Professional Documents
Culture Documents
MANUSKRIF SKRIPSI
Oleh
RENNI SIPAHUTAR
10091001058
2013
ABSTRACT
Background: One of the problems faced by the mining company is the Acid Mine Drainage (AMD) which is
caused by a reaction between sulfide minerals, oxygen and water. Characteristic of AMD is low pH and
contain metals such as cadmium, manganese, and zinc, can cause environmental problems. PT. Bukit Asam
(Persero), Tbk. UPTE consists of three IUP is Tambang Air Laya, Banko Barat, and Muara Tiga Besar
potentially produce AMD during mining and post-mining. AMD source in Air Laya is Mine excavation, pile,
and stockpile. To overcome the effects of AMD, is necessary to the proper management. Therefore, this
study aims to identify and analyze the management of acid mine drainage waste in Tambang Air Laya IUP.
Method: This research is descriptive, qualitative approach with in-depth interviews, document review and
observation. Informants consisted of key informants 3 people and informants 5 people are determined by
purposive sampling method. Data validation by triangulation.
Result: PTBA have a policy of AMD management plan can be seen from the environment target, SOP, rules,
and division of roles/responsibilities. Hierarchy of AMD Waste management is focused on processing the
neutralization. Monitoring involves determining the location of the point of compliance and examination of
waste parameters and reporting comply with applicable regulations, but there is no specific format of the
hierarchical management of AMD in the report.
Conclusion: It can be concluded that the waste management of AMD in terms of planning, hierarchy
management, monitoring and reporting has been done. Management hierarchy AMD prefers AMD sewage
treatment efforts at the end of the process, and no specific format for the management of AMD in the report.
The research suggestions , PTBA improve the management of AMD to maximize the management hierarchy,
and report all the results of the management hierarchy to improve leading practices in the management of
AMD.
Key words : Acid Mine Drainage, management, waste
ABSTRAK
Latar Belakang : Salah satu masalah yang dihadapi perusahaan pertambangan adalah adanya Air Asam
Tambang (AAT) yang disebabkan oleh adanya reaksi antara mineral sulfida, oksigen dan air. Ciri khas AAT
yaitu pH yang rendah serta mengandung logam-logam seperti kadmium, mangan, dan seng, dapat
menyebabkan permasalahan lingkungan. PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. UPTE terdiri dari tiga IUP yaitu
Tambang Air Laya, Banko Barat, dan Muara Tiga Besar yang berpotensi menghasilkan AAT pada saat
penambangan maupun paska penambangan. Sumber AAT di Tambang Air Laya yaitu galian, timbunan, dan
stockpile. Untuk mengatasi dampak AAT, perlu dilakukan upaya pengelolaan yang baik. Oleh karena itu,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa pengelolaan limbah air asam tambang di IUP
TAL
Metode : Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, pendekatan kualitatif dengan metode wawancara
mendalam, telaah dokumen dan observasi. Informan terdiri dari tiga orang informan kunci dan lima orang
informan yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Validasi data dengan triangulasi.
Hasil Penelitian : PTBA memiliki kebijakan perencanaan pengelolaan AAT dapat dilihat dari adanya
sasaran lingkungan, SOP, peraturan, dan pembagian peran/tanggung jawab. Hirarki pengelolaan limbah AAT
difokuskan pada proses pengolahan dengan netralisasi. Pemantauan meliputi penentuan lokasi titik penaatan
dan pemeriksaan parameter limbah serta pelaporan mengikuti peraturan yang berlaku, tetapi tidak ada
format khusus mengenai hirarki pengelolaan AAT pada laporan.
Kesimpulan : Dapat disimpulkan pengelolaan limbah AAT mulai dari perencanaan, hirarki pengelolaan,
pemantauan dan pelaporan telah dilakukan. Hirarki pengelolaan AAT lebih mengutamakan upaya
pengolahan limbah AAT di akhir proses, dan format khusus untuk pengelolaan AAT tidak ada. Saran
penelitian ini, PTBA meningkatkan pengelolaan AAT dengan memaksimalkan hirarki pengelolaan, serta
melaporkan semua hasil kegiatan hirarki pengelolaan untuk meningkatkan praktik unggulan dalam
pengelolaan AAT.
