You are on page 1of 6

Prosiding Seminar Nasional Kimia 2017 ISBN 978-602-50942-0-0

Kimia FMIPA UNMUL

SKRINING FITOKIMIA DAUN SALIARA (Lantana camara L) SEBAGAI PESTISIDA


NABATI PENEKAN HAMA DAN INSIDENSI PENYAKIT PADA TANAMAN
HOLTIKULTURA DI KALIMANTAN TIMUR

Sri Purwati1, Sonja V. T. Lumowa1, Samsurianto2


1
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman
2
Biologi FMIPA Universitas Mulawarman
Email: verasonja@yahoo.com

ABSTRAK

Kalimantan Timur memiliki potensi untuk melakukan pengembangan terhadap budidaya tanaman
holtikultura, namun selama ini belum dapat diwujudkan. Salah satu hambatan pada pengembangan budidaya
tanaman holtikultura adalah serangan serangga hama yang dapat menurunkan produksi tanaman holtikultura.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia yang ada pada bahan alam yaitu daun saliara
(Lantana camara L) sebagai bahan baku pembuatan pestisisda nabati penekan serangan serangga hama daan
insidensi penyakit tanaman holtikultura di Kalimantan Timur. Daun saliara merupakan daun tanaman yang
mudah didapatkan di wilayah Kalimantan Timur. Selama ini tanaman tersebut selama dianggap sebagai
gulma dan belum banyak dimanfaatkan.
Sampel pada penelitian adalah daun saliara yang diambil dari berbagai daerah di Kaltim yaitu Kutai
Timur, Kutai Barat dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Sampel daun selanjutnya dikeringkan dan
dibuat serbuk. Masing-masing sampel daun dilarutkan dalam etanol 96% dan dimaserasi selama 24 jam.
Kemudian dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui adanya alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid, dan
triterpenoid.
Hasil uji fitokimia ekstrak daun saliaramenunjukkan adanya kandunganbahan aktif tannin, saponin,
steroid. Kandungan bahan aktif yang terdapat pada ekstrak daun tersebut memiliki potensi sebagai pestisida
nabati karena dapat mempengaruhi serangga hama dan bakteri penyebab penyakit pada tanaman holtikultura.

Kata Kunci : Skrining Fitokimia, Daun Saliara, Pestisida Nabati

PENDAHULUAN dan buah pada umumnya penurunan produksi


Tanaman hortikultura terdiri atas buah- dibandingkan dari tahun 2014.
buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman Penurunan produksi tanaman holtikultura di
obat. Tanaman hortikultura berupa buah dan Kalimantan Timur dapat terjadi karena beberapa
sayur merupakan jenis tanaman yang sering faktor, salah satunya adalah serangan hama dan
dikonsumsi oleh masyarakat. Semakin penyakit pada tanaman. Beberapa hama dan
bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan penyakit penting pada tanaman holtikultura adalah
akan tanaman pangan dari jenis sayur dan buah lalat buah (Dacus cucurbitae), oteng-oteng
juga meningkat. Peningkatan kebutuhan (Aulocophora similis), trips (Thrips parvispinus),
masyarakat juga ditunjang dengan meningkatnya ulat (Diaphania indica) dan kutu daun (Aphis
kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi buah gossypii). Sedangkan penyakit yang dapat
dan sayur karena dapat mendukung terpenuhinya menyerang adalah penyakit tepung (Powdery
vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat bagi mildew), antraknose, busuk daun (Downy mildew),
tubuh. dan layu bakteri (Pracaya, 2005).
Budidaya tanaman holtikultura di Petani umumnya melakukan upaya untuk
Kalimantan Timur terus diupayakan oleh mengatasi kedua hal tersebut dengan
pemerintah dan petani.Pemerintah melakukan menggunakan pestisida sintetik yang tidak ramah
berbagaiupaya untuk mendukung pengembangan lingkungan. Pestisida nabati terutama jenis
budidaya tanaman holtikultura. Namun demikian sintetik dapat memberikan pengaruh terhadap
menurut data yang dirilis tahun 2016 oleh Badan lingkungan (Lumowa& Nurbayah, 2017).
Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur Penggunaan pestisida sintetik dapat meninggalkan
menunjukkan bahwa mulai tahun pada tahun 2015 residu yang berbahaya pada tanaman maupun
pada sector tanaman holtikultura terutama sayur lingkungan, dan tidak mudah terurai di alam
(Direktorat Bina Perlindungan Tanaman

