Professional Documents
Culture Documents
viii
viii
Skripsi diajukan untuk memenuhi syarat pada Fakultas Kedokteran untuk mendapatkan gelar
Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Wahai Alloh yang maha Mulia, Mahadermawan, percikanlah ke dalam hati dan pikiranku
semangat untuk menolong hamba-hamba MU yang membutuhkan aku, jangan biarkan
daku di kuasai perasaan takut miskin dan sengsara. Bangkitkan dalam jiwaku bahwa
aku mempunyai sesuatu yang bisa di berikan kepada orang lain.
Wahai Alloh, pelabuhan tempatku menambatkan cita-cita dan harapan. Anugrahilah aku
dengan semangat untuk terus berjuang di tengah kesulitan yang aku alami . jangan
biarkan aku menjadi manusia yang instan yang memperoleh sesuatu secara mudah tanpa
di dahului oleh kerja keras.
Semoga aku dapat memberikan yang terbaik untuk semua orang yang pernah hadir
dalam hidupku, baik ia mengukir suku, duka ataupun yang menyisakan luka. Ku yakin
semua itu adalah sebagian dari kisah yangharus ku lalui, yang semakin
mendewasakanku
BIODATA
Nama
Agama
: Islam
Alamat
No telp
: 083892417090 / 082111773740
: Amad Suparman
Ibu
: Sami
Riwayat pendidikan
1998-2001
SLTP 1 Delanggu
2001-2004
2006- sekarang
Pengalaman Bekerja
2004- Sekarang
DAFTAR ISI
xiii
xiii
xiv
e. Biologi ......36
B.
1. Kehamilan.. ..37
2. Persalinan... ..42
C. Kerangka Teori.... 43
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISi OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep..... 43
B. Hipotesis.. 44
C. Definisi operasional. 48
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian.. 49
B. Lokasi dan waktu penelitian.... 49
C. Populasi, sampel, dan teknik sampling.... 49
1. Populasi...... .50
2. Sampel ... 50
3. Besar sampel... 51
D. Kriteria sampel..... 51
E. Pengumpulan data.... 51
1. Jenis data..... 52
2. Instrument data... 53
xv
I.
1.
2.
Analisis Bivariat......57
3.
Etika penelitian.... 60
1. Informed Consent.... 60
2. Anonimity (tanpa nama).. 60
3. Kerahasiaan (confidentiality).. 60
xvi
4. Tenaga kerja.... 63
B. Hasil Analisa Univariat.... 64
1. Gambaran Kecemasan Ibu Primipara...... 64
2. Gambaran Dukungan Ibu Primipara... 64
3. Gambaran Interpersonal Ibu Primipara....65
4. Gambaran Behaviour Ibu Primipara... 67
C. Hasil Analisa Bivariat.. 67
1. Hubungan antara dukungan dengan kecemasan 67
2. Hubungan antara interpersonal dengan kecemasan.... 68
4. Hubungan antara behavior dengan kecemasan... 69
D. Analisis Multivariat........ 74
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ....... 75
B. Instrumen Penelitian.... 76
C. Interpretasi dan Hasil diskusi...... 77
1. Hubungan antara dukungan dengan kecemasan... 77
2. Hubungan antara interpersonal dengan kecemassan82
3. Hubungan antara behavior dengan kecemasan ...... 84
4. Hubungan antara keluarga dengan kecemasan dikontrol interpersonal
dan behaviour...... 85
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...... 86
xvii
B. Saran ....... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xviii
DAFTAR TABEL
No. tabel
2.1 Obat Anti ansietas ....................................................................................... 41
3.1 Definisi Operasional. 38
4.1 Skala Kecemasan... 51
4.2 Skala Likert .52
5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan..63
5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga....64
5.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga dengan tingkat kecemasan.........65
5.4 Distribusi Frekuensi Interpersonal........66
5.5 Distribusi Frekuensi Interpersonal dengan Tingkat Kecemasan.........67
5.6 Distribusi Frekuensi Behaviour dengan Tingkat Kecemasan......68
5.7 Distribusi Kecemasan dengan dukungan keluarga...69
5.8 Distribusi Kecemasan dengan Interpersonal70
5.9 Distribusi Kecemasan dengan Behaviour.71
5.10 Hubungan antara variable dependen dengan independen......72
5.11 Model Variabel Multivariat.73
xix
DAFTAR BAGAN
No. Bagan
Halaman
2.1
2.2
2.3
2.4
Kerangka Teori... 55
3.1
Kerangka Konsep.56
xx
LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat ijin penelitian
2. Informed consent
3. Kuesioner
4. Hasil analisa Univariat
5. Hasil analisa Bivariat
6. Hasil analisa Multivariat
xxi
DAFTAR SINGKATAN
ACTH
Depkes RI
FSH
GABA
GH
: Growth Hormone
HARS
KIA
SKRT
SSP
THT
WHO
ZSAS
xxii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2001 menjelaskan bahwa
status kesehatan jiwa secara global memperlihatkan 25% penduduk pernah mengalami
gangguan mental dan perilaku, namun hanya 40% yang terdiagnosis. Selain itu, 10%
populasi orang dewasa mengalami gangguan mental dan perilaku, sedangkan sekitar
20% pasien teridentifikasi mengalami gangguan jiwa. Data WHO memperkirakan
peningkatan sekitar 5% - 10% untuk semua gangguan mental (WHO, 2005).
Masalah kesehatan jiwa di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat secara
signifikan. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menjelaskan bahwa di Indonesia
prevalensi gangguan jiwa sekitar 4,6%. Sedangkan, gangguan mental emosional jauh
lebih besar yakni sebesar 11,6%. Tingginya angka gangguan emosional tersebut
mengindikasikan bahwa individu mengalami suatu perubahan emosional yang apabila
tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi patologi.
Salah satu masalah gangguan emosional yang sering ditemui di masyarakat dan
menimbulkan dampak psikologis cukup serius adalah ansietas/kecemasan. Menurut
Stuart dan Laraia (2005) kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subjektif dan dikomunikasikan
secara interpersonal.
1
Menurut Mauro dan Murray (2000) kecemasan merupakan suatu respon yang
diperlukan untuk hidup, namun bila tingkat cemas ini berat akan mengganggu
kehidupan baik secara kualitas maupun kuantitas. Kecemasan dapat disebabkan oleh
adanya perasaan takut tidak diterima dalam
traumatis akan perpisahan atau kehilangan, rasa frustasi akibat kegagalan dalam
mencapai tujuan dan ancaman terhadap integritas diri maupun konsep diri (Suliswati,
2005). Salah satu contoh kecemasan yang sering ditemui dalam kehidupan seharihari
ibu dan
dramatis apalagi bagi ibu yang pertama kali mengalaminya. Pengalaman baru ini
memberikan
menghadapi
perawatan dan
mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya menghadapi peran
baru, wanita mengubah konsep dirinya supaya siap menjadi orang tua. Pertumbuhan
ini
membutuhkan
penguasaan
tugas-tugas
tertentu,
menerima
kehamilan,
seviks
normal,
sehingga
dapat
meningkatkan
persepsi
nyeri
dan
kehamilan, persalinan, kecemasan dan efek kecemasan pada ibu hamil dan janin.
(Dagun, 1991).
Hasil penelitian oleh Anik (2008) di wilayah kerja Puskesmas Tanon I kecamatan
Tanon, Sragen, data tahun 2007 tercatat angka ibu melahirkan sebanyak 422 kelahiran
hidup. Berdasarkan hasil wawancara terhadap ibu yang baru pertama menghadapi
persalinan mengatakan bahwa terdapat 20% ibu yang mengalami kecemasan.
Penelitian Astuti (2005) mengenai kecemasan ibu hamil, dari 50 responden diperoleh
cemas ringan (46%), sedang (50%), dan berat (4 %). Penelitian Yuliana (2008),
mengenai gambaran kecemasan pada ibu hamil Trimester III, dari 51 responden yang
diteliti diperoleh tidak mengalami cemas (49%), ringan (47.1%), dan sedang (3.9%).
Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada beberapa faktor yang menyebabkan
kecemasan antara lain:, interpersonal, behaviour, biologi, dan keluarga. Pada
penelitian ini yang diteliti adalah keluarga. Karena keluarga merupakan lingkungan
yang dimiliki setiap individu, lingkungan ini yang membentuk kepribadian seseorang
dari kecil hingga dewasa, dan dalam keluaraga yang sering muncul adalah dukungan.
Sedangkan faktor psikoanalisa dan biologi tidak diteliti karena kedua hal ini terjadi
dibawah alam sadar seseorang dan tidak disadari. Pada interpersonal dan behavior,
tidak diteliti karena ada perbedaan respon tiap individu dan tidak dapat diukur secara
objektif.
Dukungan keluarga baik yang dimiliki calon ibu akan menunjukkan perasaan
tenang, sikap positif terhadap diri sendiri dan kehamilannya, atau sebaliknya.
Seseorang yang memiliki dukungan yang kurang dalam
kehidupannya,maka
cenderung akan terlihat kurang peduli. Ketika memiliki dukungan keluarga diharapkan
wanita hamil dapat mempertahankan kondisi kesehatan
mudah menerima perubahan fisik serta mengontrol gejolak emosi yang timbul.
Dukungan keluarga terutama dukungan yang didapatkan orang terdekat akan
menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri ibu (Dagun, 1991).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang, pada
tanggal 23 Juni 2010 didapatkan hasil bahwa dari 5 orang ibu primipara terdapat 3 ibu
mengatakan khawatir menghadapi persalinan. Pengamatan yang kami lakukan terkait
dukungan keluarga, hampir 80% ibu hamil yang melakukan ANC ditemani oleh suami
atau salah satu anggota keluarganya.
