidak

rasional

dapat

menyebabkan efek teurapetik suatu obat

Interaksi obat atau lebih dikenal dengan

tidak tercapai. Penggunaan yang rasional

istilah drug interaction, merupakan interaksi

harus

tingkat

yang terjadi antara obat yang dikonsumsi

khususnya

secara bersamaan dengan obat, makanan

pemakaiannya.

bahkan minuman. Dampak dari interaksi

Farmakokinetik merupakan cabang ilmu

obat ini dapat merugikan yaitu penurunan

farmakologi yang dapat menerangkan nasib

efektivitas obat atau bahkan menguntungkan

obat di dalam tubuh, berupa perubahan

yaitu peningkatan efektivitas obat. Manggis

didukung

pengetahuan
mengenai

dari
obat

pula

dengan

pasien
dan

kadar obat di dalam darah, jaringan atau


527

merupakan salah satu buah yang digemari

profil dari suatu obat akibat dari pengaruh

oleh

Tanaman

suatu minuman, perlu diketahui terlebih

manggis berasal dari hutan tropis yang teduh

dahulu kadar obat utuh dalam darah baik

di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan

dalam bentuk tunggal maupun bersamaan

Indonesia dan atau Malaysia. Salah satu

dengan minuman.

masyarakat

Indonesia.

kandungan kimia kulit manggis adalah


xanton (2).

METODOLOGI

Senyawa turunan xanton yang terdapat


pada buah manggis adalah alfa, beta dan
gamma mangostin. Menurut hasil penelitian
Suksamrarn dkk (2006) menunjukkan bahwa
hasil isolasi senyawa xanton dari daging
buah manggis utuh terdapat senyawa xanton
berupa alfa, beta dan gamma mangostin.
Menurut hasil penelitian Foti dkk (2009)
menyatakan bahwa alfa mangostin ini
memiliki efek sebagai penghambat enzim
sitokrom P450 yang dapat mempengaruhi
nilai AUC dan Cpmaks dari parasetamol. Efek
penghambatan ini menyebabkan nilai AUC
dan Cpmaks parasetamol meningkat 2-3 kali
lipat.
Parasetamol merupakan obat yang
sering

menyebabkan

digunakan
makanan

bersamaan
atau

interaksi

ketika

dengan

suatu

minuman.

Penggunaan

parasetamol dengan suatu minuman dapat


dilihat

pengaruhnya

dari

profil

farmakokinetik parasetamol yang dihasilkan


ketika parasetamol diberikan bersamaan
dengan suatu minuman. Untuk mengetahui

Alat
Batang pengaduk dan sendok tanduk,
beaker glass 50 mL dan 100 mL, corong
kaca, erlenmeyer 100 mL, holder tikus,
jarum suntik sekali pakai ukuran 3 cc
(Terumo), kaca arloji, labu takar 100 mL,
kandang

hewan

uji,

lemari

pembeku

(freezer), micropipet 100 dan 1000 mL


(Hamilton), neraca analitik (listrik), neraca
hewan, oven (Memmert), pencampur (vortex
mixer), pemusing (sentrifuge), pipet tetes,
pipet ukur berbagai ukuran, pisau cukur
(gilette), plester, skapel atau pisau bedah,
rolling mixer, Spektrofotometer UV-Visible
2450 (Simadzu), spuit oral 10 ml, tabung
darah beserta anti koagulan EDTA 3 mL,
tabung reaksi 3 mL dan 10 mL dan rak
tabung reaksi.
Bahan
Aluminium foil, aquadest, etil asetat
p.a (Merck), kertas saring, metanol p.a
(Merck), parasetamol baku (Brataco),
parasetamol generik, jus buah manggis
(Garcinia mangostana L.).
528

Hewan uji

dengan berat badan berkisar antara 200-350

Hewan digunakan dalam penelitian ini

g.

adalah tikus putih jantan galur Wistar


Tabel 1. Kelompok Perlakuan
Kelompok hewan uji
Perlakuan
Kontrol Positif
Parasetamol
Perlakuan I
Dosis I + Parasetamol
Perlakuan II
Dosis II + Parasetamol

No.
1.
2.
3.