153
Sri Purwati
Pendidikan Biologi FKIP UNMUL

Perkebunan, 1994). Dampak penggunaan pestisida (H2SO4) 50%, pereaksi FeCl3 1%dandaun saliara
sintetik dapat berbahaya bagi kelangsungan hidup (Lantana camara L). Sampel daun saliara didapat
tumbuhan, biota akuatik, burung, kesehatan di sepanjang jalan daerah Kecamatan Tenggarong
manusia (Hernayanti, 2015) dan menyebabkan Sebrang Kabupaten Kutai Kartanegara,
resistensi terhadap serangga (Wang, et al., 2015). Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur dan
Alternatif upaya yang dapat dilakukan di Kecamatan Linggang Binggung Kabupaten
untuk mengatasi permasalahan serangan serangga Kutai Barat.
hama tanpa merusak lingkungan adalah dengan
menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati Prosedur Ekstraksi dan Maserasi
relatif mudah didapat, aman terhadap serangga Pertama-tama daun saliara
bukan sasaran, mudah terurai di alam, memiliki dikeringanginkan. Selanjutnya daun saliara kering
toksisitas dan fitotoksis yang rendah karena tidak diblender hingga halus. Proses maserasi dimulai
meninggalkan residu pada tanaman (Tohir, 2010). dengan mencampurkan pelarut etanol pada daun
Tumbuhan yang dapat digunakan adalah saliara yang telah halus dengan perbandingan 1:2
tumbuhan yang dianggap sebagai gulma yang (misalnya 1 gram serbuk dengan 2 ml etanol).
banyak terdapat di wilayah Kalimantan Timur, Setelah dicampurkan dengan pelarut etanol,
yaitu tanaman saliara. Berdasarkan hasil kaji larutan diaduk dengan alat pengaduk hingga
literatur diketahui bahwa saliara (Lantana camara homogen. Selanjutnya larutan direndam selama 24
L) mengandung lantadine, minyak atsiri jam dan disaring hingga mendapatkan ekstrak
(Hardiansyah, dkk., 2015), flavonoid, alkaloid, yang diinginkan. Ekstrak yang diperoleh
saponin, dan tannin (Hemalatha, et al. 2015; Naz kemudian diuapkan dengan rotary evaporator.
& Bano, 2013; Saxena, et al., 2012; Kalita, et al., Kemudian dilakukan prosedur skrining fitokimia.
2012; Ravi, 2011). Tanaman ini memiliki bau
yang menyengat dan memiliki potensi sebagai Prosedur Skrining Fitokimia
bahan penolak serangga (Malik, 2013). Skrining fitokimia dilakukan dengan
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menggunakan pereaksi pendeteksi golongan pada
mengetahui kandungan kimia yang terdapat pada plat tetes atau tabung reaksi. Uji fitokimia yang
ekstrak daun saliara (Lantana camara L) yang dilakukan meliputi:
didapatkan dari wilayah Kalimantan Timur a. Analisis Alkaloid
melalui skrining fitokimia untuk melihat Disiapkan ekstrak isolat saliara dan diambil
potensinya sebagai pestisida nabati penekan hama beberapa tetes kemudian dimasukkan ke dalam
dan insidensi penyakit pada tanaman holtikultura tabung reaksi. Pada sampel tersebut ditambahkan
di Kalimantan Timur. Manfaat dari penelitian ini 2 tetes pereaksi Dreagendroff. Perubahan yang
adalah memberikan informasi tentang fitokimia terjadi diamati setelah 30 menit, hasil uji
tanaman saliara dan upaya pemanfaatanya sebagai dinyatakan positif apabila dengan pereaksi
pestisida nabati. Dreagendroff terbentuk warna jingga.
b. AnalisisTanin
METODE PENELITIAN Disiapkan ekstrak sebanyak 1 mL.Di
Rancangan penelitian pada tahap pertama tambahkan beberapa tetes larutan besi (III)
dari penelitian ini ialah penelitian laboratorium Klorida 1%. Perubahan yang terjadi diamati,
untuk melakukan skrining fitokimia daun saliara terbentuknya warna biru tua atau hitam kehijauan
untuk mengetahui potensinya sebagai pestisida menunjukkan adanya senyawa tanin.
nabati. Skrining fitokimia untuk mengetahui c. Analisis Flavonoid
kandungan kimia pada daun saliara secara Sejumlah sampel diambil dan dimasukkan
kualitatif dengan tes warna.Data yang diperoleh ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan pada
dari hasil skrining fitokimia dianalisis secara sampel berupa serbuk Magnesium 2 mg dan di
deskriptif kualitatif. berikan 3 tetes HCl pekat. Sampel dikocok dan
diamati perubahan yang terjadi, terbentuknya
Alat dan Bahan warna merah, kuning atau jingga pada larutan
Alat-alat yang akan digunakan yaitu, menunjukkan adanya flavonoid.
blender, pipet tetes, plat tetes, tabung reaksi, gelas d. Analisis Saponin
kimia, botol tempat sampel, dan lainnya. Bahan- Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam
bahan yang digunakan yaitu HCl 2 N, serbuk tabung reaksi.Air panas ditambahkan pada
logam Mg, pereaksi Dragendorff, pereaksi sampel. Perubahan yang terjadi terhadap
Liebermann-Burchard, pereaksi asam sulfat terbentuknya busa diamati, reaksi positif jika busa