Kata Kunci : Air Asam Tambang, limbah, pengelolaan
PENDAHULUAN
Salah satu masalah yang dihadapi oleh
industri pertambangan adalah adanya air asam
tambang. Kegiatan pertambangan seperti
pengupasan tanah penutup (overburden),
penggalian batubara, serta waste material
menyebabkan tersingkapnya tanah/batuan
yang mengandung mineral sulfida, antara lain
berupa pirit (pyrite) dan markasit (marcasite).
Mineral sulfida tersebut selanjutnya bereaksi
dengan oksigen dan air membentuk air asam
tambang. Air asam tambang tersebut akan
mengikis
tanah
dan
batuan
yang
mengakibatkan larutnya berbagai logam
seperti besi (Fe), kadmium (Cd), mangan
(Mn), dan seng (Zn). Oleh karena itu, selain
memiliki pH yang rendah (nilainya berkisar
antara 1,5 hingga 4), air asam tambang juga
mengandung
logam-logam
dengan
konsentrasi tinggi, sehingga dapat berakibat
pada kesehatan masyarakat dan lingkungan
jika tidak dikelola dengan baik (Juari, 2006;
1
Marganingrum
&
Noviardi,
2010).
Permasalahan lingkungan yang ditimbulkan
karena pengaruh air asam tambang baik
selama kegiatan penambangan adalah
menurunnya kualitas air tanah, air permukaan
terutama jika dialirkan ke sungai akan
berdampak pada biota yang ada di perairan,
terutama masyarakat yang tinggal di daerah
aliran sungai yang memanfaatkan air sungai
untuk keperluan rumah tangga.
Berbagai kasus di Indonesia seperti di
Banjarmasin, dimana sedikitnya empat
kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara
mendapat dampak tercemarnya Sungai
Balangan oleh limbah cair tambang batubara
2
(Notoatmodjo, 2010).
Kerangka pikir dibuat berdasarkan teori
The International Network For Acid
9
HASIL PENELITIAN
Kebijakan
dan
Pengelolaan
Limbah
Tambang
Perencanaan
Air
Asam
kebijakan
dalam
sistem
manajemen
lingkungan dan diintegrasikan dengan sistem
manajemen perusahaan dengan
adanya
sasaran lingkungan, salah satunya menjamin
keluaran air dari tambang telah memenuhi
baku mutu limbah cair.
.Jadi kebijakan itu kita buat sasaran
lingkungan, salah satunya air buangan dari
tambang ini memenuhi baku mutu limbah cair
(AM)
Itu kita masukkan dalam sistem manajemen
lingkungan, kita gabung dengan sistem di
perusahaan (AR)
yang
menjadi
Lokasi
Sampling
pH
TSS
(mg/L)
Besi
(Fe)
(mg/L)
Inlet KPL
Suban
Inlet KPL
Sungai
5.5
20.70
0.044
Manga
n
(Mn)
(mg/L
)
0.011
5.5
18.30
0.055
0.201
Napalan
Inlet KPL
Sungai
Limau
Inlet KPL
Sungai
Tupak
Inlet KPL
Tower 4
Inlet KPL
Sungai
Mere
Inlet KPL
Saluran
ALP
Inlet KPL
Stockpile
II
Inlet KPL
Stockpile
1
(Cik
Ayib)
Inlet KPL
Tim.
MTBU
Pit.
1
5.4
24.00
0.047
0.008
5.5
20.5
0.014
0.005
5.6
24.9
0.027
0.011
5.5
17.70
0.214
0.014
5.6
18.70
0.044
0.036
5.7
16.00
0.114
0.027
5.7
19.8
0.051
0.011
5.5
26.4
0.145
0.025
Inlet KPL
Timbunan
MTS
Inlet KPL
wetland
MTBU
Inlet KPL
Sungai
5.6
25.3
0.501
0.221
5.5
19
0.045
0.018
5.6
17.3
0.114
0.022
3
4
5
6
7
8
9
10
Utara
11
12
13
timbunan.
Lawai
No
12
13
14
15
16
17
18
19
No
2
1
3
4
6
7
8
9
Lokasi
Samplin
KPL
g
Mahayung 1
KPL Suban
KPL Napalan
KPL Lima S.
Lintang
Timbunan
S. Lintang
KPL
TPA/Predum
KPL Limau
KPL Tupak
KPL Tower 4
pH
6.2
TSS
(mg/
4.18
Fe
(mg/l
0.066
)
Mn
(mg/l
0.025
)
6.2
6.2
6.1
l)
4.18
7.94
5.9
0.066
0.182
0.056
0.0
0.215
25
0.044
6.1
6.44
0.084
0.0951
6.1
6.2
6.0
7.10
4.85
5.62
0.361
0.104
0. 076
0.0981
0.1134
0.104
Lokasi
Samplin
g
KPL
Stockpile 2
KPL
Stockpile
1 (Cik Ayib)
KPL
Back
Filling
MTBS
KPL
Back
Filling
MTBS (S.