Al-Quran memberikan penjelasan bahwasanya kehamilan dan persalinan
merupakan tugas yang sangat berat :
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu (QS. Luqman 14).
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan
susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
"Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya
Aku termasuk orang-orang yang berserah diri"(QS. Al Ahqaaf 15).
Berdasarkan uraian di atas bahwa kecemasan yang dialami ibu hamil trimester III
terutama ibu Primipara, ternyata tidak hanya mempunyai dampak secara psikologis,
tetapi juga berpengaruh pada fisik ibu. Ketika kecemasan yang dialami ibu tidak
ditangani maka akan berdampak saat ibu melahirkan, meningkatkan persepsi nyeri
ibu dan memperlama proses persalinan. Karena itu kami tertarik untuk meneliti tentang
salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu dukungan keluarga pada ibu
primipara menghadapi persalinan.
B. Rumusan Masalah
Kecemasan pada ibu hamil apabila tidak ditangani dengan serius akan membawa
dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun janin. Jika hal
ini dibiarkan terjadi, maka akan memperlama proses persalinan dan meningkatkan
persepsi nyeri. Hal ini berakibat resiko kematian pada saat persalinan.
Menurut Stuart & Laraia (2005) ada 5 faktor yang menyebabkan terjadinya
kecemasan, yaitu psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, dan biologi tetapi
penelitian ini yang diteliti adalah Dukungan Keluarga, karena dukungan keluarga
sangat berperan dalam menjaga dan mempertahankan integritas fisik maupun psikologi
(Taylor, 2006). Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan penelitian tentang
adanya hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu primipara menghadapi
persalinan.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran dukungan keluarga ibu primipara trimester III dalam
menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang?
2. Bagaimana gambaran kecemasan ibu primipara trimester III dalam menghadapi
persalinan di Puskesmas Pamulang ?
3. Bagaimana hubungan antara dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara
dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang?
10
11
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan merupakan aspek yang selalu ada dan menjadi bagian dari
kehidupan. Kelainan kecemasan merupakan masalah jiwa terbesar di Amerika,
menyerang antara 10%-25% populasi. Kecemasan melibatkan tubuh, persepsi tentang
dirinya dan hubungan dengan yang lain. Kecemasan merupakan ketakutan yang
bercampur baur samar-samar dan berhubungan dengan perasaan ketidakpastian dan
tidak berdaya, perasaan terisolasi, pengasingan dan kegelisahan. Kecemasan
merupakan pengalaman yang menjengkelkan dimulai dari bayi dan berlanjut di
sepanjang kehidupan (Stuart dan Laraia, 2005).
Menurut Post (1978:57-86), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak
menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan,
ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat. Freud
(dalam Arndt, 1974) menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu
perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti
perubahan detak jantung dan pernafasan.
2. Jenis Kecemasan
Menurut Hall dan Lindzey (2000) kecemasan itu ada tiga, yaitu kecemasan realita,
neurotik dan moral.
13
a. Kecemasan realita
Rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan
semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata.
b. Kecemasan neurotik
Rasa takut instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu
yang dapat membuatnya terhukum.
c. Kecemasan moral
Rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup
berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan
dengan norma moral.
3. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart dan Sundeen (2002), ada empat tingkat kecemasan yang dialami
oleh individu, yaitu :
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan seharihari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk
belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
14
b. Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan
mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi
pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan
pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume
tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,
kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada
rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,
mudah lupa, marah dan menangis.
c. Kecemasan berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan
berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta
tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi
yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea,
tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi
menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan
keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya,
bingung, disorientasi.
15
d. Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami
kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini
adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan
inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak,
menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.
5.
6. Respon Kecemasan
Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada 2 macam respon yang dialami seseorag
ketika mengalami kecemasan :
a. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan.
1) Kardio vaskuler
Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi
meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.
16
2) Respirasi
Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
3) Kulit
Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh,
rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.
4) Gastrointestinal
Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea,
diare.
5) Neuromuskuler
Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor,
kejang, wajah tegang, gerakan lambat.
b. Respon Psikologis terhadap Kecemasan
1) Perilaku
Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri,
menghindar.
2) Kognitif
Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking,
bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir
yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lainlain.
3) Afektif
Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah.
17
6. Reaksi Kecemasan
Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi individu.
a. Konstuktif
Individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terhadap perasaan tidak
nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup.
b. Destruktif
Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional.
7. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Laraia (2005) mekanisme koping merupakan cara yang
digunakan individu dalam menghadapi masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan
situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. Mekanisme koping
dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas
Upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan
secara realistik. Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan dan
mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. Perilaku menyerang digunakan
untuk mengubah cara yang biasa dilakukan individu, mengganti tujuan atau
mengorbankan aspek kebutuhan personal.
b. Mekanisme Pertahanan Ego
Membantu mengatasi kecemasan ringan dan sedang. Tetapi karena mekanisme
tersebut berlangsung secara relatif pada tingkat sadar dan mencakup penipuan
18
diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini merupakan respon maladaptif
terhadap stres.
8. Gejala Kecemasan
Orang yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas
dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu
a. Fase 1 (satu)
Keadaan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan
diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh
merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan
noradrenalin. Karena itu maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di
otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Hal ini
menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri
dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan
antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat
pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme
peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf
fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).
b. Fase 2 (dua)
Gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur
dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak
ada motifasi diri (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah
menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah
19
menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang
dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan
kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada
keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam
diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat
sesuatu (Asdie, 1988).
c. Fase 3 (tiga)
Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap
saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan
gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi
kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa
perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan
stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti, intoleransi dengan rangsang
sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah
mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai
gangguan kepribadian (Asdie, 1988).
9. Faktor Pencetus Kecemasan
Menurut Stuart dan Laraia (2005), pencetus timbulnya kecemasan dapat
disebabkan oleh berbagai sumber yaitu sumber internal maupun sumber eksternal, hal
tersebut dibedakan menjadi:
20
internal
merupakan kegagalan
21
b. Reaksi Formasi
Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang mengancam dan
tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial diubah menjadi suatu bentuk
yang lebih dapat diterima.
c. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang menganggap suatu
impuls yang tidak baik, agresif dan tidak dapat diterima sebagai bukan miliknya
melainkan milik orang lain.
d. Regresi
Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke masa
periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari frustasi
dan kecemasan yang saat ini dihadapi.
e. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan yang melibatkan pemahaman
kembali perilaku kita untuk membuatnya menjadi lebih rasional dan dapat
diterima oleh kita.
f. Pemindahan
Suatu mekanisme pertahanan dengan cara memindahkan impuls terhadap objek
lain karena objek yang dapat memuaskan Id tidak tersedia.
g. Sublimasi
Berbeda dengan displacement yang mengganti objek untuk memuaskan Id,
sublimasi melibatkan perubahan atau penggantian dari impuls Id itu sendiri.
22
23
mengidentifikasi
metode
koping
sebelumnya
terhadap
masalah
kehidupan,
mendengarkan secara aktif terkait masalah klien, dan identifikasi persepsi tentang apa
yang sedang terjadi, membantu klien mengidentifikasi efek maladaptif mekanisme
koping sekarang yang digunakan, memberi informasi tentang cara lain untuk
menghadapi kecemasan (misalnya, pengenalan dan ekspresi perasaan yang sesuai serta
ketrampilan penyelesaian masalah).
Mc Closkey (1996) pada Nursing Intervention Classification menjelaskan
bahwa tindakan keperawatan untuk mengurangi kecemasan dapat dilakukan dengan
cara menenangkan dan menentramkan hati, menyatakan dengan jelas perilaku klien,
menjelaskan semua prosedur termasuk dampak maupun akibat selama perawatan,
memahami klien dalam mencari pandangan terhadap situasi yang menyebabkan stres,
menyediakan informasi berdasarkan fakta mengenai hasil diagnose keperawatan dan
prognosisnya.
Perawat juga menyediakan objek yang menandakan rasa aman, menggosok
pungung atau leher sesuai kondisi, mendorong aktivitas yang nyaman sesuai kondisi,
mendengarkan penuh perhatian, mendorong klien untuk mengungkapkan persepsi
maupun kecemasan yang dirasakan, mengidentifikasi ketika tejadi perubahan tingkat
24
Terapi kognitif
Varcorolis, dkk (2006) menjelaskan bahwa terapi kognitif merupakan terapi yang
didasarkan pada keyakinan klien dalam kesalahan berpikir, mendorong pada
penilaian negatif terhadap diri sendiri dan orang lain. Selama proses restrukturisasi
pikiran, terapis membantu klien mengidentikasi pikiran negatif yang menyebabkan
kecemasan, menggali pikiran tersebut, mengevaluasi kembali situasi yang realistis
dan mengganti hal negatif yang telah diungkapkan dengan ideide yang
membangun.
b) Terapi perilaku
Berbagai jenis perilaku digunakan digunakan pembelajaran dan praktik secara
langsung dalam upaya menurunkan kecemasan atau menghindari. Videback (2000)
menegaskan bahwa terapi perilaku dipandang efektif dalam mengatasi gangguan
kecemasan terutama jika dikombinasikan dengan farmakoterapi.
c) Teknik relaksasi
Latihan relaksasi dilakukan melalui teknik pernapasan atau peregangan otot.