Pengambilan dan Pengolahan Sampel


Sampel

yang

digunakan

Tikus putih jantan wistar dengan berat

pada

badan 200-350 g. dipuasakan selama 12 jam

penelitian ini berasal dari Desa Pal 9

sebelum diberi perlakuan.

Kelurahan Pal 9 Kabupaten Kubu Raya

Pengambilan Sampel Darah

Provinsi Kalimantan Barat. Buah manggis

Penelitian

diawali

dengan

yang diambil yaitu buah manggis yang

memuasakan hewan uji pada malam hari

memiliki usia panen 110 hari sejak bunga

selama 10-12 jam. Sampel darah diambil

mekar, waktu panen pada musim hujan

selama 9 jam dari pukul 08.00 hingga pukul

dengan curah hujan 1500-2500 mm/tahun,

17.00. sampel darah diambil pada hari yang

tanaman manggis yang berusia 10 tahun,

berbeda-beda

kulit buah manggis yang berwarna ungu

kelompok.

kemerahan

dilakukan melalui vena ekor tikus dengan

dan

kulit

buah

manggis

pada

masing-masing

Pengambilan

sampel

bertekstur lembut.

menggunakan

Perhitungan Dosis Jus Buah Manggis

Pengambilan sampel dilakukan pada menit

Penelitian

ini

menggunakan

dua

peringkat dosis, yaitu dosis 1 yang terdiri

Kateter

darah

Intravena.

ke-0, 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150,


180, 240, 300, 360, 420,dan 540.

dari 5 buah manggis dan dosis 2 yang terdiri


dari 10 buah manggis. Dosis dari jus buah

Penetapan Kadar Parasetamol dengan

manggis yang dihasilkan dikonversikan dari

Metode Spektrofotometri UV

manusia ke tikus.

Darah

yang

sudah

diambil,

Pengujian Jus Buah Manggis (Garcinia

ditempatkan dalam tabung darah 3 mL dan

mangostana

diputar dalam alat pencampur Roller

L.)

terhadap

Farmakokinetik Parasetamol

Profil

Mixer selama 10 menit. Kemudian diambil


529

darah sebanyak 0,25 mL dan dimasukkan ke

Roller Mixer selama 10 menit. Kemudian

dalam tabung reaksi. Tambahkan TCA 0,25

dicampur dengan larutan seri kadar 10

mL,

dan

g/ml sebanyak 1 mL dan tambahkan TCA

disentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm

0,25 mL. Selanjutnya divortex selama 5

selama 5 menit. Lapisan bening dipindahkan

menit kemudian di sentrifugasi dengan

ke dalam tabung lain dan di tambahkan etil

kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.

asetat 2 mL. Setelah itu campuran di vortex

Lapisan bening dipindahkan ke dalam

selama 5 menit kemudian di sentrifugasi

tabung lain dan di tambahkan etil asetat 2

dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.

mL. Setelah itu campuran di vortex selama 5

Pisahkan lapisan etil asetat (lapisan atas) ke

menit kemudian di sentrifugasi dengan

tabung lain. Lapisan tersebut diuapkan

kecepatan 2500 rpm selama 5 menit dan

dalam oven (Memmert) pada suhu 450C.

pisahkan lapisan etil asetat (lapisan atas) ke

Selanjutnya

tabung lain. Lapisan tersebut diuapkan

divortex

selama

sampel

menit

diuji

dengan

spektrofotometer UV.

dalam oven pada suhu 650C. Berdasarkan

Perhitungan Parameter Farmakokinetik

persamaan garis dari kurva baku yang telah

Parasetamol dalam Darah

dibuat, ditentukan kadar masing-masing.

Parameter

farmakokinetika

yang

dihitung yaitu tetapan laju absorpsi (ka),

Dihitung akurasi dan presisinya.


