You are on page 1of 11

PRINSIP DASAR e-LEARNING: TEORI DAN

APLIKASINYA DI INDONESIA

ABSTRACT
e-Learning can be viewed from different perspectives. It refers to a generic term for all
technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone
bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more
recognized web-based training or computer aided instruction also commonly referred to as online
courses.
e-Learning is growing very fast because of rapid advantage of global digital transformation in
educational sector.
Knowing the advantages of e-learning — as increase student’s learning competency, improve
work efficiency, reduce personnel shortage problems, promote quality and equity in education —
it is believe that it can be used as an alternative model in addressing issues on quality and equity
in education and the need for people to do: learning to know, learning to do, learning to be, and
learning to live together, as suggested by UNESCO in its ‘four pillars’ of learning.
However, there are challenges that may be encountered and shall be taken into account, i.e.
Issues of quality, choosing delivery method, selecting and providing supported technologies,
providing infrastructure support (computers, electricity, telephone, connectivity into internet),
preparing course design, cost-effectiveness.
Therefore it is suggested to do feasibility study when one would like to think about to e-learning
— whether or not e-learning is technically possible, economically profitable and socially
acceptable.
Kata kunci: web-based learning, e-learning, distance ducation.
 
I. PENGERTIAN
e-Learning atau electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi
masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang.
Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning, namun pada
prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat
bantunya.
e-Learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif baru di
Indonesia. Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi e-
learning. Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan
‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan
jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa
audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya.
 
Dalam berbagai literatur, e-learning didefinisikan sebagai berikut:
e-Learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching
and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite
transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided instruction also
commonly referred to as online courses (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002).
Dengan demikian maka e-learning adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh
jasa teknologi seperti telepon, audio, vidiotape, transmisi satellite atau komputer.

II. MENGAPA e-LEARNING?


Banyak hal yang mendorong mengapa e-learning menjadi salah satu pilihan untuk penyelesaian
masalah pendidikan, antara lain:
Pertama, disebabkan karena pesatnya fasilitas teknologi informasi.
III. TEKNOLOGI PENDUKUNG e-LEARNING
Dalam prakteknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Dalam perkembangannya,
komputer yang paling populer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran secara electronic, karena
itu dikenal dengan istilah:
• computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan komputer;
dan
• computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama
komputer.
Saat pertama-tama komputer mulai diperkenalkan khususnya pada pembelajaran, maka ia
menjadi dikenal atau populer di kalangan anak didik. Bisa dimengerti karena berbagai variasi
teknik mengajar bisa di buat dengan bantuan komputer tersebut.
Setelah itu teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada prinsipnya teknologi tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
• Technology based learning, dan
• Technology based web-learning.
Technology based learning ini pada prinsipnya terdiri dari Audio Information Technologies (radio,
audio tape, voice mail telephone) dan Video Information Technologies (misalnya: video tape,
video text, video messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah
Data Information Technologies (misalnya: bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration).
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah kombinasi dari
teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data, audio/video). Teknologi ini juga sering di
pakai pada pendidikan jarak jauh (distance education), dimasudkan agar komunikasi antara
murid dan guru bisa terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini.
 