154
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2017 ISBN 978-602-50942-0-0
Kimia FMIPA UNMUL

stabil selama 30 menit dan tidak hilang pada HASIL DAN PEMBAHASAN
penambahan 1 tetes HCl 2 N. Skrining Fitokimia merupakan salah satu
e. Analisis Steroid upaya yang dapat dilakukan untuk mengetahui
Sejumlah sampel diambil dan dimasukkan fitokimia atau bahan aktif yang merupakan
ke dalam tabung reaksi. Sampel ditambahkan 2 metabolit sekunder pada tumbuhan. Bahan aktif
tetes larutan CHCl3. Ditambahkan 3 tetes pereaksi ini dapat berfungsi sebagai pertahanan diri
Lieberman Burchard. Perubahan pada sampel tumbuhan terhadap lingkungan, penyakit dan
diamati, terbentuknya warna merah pada larutan serangan pemangsa. Beberapa metabolit sekunder
pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan diproduksi pada tahap dan jalur metabolisme yang
hijau menunjukkan reaksi positif. berbeda.
f. Analisis Triterpenoid Sebelum dilakukan skrining fitokimia
Sejumlah sampel diambil dan dimasukkan dilakukan ekstraksi dan maserasi terhadap daun
ke dalam tabung reaksi. Sampel ditambahkan 2 saliara. Didapatkan hasil ekstrak daun saliara
tetes larutan CHCl3. Ditambahkan 3 tetes pereaksi dengan warna hijau pekat. Selanjutnya dilakukan
Lieberman Burchard. Perubahan pada sampel analisis kualitatif skrining fitokimia dengan
diamati, reaksi posiitif jika terbentuknya warna menggunakan tes uji warna. Hasil skrining
merah ungu. fitokimia pada daun saliara terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Daun Saliara Kering dengan Pelarut Etanol 96% sebagai Pengikat
Kandungan Kimia Metode Pengujian Hasil Keterangan
Flavonoid Wilstater Warna hijau keruh -
Alkaloid Dragendroff Endapan putih -
Steroid CHCl3 + Liebermen-Burchard Cincin hijau +
Tanin FeCl3 1 % Hijau kehitaman +
Saponin Forth Busa selama ±30 menit +
Triterpenoid Liebermen-Burchard hijau -