Penentuan LOD dan LOQ

plasma puncak (Cpmaks), konsentrasi plasma

Penentuan LOD dan LOQ dilakukan

puncak (tmaks), waktu paro absorpsi (tab),

dengan mengukur blanko. Pada analisis

tetapan laju eliminasi (ke), waktu paro

instrumen batas deteksi dapat dihitung

eliminasi (tel), klirens (CL), dan Area

dengan mengukur respon baku pembanding

Under

beberapa kali (3 kali replikasi ) lalu dihitung

Curve

farmakokinetika

(AUC).
dihitung

Parameter
dengan

simpangan

baku

menggunakan metode residual kemudian

pembanding.

hasilnya dianalisa dengan One Way ANOVA

Pembuatan Kurva Baku

dengan derajat kepercayaan 95% (p<0,05)

respon

bangku

Kurva baku dibuat dari parasetamol

dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD.

baku (Brataco) dengan seri kadar 2

Penentuan Akurasi dan Presisi

g/mL, 4 g/mL, 6 g/mL, 8 g/mL,

Diambil darah

hewan uji sebanyak

dan10g/mL.

0,25 mL dan diputar dalam alat pencampur


530

HASIL DAN PEMBAHASAN

ke-60 dan mencapai kadar puncak pada

Pengambilan dan Pengolahan Sampel

menit

Sampel

yang

Setelah

mencapai

kadar

pada

puncak, kadar obat dalam darah mengalami

penelitian ini berasal dari Desa Pal 9

penurunan dari menit ke-120 hingga menit

Kelurahan Pal 9 Kabupaten Kubu Raya

ke-420. Kadar obat dalam darah pada

Provinsi Kalimantan Barat. Sampel yang

kelompok

telah diambil kemudian akan diolah menjadi

profil farmakokinetik yang linear. Terbukti

bentuk jus buah manggis.

dengan adanya peningkatan dan penurunan

Pembuatan Jus Manggis

pada menit-menit tertentu.

Pembuatan

digunakan

ke-90.

jus dilakukan dengan

parasetamol

Sedangkan

menggambarkan

untuk

menggunakan blender dengan kecepatan

farmakokinetik

15.000-20.000 rpm. Pembuatan jus buah

(parasetamol-manggis1)

manggis ini tidak menggunakan tambahan

adanya peningkatan dibandingkan dengan

air karena daging buah manggis tersebut

kelompok

telah banyak mengandung air. Sebelum

puncak

daging buah tersebut dijus, terlebih dahulu

kelompok parasetamol yaitu 90 menit

ditimbang berapa berat awal dari buah

dengan kadar puncak ketiga hewan uji lebih

manggis tanpa kulit. Berat daging buah dari

tinggi

5 buah manggis adalah 55,08 g. Sedangkan

parasetamol. Hal yang sama terjadi pula

berat jus yang dihasilkan yaitu 36,72 g.

pada kelompok perlakuan 2 (parasetamol-

Berat daging buah dari 10 buah manggis

manggis. Kadar obat dalam darah pada

adalah 181,94 g. Sedangkan berat jus yang

kelompok

dihasilkan yaitu 160,43 g.

manggis 2) menunjukkan adanya perbedaan

Pembuatan Profil Farmakokinetika

dibandingkan dengan kelompok parasetamol

Kadar
kelompok

obat

dalam

parasetamol

darah

pada

menunjukkan

kelompok

profil

dihasilkan

dibandingkan

perlakuan

memperlihatkan

parasetamol.

yang

perlakuan

Namun,

waktu

sama

dengan

dengan

kelompok

(parasetamol-

dan kelompok perlakuan 1 yang terjadi pada


ketiga hewan uji.

peningkatan dari menit ke-0 hingga menit

531

t vs Cp Tikus 1
Kada r Obat Dalam Darah (g/mL)
t vs Cp Tikus 2
t vs Cp Tikus 3
Waktu (menit)

Gambar 1. Kurva Perbandingan Kadar Obat dalam Darah Kelompok Parasetamol Antar Hewan Uji.