IV. CARA PENYAMPAIAN/PEMBERIAN PEMBELAJARAN
Pada dasarnya cara penyampaian atau cara pemberian (delivery system) dari e-learning, dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
• One way communication (komunikasi satu arah); dan
• Two way communication (komunikasi dua arah).
Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah.
Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
• Dilaksanakan melalui cara langsung (synchronous). Artinya pada saat instruktur memberikan
pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan; dan
• Dilaksanakan melalaui cara tidak langsung (a-synchronous). Misalnya pesan dari instruktur
direkam dahulu sebelum digunakan.
Karakteristik e-learning ini antara lain adalah:
• Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau
guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh
hal-hal yang protokoler;
• Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks);
• Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer
ehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan
memerlukannya; dan
• Memanfaatkan jadual pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer;
Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang
tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan mempengaruhi terhadap tugas guru dalam
proses pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar didominasi oleh peran guru, karena itu
disebut the era of teacher. Kini, proses belajar dan mengajar, banyak didominasi oleh peran guru
dan buku (the era of teacher and book) dan pada masa mendatang proses belajar dan mengajar
akan didominasi oleh peran guru, buku dan teknologi (the era of teacher, book and technology).
Dalam era global seperti sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau tidak mau, kita harus
berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena
teknologi tersebut telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita
sebaiknya tidak ‘gagap’ teknologi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapa yang
terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh kesempatan-kesempatan
untuk maju.
Informasi sudah merupakan ‘komoditi’ sebagai layaknya barang ekonomi yang lain. Peran
informasi menjadi kian besar dan nyata dalam dunia modern seperti sekarang ini. Hal ini bisa
dimengerti karena masyarakat sekarang menuju pada era masyarakat informasi (information
age) atau masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society). Oleh karena itu tidak
mengherankan kalau ada perguruan tinggi yang menawarkan jurusan informasi atau teknologi
informasi, maka perguruan tinggi tersebut berkembang menjadi pesat.
Contoh klasik yang bisa dipakai sebagai ilustrasi di sini adalah pengalaman Bill Gates yang kita
kenal sebagai sosok orang mempunyai perusahaan Microsoft Computer. William Henry Gates III
atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bill Gates tersebut, sebenarnya kuliah di di bidang ilmu
hukum di Harvard University. Ia ingin menjadi pengacara, karena dengan keahlian sebagai
pengacara tersebut, maka ia bisa mempunyai ‘power’ untuk membantu masyarakat yang
memerlukan jasa hukum untuk memperoleh kebenaran. Belajar Ilmu Hukum, menurut dia,
ternyata memerlukan waktu yang banyak untuk membaca di berbagai tempat seperti
perpustakaan, toko buku atau sumber informasi yang lain. Ia merasa waktunya habis untuk
membaca saja. Di situlah ia lalu menemukan idenya mengapa informasi yang tersebar di mana-
mana itu tidak dikemas saja dalam satu ‘wadah’ (baca computer) agar yang memerlukannya
tidak harus ke sana- ke mari. Di benak Bill Gates saat itu ia memimpikan ‘how to create a tool for
the information era that could magnify the brainpower instead of just muscle power’. Sejak itulah
maka The Saga of Microsoft mulai digarap. Bill Gates akhirnya menjadi orang yang sangat
produktif dan ‘output oriented’. Menurut Robert Heller yang menulis buku tentang Bill Gates
menyatakan bahwa Bill Gates selalu bilang ‘Turn your vision into reality’. Itulah sebabnya
program-program yang ada di Microsoft selalu dibuat user friendly. Berkat jasa Bill Gates inilah
maka e-learning berkembang seperti sekarang ini.
Tulisan ini membahas apa yang dimaksudkan dengan e-learning, mengapa orang
menggunakannya, apa kelebihan dan kekurangannya dan bahasan lain yang berkaitan dengan
e-learning tersebut.

V. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN e-LEARNING


Menyadari bahwa di internet dapat ditemukan berbagai informasi dan informasi itu dapat diakses
secara lebih mudah, kapan saja dan di mana saja, maka pemanfaatan internet menjadi suatu
kebutuhan. Bukan itu saja, pengguna internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara
yang sangat mudah melalui teknik e-moderating yang tersedia di internet.
Dengan mengambil contoh SMART School di Malaysia, setiap introduksi suatu teknologi
pendidikan tertentu yang baru seperti pemanfaatan internet, maka ada empat hal yang perlu
disiapkan, yaitu:
a.       Melakukan penyesuaian kurikulum. Kurikulum sifatnya holistik di mana pengetahuan,
ketrampilan dan nilai (values) diintegrasikan dengan kebutuhan di era informasi ini.
Kurikulumnya bersifat competency based curriculum.
b.       b. Melakukan variasi cara mengajar untuk mencapai dasar kompetensi yang ingin
dicapai dengan bantuan komputer;
c.       c. Melakukan penilaian dengan memanfaatkan teknologi yang ada (menggunakan
komputer, online assessment system); dan
d.       d. Menyediakan material pembelajaran seperti buku, komputer, multimedia, studio, dll
yang memadai. Materi pembelajaran yang disimpan di komputer dapat diakses dengan
mudah baik oleh guru maupun siswa.
e.       Pihak pengelola SMART School beranggapan bahwa penggunaan ICT khususnya
Internet bisa mendorong murid menjadi lebih aktif belajar (active learners), dimungkinkan
adanya berbagai variasi yang dapat dilakukan dalam proses belajar dan mengajar,
diperolehnya ketrampilan yang berganda dan dicapainya efisiensi. Harian Sunday Star
(30 Juni 2002) menyebut SMART School adalah contoh sekolah masa depan. Sekolah-
sekolah percontohan dengan menggunakan perangkat teknologi informasi ini menjadi
model yang dilaksanakan oleh berbagai negara. Di Singapore ada ‘Excellent School’, di
Thailand ada ‘Progressive School’, di Filipina disebut ‘Pilot School’, dsb-nya. Di
Indonesia, sekolah yang menggunakan teknologi informasi dalam proses belajar ini
ternyata bisa menarik banyak siswa. Para orang tua pun juga cenderung mengirim
anaknya ke sekolah yang demikian walaupun biayanya relatif lebih mahal dibandingkan
sekolah lainnya yang tidak menggunakan teknologi informasi tersebut.

Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur,
memberikan petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan
terbuka dan jarak jauh (Elangoan, 1999, Soekartawi, 2002; Mulvihil, 1997; Utarini,
1997), antara lain dapat disebutkan sbb:

• Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara
mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi
itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
• Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur
dan terjadual melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh
bahan ajar dipelajari;
• Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau
diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
• Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
• Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti
dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas.
• Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif;
• Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau
sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di
kapal, di luar negeri, dsb-nya.
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas
dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997), antara lain dapat
disebutkan sbb:
• Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya
interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar;
• Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong
tumbuhnya aspek bisnis/komersial;
• Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan;
• Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini
juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT;
• Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal;
• Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah
tersedianya listrik, telepon ataupun komputer);
• Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan soal-soal internet; dan
• Kurangnya penguasaan bahasa komputer.

VI. e-LEARNING DAN INTERNET DI INDONESIA


Pemanfaatan e-learning khususnya internet untuk kegiatan pembelajaran apakah itu virtual
library atau virtual campus bukan saja terjadi di Indonesia maupun di Asia Tenggara, namun juga
di berbagai penjuru dunia ini. Tabel 1 berisi informasi lembaga yang menggunakan sistem e-
learning.
Tabel 1. Beberapa Perguruan Tinggi yang Menggunakan e-learning di Asia Pasifik.
No Negara Nama Perguruan Tinggi
1 Filipina University of the Philippines Open University
De La Sale University
Asian Institute Management
2 Indonesia Universitas Terbuka
Universitas Petra
Universitas Bina Nusantara
3 Malaysia Universitas Tun Abdul Rajak
Universitas Terbuka Malaysia
Universiti Sains Malaysia
4 Thailand Kassesart University
STOU
Asian Institute of Technology
5 Australia Curtin University of Technology
Deakin University
University of New England