Keterangan:
(+) = Terdapat kandungan kimia
(−) = Tidak terdapat kandungan kimia

Berdasarkan hasil skrining fitokimia yang Kandungan Triterpenoid tidak dapat ditemukan
terdapat pada Tabel 1 diketahui bahwa daun pada pelarut air dan steroid tidak dapat ditemukan
saliara mengandungsteroid, tanin/polifenol, dan pada pelarut klorofom. Kandungan saponin,
saponin. Hasil penelitian ini sejalan dengan flavonoid, dan alkaloid dapat ditemukan pada
penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa semua pelarut. Masing-masing pelarut memiliki
ekstrak saliara mengandung steroid (Reddy, kemampuan yang berbeda dalam melarutkan
2013), saponin, dan tanin (Hemalatha, et al. 2015; kandungan kimia pada bahan yang digunakan.
Naz & Bano, 2013; Saxena, et al., 2012; Kalita, et Terdapat kemungkinan kandungan kimia pada
al., 2012). Pada penelitian lain disebutkan bahwa daun saliara belum banyak yang terlarut ketika
ekstrak saliara juga mengandung flavonoid (Ravi, dilakukan ekstraksi dengan pelarut etanol 96%.
2011), alkaloid (Naz & Bano, 2013; Hemalatha, et Dengan demikian, terdapat kemungkinan jika
al. 2015), dan triterpenoid (Saxena, et al., 2012). dilarutkan dalam pelarut yang berbeda (pada
Perbedaan hasil skrining fitokimia, yaitu adanya penelitian ini digunakan pelarut etanol 96%) akan
flavonoid, alkaloid, dan triterpenoid pada daun didapatkan hasil yang berbeda pula.
saliara dapat dikarenakan adanya perbedaan Pada skrining fitokimia, daun saliara selain
pelarut yang digunakan dalam melarutkan daun faktor pelarut yang berbeda, hasil berbeda dengan
saliara, perbedaan metode pengujian dan penelitian terdahulu juga dapat disebabkan
perbedaan lingkungan tempat tumbuh saliara. perbedaan teknik pengujian yang digunakan.
Penelitian Hemalatha, et al. (2015) terhadap Teknik pengujian yang digunakan juga dapat
tanaman saliara memperlihatkan bahwa memberikan hasil yang berbeda. Penelitian
kandungan kimia tanin dapat diperoleh pada Harini, et al. (2014) memperlihatkan bahwa
pelarut air dan methanol tetapi tidak ditemukan pengujian flavonoid dengan menggunakan pelarut
pada pelarut aseton, klorofom, dan etanol. air dengan metode uji shinoda menunjukkan hasil