Ka dar Ob at Da lam Darah (g /mt


L)
vs Cp T
ikus 1
t vs Cp T
ikus 2
t vs Cp T
ikus 3
Wak tu (menit)

Gambar 2. Kurva Perbandingan Kadar Obat Dalam Darah Perlakuan 1 (Parasetamol-Manggis 1) Antar Hewan Uji

532

15
10
Kadar Obat Dalam 5
Darah (g/mL)
0

t vs Cp Tikus 1
t vs Cp Tikus 2

500
0

t vs Cp Tikus 3

Waktu (menit)

Gambar 3. Kurva Perbandingan Kadar Parasetamol Dalam Darah Perlakuan 2 (Parasetamol-Manggis 2) Antar Hewan
Uji.

Perhitungan Parameter Farmakokinetik

Parameter Farmakokinetik dapat dilihat pada

Parasetamol dalam Darah.

Tabel 2.

Parameter farmakokinetik ini dihitung


dengan

menggunakan

metode

residual.

Tabel 2. Parameter Farmakokinetik


Kelompok
PCT

PCT+JUS 1
Kelompok
PCT+JUS 2
PCT

PCT+JUS 1

PCT+JUS 2

Hewan
Uji
1
2
3
1
2
Hewan
3 Uji
11
22
33
1
2
3
1
2
3

ka (/menit) tmaks (menit)


0,02733
86,58115
0,0365
63,86237
0,03134
74,49122
0,02579
97,10704
0,02556
99,16729
ke
(/menit)
tel (menit)
0,02609
96,09696
0,00342
202,33857
0,02763
100,8706
0,00353
196,2729
0,02286
122,99733
0,0036
192,4161
0,02326
120,85318
0,02516
275,3586
0,00235
294,8382
0,00249
277,594
0,00129
534,0998
0,00126
549,5103
0,00126
548,7087

Cp maks
(g/mL)
4,90034
5,74568
5,69051
10,98796
10,72492
CL
(L/menit)
10,96409
7,62377
14,23264
7,85938
13,84025
8,01691
13,84142
5,60208
5,23196
5,55697
2,88819
2,80719
2,81129

tab (menit)
25,35061
18,98498
22,10961
26,86713
27,10918
AUC
(gmenit/L)
26,55886
255,39387
25,07599
255,8267
30,30331
245,7525
29,79325
358,5735
386,3333
362,244
734,5222
749,2165
748,7957

533

Hasil Analisis SPSS dengan Uji One Way

2)

ANOVA

dibandingkan

Dari hasil uji ANOVA terlihat bahwa

memberikan

penurunan
dengan

lebih

kuat

perlakuan

(parasetamol-manggis dosis 1). Penurunan

keenam parameter farmakokinetik (ke, tel,

kecepatan

tab, Cpmaks, tmaks, dan AUC) memiliki nilai

peningkatan waktu

signifikan lebih kecil dari 0,05 (p<0,05)

Hal ini terjadi diduga adanya interaksi pada

terkecuali parameter kecepatan absorpsi

proses distribusi dan eliminasi. afinitas yang

(ka).

tinggi

Parameter

yang

memiliki

nilai

eliminasi

dari

menyebabkan

paro eliminasi (tel).

senyawa

xanton

terhadap

signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p<0,05)

glukuronat dan sulfat. Sehingga, dibutuhkan

menunjukkan

zat glukuronat dan sulfat dalam jumlah yang

adanya

perbedaan

yang

signifikan nilai parameter antar kelompok

banyak

perlakuan. Sedangkan untuk 0,05 (p>0,05)

parasetamol bebas agar proses ekskresi

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

parasetamol tetap optimal. Akibat adanya

signifikan nilai parameter antar kelompok

senyawa xanton yang diduga memiliki

perlakuan.

afinitas yang tinggi terhadap glukuronat dan

Hasil Analisis SPSS Menggunakan Uji

sulfat, menyebabkan xanton yang terdapat di

Post Hoc

dalam jus buah manggis lebih mudah

Berdasarkan
menunjukkan

uji

Post

penurunan

Hoc

LSD

kecepatan

yang

diekskresikan

sesuai

dan

dengan

dalam

waktu

jumlah

yang

singkat. Xanton dan parasetamol yang

eliminasi (ke) secara signifikan untuk

diberikan

bersama

berkompetisi

untuk

perlakuan 1 (parasetamol-manggis dosis 1

berikatan dengan glukuronat dan sulfat

dan perlakuan 2 (parasetamol-manggis dosis

untuk kemudian di ekskresikan. Afinitas

2). Perlakuan 2 (parasetamol-manggis dosis

yang rendah dari parasetamol terhadap


534

glukuronat

dan

sulfat

menyebabkan

(Cpmaks) secara signifikan untuk perlakuan 1

parasetamol lebih lama berada di dalam

(parasetamol-manggis

tubuh sehingga menyebabkan kecepatan

perlakuan 2 (parasetamol-manggis dosis 2).

