You are on page 1of 17

Penentuan Kadar Parasetamol dan Kafein Campuran Tablet Parasetamol

Kafein Menggunakan Metode Spektrofotometri Derivative


Putri Umniyyah, 260110140043
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Puput.phumha@gmail.com
Abstrak
Campuran zat aktif parasetamol dan kafein memiliki khasiat sebagai analgesik
dan antipiretik. Parasetamol yang mempunyai efek analgetik ringan sampai
sedang, dengan adanya kafein yang menstimulasi susunan saraf pusat sehingga
memperkuat efek analgetik dari parasetamol. Metode dalam pemeriksaan mutu
terhadap kandungan parasetamol dan kafein dalam campuran tablet parasetamol
kafein dapat menggunakan spektrofotometri derivatif yang merupakan instrumen
yang dapat digunakan untuk menganalisis suatu campuran senyawa dimana
spektrum normal mengalami derivatisasi menjadi derivat absorbansi terhadap
panjang gelombang. Untuk percobaan ini dilakukan pengukuran kadar tablet
parasetamol dan kafein. Metode yang digunakan adalah metode zero crossing
dengan melihat panjang gelombang yang memiliki serapan nol. Dari percobaan
tersebut diperoleh persamaan kurva baku parasetamol yaitu y= 0.0061x + 0.1562
dan persamaan kurva baku kafein yaitu y= 0.0145x + 0.0013 sehingga diperoleh
konsentrasi parasetamol sebesar 694,502% dan kafein sebesar 2.222,933%.
Kunci : Parasetamol, Kafein, Spektrofotometri derivative.
Abstract

Active substance mixture of paracetamol and caffeine has efficacy as an analgesic


and antipyretic. Paracetamol who have mild to moderate analgesic effect, with the
caffeine stimulates the central nervous system thereby strengthening the analgesic
effect of paracetamol. Methods in quality inspection of the content of paracetamol
and caffeine in a mixture of paracetamol caffeine tablets using spectrophotometry
derivative is an instrument that can be used to analyze a mixture of compounds in
which the normal spectrum undergo derivatization into derivative absorbance
wavelength. For this experiment measured levels of paracetamol and caffeine
tablets. The method used is the method of zero crossing with a view that has an
absorption wavelength of zero. The trial found paracetamol standard curve
equation is y = 0.0061x + 0.1562 and caffeine standard curve equation is y =
0.0145x + 0.0013 in order to obtain the concentration of paracetamol and caffeine
at 694.502% of 2222.933%.

Key: Paracetamol,Caffeine,Spectrophotometry derivative,


Pendahuluan kafein ini diperoleh dari ekstrak
Parasetamol atau 4- tumbuh-tumbuhan berupa biji kopi,
hidroksiasetanilida dengan rumus teh, dan coklat (kakao)3. Kafein ialah
molekul C8H9NO2 dan bobot molekul alkaloid yang tergolong dalam
152.16, rumus bangun dari keluarga methylxanthine bersama
parasetamol adalah sebagai berikut1 sama senyawa tefilin dan teobromin,
berlaku sebagai perangsang sistem
saraf pusat. Pada keadaan asal, kafein
ialah serbuk putih yang pahit dengan
rumus kimianya C6H10O2, dan struktur
kimianya 1,3,7- trimetilxantin4

Gambar 1. Struktur Kimia


Parasetamol

Parasetamol (asetaminofen)
merupakan obat analgetik non narkotik
dengan cara kerja menghambat sintesis
prostaglandin terutama di Sistem
Gambar 2. Struktur Kimia Kafein
Syaraf Pusat (SSP). Parasetamol
digunakan secara luas di berbagai Sediaan farmasi yang beredar