155
Sri Purwati
Pendidikan Biologi FKIP UNMUL

uji negatif, tetapi menggunakan metode lead Hasil uji terhadap steroid menunjukkan
acetate menunjukkan hasil uji positif. Perbedaan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya
hasil skrining fitokimia dapat disebabkan pula cincin hijaudengan menggunakan pereaksi CHCl3
oleh perbedaan kepekaan metode uji yang dan larutan uji Liebermen-Burchard pada ekstrak
digunakan terhadap jumlah kandungan kimia dari daun saliara. Peristiwa ini menunjukkan adanya
bahan alam yang diuji. Skrining fitokimia yang reaksi oksidasi pada golongan senyawa steroid
dilakukan dapat saja tidak mampu mendeteksi (Setyowati, dkk., 2014).
kadungan bahan kimia yang terdapat pada daun Skrining fitokimia terhadap kandungan
saliara yang jumlahnya hanya sedikit setelah tanin dengan menggunakan FeCl3 1% yang
melalui proses ekstraksi. Skrining fitokimia secara ditambahkan pada ekstrak daun saliara
kualitatif yang dilakukan oleh Naz & Bano menunjukkan hasil uji positif, yaitu menghasilkan
(2013) untuk menguji keberadaan alkaloid pada warna hijau kehitaman.Tanin yang terdapat pada
tanaman saliara menunjukkan hasil negatif dengan ekstrak bereaksi dengan ion Fe3+ dari pereaksi
menggunakan uji Dragondroff namun membentuk senyawa kompleks (Harborne, 1996).
menunjukkan hasil uji positif menggunakan uji Pengujian saponin dengan menggunakan
Mayer. metode Forth menunjukkan hasil positif pada
Sampel penelitian merupakan daun saliara ekstrak daun saliara. Busa yang terdapat pada
yang diambil dari daerah Kecamatan Tenggarong hasil uji merupakan glikosida yang terhidrolisis
Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, menjadi glukosa dan senyawa lain dan
Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur dan membentuk buih (Rusdi dalam Marliana, dkk.,
di Kecamatan Linggang Binggung Kabupaten 2005).
Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur. Hasil uji triterpenoid menunjukkan hasil
Perbedaan lingkungan tempat tumbuh saliara pada negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya juga terbentuk kondensasi atau pelepasan H2O dan
dapat menjadi faktor yang mempengaruhi penggabungan dengan karbokation (Siadi, 2012).
keberadaan dan jumlah kandungan kimia pada Kandungan kimia yang terdapat ekstrak
tumbuhan. Kondisi lingkungan tempat tumbuh daun saliara memiliki potensi sebagai pestisida
dari saliara yang berbeda dari penelitian nabati yang dapat memiliki efek merugikan bagi
sebelumnya juga dapat berpengaruh terhadap jenis hama dan bakteri yang menyebabkan penyakit
dan jumlah kandungan kimia yang terkandung pada tumbuhan. Ekstrak daun saliara dapat
dalam tumbuhan. Perbedaan umur daun yang berfungsi sebagai racun bagi larva nyamuk
diambil dan diteliti juga dapat mempengaruhi (Hemalatha, et al., 2015; Reddy,2013). Ekstrak
jenis dan jumlah kandungan kimia yang dimiliki saliara dapat memiliki efek antibakteri terhadap
oleh ekstrak daun saliara. Hal ini dikarenakan bakteri E.coli, p.aeruginosa, s.aureus, dan
kandungan kimia atau fitokimia dihasilkan pada s.saprohiticus (Mary, 2011). Penelitian Ashish, et
jalur dan tahapan metabolisme yang berbeda al. (2011) menunjukkan bahwa ekstrak daun
(Coley, et al. dalam Omokhua, 2015) saliara dapat aktif menghambat pertumbuhan
Skrining fitokimia terhadap adanya berbagai bakteri gram positif dan negatif.
kandungan flavonoid menggunakan metode Tanin merupakan bahan aktif yang dapat
Wilstater pada daun saliara menunjukkan hasil berperan sebagai pertahanan tanaman terhadap
negatif. Metode uji Wilstater digunakan untuk serangga dengan cara menghalangi serangga
mendeteksi senyawa yang mempunyai inti α- dalam mencerna makanan (Febrianti & Rahayu,
benzopyron dengan menggunakan serbuk 2012). Tanin dapat mengikat protein, karbohidrat
Magnesium (Mg) dan larutan HCl 2N (Marliana, dan mineral dalam sistem pencernaan serangga,
dkk., 2005). Hasil uji negatif menandakan bahwa sehingga proses penyerapan makanan dalam
tidak terbentuk garam flavilium pada larutan uji sistem pencernaan terganggu. Rasa yang pahit
dengan pereaksi (Achmad, 1986). pada daun yang mengandung tanin dapat
Hasil skrining fitokimia kandungan alkaloid menyebabkan serangga tidak mau makan,
dengan menggunakan pereaksi Dragendroff dan sehingga serangga akan kelaparan dan akhirnya
H2SO4 2N pada ekstrak daun saliara mati (Yunita dkk., 2009). Muta’ali & Purwani
memperlihatkan hasil negatif. Hal ini menandakan (2015) menjelaskan bahwa senyawa tanin dapat
tidak terbentuk endapan kalium alkaloid yang menyebabkan tubuh ulat dari serangga menjadi
terjadi karena adanya ikatan kovalen antara lembek dan pergerakannya semakin melemah.
nitrogen dengan K+ yang merupakan ion logam. Steroid jenis saponin merupakan salah satu
bahan yang dapat berfungsi sebagai anti-feeding