eliminasi dari parasetamol menurun

Perlakuan 2 (parasetamol-manggis dosis 2)

dan

dosis

1)

dan

waktu tinggal obat di dalam tubuh lebih

memberikan

peningkatan

lebih

lama sehingga meningkatkan waktu paro

dibandingkan

dengan

perlakuan

eliminasi.

(parasetamol-manggis dosis 1). Peningkatan

Berdasarkan

uji

Post

Hoc

LSD

kuat
1

dari Cpmaks juga mengakibatkan nilai AUC

menunjukkan penurunan kecepatan absorpsi

meningkat.

(ka) secara tidak signifikan untuk perlakuan

disebabkan oleh adanya interaksi pada

dan

proses metabolisme. Hal ini disebabkan

perlakuan 2 (parasetamol-manggis dosis 2).

adanya inhibisi enzim sitokrom P-450.

Penurunan

Parasetamol dimetabolisme oleh sitokrom P-

(parasetamol-manggis

dosis

kecepatan

menyebabkan

peningkatan

1)

absorpsi
waktu

paro

Peningkatan

ini

dapat

450 khususnya oleh isoform CYPE21

(4)

(5)

absorpsi. namun, peningkatan kecepatan

isoform CYP1A2 dan CYP3A4

absorpsi menunjukkan hasil yang signifikan

dari inhibisi enzim tersebut menyebabkan

untuk kelompok perlakuan 2. Penurunan

obat yang termetabolisme menjadi lebih

kecepatan absorpsi (ka) diduga disebabkan

sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.

adanya interaksi pada proses absorpsi.

Namun, mekanisme dari inhibisi enzim ini

Adanya

belum

pemberian

bersamaan

jus

dengan

buah

manggis

diketahui

secara

pasti.

diduga

Mekanisme yang terjadi diduga melalui

pengosongan

inhibisi reversibel secara non kompetitif.

lambung menjadi lebih lama. Sehingga

Hal ini terbukti dengan dengan adanya

parasetamol lebih lama diabsorpsi. Hal ini

xanton

mengakibatkan obat lebih lama terdistribusi

menyebabkan adanya inhisi enzim sitokrom

sehingga

P-450 yang menyebabkan kadar obat bebas

menyebabkan

diabsorpsi

parasetamol

dapat

. Akibat

kecepatan

waktu

tinggal

menjadi

obat

untuk

meningkat

yang

di

di

dalam

dalam

darah

jus

buah

meningkat

ditunjukkan oleh meningkatnya waktu paro

meningkatkan

nilai

Cpmaks

absorpsi (tab).

Berdasarkan

uji

Post

Berdasarkan

uji

Post

Hoc

manggis

sehingga

dan

AUC.

Hoc

LSD

LSD

menunjukkan penurunan klirens (CL) secara

menunjukkan peningkatan kadar puncak

signifikan untuk perlakuan 1 (parasetamol535

manggis dosis

sejumlah cuplikan yang diambil dari satu

Begitu pula dengan perlakuan 2

sampel homogen. Presisi inter-hari memiliki

(parasetamol-manggis dosis 2). Interaksi

nilai SD 0,03 dan RSD 0,52%.Sedangkan

terjadi pada proses metabolisme karena

presisi antar- hari memiliki nilai SD 0,19

adanya inhibisi enzim. Adanya inhibisi

dan RSD 2,52%. Hasil ini sesuai dengan

enzim menyebabkan kadar obat dalam darah

literatur yaitu bahwa nilai RSD secara

meningkat dan ketersediaan hayati dari obat

umum

juga meningkat sehingga menyebabkan

pengukuran dengan satuan ppm, nilai RSD

penurunan

memiliki batas tertinggi 16,00% sehingga

dari

klirens

obat.