Menurut Stuart dan Laraia (2000) seseorang yang mengalami perasaan tidak
25
tentram, cemas dan stres psikologis. Jika diberikan suatu latihan relaksasi yang
terprogram secara teratur maka akan menurunkan denyut nadi, tekanan darah tinggi,
mengurangi keingat dan frekuensi pernapasan.
d) Modelling
Terapis secara khusus memberikan role model dan mendemonstrasikan perilaku
yang sesuai dalam situasi yang ditakutkan dan kemudian klien menirukan.
14.Terapi Farmakologi
Halloway (1996) menjelaskan bahwa terapi obat untuk gangguan kecemasan
diklarifikasikan menjadi anti ansietas yang terdiri, anxiolitik, transquilizer, sedative,
hipnotik, dan anti konvulsan. Mekanisme kerja dari obat ini adalah mendepresi
susunan syaraf pusat (SSP) kecuali buspiron (Buspar). Meskipun mekanisme kerja
yang tepat belum diketahui, obat anti ansietas menimbulkan efek yang diinginkan
melalui interaksi dengan serotonin, dopamine, dan reseptor neurotransmitter lain. Obat
anti ansietas digunakan dalam penatalaksanaan gangguan kecemasan, gangguan
somatoform, gangguan disosiatif, gangguan
26
hati, glaucoma, kehamilan atau menyusui, psikosis, dan penyakit pernafasan yang telah
ada serta reaksi hipersensitivitas.
Tabel 2.1 Daftar Obat Ansietas
Nama Generik
Alprazolam (xanax)
1- 4
Diazepam (Valium)
2 -40
Fluoxetine (Prozac)
20 60
Clomipramine (Anafranil)
50 250
Lorazepam (Ativan)
16
27
dihadapkan dengan stimulus sensorik yang keras dan terus-menerus. Trauma lahir,
dengan peningkatan kecemasan dan ketakutan bahwa Id (aspek dari kepribadian yang
berhubungan dengan dorongan insting yang merupakan sumber energi psikis yang
bekerja berdasarkan prinsip kepuasan/pleasure principle dan selalu ingin dipuaskan) tidak
dapat terpuaskan merupakan pengalaman pertama individu dengan ketakutan dan
kecemasan.
Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada individu
termotivasi untuk memuaskan. Kecemasan memberikan peringatan kepada individu
bahwa ego sedang dalam ancaman dan oleh karena itu apabila tidak ada tindakan maka
ego akan terbuang secara keseluruhan. Ada berbagai cara ego melindungi dan
mempertahankan dirinya. Individu akan mencoba lari dari situasi yang mengancam serta
berusaha untuk membatasi kebutuhan impuls yang merupakan sumber bahaya. Individu
juga dapat mengikuti kata hatinya.
b. Interpersonal
Menurut pandangan
28
interpersonal terhadap perilaku dan emosi, adalah pengantisipasian, dan trauma serta
mengakibatkan kecemasan.
Hubungan di awal kehidupan dan pertemuan dengan orang lain, interpersonal
transactions, membentuk pandangan tentang diri dan menciptakan kecenderungan
perilaku yang bertahan sepanjang hidup. Hal ini meliputi perasaan tidak berdaya, trauma
kehilangan, dan kematangan kepribadian.
Kecemasan dapat terjadi karena perasaan ketidakberdayaan menyelesaikan ancaman,
kehilangan kemampuan mengendalikan keadaan, perasaan kehilangan fungsi dan harga
diri, gagal membentuk pertahanan diri dari ancaman, perasaan terisolasi, takut kematian,
rasa tidak berdaya (Hudak&Gallo, 1995; Glenorae, 1993). Menurut Sullivan dalam
(2000) kecemasan dimulai pada awal hubungan antara bayi dan ibunya. Melalui
hubungan emosional inilah, kecemasan pertama kali disampaikan ibu kepada anaknya.
bayi merespon seperti ketika dia bersatu bersama ibunya. Ketika anak tumbuh dewasa,
dia akan melihat ketidak mampuan dalam setiap tindakannya, sehingga dapat
menimbulkan kecemasan. Adanya trauma seperti perpisahan dan kehilangan yang
akhirnya menjadikan seorang rentan terhadap kecemasan. Kecemasan dapat pula timbul
dikemudian hari ketika dia kehilangan. Manusia adalah suatu sistem energi, yang salah
satu tugasnya adalah mengurangi ketergantungan disebabkan oleh kebutuhannya.
Individu yang memiliki kematangan kepribadian akan lebih sukar mengalami
kecemasan, sebab individu mempunyai adaptasi yang besar terhadap stressor, sedangkan
individu yang kepribadian tidak matang yaitu, bergantung pada orang lain. Orang ini
lebih peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami kecemasan.
29
c. Behaviour
Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli
perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan
keinginan untuk menghindari rasa sakit. Teori behavior menjelaskan bahwa kecemasan
muncul melalui classical conditioning, artinya seseorang mengembangkan reaksi
kecemasan terhadap hal-hal yang pernah dialami sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah
dipelajari dari pengalamannya (Bellack & Hersen, 1988; dalam Wangmuba, 2009).
Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan adalah hasil dari kegagalan yang
disebabkan dari sesuatu bertentangan dengan pencapaian keinginan/tujuan. Tujuan tersebut
mungkin terdapat halangan yakni, gangguan, keamanan, perasaan dari diri sendiri.
Pandangan perilaku ini orang merasa cemas saat terancam tujuan yang tidak realistik. Hal
ini seperti pengalaman kegagalan (Stuart dan Laraia, 2005).
Penelitian psikologi percaya bahwa kecemasan dimulai dari peningkatan stimulus dari
luar. Kecemasan dalam perilaku dapat meliputi, hubungan dengan orang tua. Bagaimana
orang tua memandang sesuatu sebagai sumber kecemasan, maka anaknya akan berespon
sama terhadap hal tersebut. Jika orang tua sepenuhnya mempunyai potensi untuk
mengalami stress, seperti saat sendirian dan cemas terhadap sesuatu, sehingga respon emosi
yang berasal dari orang tua akan membuat anak belajar melakukan mengalami hal yang
sama (Stuart dan Laraia, 2005).
Kecemasan juga muncul berhubungan konflik, konflik ini ditemukan ketika seseorang
mengalami persaingan dan membuat suatu pilihan. Konflik menimbulkan cemas dan
30
31
a) Pendekatan-pendekatan
Seseorang
sangat diinginkan.
32
Penerimaan yaitu tidak ada stigma dari keluarga untuk anggota keluarga.
b)
c)
dengan individu lain. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan
penghargaan yang dapat diberikan:
a) Penegasan keluarga memvalidasi tindakan, perasaan.
b) Mendengarkan aktif, mendukung individu, dan memberi pendapat.
c) Berbicara, yaitu memberikan anggota keluarga untuk mengeluarkan pendapat.
33
34
dan pengalaman positif bahwa kehidupan dapat berjalan stabil bila mendapat
dukungan dari lingkungan sekitarnya. Adanya model yang memberikan contoh atau
gaya cara hidup sehat, penguatan tingkah laku sehat serta dorongan semangat dan
pengaruh orang yang berarti merupakan faktorfaktor dari lingkungan eksternal yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
Contoh / model
Faktor
lingkungan
eksternal
(dukungan
keluarga)
Penguatan tingkah
laku
Dorongan
semangat
Sehat dan
keadaan
sejahtera
Pengaruh orang
berarti
Skema 2.2 Pengaruh lingkungan eksternal terhadap kesehatan mental.
Sedangkan menurut the buffering model, dukungan keluarga berpengaruh
tentang kesehatan dengan melindungi anggota keluarga dari dampak negatif yang
ditimbulkan oleh stres. Cohen (dalam Sarafino, 2004) menggambarkan dua cara model
ini. Pertama, ketika ada anggota keluarga yang menghadapi stres kuat dan menilai
dukungan keluarga yang tinggi maka orang terssebut dapat menilai rendah stressor
yang muncul dibandingkan dengan orang yang sedikit mendapat dukungan dari
lingkungan keluarga. Kedua, dukungan keluarga dapat memodifikasi reaksi seseorang
tentang stressor setelah melakukan penilaian sebelumnya. Orang yang tidak
35
Stres
Kurang dukungan
keluarga
Sakit
36
mencapai atau mengikat ke reseptor GABA di membrane post sinaps, maka saluran
reseptor
terbuka,
diikuti
oleh
pertukaran
ion-ion.
Akibatnya
terjadi
37
Faktor predisposisi
Psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, biologi
Faktor presipitasi
Integritas fisik
System self esteem
Penilaian stressor
Kekuatan koping
Mekanisme koping
Mekanisme
pertahanan Ego
Reaksi berorientasi
tugas
Destruktif
Konstruktif
Respon Adaptif
antisipasi
ringan
Respon Maladaptif
sedang
berat
panik
38
39
a.Trimester ketiga
Selama periode ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata.
Sebagian belum pernah merasakan tingkat kecemasan ini sebelumnya dan yang
lainnya dapat mengatasi kecemasan tersebut dengan baik
40
tekanan bayi yang berada dibawa diafragma menekan paru ibu. Selain itu juga rasa
terbakar di dada (heart burn) biasanya juga ikut hilang. Karena berkurangnya
tekanan bagian tubuh bayi dibawah tulang iga ibu.
d) Sering BAK
Pembesaran rahim dan ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin
menekan kandung kencing ibu.
e) Masalah Tidur
f)
Varises
Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah
panggul dan vena di kaki. Hal ini menyebabkan vena menonjol. Pada akhir
kehamilan kepala bayi juga akan menekan vena daerah panggul.
h) Kontraksi Perut
Braxton-Hicks kontraksi atau kontraksi palsu. Kontraksi berupa rasa sakit yang
ringan, tidak teratur, dan hilang bila duduk atau istirahat.
i) Bengkak
Pertumbuhan bayi akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan
kaki, kadang tangan juga bengkak disebut edema, disebabkan oleh perubahan
hormonal yang menyebabkan retensi cairan.
j) Kram Kaki
Ini sering terjadi pada kehamilan trimester ke 2 dan 3, dan biasanya berhubungan
dengan perubahan sirkulasi, tekanan pada saraf dikaki atau karena rendahnya kadar
kalsium.