6 New University of Wellington


Zealand Massaey University
University of the South Pacific
7 China Hongkong Open University
Shanghai TV University
Tsinghua University
Catatan: Tidak semua Perguruan Tinggi menggunakan e-learning 100%. Yang sering dijumpai
adalah sebagian e-learning dan sebagian masih dilaksanakan dengan tatap muka.
Namun harus diakui bahwa pemanfaatan e-learning di Indonesia masih tertinggal bila
dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Philippines dan
Singapore atau bila dibandingkan dengan di negara-negara maju. Hal ini bisa dilihat dari data
pengguna internet di mana pengguna internet terbesar adalah berada di negara-negara maju. Di
Indonesia, pengguna internet diperkirakan sebesar 7 juta atau sekitar 3 % dari jumlah penduduk.
Sementara itu pengguna internet di Eropa sebera 113 juta atau 14 % dari total penduduk.
Pengguna internet dunia diperkirakan sudah mencapai angka 407 juta atau sebesar 7 % dari
total jumlah penduduk (Ishaq, 2002).
Penggunaan e-learning tidak bisa dilepaskan dengan peran Internet. Menurut Williams (1999).
Internet adalah ‘a large collection of computers in networks that are tied together so that many
users can share their vast resources’.
Jadi internet pada dasarnya adalah kumpulan informasi yang tersedia di komputer yang bisa
diakses karena adanya jaringan yang tersedia di komputer tersebut. Oleh karena itu bisa
dimengerti kalau e-learning bisa dilaksanakan karena jasa internet ini. e-Learning sering disebut
pula dengan nama on-line course karena aplikasinya memanfaatkan jasa internet.
Dalam lima tahun terakhir ini, perkembangan jumlah pengguna internet di Indonesia juga tidak
kalah pesatnya bila dibandingkan dengan mereka di luar negeri. Menurut catatan Telcordia
Internet Sizer 4 Juli 2002, Indonesia termasuk 10 besar negara pengguna internet yang
jumlahnya naik secara cepat. Kesepuluh negara ini adalah Brazil, Chili, India, Indonesia,
Malaysia, Mexico, Portugal, Sepanyol, Thailand, dan Ukrania. Tumbuhnya pengguna internet
yang pesat tersebut tentu berkaitan dengan pandangan masyarakat yang memandang
menggunakan internet adalah suatu kebutuhan untuk mendukung kegiatannya sehari-hari.
Perkembangan pengguna internet di dunia ini berkembang sangat cepat karena beberapa hal,
antara lain: (a). Menggunakan internet adalah suatu kebutuhan untuk mendukung pekerjaan atau
tugas sehari-hari, (b). Tersedianya fasilitas jaringan (Internet infrastructure) and koneksi internet
(Internet Connections), (c). Semakin tersedianya piranti lunak pembelajaran (management
course tools), (d). Keterampilan jumlah orang yang mengoperasikan atau menggunakan internet,
dan (e). Kebijakan yang mendukung pelaksanaan program yang menggunakan internet tersebut
(Soekartawi, 2002a, b).
Menurut catatan Telcordia Technologies (2002), jumlah internet host yang berkembang cepat
terjadi di sepuluh negara maju, yaitu Amerika, Australia, Belanda, Canada, Itali, Jepang, Jerman,
Inggris, Perancis dan Taiwan. Pada tahun 1992 jumlah internet host ini sebanyak sekitar 2 juta
dan jumlah ini naik secara drastik sekali sehingga mencapai angka 116 juta pada bulan Juni
2001 dan mencapai 138 juta pada bulan Desember 2001. Ini berarti ada kenaikan 69 kali lipat
selama 10 tahun atau naik sebesar 690% setiap tahunnya atau naik sebesar 57,5% setiap
bulannya.
Kini, dengan semakin banyaknya informasi yang tersedia di internet, maka pengguna internet
dapat mengakses informasi apa saja yang diperlukan. Misalnya, kalau seseorang tertarik pada
bidang pendidikan, maka ia dapat mencarinya melalui topik ‘education’ di berbagai websites.
Kalau tertarik e-learning bisa mengakses websites antara lain Digitalthink, Fortune e-Learning,
UniNet, Unesco-UnitwinNet, SeameoNet, dsb-nya. Karena relatif mudahnya mengakses
informasi melalui internet dan relatif mudahnya mengirim pesan melalui jasa elektronika atau
telepon, maka pemanfaatan e-learning untuk kemajuan pendidikan menjadi tumbuh dan
berkembang dengan pesat.
Dalam pada itu, catatan Indocisc (2002) menunjukkan bahwa jumlah Internet Service Provider
(ISP) di Indonesia yang beroperasi adalah lebih dari 150 dan mereka tercatat dan mempunyai ijin
operasi dari Dirjen Postel. Kalau pada tahun 2000 diperkirakan jumlah pengguna internet di
Indonesia ada sekitar 2 juta orang, maka akhir tahun 2001 jumlah tersebut diperkirakan naik dua
kali lipat dan kini diperkirakan mencapai sekitar 7 juta orang. Tidak itu saja, jumlah domains yang
menggunakan ‘dot id’ atau ‘.id’ naik secara drastik. Catatan Indocisc (2002) menunjukkan bahwa
jumlah domains di Indonesia tahun 1995 hanya berjumlah 87 dan pada bulan Maret 2001, jumlah
tersebut meningkat dan mencapai 9.785 atau naik sebesar 112 kali selama 7 tahun atau naik
sebesar 16 kali lipat untuk setiap tahunnya atau naik sekitar 133% setiap bulannya. Secara rinci
hal ini dapat dilihat di Tabel 2.
Walaupun jumlah pengguna internet maupun jumlah Internet domains di Indonesia naik secara
tajam, namun pemanfaatan internet untuk pembelajaran masih terbatas. Padahal di negara
tetangga seperti Thailand dan Malaysia, internet dan fasilitas ICT sudah dimanfaatkan di sekolah
sekolah lanjutan. Ini artinya tiap sekolah lanjutan sudah disedikan fasilitas komputer. Di Malaysia
dikenal dengan istilah SMART School. Sekolah ini bekerjasama dengan Telekom Malaysia di
mana dalam pelaksanaannya bukan saja sekolah memanfaatkan IT dan internet untuk keperluan
proses belajar dan mengajar, tetapi juga dipakai untuk tujuan efisiensi manajemen pengelolaan
pendidikan. Pejabat yang membidangi pendidikan baik di tingkat distrik, maupun di tingkat
nasional dapat memonitor pelaksanaan dari proses belajar dan mengajar di sekolah secara lebih
mudah.
Pemanfaatan internet di Indonesia pada tahap ‘baru mulai’. Sebenarnya pemanfatan internet
untuk e-learning di Indonesia bisa ditingkatkan kalau fasilitas yang mendukungnya memadai, baik
fasilitas yang berupa infrastruktur maupun fasilitas yang bersifat kebijakan. Hal ini bukan saja
didukung oleh data seperti yang disajikan diatas, namun juga semakin banyaknya warung-
warung internet (Internet Kiosk) yang muncul diberbagai pelosok di Indonesia. Pengguna internet
bukan saja dari kalangan pelajar dan mahasiswa, namun juga dari kalangan masyarakat yang
lain. Hal ini bisa dipakai sebagai indikasi bahwa internet memang diperlukan untuk membantu
kelancaranan pekerjaan atau tugas-tugas pengguna internet.
Tabel 3. Jumlah Domains dan Pertumbuhannya di Indonesia, 1995-2002
Tahun Domains Baru Jumlah Domains
1995 87 87
1996 240 327
1997 722 1049
1998 1484 2533
1999 2163 4696
2000 4266 8962
2001 (March) 823 9785
Sumber: Indocisc (2001).