negara baik dalam bentuk sediaan dipasaran dapat berupa berbagai

tunggal sebagai analgetikantipiretik bentuk seperti liquid, solid ataupun

maupun kombinasi dengan obat lain semisolid. Dan kebanyakan obat yang

dalam sediaan obat flu, melalui resep ada berupa campuran berbagai zat

dokter atau yang dijual bebas2. yang berkhasiat. Campuran ini


bertujuan untuk meningkatkan efek
Kafein merupakan senyawa
terapi dan kemudahan dalam
alkaloid derivat xantin yang
pemakaian. Salah satu campuran zat
mengandung gugus metil. Sejak dulu
aktif yang sering digunakan dalam
sediaan adalah parasetamol dan kafein pengukuranya beralih dengan metode
yang memiliki khasiat sebagai spektrofotometri6.
analgesik dan antipiretik. Biasanya
Dalam literatur penetapan
campuran parasetamol dan kafein
kadar parasetamol dalam tablet
ditemukan dalam produk antiinfluenza
kombinasi parasetamol dengan kafein
dengan berbagai merk dagang.
dapat dilakukan dengan beberapa
Parasetamol yang mempunyai efek
metode, di antaranya yaitu metode
analgetik ringan sampai sedang,
titrimetri yang merupakan metode
dengan adanya kafein yang
konvensional, dan dalam
menstimulasi susunan saraf pusat
pelaksanaannya memerlukan waktu
sehingga memperkuat efek analgetik
yang lama, serta kurang peka dalam
dari parasetamol5.
penentuan zat yang kadarnya relatif
Pemeriksaan mutu terhadap kecil. Selain itu metode kromatografi
kandungan zat aktif dalam sediaan cair kinerja tinggi juga merupakan
obat merupakan hal penting yang metode alternatif yang memiliki
berguna menjamin mutu dan jumlah kepekaan analisis tinggi namun
yang telah ditetapkan dan mengikuti memerlukan biaya relatif mahal7.
prosedur analisis standar, sehingga
Salah satu metode yang dapat
menunjang efek terapeutik yang
digunakan adalah spektrofotometri
diharapkan. Penentuan kadar
derivatif. spektrofotometri derivatif
parasetamol dalam tablet campuran
atau metode kurva turunan adalah
parasetamol dan kafein dapat
salah satu metode spektrofotometri
dilakukan dengan berbagai metode,
yang dapat digunakan untuk analisis
salah satunya metode titrimetri yang
campuran beberapa zat secara
merupakan metode konvensional, akan
langsung tanpa harus melakukan
tetapi pada proses pengerjaanya
pemisahan terlebih dahulu walaupun
membutuhkan waktu yang lama dan
dengan panjang gelombang yang
sesitivtasnya kecil, sehingga
berdekatan. Dalam metode ini
digunakan aplikasi zero crossing batas dan diperoleh konsentrasi kafein
dalam pengukuranya8. 1000 ppm9.
Penentuan Zero Crossing
Metode
Zero Crossing Parasetamol
Alat Dipipet sebanyak 10µl dari
larutan stok parasetamol (2500 ppm),
Corong gelas, gelas beaker,
lalu dimasukkan ke dalam labu ukur
kertas saring, labu ukur, mikropipet,
10 ml. Kemudian ditambahkan etanol
neraca analitik, pipet tetes, pipet
hingga tanda batas sehingga diperoleh
volum, spatel, dan spektrofotometri
konsentrasi parasetamol 2,5 ppm dan
UV-Vis.
diukur pada spektrfotometri UV-VIS
Bahan (200 nm – 400 nm) dan diperoleh zero
crossing parasetamol9.
Etanol, kafein, parasetamol
Zero Crossing Kafein
Prosedur Dipipet sebanyak 10µl dari
Pembuatan Larutan Stok larutan stok kafein (1000 ppm), lalu
Parasetamol dan Kafein dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml.
Parasetamol 2500 ppm Kemudian ditambahkan etanol hingga
Ditimbang parasetamol tanda batas sehingga diperoleh
sebanyak 250 mg, lalu dimasukkan ke konsentrasi parasetamol 1 ppm dan
dalam labu ukur 10 ml dan diukur pada spektrfotometri UV (200
dimasukkan etanol hingga tanda batas nm – 400 nm) dan diperoleh zero
dan diperoleh parasetamol 2500 ppm9. crossing kafein9.
Kafein 1000 ppm Pembuatan Kurva Baku
Ditimbang kafein sebanyak Parasetamol
100 mg, lalu dimasukkan ke dalam Dipipet sebanyak 5 ml dari
labu ukur 10 ml. Selanjutnya larutan stok parasetamol, lalu di
dilarutkan dengan etanol hingga tanda masukkan ke dalam labu ukur 20 ml.
Kemudian ditambahkan etanol hingga
tanda batas sehingga diperoleh tablet tersebut dengan menggerusnya.
konsentrasi parasetamol 25 ppm. Berikutnya melarutkan dengan 10 ml
Berikutnya di buat variasi konsentrasi etanol di dalam labu ukur dengan
parasetamol menjadi 6 konsentrasi (8, dibuat menjadi 50 ppm dan menjadi 14
10, 12, 14, 16 ppm). Selanjutnya ppm. Kemudian diukur
ditambahkan kafein 5 ppm sama dispektrofotometri UV-VIS dan
banyak ke dalam masing-masing labu dihitung % kadar9.
ukur dan ditambahkan etanol hingga
Hasil
10 ml. Berikutnya diukur absorbansi
pada zero crossing kafein dan
Pembuatan Larutan Stok Parasetamol
diperoleh kurva baku parasetamol9.
500 ppm
Pembuatan Kurva Baku Kafein
Dipipet sebanyak 20µl larutan 500 ppm =
dari stok kafein (1000 ppm), lalu
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml Microgram = 12500 microgram =