41
k) Cairan Vagina
Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya jernih,
pada awal kehamilan biasanya agak kental dan mendekati persalinan lebih cair.
Selain perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan, masalah klinis juga dapat
menyebabkan kecemasan. Masalah klinis yang paling sering terjadi trimester ketiga adalah
perdarahan. Penyebab utama perdarahan pada trimester ketiga adalah plasenta previa,
plasenta abruption dan bloody show.
a) Placenta Previa (plasenta terletak tidak normal)
Placenta previa terjadi bila plasenta terletak terlalu rendah di dalam rahim, menutupi
pembukaan serviks.
b) Plasenta Abruption (awal pemisahan plasenta)
Plasenta abruption (juga dikenal sebagai pemisahan prematur plasenta), plasenta akan
terlepas dari dinding rahim. Pendarahan dapat menyebabkan penurunan tekanan darah,
yang berbahaya bagi ibu maupun bagi bayi yang belum lahir.
c) Bloody Show
Ini adalah salah satu penyebab paling umum perdarahan vagina pada akhir trimester
ketiga. Ini dapat terjadi hanya beberapa menit sebelum persalinan atau pada awal
sebagai perubahan serviks, cairan ini berbentuk lendir dan darah.
2. Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri (Manuaba, 1998).
42
Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu.
C. Kerangka Teori
Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan.
Stres dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan
yang mencetuskan cemas (Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk psikologis,
sosial atau fisik. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kecemasan adalah
psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga dan biologi. Pada kelima hal yang
menyebabkan terjadinya kecemasan, yang paling mempengaruhi dan merupakan
support sistem adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga mempunyai peranan
dalam membantu anggota keluarga menghadapi kecemasan. Ada 2 model dalam
dukungan keluarga, yaitu : the buffering model dan the direct effect model. Pada the
direct effect t model, dukungan keluarga berperan sebagai faktor yang berasal dari
luar yang meliputi. Adanya model contoh, penguatan tingkah laku, pengaruh yang
berarti dan dorongan semangat. Sedangkan, the buffering model, apabila seseorang
kurang mendapat dukungan dari keluarga maka ia akan menjadi sakit.
43
Faktor Predisposisi
Psikoanalisa
Interpersonal
konsep diri,
trauma kehilangan
kematangan kepribadian
Behavior
trauma kegagalan,
pembelajaran,
konflik
Kecemasan
Dukungan emosional
Dukungan penghargaan
Dukungan instrumental
Dukungan informatif
Network support
Biologi
Bagan 2.4 Modifikasi Stuart & Laraia (2005), Taylor (2006), House (2000).
44
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A.
Kerangka Konsep
Pada teori yang telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka dan kerangka teori,
maka dapat disusun kerangka konsep dimana pada penelitian ini dukungan keluarga
merupakan variabel independen, kecemasan variabel dependen dan interpersonal dan
behaviour sebagai variabel potensial confounding.
Kecemasan
Dukungan
keluarga
menghadapi
-
Interpersonal
Behaviour
persalinan
45
B. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan kerangka konsep
penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan menghadapi
persalinan di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2010.
2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat kecemasan ibu primipara
menghadapi persalinan setelah dikontrol dengan interpersonal dan behaviour.
46
C.
Definisi Operasional.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Operasional
Hasil
Skala
Ukur
Penguk
uran
Kecemasan
Perasaaan
terancam
stressfull,
Wawancara
dan dengan
Kuesioner
0 = Tidak Ordinal
A1
cemas ( 20
yang menggunakan
dimanifestasikan
kuesioner
40)
1 = Cemas
alat
ringan ( 41-
respon
60)
2 = Cemas
vital.
Sedang
(61-80)
3 = Cemas
Berat (81100)
Dukungan
Kuesioner
keluarga
diberikan
A2
dukungan
oleh dengan
baik
terdekat
48)
yang kuesioner
= ordinal
(37-
47
berupa dukungan
1 = cukup
emosional,
dukungan
penghargaan,
( 25-36)
instrumental
2 = kurang
informative dan
network support
mempunyai
peranan sebagai
contoh/model,
penguatan
tingkah
laku,
dorongan
semangat,
pengaruh
berarti.
dan
orang
dukungan
(12-24)
48
Interpersonal
Hubungan
interaksi
Wawancara
dengan dengan
Kuesioner
0=
A3
(37-48)
1= cukup
kuesioner.
konsep
baik Ordinal
(25- 36)
diri,
2= kurang
kematangan
(12-24)
kepibadian, serta
trauma
kehilangan.
Behaviour
Perilaku
yang Wawancara
Kuesioner
0=
dibentuk
sejak dengan
A4
(37-48)
dini
dipengaruhi menggunakan
baik Ordinal
1= cukup
(25-36)
pembelajaran
kejadian,
konflik.
dan
2= kurang
(12-24)
49
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Peneliti menggunakan
rancangan penelitian metode cross sectional (potong lintang), karena pada penelitian
ini variabel independen, dependen serta confounding akan diamati pada waktu
(periode) yang sama. Rancangan penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan dan hubungan dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan setelah dikontrol dengan interpersonal dan behaviour.
B.
50
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan
mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008:72). Pada penelitian ini,
teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah Total Sampling, yaitu cara
pengambilan sampel yang dilakukan dengan seluruh jumlah populasi digunakan
sebagai sampel, sebanyak 52 orang.
C. Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan di Poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas
Pamulang bulan Juni-Juli 2010.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh seorang mahasiswa
Ilmu Keperawatan. Pengumpulan data dilakukan dengan dua, yang pertama peneliti
mendatangi rumah responden berdasar alamat yang tertera dan cara kedua mlakukan
di Puskesmas Pamulang yaitu saat ibu melakukan pemeriksaan kehamilan.
51
peneliti
memberitahu maksud dan tujuan pengumpulan data, serta memberi informed consent
untuk meminta persetujuan klien dijadikan responden penelitian.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah
memberikan kuesioner
dengan beberapa pilihan jawaban, yang harus dijawab oleh responden dengan lengkap
dan jujur sesuai dengan yang dialami oleh responden. Selama pengisian kuesioner,
responden didampingi oleh peneliti, sehingga bila ada butir pernyataan yang tidak
jelas dapat ditanyakan langsung pada peneliti.
Sebelum kuesioner dikumpulkan, peneliti memeriksa kembali jawaban untuk setiap
pernyataan agar tidak ada yang ketinggalan dan sesuai dengan petunjuk pengisian.
Pengumpulan data pada penelitian ini untuk tingkat kecemasan menggunakan
kuesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS). Selain ZSAS, peneliti juga
menggunakan instrumen dukungan keluarga, interpersonal dan behaviour. Untuk
mengetahui dukungan keluarga, interpersonal dan behaviour yang dimiliki oleh ibu
primipara.
E. Instrumen Penelitian
Peneliti menggunakan 4 instrumen dalam penelitian ini, yakni :
1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Zung Self-Rating Anxiety
Scale (ZSAS) dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pernyataan untuk
mengukur tingkat kecemasan pada ibu primipara
menghadapi persalinan.
52
tingkatan cemas yaitu tidak ada kecemasan, cemas ringan, cemas sedang, dan
cemas berat.. Responden memilih satu dari lima pilihan jawaban yang ada pada
kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, dimana digunakan skoring atau nilai
jawaban sebagai berikut:
Tabel 4.1 Skala Kecemasan
Alternatif
Selalu
Sering
Kadang
Jarang
Tidak Pernah
Jawaban
Banyak kelas = Jumlah kategori kelas yang diinginkan, dalam hal ini ada
empat, yaitu tidak cemas, cemas ringan, cemas sedang, dan
cemas berat.
53
Sehingga dari rumus diatas diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut:
Nilai 20 40
: tidak cemas
Nilai 41 60
: cemas ringan
Nilai 61 80
: cemas sedang
Nilai 81 100
: cemas berat
keluarga yaitu kurang dukungan, dukungan baik. Responden memilih satu dari
empat pilihan jawaban yang ada pada kuesioner dengan menggunakan Skala
Likert, dimana digunakan skoring atau nilai jawaban sebagai berikut:
54
Jawaban
Skor Pernyataan
Negatif
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak Pernah
3.
Nilai 25 36
: cukup dukungan
Nilai 3748
: dukungan baik
55
penelitian dengan
menyebarkan
instrumen berupa kuesioner, yang diuji cobakan kepada responden yang bukan
merupakan anggota sampel penelitian. Uji coba instrumen dukungan keluarga,
interpersonal, dan behaviour dilakukan di Puskesmas Ciputat dengan jumlah sampel
15 orang.