Karena berbagai keterbatasan, fasilitas berkembangnya internet di Indonesia belum seperti


yang diharapkan. Namun perlu diakui bahwa pemerintah telah memfasilitasi tumbuh dan
berkembangnya internet di Indonesia, dengan membangun berbagai fasilitas, apakah itu jaringan
telepon, listrik dan fasilitas lainnya. Warung Informasi dan Teknologi atau WARINTEK
(Technology Information Kiosk) yang diselenggarakan oleh Kantor Menteri Negara Riset dan
Teknologi dan PDII-LIPI baru dimulai bulan Agustus 2000 kini tumbuh dan berkembang pesat
(Munaf, 2001).

Namun harus juga diakui bahwa ketersediaan telepon dan listrik di daerah-daerah tertentu di
Indonesia memang masih terbatas dan karenanya menghambat bertambahnya pengguna
internet. Belum lagi tentang tersedianya cyberlaws yang jelas dan diketahui oleh masyarakat
luas, sehingga hal ini juga menghambat bertambahnya investor dibidang IT internet ini.
Kini pemerintah telah berupaya untuk memanfaatkan dan memaksimumkan tersedianya
informasi teknologi dengan membentuk Kantor Menteri Negara Informasi dan Teknologi. Di tiap
Departemen bahkan ada unit yang menangani teknologi informasi ini. Di Depdiknas misalnya ada
Pustekkom atau Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi untuk Pendidikan; di tiap Universitas
ada Pusat Komputer, dan masih banyak contoh yang lain. Sayangnya cyberlaws di Indonesia
yang juga pernah dibahas dan disiapkan, belum juga selesai hingga kini.
Tidak itu saja, e-learning kini banyak digunakan oleh para penyelenggara pendidikan terbuka dan
jarak jauh. Kalau dahulu hanya Universitas Terbuka yang diijinkan menyelenggarakan pendidikan
jarak jauh, maka kini dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
No.107/U/2001 (2 Juli 2001) tentang ‘Penyelenggaraan Program Pendidikan Tinggi Jarak Jauh’,
maka perguruan tinggi tertentu yang mempunyai kapasitas menyelenggarakan pendidikan
terbuka dan jarak jauh menggunakan e-learning, juga telah diijinkan menyelenggarakan-nya.
Lembaga-lembaga pendidikan non-formal seperti kursus-kursus, juga telah memafaatkan
keunggulan e-learning ini untuk program-programnya.
Begitu pula halnya dengan Undang-Undang Pendidikan yang baru nanti, yang segera akan
disahkan oleh DPR, juga akan mengatur penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh di
Indonesia dengan menggunakan teknologi e-learning.