sehingga diperoleh konsentrasi kafein 12,5mg.

25 ppm. Berikutnya dibuat variasi Pembuatan Larutan Stok Kafein 500


konsentrasi kafein menjadi 5 ppm
konsentrasi (8, 10, 12, 14 dan 16 ppm).
Selanjutnya ditambahkan masing- 500 ppm =
masing parasetamol 5 ppm sama
Microgram = 5000 microgram = 5mg.
banyak dan diukur absorbansi pada
zero crossing parasetamol dan Penentuan Zero Crossing Parasetamol
9
diperoleh kurva baku kafein .
- Pengenceran 500 ppm ke 50
Penetapan Kadar Tablet Campuran ppm
Parasetamol Kafein Ditimbang tablet V1 x N1 = V2 x N2
sebanyak 20 tablet, hitung rata-rata V1 x 500 = 10 x 50
bobot tablet, kemudian diserbukkan
V1 = 1ml ditambahkan etanol V1 x 50 = 10 x 16
hingga 10 ml V1 = 3,2 ml ditambahkan
- Pengenceran 50 ppm ke 16 etanol hingga 10 ml
ppm - Pengenceran 50 ppm ke 8 ppm
V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 50 = 10 x 16 V1 x 50 = 10 x 8
V1 = 3,2 ml ditambahkan V1 = 1,6 ml ditambahkan
etanol hingga 10 ml etanol hingga 10 ml
- Pengenceran 50 ppm ke 8 ppm - Diperoleh zero crossing pada
V1 x N1 = V2 x N2 panjang gelombang = 248 nm.
V1 x 50 = 10 x 8
Pembuatan Kurva Baku
V1 = 1,6 ml ditambahkan
Parasetamol
etanol hingga 10 ml
- Diperoleh zero crossing pada - Pengenceran 500 ppm ke 5
panjang gelombang = 320nm, ppm (Kafein 5ppm)
322nm, 338 nm, 345nm, V1 x N1 = V2 x N2
370nm, 383 nm, 385nm, 387 V1 x 500 = 10 x 5
nm. V1 = 0,1 ml
- Pengenceran 500 ppm ke 50
Penentuan Zero Crossing Kafein
ppm (Parasetamol 50 ppm)
- Pengenceran 500 ppm ke 50 V1 x N1 = V2 x N2
ppm V1 x 500 = 10 x 50
V1 x N1 = V2 x N2 V1 = 1 ml ditambahkan etanol
V1 x 500 = 10 x 50 hingga 10 ml
V1 = 1ml ditambahkan etanol - Pengenceran 50 ppm ke 8 ppm
hingga 10 ml (Parasetamol 8 ppm)
- Pengenceran 50 ppm ke 16 V1 x N1 = V2 x N2
ppm V1 x 50 = 10 x 8
V1 x N1 = V2 x N2
V1 = 1,6 ml + 0,1 ml Kafein - Pengenceran 50 ppm ke 14
ditambahkan etanol hingga 10 ppm (Parasetamol 14 ppm)
ml V1 x N1 = V2 x N2
- Pengenceran 50 ppm ke 10 V1 x 50 = 10 x 14
ppm (Parasetamol 10 ppm) V1 = 2,8 ml + 0,1 ml Kafein
V1 x N1 = V2 x N2 ditambahkan etanol hingga 10
V1 x 50 = 10 x 10 ml
V1 = 2,0 ml + 0,1 ml Kafein - Pengenceran 50 ppm ke 16
ditambahkan etanol hingga 10 ppm (Parasetamol 16 ppm)
ml V1 x N1 = V2 x N2
- Pengenceran 50 ppm ke 12 V1 x 50 = 10 x 16
ppm (Parasetamol 12 ppm) V1 = 3,2 ml + 0,1 ml Kafein
V1 x N1 = V2 x N2 ditambahkan etanol hingga 10
V1 x 50 = 10 x 12 ml
V1 = 2,4 ml + 0,1 ml Kafein
ditambahkan etanol hingga 10
ml