1.Uji Validitas
Azwar (2001) mengemukakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang
mempuyai arti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur/instrumen dalam melakukan
fungsi ukurnya. Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran
tersebut. Hagul (Singarimbun dan Syofian Effendi, 1989) menjelaskan bahwa validitas
instrumen menunjukan kualitas dari keseluruhan proses pengumpulan data dalam suatu
penelitian. Uji validitas instrumen yang dilakukan dengan menggunakan uji validitas
konstrak. Uji validitas konstrak yaitu menyusun indikator pengukuran operasional
berdasarkan kerangka teori konsep yang akan diukur. Secara sederhana dapat
dikemukan, bahwa validitas konstrak dari sebuah instrumen ditentukan dengan jalan
56
57
F. Pengolahan Data
1. Editing
Pada tahap ini peneliti mengecek kembali data-data yang sudah ada, terutama
mengenai kelengkapan data yang dikumpulkan melalui kuesioner.
2. Coding
Suatu model untuk mengkonversikan data yang dikumpulkan selama penelitian ke
dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis, biasanya disebut dengan coding.
Misalnya dilihat dari dukungan keluarga, diberi coding yaitu 0 = dukungan baik, 1 =
cukup dukungan, 2= kurang dukungan.
3. Entry data
Pada tahap ini peneliti memasukkan data yang telah dikelompokkan ke dalam master
tabel atau data base komputer, kemudian dibuat distribusi frekuensi sederhana atau
bisa juga dengan membuat tabel kontigensi. Setelah semua isian kuesioner terisi
penuh dan benar, data sudah dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses
data untuk dianalisis. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan
data dari kuesioner ke paket program komputer pengolahan data statistic.
4. Cleaning data
Tahap ini merupakan proses memeriksa kembali data-data yang telah dimasukkan
untuk melihat ada atau tidak adanya kesalahan terutama kesesuaian pengkodean yang
dilakukan. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.
Apabila terjadi kesalahan, maka data tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai
dengan hasil pengumpulan data yang dilakukan.
58
G. Analisa Data
Menurut Arikunto (2002), analisa data merupakan pengolahan data terhadap
data yang sudah terkumpul dengan menggunakan rumus atau aturan yang sesuai
dengan pendekatan penelitian atau desain yang dipergunakan sehingga memperoleh
suatu kesimpulan.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan secara deskriptif yang berfungsi untuk meringkas,
mengklasifikasikan, dan menyajikan data. Data ditampilkan dengan tabel frekuensi
mengenai kecemasan, dukungan keluarga, interpersonal dan behavior pada ibu
primipara.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen
dengan dependen, variabel confounding dengan dependen. Dukungan keluarga,
dengan kecemasan, interpersonal dengan kecemasan dan behavior dengan
kecemasan. Teknik analisa yang digunakan adalah analisa Multinomial Logistic
dengan menggunakan = 5 %. Jika p value 0,05 berarti hasil perhitungan
statistik menunjukkan ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen, atau variabel confounding dengan variabel dependen dan jika p value >
0,05 berarti hasil perhitungan statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara
variabel .
59
3. Analisa Multivariat
Analisa Multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan dependen dikontrol dengan variable confounding. Teknik
analisa yang digunakan adalah analisa regresi logistic ganda.
Langkah dalam
Pemilihan Variabel
Dari analisa bivariat, akan diketahui variable - variabel yang akan menjadi
kandidat untuk dimasukkan ke dalam analisi multivariate. Variable yang akan
dimasukkan ke dalam analisis multivariat memiliki nilai P < 0,25. Semua
variabel yang telah memenuhi syarat dimasukkan dalam Big Model. Model ini,
dinamakan Hierarchically Well Formulated Model (HWF Model) atau model
yang paling lengkap.
b.
Menilai Interaksi
Untuk menentukan apakah suatu factor risiko mempunyai efek interaksi, dapat
diuji dengan melakukan fitting pada
interaksi. Suatu factor risiko mempunyai efek interaksi bila interaksi tersebut
bermakna secara statistik. Uji statistic yang dilakukan dengan membandingkan
likelihood ratio test yaitu membandingkan nilai likelihood tanpa variable
interaksi dengan nilai likelihood dengan variable interaksi. Variable interaksi
dianggap bermakna dan dimasukkan ke dalam model bila hasil analisi
mendapatkan nilai P 0,05.
c. Menilai Confounding
60
61
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.
62
BAB V
HASIL PENELITIAN
A.
: Kecamatan Ciputat
b. Sebelah Barat
c. Sebelah Timur
d. Sebelah Selatan
63
64
2) UKGMD
3) DUKM/DUKS
4.Tenaga Kerja
a. Ketenagaan
B.
1) Dokter Umum
: 4 orang
2) Dokter Gigi
: 3 orang
3) Bidan
: 16 orang
4) Perawat
: 10 orang
5) Perawat Gigi
: 1 orang
6) Pelaksana Gizi
: 1 orang
7) Analisa Kesehatan
: 2 orang
8) Asisten Apoteker
: 1 orang
9) Pekarya/TU
: 6 orang
Analisa Univariat
1. Kecemasan dalam Menghadapi Persalinan
Dari hasil penelitian bahwa tingkat cemas tertinggi adalah cemas sedang sebanyak
19,2%, kemudian cemas ringan 65,4 % dan tidak cemas 15.4%. Sedangkan tidak ada
ibu yang mengalami cemas berat atau 0%, jadi kategori cemas dikelompokkan menjadi
3, berdasar tabel 5.1 :
65
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden di Puskesmas Pamulang
tahun 2010
Kecemasan
Jumlah
Persentase
Tidak Cemas
15,4
Cemas Ringan
34
65,4
Cemas Sedang
10
19,2
Total
52
100
2. Dukungan Keluarga
Pada kuesioner, terdapat 5 macam dukungan yang terdiri dari, penghargaan,
emosional, instrumental, informasi, dan network support.
Dukungan
Baik
Cukup
Kurang
Penghargaan
5%
65%
30%
Emosional
12%
70%
28%
Instrumental
23%
64%
13%
Informasi
15%
79%
6%
Network Support
10%
69%
21%
66
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Responden di Puskesmas Pamulang
tahun 2010
Dukungan keluarga
Jumlah
Persentase
Baik
3.9
Cukup
41
78.8
Kurang
17.3
Total
52
100
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga dengan Tingkat kecemasan
Responden di Puskesmas Pamulang tahun 2010
Dukungan
Tidak Cemas
Cemas Ringan
Cemas Sedang
Jumlah
keluarga
Baik
50
50
100
Cukup
17.1
31
75.6
7.3
41
100
Kurang
22.2
77.8
100
67
3. Interpersonal
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Interpersonal di Puskesmas
Pamulang 2010 dari tabel diperoleh hasil bahwa interpersonal baik sebanyak 37
(71.2%), cukup 15 (28.8%) dan kurang 0 (0%) dikelompokkan menjadi dua, yaitu
baik dan cukup berdasarkan tabel 5.4 berikut ini:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Interpersonal Responden di Puskesmas Pamulang tahun
2010
Interpersonal
Jumlah
Persentase
Baik
37
71.2
Cukup
15
28.8
Total
52
100
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Interpersonal dengan Tingkat Kecemasan Responden di
Puskesmas Pamulang tahun 2010
Interpers
Tidak Cemas
Cemas Ringan
Cemas Sedang
Jumlah
onal
Baik
18.9
28
75.7
5.4
37
100
Cukup
6.7
40
53.3
15
100
68
Jumlah
Persentase
Baik
39
75
Cukup
13
25
Total
52
100
69
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Behaviour dengan Tingkat Kecemasan Responden di
Puskesmas Pamulang tahun 2010
Behaviour
Tidak Cemas
Cemas Ringan
Cemas
Sedang
Baik
12.8
28
71.8
15.4
Cukup
23.1
46.2
30.8
70
Tabel 5.8
Distribusi Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Responden di
Puskesmas Pamulang tahun 2010
Dukungan
Tidak Cemas
keluarga
Cemas
Cemas
OR
Ringan
Sedang
95 %
CI
Baik
50
50
Cukup
17.1
31
75.6
7.3
Kurang
22.2
77.8
Nilai p
0.0001
71
Tidak Cemas
Cemas Ringan
nal
Cemas
OR
Sedang
95 %
CI
Baik
18.9
28
75.7
5.4
6.67
Cukup
6.7
40
53.3
0.36
Nilai p
0.001
72
OR 6.67 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan adalah
Ibu Primipara yang mempunyai interpersonal cukup beresiko mengalami cemas ringan
sebesar 6.67 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai interpersonal baik.
OR 0.36 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang adalah
Ibu Primipara yang mempunyai Interpersonal yang cukup beresiko mengalami cemas
sedang sebesar 0.36 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai Interpersonal baik.
3. Hubungan Behaviour dengan Kecemasan
Distribusi frekuensi hubungan
Puskesmas Pamulang tahun 2010 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel
5.10 berikut ini:
Tabel 5.10
Distribusi Kecemasan Hubungan Behaviour Kecemasan Responden di
Puskesmas Pamulang tahun 2010
Behaviour
Tidak Cemas
Cemas
Cemas Sedang
Ringan
OR
Nilai p
95%
CI
Baik
12.8
28
71.8
15.4
0.5
Cukup
23.1
46.2
30.8
1.2
0.937
73
OR 0.5 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan adalah
Ibu Primipara yang mempunyai behavior cukup beresiko mengalami cemas ringan
sebesar 0.5 kali dibandingkan ibu yang memiliki behavior cukup.
OR 1.2 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang adalah
Ibu Primipara yang mempunyai behavior cukup beresiko mengalami cemas sedang
sebesar 0.5 kali dibandingkan ibu yang memiliki behavior cukup.