Semakin

lebih

dari

dikatakan

2,00%,

bahwa

dan

banyak obat yang berada di dalam darah

dapat

yang tidak termetabolisme, semakin sedikit

memiliki nilai presisi yang baik (8).

jumlah bersihan obat dari volume darah.

Batas

Akurasi

Kuantitasi (LOQ)

Deteksi

untuk

penelitian

(LOD)

dan

ini

Batas

Akurasi dari suatu metode analisis

OD) Kedua parameter memiliki nilai yang

merupakan kedekatan nilai hasil uji yang

berbeda sehingga nilai LOD dan LOQ

diperoleh dengan prosedur tersebut dengan

tergantung pada metode dan instrumen yang

harga yang sebenarnya. Berdasarkan hasil

digunakan. Nilai LOD yang dihasilkan

perhitungan diperoleh nilai akurasi sebesar

adalah 0,01. Nilai ini menunjukkan bahwa

93%. Hasil ini dianggap baik karena

instrumen yang digunakan tidak dapat

berdasarkan literatur, nilai akurasi berada

membedakan sinyal antara blanko dan baku

dalam rentang 80-110%

(6)

. Sedangkan

di bawah nilai tersebut. Sedangkan untuk

berdasarkan literatur lain, disebutkan bahwa

LOQ yaitu 0,05. Nilai ini menunjukkan

batas nilai akurasi untuk konsentrasi 1 ppm

bahwa semua sampel yang dianalisis berada

adalah 75-120%
digunakan

(7)

. Sehingga metode yang

dalam

penelitian

ini

di atas batas deteksi dan batas kuantitasi.

dapat

dikatakan akurat.

KESIMPULAN

Presisi

1. Jus buah manggis dapat mempengaruhi

Presisi dari suatu metode analisis


merupakan

derajat

kesesuaian

antara

profil
dengan

farmakokinetik
menurunkan

parasetamol
proses

masing-masing hasil uji jika prosedur

metabolisme dan menurunkan proses

analisis diterapkan berulang kali pada

eliminasi dari parasetamol.


536

2. Dosis

jus

yang

High

kuat

Chromatography. Journal of Chem.

farmakokinetik

Clin. Biochem. Vol 20. Hlm 791-798.

parasetamol adalah dosis 2 dari jus buah

Gunaratna, C. 2000. Drug Metabolism

manggis.

& Pharmacokinetics in Drug Discovery

memberikan
terhadap

buah

manggis

pengaruh
profil

paling

Performance

Liquid

: A Primer for Bioanalytical Chemists,


DAFTAR PUSTAKA

Part 1. West Lafayette : Bioanalytical

1. Shargel. L. dan Yu. A.B.C. 2005.


Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan. Edisi Kedua. Surabaya :
Airlangga University Press.
2. Odianti, G.T. 2010. Uji Aktivitas
Antibakteri Alfa Mangostin Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.)
Terhadap Staphylococcus aureus Dan
Pseudomonas aeruginosa Multiresisten
Antibiotik. Skripsi. Surakarta : Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Douidar, S.M, and Ahmed, A.E. 1982.
Studies on Simultaneous Determination
of Acetaminophen, Salicylic Acid and
Salieyluric Acid in Biological Fluids by

4.

Systems Inc.
Hakim, L. 2012. Farmakokinetik

Klinik. Yogyakarta : Bursa Ilmu


5. World Health Organization.

1992.

Validation of Analytical Procedures


Used in Examination of Pharmaceutical
Materials.

WHO

Technical

Report

Series No.823.
6. Hall, B. 2008. Single Laboratory
Validation. AOAC International. USA :
Maryland.
7. Harmita.

2004.

Majalah

Ilmu

Kefarmasian: Petunjuk Pelaksanaan


Validasi

Metode

dan

Cara

Perhitungannya. Volume I. Nomor 3 :


117-134.

537

You might also like