156
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2017 ISBN 978-602-50942-0-0
Kimia FMIPA UNMUL

terhdaap serangga. Cara kerja saponin ialah [9] Hemalatha, P., Elumalai, D., Janaki, A.,
dengan menghambat kerja enzim yang Babu, M., Velu, K., Velayutham, K.,
menyebabkan penurunan kerja alat pencernaan Kaleena, P.K. 2015. Larvicidal Activity of
dan penggunaan protein (Muta’ali & Purwani, Lantana camara aculeate Against Three
2015). Saponin juga beracun bagi binatang Important Mosquito Species .Journal of
berdarah dingin, mempunyai aktivitas hemolisis, Entomology and Zoology Studies, 3 (1): 174-
tidak beracun bagi binatang berdarah panas 181
(Danulistyo, 2011). [10] Hernayanti. (2015). Bahaya Pestisida
Terhadap Lingkungan.
KESIMPULAN http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Bah
Berdasarkan skrining fitokimia yang telah aya%20Pestisida%20terhadap%20Lingkunga
dilakukan, ektrak daun saliara mengandung n-.pdf
tannin/polifenol, saponin, dan steroid. Ketiga [11] Kalita, K., Kumar, G., Karthik, L., & Rao,
kandungan fitokimia tersebut menjadikan tanaman KVB. 2012. A Review on Medicinal
saliara memiliki potensi sebagai pestisida nabati Properties of Lantana camara Linn.
untuk mengurangi serangan serangga hama dan Research J. Pharm. and Tech. 5(6): 711-715.
insidensi penyakit pada tanaman holtikultura. [12] Lumowa, SVT.,& Nurbayah. 2017.
Kombinasi Ekstrak Cabe Jawa (Piper
DAFTAR PUSTAKA retrofractum Vahl.) Dan Jahe Merah
[1] Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan (Zingiber officinale var. amarum) Sebagai
Alam. Jakarta: Karnunika. Insektisida Nabati Pada Tanaman Sawi
[2] Ashish, S., Sadaf, Q., ,Kavita, S.,&Khan, N. (Brassica juncea L.). Bioedukasi, 10 (1): 65-
2011.Antimicrobial activity of 70.
Lantanacamara. Jour. Experi. Sci., 2: 50-54. [13] Malik, H. 2013. Bahan dan Pembuat
[3] Badan Pusat Statistik Kaltim, 2016, (online) Pestisida Nabati (Online). Diakses pada
kaltim.bps.go.id, diakses 10 Maret 2016 tanggal 29 April 2016
[4] Danusulistyo, M. 2011. Uji Larvasida [14] Marliana, S.D., Suryanti, V., & Suyono.
Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.) 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis
Terhadap Kematian Larva Nyamuk Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia
Anopheles aconitus Donitz. Skripsi Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq.
Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi,3
Universitas Muhammadiyah. (1): 26-31.
[5] Febrianti, N., &Rahayu, D. 2012. Aktivitas [15] Mary. K.V. 2011.Studies on phytochemical
Insektisidal Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh screening and antibacterial activities of
(Eupatorium odoratum L.) Terhadap Wereng Lantanacamara. Plant. Sci. Feed., 1: 74-79.
Coklat (Nilaparvata lugens Stal.). Prosiding [16] Muta’ali. R & Purwani, K. I. 2015.
Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi, 9 Pengaruh Ekstrak Daun Beluntas
(1): 661-664. (Plucheaindica) terhadap Mortalitas dan
[6] Harborne, J., 1996. Metode Fitokimia: Perkembangan Larva Spodoptera litura F.
Penuntun CaraModern Menganalisis Jurnal Sains Dan Seni ITS, 4(2): 55-58.
Tumbuhan. Cetakan kedua. Penerjemah: [17] Naz, R., & Bano, A. 2013.Phytochemical
Padmawinata, K. dan I. Soediro.Bandung: screening, antioxidants and antimicrobial
Penerbit ITB. potential of Lantana camara in different
[7] Hardiansyah,dkk. 2015. Efekrivitas Pestisida solvents.Asian Pac J Trop Dis, 3(6): 480-
Nabati Saliara (Lantana camara L) 486.
Terhadap Tanaman Rosella. Universitas [18] Omokhua, A. G. 2015. Phytochemical and
Djuanda. Bogor pharmacological investigations of invasive
[8] Harini, K., JerlinShowmya, J., & Geetha, N. Chromolaena odorata (L.)R.M. King & H.
2014. Phytochemical Constituents Of Rob.(Asteraceae). Submitted in fulfilment of
Different Extracts From The Leaves of the requirements for the degree of Master of
Chromolaenaodorata (L.) King and Science of Research Centre for Plant Growth
Robinson. International Journal of and Development, School of Life Sciences,
Pharmaceutical Sciences and Business College of Agriculture, Engineering and
Management, 2 (12): 13-20. Science, University of KwaZulu-Natal,
Pietermaritzburg, South Africa.