D. Analisa Multivariat
Berdasarkan kerangka konsep, Analisa Multivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen dengan dependen dikontrol dengan variabel
confounding. Langkah dalam pemodelan variable confounding adalah :
1.Pemilihan Variabel
Dari analisa bivariat, akan diketahui variabel - variabel yang akan menjadi
kandidat untuk dimasukkan ke dalam analisis multivariat. Variabel yang akan
dimasukkan ke dalam analisis multivariat memiliki nilai p < 0,25.
Tabel 5.11
Hubungan antara variabel Dependen dan Independen
Variable
P value
Analisa
Keluarga
0,0001
Ikut model
Interpersonal
0,001
Ikut model
Behavior
0,937
74
Dari tabel di atas dapat dilihat, bahwa yang masuk ke dalam analisis multivariat adalah
variabel keluarga dan interpersonal ( p value <0,25), tetapi berdasarkan teori Stuat
dan Laraia, bahwa behavior merupakan salah satu faktor predisposisi kecemasan.
Salah satu syarat suatu variabel dijadikan variabel confounding adalah variabel
tersebut ada hubungan sebab atau akibat dengan var iabel utama. Jadi behavior
dimasukkan dalam model, Ada 3 variabel yang masuk dalam pemodelan ini (keluarga,
interpersonal, behavior).
2. Menilai Interaksi
Variabel interaksi dianggap bermakna dan dimasukkan ke dalam model bila hasil
analisis mendapatkan nilai p 0,05.
Tabel 5.12
Model Variabel Multivariat
Variable
P value
Analisa
Dukungan Keluarga
0,035
Interpersonal
0,307
Behavior
0,248
75
3. Menilai Confounding
Dilakukan dengan cara mengeluarkan variabel dimulai dengan variabel yang
mempunyai nilai p paling besar (P > 0,05). Setiap pengeluaran satu variabel
dilihat efeknya terhadap OR. Apabila OR >10% maka berarti variabel tersebut
merupakan variabel confounding. Bila itu variabel confounding maka variabel
tersebut diikutsertakan dalam analisa selanjutnya.
Hasil variabel interpersonal dikeluarkan nilai OR variabel utama (dukungan)
menjadi 0.012, maka selisih OR (0.026-0.012)/0.026 x 100% = 53, 84 %.
Kesimpulan : Variabel interpersonal merupakan variabel confounder.
Hasil variabel behavior nilai OR variabel utama (dukungan) menjadi 0.025, maka
selisih OR (0.026-0.025)/0.026 x 100% = 10 %.
Kesimpulan : Variabel behavior merupakan variabel confounder.
4. Menyimpulkan dan Menilai OR
Hasil analisis didapatkan p value 0.001, Kesimpulan : Ada hubungan antara
keluarga dengan tingkat kecemasan setelah dikontrol dengan interpersonal dan
Behaviour.
Persamaan model adalah :
Resiko terjadinya kecemasan : 18 143 + 0.582 (keluarga) + 1.295 (interpersonal)
+ 0.947 (behavior ).
Pada OR 0.582 berarti, Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas
ringan adalah Ibu Primipara yang mempunyai
76
mengalami cemas ringan sebesar 0.582 kali dibanding ibu primipara yang
mempunyai dukungan baik setelah dikontrol interpersonal dan behavior.
Resiko terjadinya kecemasan :
mengalami cemas sedang sebesar 0.026 kali dibanding ibu primipara yang
mempunyai dukungan baik setelah dikontrol interpersonal dan behavior.
Resiko terjadinya kecemasan : 18 143 + 0.118 (keluarga) + 1.295 (interpersonal)
+ 0.947 (behavior ).
Pada OR 0.118 berarti, Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas
ringan pada dukungan kurang adalah Ibu Primipara yang mempunyai dukungan
kurang beresiko mengalami cemas ringan sebesar 0.118 kali dibanding ibu
primipara yang mempunyai dukungan baik.
Resiko terjadinya kecemasan :
77
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini meliputi:
1.
Penelitian ini menggunakan rancangan studi cross sectional, yang memiliki kelemahan
rawan terhadap bias, karena pada rancangan ini peneliti mengobservasi variabel
independen dan dependen secara bersamaan (pada periode yang sama) dapat diatasi
dengan kontrol analisis dan kontrol sampel. Pada penelitian ini hanya menggunakan
kontrol analisis, yaitu variabel lain dari faktor predisposisi (interpersonal, behaviour)
digunakan sebagai variabel confounding. Kami tidak menggunakan kontrol sampel
karena keterbatasan peneliti dalam mengelompokkan sampel yang mempunyai
interpersonal dan behaviour yang sama.
78
3. Pada saat pengambilan data, dilakukan melalui 2 cara, yaitu mendatangi responden di
rumahnya serta menunggu responden saat melakukan pemeriksaan di Puskesmas.
Sehingga terdapat perbedaan dalam mengisi instrumen, keterbatasan waktu yang
dimiliki responden saat melakukan pemeriksaan dan kelonggaran waktu responden
saat mengisinya di rumah. Hal ini akan memeberikan hasil pengisian yang berbeda.
4. Pada analisis multivariat, tidak menggunakan model interaksi hal ini disebabkan
keterbatasan kemampuan peneliti.
B. Instrumen Penelitian
1.Validitas instrumen ZSAS berkorelasi dengan Taylor Manifest Anxiety Scale
(TMAS) yaitu 0,5 sedangkan untuk reliabilitas instrumen ZSAS adalah 0.87.
2. Validitas instrument keluarga berkorelasi 0.514 dan reliabilitas yaitu 0,681.
3. Validitas instrument interpersonal berkorelasi 0.514 dan reliabilitas yaitu 0,676.
4. Validitas instrument behavior berkorelasi yaitu 0,514 dan reliabilitas yaitu 0,639.
Keempat instrument di atas menunjukkan instrument yang valid dan reliabel (0,610,80).
C.
79
dan 52.5%
ibu hamil mengalami cemas (cemas ringan 36.1%, sedang 15.8%, dan
berat 0.6%).
Kehamilan pertama bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis
dalam kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur
baur, antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan
dialaminya semasa kehamilan. Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa saat
menanti kelahiran penuh ketidakpastian, selain itu bayangan tentang hal yang
menakutkan saat proses persalinan walaupun apa yang dibayangkannya belum tentu
terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga
psikologis (Kartono, 1992).
Dick Read (1959) menyatakan seorang ibu dalam proses persalinan berada
dalam siklus fear-tension-pain. Dick Read menyatakan nyeri yang terjadi saat
kontraksi uterus akan
keluarnya enzim, yaitu biogenik amin (tiga katekolamin) dan serotonin yang
menstimulasi neurotransmitter syaraf pusat sehingga ibu berada dalam keadaan stres.
Keadaan stres akan menyebabkan ibu merasa takut , dan ketakutan ibu akan lebih
meningkatkan rasa nyeri karena ketika seseorang merasa takut maka ambang nyeri
akan terasa lebih dangkal. Ketegangan yang dialami ibu mengakibatkan berkurangnya
kontraktilitas uterus sehingga proses persalinan menjadi lebih lama. Lamanya kala I
menyebabkan suplai darah, termasuk ke pembuluh darah plasenta dan uterus
berkurang. Suplai darah berkurang menyebabkan suplai oksigen berkurang, sehingga
akan mempengaruhi oksigenasi janin dan janin menjadi asfiksia.
80
81
mengalami kecemasan dan mempunyai dukungan cukup, hal ini disebabkan ada faktor
lain yang kurang lebih berpengaruh dalam menyebabkan kecemasan.
Dukungan keluarga yang tinggi disebabkan adanya dukungan emosional, dukungan
insrumental, dukungan informasional, dan penilaian yang baik yang diberikan dari
keluarga, yang mampu menumbuhkan terjalinnya hubungan yang baik antara keluarga
dan ibu hamil dan mencegah kecemasan yang timbul akibat perubahan fisik yang
mempengaruhi kondisi psikologisnya. Wanita hamil dengan dukungan keluarga yang
tinggi tidak akan mudah menilai situasi dengan kecemasan,. Wanita hamil dengan
dukungan keluarga yang tinggi akan belajar dari lingkungan keluarga, yang tidak
menimbulkan kecemasan dalam kesehariannya. Karena itu tidak mudah mengalami
kecemasan, walaupun ia terpapar dengan factor pencetus yang menimbulkan
kecemasan.
Berdasarkan perhitungan statistik, pada tabel 5.8 dapat dilihat adanya hubungan
anatara dukungan keluarga dengan kecemasan. Menurut Baron & Byrne (1991)
dukungan keluarga berperan meningkatkan kesehatan tubuh dan menciptakan efek
yang positif. Dukungan keluarga
integritas seseorang baik secara fisik ataupun psikologis. Deaux & Wrightmans, (1998
dalam Taylor, 2006) mengatakan bahwa orang yang berada dalam keadaan stres akan
mencari dukungan dari orang lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut, maka
diharapkan dapat mengurangi tingkat stress. Selain berperan dalam melindungi
seseorang terhadap sumber stres, dukungan keluarga juga memberikan pengaruh
82
83
84
dan ini diperkuat dengan tabel 5.7 ibu yang mempunyai behaviour baik mengalami
cemas.
Menurut Kushartanti, (2004), kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan
merupakan kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan, dan
bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi selama kehamilan. Dengan makin tuanya kehamilan, maka
perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks,
sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat
menjelang persalinan.
Berdasarkan Teori Stuart dan Laraia (2005), ada 5 hal yang menyebabkan
kecemasan, anatara satu faktor dengan yang lain saling berkaitan. Jadi tidak hanya
behaviour yang menyebabkan terjadinya kecemasan.
mengalami kecemasan dan mempunyai behaviour baik, kemungkinan ada faktor lain
yang kurang baik dan lebih berpengaruh dalam menyebabkan kecemasan.