Konsentrasi Absorbansi Rata-Rata


(PPM)
I II III

10 0.2243 0.2238 0.2245 0.2242

12 0.2235 0.2252 0.2246 0.2244

14 0.2302 0.2301 0.2287 0.22966

16 0.2632 0.2630 0,2629 0.26303

Tabel 1. Absorbansi Parasetamol


Pembuatan Kurva Baku Kafein - Pengenceran 50 ppm ke 10
ppm (Kafein 10 ppm)
- Pengenceran 500 ppm ke 5
V1 x N1 = V2 x N2
ppm (Parasetamol 5ppm)
V1 x 50 = 10 x 10
V1 x N1 = V2 x N2
V1 = 2,0 ml + 0,1 ml
V1 x 500 = 10 x 5
Parasetamol ditambahkan
V1 = 0,1 ml
etanol hingga 10 ml
- Pengenceran 500 ppm ke 50
- Pengenceran 50 ppm ke 12
ppm (Kafein 50 ppm)
ppm (Kafein 12 ppm)
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 500 = 10 x 50
V1 x 50 = 10 x 12
V1 = 1 ml ditambahkan etanol
V1 = 2,4 ml + 0,1 ml
hingga 10 ml
Parasetamol ditambahkan
- Pengenceran 50 ppm ke 8 ppm
etanol hingga 10 ml
(Kafein 8 ppm)
- Pengenceran 50 ppm ke 14
V1 x N1 = V2 x N2
ppm (Kafein 14 ppm)
V1 x 50 = 10 x 8
V1 x N1 = V2 x N2
V1 = 1,6 ml + 0,1 ml
V1 x 50 = 10 x 14
Parasetamol ditambahkan
V1 = 2,8 ml + 0,1 ml
etanol hingga 10 ml
Parasetamol ditambahkan
etanol hingga 10 ml
- Pengenceran 50 ppm ke 16 V1 = 3,2 ml + 0,1 ml
ppm (Kafein 16 ppm) Parasetamol ditambahkan
V1 x N1 = V2 x N2 etanol hingga 10 ml
V1 x 50 = 10 x 16