Lawai
Lama)
KPL
Timbunan
MTBU PIT.1
Utara
KPL
Timbuna
n MTS
KPL
Wetlend
MTBU
KPL Galian
MTB
Wetlend
pH
Fe
(mg/l
)
TSS
Mn
(mg/l)
6.1
(mg
/
l)
3.48
0.114
0.041
6.1
8.24
0.055
0.075
6.3
4.1
0.115
0.104
6.0
3.52
0.451
0.431
6.1
178
4.03
0.105
6.8
5.15
0.036
0.88
6.9
6.9
0.114
0.024
7.0
4.63
0.056
0.014
Pemantauan
Berdasarkan hasil wawancara dengan
informan kunci dan informan bahwa lokasi
penaatan pembuangan air limbah diajukan ke
pemerintah setempat
sebagai
bentuk
perizinan. Adapun lokasi titik penaatan
pembuangan limbah air asam tambang di PT.
Bukit Asam (Persero), Tbk. UPTE yaitu di
outlet KPL.
Pada awalnya kita mengacu pada peta
perencanaan, dari situ kita lihat dulu apakah ada
pembuangan limbah cair, kalau sekarang kita
harus
buat dulu
nya,
baru kita ajukan
berdasarkan
IzinKPL
Usaha
Pertambangan
(AW)
ke
pemerintah
berdasarkan
aturankeyang
jadi dititiksetempat
akhir outlet
sebelum masuk
parairan
berlaku,
nanti
pihak
pemerintah
(Pr)
setempat data hasil pemeriksaan
Berdasarkan
KPL
Empat
6.3
5.4
6.2
6.0
0.076
0.143
0.002
11
Mer
e
KPL
Saluran ALP
0.014
Berdasarkan
dokumen
Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) metode yang
dilakukan untuk pemantauan kualitas air
(timbulnya air asam tambang) adalah dengan
melakukan analisis kimia dan perpaduan sifatsifat kimia/fisika air di lapangan dan
membandingkannya dengan ketentuan baku
mutu air sungai seperti tercantum pada
Peraturan
Pemerintah
Daerah
yang
1
1
PEMBAHASAN
Kebijakan
dan
Perencanaan
Pengelolaan
Limbah
Air
Tambang
Asam
geologi, para
pelaksana.
manajer
tambang
sebagai
Prevention ).
Dari
segi
perencanaan
perusahaan ini telah
mengakses
dan
mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku
baik global, nasional maupun daerah. Bukti
ketaatan terhadap peraturan yang berlaku
merupakan salah satu komitmen yang harus
dimiliki setiap perusahaan. Pada umumnya
peraturan yang digunakan mengarah kepada
nilai baku mutu air limbah yang dihasilkan
dari perusahaan. Dalam hal ini, PT. Bukit
Asam (Persero), Tbk. UPTE menggunakan
Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor
18 Tahun 2005. Jadi apabila perusahaan
tersebut telah memenuhi peraturan itu,
menurut The International Network For Acid
9
Prevention perusahaan tersebut dianggap
telah mengikuti praktik Good Corporate.
Peran/fungsi, tanggung jawab dan
kewenangan
harus
ditetapkan,
didokumentasikan dan disampaikan untuk
menunjang
terciptanya
manajemen
lingkungan yang efektif (ISO 14001:2007).
Menurut The International Network For Acid
9
sampingan
seperti pigmen
17
1
6
Pemantauan
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Lingkungan Hidup No. 113 Tahun 2003
bahwa lokasi titik penaatan ditetapkan oleh
Bupati/Walikota setelah adanya pengajuan
dari perusahaan yang bersangkutan. Lokasi
titik penaatan tersebut harus berada pada
saluran air limbah yaitu di Outlet kolam
pengendapan lumpur. Demikian halnya
dengan upaya penentuan lokasi titik penaatan
yang dilakukan di Tambang Air Laya yaitu
dengan mengajukannya ke pemerintah
setempat
berdasarkan
Izin
Usaha
Pertambangan (IUP). Lokasi titik penaatan
tersebut berada di outlet. Tetapi terdapat
perbedaan jumlah titik penaatan di setiap
satuan kerja yang menangani pengelolaan air
asam tambang. Hal ini akan mempengaruhi
biaya pemeriksaaan parameter limbah oleh
eksternal perusahaaan.