Behavior manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan, karena dimotivasi
oleh keinginannya untuk mencapai tujuan tertentu. Melalui motivasi sebagai usaha
sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar supaya mengarah pada tercapainya
suatu tujuan. Tingkah laku bermotivasi mencakup segala sesuatu yang dilihat,
diperbuat, dirasakan dan dipikirkan seseorang dengan cara yang sedikit banyak
berintegrasi di dalam mengejar suatu tujuan tertentu.
Pada penelitian ini menunjukkan antara Behaviour dan kecemasan tidak ada
hubungan antara Behaviour dengan kecemasan pada ibu primipara menghadapi
85
persalinan .Hal ini tidak sesuai dengan teori Stuart dan Laraia. Teori behavior
menjelaskan bahwa kecemasan muncul melalui classical conditioning, artinya
seseorang mengembangkan reaksi kecemasan terhadap hal-hal yang pernah dialami
sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah dipelajari dari pengalamannya (Bellack &
Hersen, 1988; dalam Wangmuba, 2009).
Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan adalah hasil dari kegagalan
yang disebabkan dari sesuatu bertentangan dengan pencapaian keinginan/tujuan.
Tujuan tersebut mungkin terdapt halangan yakni, gangguan, keamanan, perasaan dari
diri sendiri. Pandangan perilaku ini orang merasa cemas saat terancam tujuan yang
tidak realistik. Hal ini seperti pengalaman kegagalan (Stuart dan Laraia, 2005).
Hal ini disebabkan salah satunya adalah instrument yang digunakan tidak mewakili
behavour
predisposisi lain yang lebih dominan dalam menyebabkan kecemasan. Populasi yang
terlalu kecil, sehingga tidak bisa memberikan hasil yang maksimal.
4.
Hubungan
Dukungan
Keluarga
dengan
Kecemasan
setelah
dikontrol
86
Keluarga merupakan bagian dari kelompok sosial. House (2000 dalam Smet, 2004)
membedakan 5 dimensi dari dukungan sosial yang meliputi
a.
Dari kelima dukungan keluarga diatas terdapat kaitan dengan interpersonal dan
behavior. Misalkan pada dukungan emosional, melibatkan hubungan dengan oranglain
disini
87
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ibu Primipara trimester III di Puskesmas Pamulang yang menjadi sampel pada
umumnya mengalami kecemasan (84.6%) dan sisanya tidak mengalami
kecemasan (15.4%).
2. Gambaran variabel yang menyebabkan kecemasan yaitu:
a.
Keluarga, ibu yang mempunyai dukungan baik (3.8%), cukup (78.8%). Dan
kurang (17.3%).
b.
c. Behaviour, ibu yang mempunyai behavior yang baik (75 %) dan behavior
cukup (25%).
3. Hasil penelitian didapat bahwa dari tiga variabel yang diteliti, satu variabel tidak
adanya hubungan yaitu behaviour (p=0.931) dengan kecemasan. Sedangkan
variabel yang lain, yaitu dukungan (p=0.001) dan interpersonal (p=0.041) secara
statistik dapat membuktikan adanya hubungan dengan kecemasan. Tetapi dalam
penelitian ini, dukungan keluarga merupakan variabel utama.
4. Hasil penelitian dari analisis multivariate, dimana variabel lain interpersonal dan
behavior dijadikan sebagai pengontrol. Dari hasil analisis didapatkan hubungan
88
kondisi
psikologi
ibu
saat
melakukan
ANC,
yaitu
mengidentifikasi kecemasan dan ketakutan yang dialami oleh ibu yang akan
mempersiapkan kehamilan dan saat hamil sehingga kekhawatiran dan kecemasan
yang terjadi pada ibu dapat teridentikasi.
Mengadakan kelas Parenting,
kesehatan kepada ibu hamil pada saat antenatal care tentang keadaan fisik dan
psikis.
b. Perawat maupun tenaga kesehatan lainnya disarankan untuk meningkatkan
caring
dan
89
dengan
pendekatan yang berbeda (kualitatif) dan sampel yang diteliti lebih spesifik
(pasien yang mengalami kecemasan berat atau panic, atau pada pasien yang
menggunakan terapi obat antiansietas) sehingga kecemasan lebih terlihat dan
variabel ( keluarga, interpersonal dan Behaviour) lebih tergali lagi.
Lampiran 1
FORMAT PERSETUJUAN
(Informed Consent)
Dengan ini saya menyatakan bersedia / tidak bersedia *) untuk ikut dalam penelitian
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta:
Nama
NIM
: 106104003507
Judul
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan suka rela tanpa ada paksaan dari pihak
manapun untuk dipergunakan bila perlu.
Jakarta,
Hormat saya,
..
*) dicoret bila perlu
2010
Lampiran 2
KUESIONER
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU
PRIMIPARA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI POLIKLINIK KESEHATAN
IBU DAN ANAK PUSKESMAS PAMULANG 2010
No
Pernyataan
Selalu
Sering
Kadangkadang
Jarang
Tidak
pernah
No
Selalu
Pernyataan
Sering
Kadangkadang
10
11
12
13
Saya
mudah
sesak
nafas
karena
Jarang
Tidak
pernah
No
Selalu
Pernyataan
Sering
Kadangkadang
15
16
basah
oleh
keringat
karena
18
waktu
melahirkan
nanti
20
Jarang
Tidak
pernah
2. Dukungan Keluarga
No
1.
Pernyataan
10
11
12
Sering
Jarang
Kadang
Tidak
-kadang
pernah
3. Interpersonal
No
1.
Pernyataan
10
11
12
Sering
Jarang
Kadang-
Tidak
kadang
pernah
4. Behaviour
No
Pernyataan
Sering
1.
Saya
merasa
tidak
nyaman
berada
dalam
10
11
12
Jarang
Kadang-
Tidak
kadang
pernah
DAFTAR PUSTAKA
Agustarika, Butet. 2009. Pengarih Terapi Thought Stopping Terhadap Ansietas
KLien dengan Gangguan Fisik di RSUD Kabupaten Sorong (Tesis)
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
Amir, Achsin. 2003. Untukmu ibu tercinta. Bogor: Prenada.
Aprianawati, 2007. Hubungan Antara Tingkat Religiusitas dengan Kecemasan
pada Remaja, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Peneletian. Edisi Revisi Ke-6. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Astria, Yonne. 2009. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester Iii Dala
Menghadapi Persalinan Di Poliklinik Kebidanan Dan Kandungan RSUP
Fatmawati 2009. Jakarta, UIN.
Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Benson, R.C., 1984. Psychologic aspects of obstetric and gynecology in Current
Obstetric and Gynecology Diagnosis and Treatment, 6 th Ed. California:
Lange Medical.
Bitt, Price, 1996. Kehamilan dan Persalinan Menikmati Tugas Sebagai Ibu.
Jakarta : Arcan.
Atwater, E, 1993. Psychology of Adjustment, 3nd ed, New Jersey; Prentice-HallINC, 1993.
Bobak, et all, 1995. Maternity Nursing, St. Louis; Mosbyco.
Bobak, L.M; D.L Lowdermilk; and M.D Jensen.1994 . Keperawatan maternitas
Edisi 4. Alih bahasa Wijayarini, M.A & Anugerah, P. I. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Jual, 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek
Keperawatan. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Cunningham, F.G., MacDonald, P.C., & Gant, N.F,2000. Obstetri Williams, Eds.
21. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E, Rencana Keperawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC
Psychiatry, Br. J.2002. British Journal of Pschiatry.
Analisis Univariate
kategori dukungan
Valid
baik
Frequency
2
Percent
3,8
Valid Percent
3,8
41
9
52
78,8
17,3
100,0
78,8
17,3
100,0
cukup
kurang
Total
Cumulative
Percent
3,8
82,7
100,0
interper
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
baik
cukup
Total
37
71,2
71,2
71,2
15
52
28,8
100,0
28,8
100,0
100,0
behaviour
Valid
Valid
cukup
kurang
Total
Frequency
39
13
52
tidak cemas
cemas ringan
cemas sedang
Total
Percent
Valid Percent
75,0
75,0
25,0
25,0
100,0
100,0
kategori kecemasan
Cumulative
Percent
75,0
100,0
Frequency
8
Percent
15,4
Valid Percent
15,4
34
10
52
65,4
19,2
100,0
65,4
19,2
100,0
Cumulative
Percent
15,4
80,8
100,0
Baik
kurang
Count
% within kategori
dukungan nm
tidak cemas
50,0%
50,0%
,0%
100,0%
31
41
17,1%
75,6%
7,3%
100,0%
,0%
22,2%
77,8%
100,0%
34
10
52
15,4%
65,4%
19,2%
100,0%
Count
% within kategori
dukungan nm
Total
cemas ringan
Count
% within kategori
dukungan nm
cukup
Total
cemas
sedang
Count
% within kategori
dukungan nm
Interper
Baik
Cukup
Total
Count
% within interper
Count
% within interper
Count
% within interper
tidak cemas
7
cemas ringan
28
18,9%
1
6,7%
8
15,4%
75,7%
6
40,0%
34
65,4%
Total
cemas
sedang
2
tidak cemas
37
5,4%
8
53,3%
10
19,2%
100,0%
15
100,0%
52
100,0%
kategori kecemasan
behaviour
Total
Baik
Count
Cukup
% within behaviour
Count
% within behaviour
Count
% within behaviour
tidak cemas
5
12,8%
cemas ringan
28
71,8%
3
23,1%
8
15,4%
Total
cemas
sedang
6
15,4%
tidak cemas
39
100,0%
6
46,2%
34
4
30,8%
10
13
100,0%
52
65,4%
19,2%
100,0%
Analisa Bivariat
Case Processing Summary
Marginal
Percentage
15,4%
34
65,4%
10
2
41
19,2%
3,8%
78,8%
9
52
0
17,3%
100,0%
N
kategori
kecemasan
tidak cemas
cemas ringan
cemas sedang
kategori
dukungan nm
baik
cukup
kurang
Valid
Missing
Total
52
Subpopulation
-2 Log
Likelihood
32,011
10,275
Chi-Square
21,735
df
Sig.