Konsentrasi Absorbansi Rata-Rata


(PPM)
I II III

8 0.118 0.118 0.1179 0.1179

10 0.1483 0.1486 0.1484 0.1484

12 0.1715 0.1715 0.1710 0.1713

14 0.2022 0.2025 0.2032 0.2026

16 0.2355 0.2356 0.2363 0.2358

Tabel 2. Absorbansi Kafein


Pengukuran Kadar Parasetamol dan Kafein dalam Tablet Campuran

Absorbansi I Absorbansi II Absorbansi II Rata-Rata

0.4311 0.4311 0.4310 0.43106

Tabel 3. Absorbansi pada Parasetamol

Y = 0.0061x + 0.1562
0.43106 – 0.1562 = 0.0061x
X = 45.0590 ppm

Banyaknya sampel yang ditimbang 58,6 mg

Rata-rata 20 tablet 632,5 mg

Faktor Pengenceran 357

Tabel 4. Hasil dari Parasetamol

Kandungan Parasetamol dalam 58,6 Konsentrasi Parasetamol =


mg =

Kandungan Parasetamol dalam 58,6 Konsentrasi Parasetamol = 2316,205


mg = 23,16205mg ppm
Persentase kadar Parasetamol dalam Persentase kadar Parasetamol dalam
tablet = tablet = 694,502%

Persentase kadar Parasetamol dalam


tablet =

Absorbansi I Absorbansi II Absorbansi II Rata-Rata

0.6958 0.6967 0.6959 0.6961

Tabel 5. Absorbansi pada Kafein

Y = 0.0145x + 0.0013
0.6961 – 0.0013 = 0.0145x
X = 49,714 ppm

Banyaknya sampel yang ditimbang 50,5 mg

Rata-rata 20 tablet 632,5 mg

Faktor Pengenceran 357

Tabel 6. Hasil dari Kafein


Konsentrasi(PPM) Absorbansi Rata-Rata

I II III

10 0.2243 0.2238 0.2245 0.2242

12 0.2235 0.2252 0.2246 0.2244

14 0.2302 0.2301 0.2287 0.22966

16 0.2632 0.2630 0,2629 0.26303

Tabel 7. Hasil Pengukuran Absorbansi Derivat Pertama Parasetamol

Konsentrasi Absorbansi Rata-Rata


(PPM)
I II III

8 0.118 0.118 0.1179 0.1179

10 0.1483 0.1486 0.1484 0.1484

12 0.1715 0.1715 0.1710 0.1713

14 0.2022 0.2025 0.2032 0.2026

16 0.2355 0.2356 0.2363 0.2358

Tabel 8. Hasil Pengukuran Absorbansi Derivat Pertama Kafein


Kandungan Kafein dalam 50,5mg metode spektrofotometri UV-Vis
biasa, maka spektrum komponen-
=
komponen campuran akan saling
tumpang tindih (overlapping) yang
Kandungan Kafein dalam 50,5 mg
disebabkan karena komponen-
= 7.984 mg komponen tersebut sama-sama
memberikan absorbansi pada rentang
Konsentrasi Kafein =
panjang gelombang yang berdekatan,
seperti pada campuran parasetamol
Konsentrasi Kafein = 798,4 ppm
dan kafein sehingga dapat
Persentase kadar Kafein dalam tablet menyebabkan kesulitan dalam
= penetapan kadar parasetamol dan
kafein. Dan digunakan
Persentase kadar Kafein dalam tablet spektrofotometri derivatif ini untuk
= meningkatkan pemecahan puncak
yang saling tumpang tindih tersebut
Persentase kadar Kafein dalam tablet sehingga parasetamol dan kafein
= 2.222,933% dapat ditentukan kadarnya tanpa

Pembahasan terganggu oleh serapan keduanya.