157
Sri Purwati
Pendidikan Biologi FKIP UNMUL

[19] Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit [24] Siadi, K. 2012. Ekstrak Bungkil Biji Jarak
Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta. Pagar (Jatropha curcas) Sebagai
[20] Ravi, S. 2011. Preliminary Biopestisida Yang Efektif Dengan
Pharmacognostical and Phytochemical Penambahan Larutan NaCl. Jurnal MIPA, 35
Analysis of Leaves of Lantana (1): 77-83.
Camara.International Research Journalof [25] Tohir, A.M. 2010. Teknik Ekstraksi Dan
Pharmacy, 2 (2): 78-81. Aplikasi Beberapa Pestisida Nabati Untuk
[21] Reddy, N.M. 2013. Lantana Camara Linn. Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak
Chemical Constituents and Medicinal (Spodoptera Litura Fabr.)di Laboratorium.
Properties: A Review. Scholars Academic Buletin Teknik Pertanian 15(1): 37-40.
Journal of Pharmacy, 2(6):445-448. [26] Wang, C., Singh, N., & Cooper, R.
[22] Saxena, M., Saxena, J., and Khare, S. 2012. (2014).Efficacy of an Essential Oil-Based
A brief review on: Therapeutical values of Pesticide for Controlling Bed Bug (Cimex
Lantana camara plant. International Journal lectularius) Infestations in Apartment
Of Pharmacy & Life Sciences (IJPLS), 3 (3): Buildings.Insects, Vol. 5, 849-859.
1551-1554. [27] Yunita, E. A., Nanik H. S. dan Jafron W. H.
[23] Setyowati, WAE., Ariani, SRD., Ashadi, (2009). “Pengaruh Ekstrak Daun Teklan
Mulyani, B., Rahmawati, C.P. 2014. (Eupatorium riparium) Terhadap Mortalitas
Skrining Fitokimia dan Identifikasi dan Perkembangan Larva Aedes aegypti”.
Komponen Utama Ekstrak Metanol Kulit BIOMA. 11 (1): 11-17.
Durian (Durio zibethinus Murr) Varietas
Petruk.Makalah diseminarkan dalam Seminar
Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VI,
Surakarta 21 Juni 2014.

158

You might also like