4
,000
Pseudo R-Square
Cox and Snell
Nagelkerke
McFadden
,342
,412
,237
Likelihood Ratio Tests
Effect
Intercept
Model Fitting
Criteria
-2 Log
Likelihood of
Reduced
Model
Chi-Square
df
Sig.
10,275(a)
,000
0
.
Katdukmn
32,011
21,735
4
,000
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and
a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final
model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0.
a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does
not increase the degrees of freedom.
Parameter Estimates
kategori
kecemasan(a)
cemas ringan
cemas sedang
95% Con
B
Intercept
[katdukmn=0]
Std. Error
Lower Bound
18,189
[katdukmn=1]
[katdukmn=2]
Intercept
[katdukmn=0]
[katdukmn=1]
[katdukmn=2]
Wald
df
Upper Bound
Lower Bound
Upper Bound
1,058
295,636
1
,000
-18,189
-16,701
0(b)
1,766
1,004
.
106,068
276,576
.
1
1
0
,000
,000
.
19,442
,690
793,743
,000
-37,322
-20,289
0(b)
7631,409
,000
.
,000
.
.
1
1
0
,996
.
.
N
kategori
kecemasan
Interper
tidak cemas
cemas ringan
cemas sedang
cukup
kurang
8
34
10
37
15
52
Valid
Missing
Marginal
Percentage
15,4%
65,4%
19,2%
71,2%
28,8%
100,0%
0
52
2
Total
Subpopulation
-2 Log
Likelihood
25,938
11,183
Pseudo R-Square
Cox and Snell
Nagelkerke
McFadden
,247
,298
,161
Chi-Square
14,756
Sig.
df
Sig.
2
,001
Exp(B)
Lower Bound
Upper
1,26E-008
5,58E-008
.
3,96E-0
7,80E-0
6,19E-017
1,54E-009
.
,0
1,54E-0
Model Fitting
Criteria
Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood of
Reduced
Effect
Model
Chi-Square
df
Sig.
Intercept
11,183(a)
,000
0
.
kaer
25,938
14,756
2
,001
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and
a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final
model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0.
a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does
not increase the degrees of freedom.
Parameter Estimates
B
kategori
kecemasan(a)
cemas ringan
Std. Error
Wald
df
Lower Bound
Upper Bound
Lower Bound
1,792
1,080
2,752
-,405
1,160
,122
0(b)
.
.
cemas sedang
2,079
1,061
3,844
-3,332
1,330
6,281
0(b)
.
.
a The reference category is: tidak cemas.
b This parameter is set to zero because it is redundant.
Intercept
[kaer=1]
[kaer=2]
Intercept
[kaer=1]
[kaer=2]
N
Kecemasan
tidak cemas
cemas ringan
cemas sedang
Valid
Missing
Total
Subpopulation
32
17
3
52
0
52
2
61,5%
32,7%
5,8%
100,0%
Sig.
Upper Bound
1
,097
1
,727
0
.
1
,050
1
,012
0
.
Exp(B)
Lower Bound
95% Confiden
Exp
Upper Boun
,667
.
,069
.
,036
.
,003
.
-2 Log
Likelihood
11,459
Chi-Square
11,335
df
,124
Sig.
2
,940
Pseudo R-Square
Cox and Snell
,002
Nagelkerke
,003
,001
McFadden
Effect
Intercept
kab
Model Fitting
Criteria
-2 Log
Likelihood of
Reduced
Model
17,571
Chi-Square
6,237
df
2
Sig.
,044
11,459
,124
2
,940
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and
a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final
model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0.
Parameter Estimates
B
kecemasan(a)
cemas ringan
Intercept
kab
Lower Bound
-,693
,080
-2,079
-,405
a The reference category is: tidak cemas.
cemas sedang
Intercept
kab
Std. Error
Wald
df
Sig.
Upper Bound
Lower Bound
Upper Bound
,612
1,281
1
,258
,703
1,061
1,291
,013
3,844
,099
1
1
1
,909
,050
,753
Exp(B)
Lower Bound
Upper Bound
1,083
,273
,667
,053
Analisa Multivariat
Case Processing Summary
Marginal
Percentage
15,4%
34
10
2
65,4%
19,2%
3,8%
41
9
78,8%
17,3%
37
15
39
13
52
0
52
71,2%
28,8%
75,0%
25,0%
100,0%
N
kategori
kecemasan
tidak cemas
cemas ringan
kategori
dukungan nm
cemas sedang
baik
cukup
interper
kurang
cukup
behaviour
kurang
cukup
kurang
Valid
Missing
Total
Subpopulation
8(a)
a The dependent variable has only one value observed in 2 (25,0%) subpopulations.
Model Fitting Information
Model
Fitting
Criteria
Model
Intercept Only
Final
-2 Log
Likelihood
46,219
19,388
Pseudo R-Square
Cox and Snell
Nagelkerke
McFadden
,403
,486
,292
Chi-Square
26,830
df
Sig.
8
,001
Effect
Intercept
katdukmn
kaer
Model Fitting
Criteria
-2 Log
Likelihood of
Reduced
Model
19,388(a)
29,761
Chi-Square
,000
10,373
21,751
2,363
df
Sig.
0
4
.
,035
,307
bah
22,175
2,787
2
,248
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and
a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final
model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0.
a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does
not increase the degrees of freedom.
Parameter Estimates
95% Con
B
kategori
kecemasan(a)
cemas ringan
cemas sedang
Intercept
[katdukmn=0]
[katdukmn=1]
[katdukmn=2]
[kaer=1]
[kaer=2]
[bah=1]
[bah=2]
Intercept
[katdukmn=0]
[katdukmn=1]
[katdukmn=2]
[kaer=1]
[kaer=2]
[bah=1]
[bah=2]
Std. Error
Lower Bound
18,413
-19,265
-17,449
0(b)
-,541
0(b)
1,393
0(b)
20,592
Wald
df
Upper Bound
Lower Bound
1,516
147,582
1,893
103,607
1,142
233,420
.
.
1,295
,174
.
.
,947
2,161
.
.
1,322
242,631
Sig.
Exp(B)
Upper Bound
1
,000
1
,000
1
,000
0
.
1
,676
0
.
1
,142
0
.
1
,000
Lower Bound
4,30E-009
2,64E-008
.
,582
.
4,026
.
1,05E-0
2,82E-0
4,22E-0
1,71E-0
-37,704
-20,189
0(b)
-2,136
,000
,000
.
1,564
.
.
.
1,866
1
1
0
1
.
.
.
,172
4,22E-017
1,71E-009
.
,118
0(b)
,368
.
1,335
.
,076
0
1
.
,783
.
1,445
0(b)
a The reference category is: tidak cemas.
b This parameter is set to zero because it is redundant.
Upper
,0
,6
,0
,1
Marginal
Percentage
15,4%
34
10
65,4%
19,2%
2
41
3,8%
78,8%
17,3%
52
0
100,0%
N
kategori
kecemasan
tidak cemas
cemas ringan
cemas sedang
baik
kategori
dukungan nm
cukup
kurang
Valid
Missing
Total
52
Subpopulation
8(a)
a The dependent variable has only one value observed in 2 (25,0%) subpopulations.
Model Fitting Information
Model
Fitting
Criteria
Model
Intercept Only
Final
-2 Log
Likelihood
46,219
19,388
Chi-Square
df
Sig.
26,830
,001
Pseudo R-Square
Cox and Snell
Nagelkerke
McFadden
,403
,486
,292
Likelihood Ratio Tests
Effect
Intercept
kaer
bah
Model Fitting
Criteria
-2 Log
Likelihood of
Reduced
Model
19,388(a)
21,751
Chi-Square
,000
2,363
df
Sig.
0
2
.
,307
22,175
2,787
2
,248
29,761
10,373
4
,035
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and
a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final
model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0.
a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does
not increase the degrees of freedom.
katdukmn
Parameter Estimates
95% Con
B
kategori
kecemasan(a)
cemas ringan
Intercept
kaer
bah
[katdukmn=0]
cemas sedang
[katdukmn=1]
[katdukmn=2]
Intercept
kaer
bah
[katdukmn=0]
[katdukmn=1]
[katdukmn=2]
Lower Bound
20,117
,541
Std. Error
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Upper Bound
Lower Bound
Upper Bound
2,109
90,992
1
,000
1,295
,174
1
,676
Lower Bound
Upper
1,717
,1
-1,393
,947
2,161
,142
,248
,0
-19,265
-17,449
0(b)
1,893
1,142
.
103,607
233,420
.
1
1
0
,000
,000
.
4,30E-009
2,64E-008
.
1,05E-0
2,82E-0
17,056
2,606
42,835
,000
2,136
-,368
1,564
1,335
1,866
,076
1
1
,172
,783
8,464
,692
,3
,0
-37,704
-20,189
0(b)
,000
,000
.
.
.
.
1
1
0
.
.
.
4,22E-017
1,71E-009
.
4,22E-0
1,71E-0