Dimana pada metode ini, penetapan
Pada praktikum ini dilakukan
kadar parasetamol dalam sampel
penetapan kadar parasetamol dan
campuran parasetamol dan kafein
kafein dalam tablet kombinasi
dengan diukur pada panjang
parasetamol dan kafein dengan
gelombang zero crossing dari kafein,
menggunakan metode
yaitu panjang gelombang dimana
spektrofotometri derivatif. Alasan
kafein memberikan absorbansi
menggunakan spektrofotometri
bernilai 0, sedangkan parasetamol
derivatif karena serapan maksimum
memberikan absorbansi lebih dari 0..
dari parasetamol dan kafein berada
Dan penetapan kadar kafein dalam
pada panjang gelombang yang
sampel campuran parasetamol dan
berdekatan. Bila menggunakan
kafein dengan diukur pada panjang
gelombang zero crossing dari kafein. Ditentukan derivatif pertama
parasetamol, yaitu panjang untuk absorbansi parasetamol dan
gelombang dimana parasetamol kafein. Dari data derivatif tersebut
memberikan absorbansi bernilai 0, selanjutnya dibuat grafik dA/dλ
sedangkan kafein memberikan parasetamol dan dA/dλ kafein
absorbansi lebih dari 0. Apabila terhadap harga rata-rata panjang
derivat pertama tidak diperoleh gelombang yang berdekatan untuk
panjang gelombang zero crossing, menentukan λ zero crossing. Zero
maka dilanjutkan dengan pembuatan crossing parasetamol yaitu 320nm,
spektra derivat kedua. 322nm, 338 nm, 345nm, 370nm, 383
nm, 385nm, 387 nm,sedangkan zero
Pertama kali dilakukan
crossing kafein yaitu 248 nm.
penentuan panjang gelombang
masing-masing zat aktif Setelah diperoleh panjang
menggunakan bahan baku gelombang zero crossing
parasetamol dan baku kafein. Ini parasetamol dan kafein, maka dibuat
bertujuan untuk menentukan apakah kurva baku parasetamol dan kafein
kedua zat ini akan mengabsorbsi yang bertujuan untuk menguji
pada panjang gelombang maksimum apakah hukum Lambert Beer masih
yang saling berdekatan atau tidak, berlaku pada panjang gelombang
apabila terjadi overlapping maka zero crossing yang diperoleh. Pada
metode derivatif harus dipiliki pembuatan kurva baku parasetamol
sebagai metode pengujian kadar. dan kafein dibuat variasi konsentrasi
Panjang gelombang maksimal yaitu 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm, 14
parasetamol yang didapat adalah 248 ppm dan 16 ppm. Dimana untuk
nm sedangkan panjang gelombang pembutaan kurva baku parasetamol,
maksimal kafein adalah 278 nm. pada 8 ppm 1,6 ml larutan baku
parasetamol (50 ppm) dimasukkan ke
Selanjutnya dari spektra
dalam labu ukur 10 ml kemudian
larutan baku parasetamol dan kafein
ditambahkan dengan 0,1 ml larutan
diturunkan spektrum derivatif dari
baku kafein dan di ad dengan etanol
kurva normal parasetamol dan
sampai tanda batas. Dan 2 ml untuk 0.0145x + 0.0013. Dari nilai regresi
10 ppm, 2,4 ml untuk 12 ppm, 2,8 ml yang diperoleh maka dapat
untuk 14 ppm, dan 3,2 ml untuk 16 disimpulkan bahwa kurva kalibrasi
ppm dan berlaku juga pada larutan pada panjang gelombang tersebut
baku kafein. Dimana dibuat variasi memenuhi hukum Lambert-Beer
konsentrasi pada larutan baku kafein dimana nilai regresinya mendekati 1.