Indikator keberhasilan pengelolaan air
asam tambang adalah air limbah keluaran dari
unit pengolahan limbah sesuai atau dibawah
Baku Mutu Limbah Cair (BMLC). Dalam
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
6
113 Tahun 2013 beberapa hal yang
dipersyaratkan dalam peraturan ini yaitu:
a. Melakukan swapantau (self monitoring)
kadar parameter baku mutu air limbah,
sekurang-kurangnya memeriksa pH air
limbah dan mencatat debit air limbah
harian . Kegiatan ini dilakukan oleh
Pengelola Lingkungan. Dalam hal ini, PT.
Bukit Asam (Persero), Tbk. UPTE telah
memenuhi aturan yang berlaku.
b. Mengambil dan memeriksa semua kadar
parameter baku mutu air limbah secara
periodik sekurang-kurangnya 1 kali dalam
Pelaporan
Menurut Kepmen LH No. 113 tahun
2003 setiap usaha pertambangan batubara
wajib melaporkan hasil analisis air limbah dan
debit harian sekurang-kurangnya 3 (tiga)
bulan sekali kepada Bupati/Walikota, dengan
tembusan gubernur dan menteri, serta instansi
lain yang terkait sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Hal ini telah dilakukan oleh PT.
Bukit Asam (Persero), Tbk UPTE dengan
mengikuti peraturan Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kementrian Energi Sumber Daya
Mineral.
Hasil penelitian Mudd (2005)
pada
perusahaan pertambangan yang menerapkan
sustainable of mining di India bahwa sedikit
perusahaan pertambangan yang melakukan
pelaporan mengenai batuan sisa Baquni (2007)
menyarankan untuk menunjukkan praktik
unggulan pelaporan ekplisit mengenai batuan
sisa (tailing dan batuan berpotensi sumber
AAT) dan proporsinya yang mengandung
mineral sulfide dapat dimasukkan ke dalam
persyaratan pelaporan. Pelaporan hasil
pengelolaan limbah air asam tambang telah
dilakukan oleh PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.
1
0
DAFTAR PUSTAKA
1. Marganingrum, Dyah & Noviardi, R.
Pencemaran Air dan Tanah Di Kawasan
Pertambangan Batubara Di PT. Berau
Coal Kalimantan Timur. Pusat Penelitian
Geoteknologi LIPI. (Riset Geologi dan
Pertambangan),
[Online]
Dari:
http://www.geotek.lipi.go.id/riset. 2010
2. Tempo. 28 Oktober. Pencemaran Limbah
PT. Adaro, Lumpuhkan Balangan dan
Amuntai.
Banjarmasin.
Dari
http://www.tempo.co/read/news/2009/10/2
8. 2009.
3. Indonesian CorpWatch. PT. Newmont
Minahasa Raya, Pencemar Teluk Buyat.
Minahasa: Watch Newmont Minahasa
Raya.
Dari
http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/in
dustri/070821. 2007.
4. Gautama, Rudy Sayoga. Pengelolaan Air
Asam
Tambang.
Forum
Pengelola
Lingkungan Pertambangan Mineral &
Batubara, Bandung. 2012
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 113 Tahun 2003 Tentang Baku
Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan Atau
Kegiatan Pertambangan Batubara.
6. Johnson, D. Barrie & Kevin B. Hallberg.
2005. Acid mine drainage remediation
options : a review. Science of the Total
Environment 338. School of Biological
Sciences, University of Wales, Bangor An
International Journal of Environment,
[online].Dari:
http://www.hsph.harvard.edu
7. PT. Bukit Asam Tbk. 2009. Laporan
Annual Tahun 2009 Report. [online] dari
http://ptba.co.id/assets/datafiles
8. Notoatmodjo,
Soekidjo.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta. 2010
9. The International Acid For Prevention
(INAP).1998. Mine Waste Treatment.
[online] dari www.gardguide.com
10. PT. Bukit Asam. 2004. Rencana
Pengelolaan
Lingkungan
(RKL)
Pengembangan
Unit
Pertambangan
Tanjung Enim PT. Tambang Batubata
Bukit Asam (Persero), Tbk. di Kabupaten
Muara Enim dan Lahat, Provinsi
Sumatera Selatan.
19