dan larutan baku parasetamol dibuat Nilai absorbansi sampel dimasukkan
tetap. Selanjutnya diukur absorbansi ke dalam persamaan regresi linier
dari kelima seri larutan tersebut dan yang telah diperoleh dan didapatkan
didapatkanlah nilai absorbansi dari kadar parasetamol pada sampel
masing-masing variasi konsentrasi sebesar 694,502% % dan kadar
larutan tersebut, nilai absorbansi kafein pada sampel sebesar
tersebut digunakan untuk membuat 2.222,933%.
kurva kalibrasi dan penentuan
Hasil kadar parasetamol dan
persamaan garis.
kafein sangat besar, hal ini bisa
Dari hasil pengukuran, disebabkan adanya zat pengotor
diperoleh absorbansi derivat pertama dalam kuvet saat pencucian dan
parasetamol dan kafein. Nilai kuvet dapat terkontaminasi oleh
absorbansi tersebut dimasukan ke penguapan pelarut, mudah terkena
dalam persamaan garis, untuk debu sehingga keadaan ini bisa
pengukuran kadar parasetamol menurunkan sifat transmisi dan
digunakan data absorbansi derivat akibatnya ketelitian menurun. Dan
pertama karena pada panjang dapat juga adanya kesalahan dalam
gelombang ini didapatkan persamaan proses pengenceran konsentrasi
garis y = 0.0061x + 0.1562. pada larutan.
pengukuran kadar kafein digunakan
Simpulan
data absorbansi derivat pertama pada
panjang gelombang 248 nm, karena 1. Dapat mengetahui cara
pada panjang gelombang ini menghitung kadar suatu senyawa
didapatkan persamaan garis y = campuran dengan menggunakan
spektrofotometri derivatif dengan Farmakologi Dan Terapi. Edisi
menggunakan metode zero IV. Jakarta: Universitas Indonesia.
crossing. Dengan menentukan 5. Damayanti, S., Ibrahim, S.,
derivatif salah satu senyawa Firman, K., and Tjahjono, D.H.
campuran sampel yang memiliki 2003. Simultaneous
absorbansi nol, sehingga kadar Determination of Paracetamol and
senyawa lain dapat dapat Ibuprofen Mixtures By High
ditentukan dengan menghitung Performance Liquid
absorbansi total sampel pada Chromatography. IJC. 3(1).
panjang gelombang tersebut. 6. Ganiswarna, S.G. 1995.
Farmakologi dan Terapi ed.5.
2. Dari hasil percobaan didapatkan
Jakarta : Bagian Farmakologi
kadar parasetamol yaitu
Fakultas Kedokteran UI.
694,502% sedangkan kadar kafein
7. Levent, M., 2002, HPLC Method
dalam sampel 2.222,933%.
for the Analy-sis of Paracetamol,
Daftar Pustaka Caffeine and Dipyrone.TJC 3 (1).
Available online at
1. Depkes RI.1995.Farmakope
http://journals.tubitak.gov.tr/chem
Indonesia,Edisi IV.Jakarta:Depkes
/issue/kim-02-26-4/kim-26-4-8-
RI.
0106-13.pdf Diakses pada tanggal
2. Darsono, Lusiana. 2002.
25 Mei 2016.
Diagnosis dan Terapi Intoksikasi
8. El-Sayed AA, El-Salem NA.
Salisilat dan Parasetamol. JKM.
2005. Recent development of
Vol. 2. No. 1.
derivative spectrophotometry and
3. Sunaryo R. 2005. Perangsangan
their analytical applications. Anal
susunan saraf pusat. Dalam:
Sci. 21:595-614.
Farmakologi dan terapi FKUI.
9. Kasim,Syaharuddin dkk. 2011.
Jakarta: Gaya Baru.
Penetapan Kadar Parasetamol
4. Departemen Farmakologi dan
dalam Tablet Parasetamol dengan
Terapeutik FK UI. 1995.
Kafein secara Spektrofotometri
UV-VIS.Majalah Farmakologi
Vol. 15 N0.2.

You might also like