VII. FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN SEBELUM MEMANFAATKAN e-LEARNING


Ahli-ahli pendidikan dan internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum
seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran (Bullen, 2001; Hartanto dan Purbo,
2002; Soekartawi et.al, 1999; Yusup Hashim dan Razmah, 2001) antara lain:
a. Analisis Kebutuhan (Need Analysis)
Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah memang memerlukan
e-learning. Untuk menjawab pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab
berdasarkan atas saran orang lain. Sebab setiap lembaga menentukan teknologi pembelajaran
sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu diadakan analisis kebutuhan atau need
analysis. Kalau analisis ini telah dilaksanakan dan jawabannya adalah membutuhkan atau
memerlukan e-learning, maka tahap berikutnya adalah membuat studi kelayakan (Soekartawi,
1995), yang komponen penilaiannya adalah:
• Apakah secara teknis dapat dilaksanakan (technically feasible). Misalnya apakah jaringan
Internet bisa dipasang, apakah infrastruktur pendukungnya, seperti telepon, listrik, komputer,
tersedia, apakah ada tenaga teknis yang bisa mengoperasikannya tersedia;
• Apakah secara ekonomis menguntungkan (economically profitable); misalnya apakah dengan
e-learning kegiatan yang dilakukan menguntungkan atau apakah retrun on investment (ROI)-nya
lebih besar dari satu; dan
• Apakah secara sosial penggunaan e-learning tersebut diterima oleh masyarakat (socially
acceptable).
b. Rancangan Instruksional
Dalam menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek (Soekartawi,
et al, 1999; Yusup Hashim and Razmah, 2001):
• Course content and learning unit analysis, seperti isi pelajaran, cakupan, topik yang relevan dan
satuan kredit semester.
• Learner analysis, seperti latar belakang pendidikan siswa, usia, seks, status pekerjaan, dsb-
nya.
• Learning context analysis, seperti kompetisi pembelajaran apa yang diinginkan hendaknya
dibahas secara mendalam di bagian ini.
• Instructional analysis, seperti bahan ajar apa yang dikelompokan menurut kepentingannya,
menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit, dsb-nya.
• State instructional objectives. Tujuan instruksional ini dapat disusun berdasarkan hasil dari
analisis instruksional.
• Construct criterion test items. Penyusunan test ini dapat didasarkan dari tujuan instruksional
yang telah ditetapkan.
• Select instructional strategy. Strategi instruksional dapat ditetapkan berdasarkan fasilitas yang
ada.
c. Tahap Pengembangan
Berbagai upaya dalam rangka pengembangan e-learning bisa dilakukan mengikuti
perkembangan fasilitas ICT yang tersedia. Hal ini terjadi karena kadang-kadang fasilitas ICT tidak
dilengkapi dalam waktu yang bersamaan. Begitu pula halnya dengan prototype bahan ajar dan
rancangan instruksional yang akan dipergunakan terus dikembangkan dan dievaluasi secara
kontinue.
d. Pelaksanaan
Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan format
tertentu misalnya format HTML. Uji terhadap prototype hendaknya terus menerus dilakukan.
Dalam tahapan ini seringkali ditemukan berbagai hambatan, misalnya bagaimana menggunakan
management course tool secara baik, apakah bahan ajarnya benar-benar memenuhi standar
bahan ajar mandiri (Jatmiko, 1997).
e. Evaluasi

Sebelum program dimulai, ada baiknya dicobakan dengan mengambil beberapa sampel orang
yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi.
Proses dari kelima tahapan diatas diperlukan waktu yang relatif lama, karena prototype perlu
dievaluasi secara terus menerus. Masukan dari orang lain atau dari siswa perlu diperhatikan
secara serius. Proses dari tahapan satu sampai lima dapat dilakukan berulang kali, karena
prosesnya terjadi terus menerus.
Akhirnya harus pula diperhatikan masalah-masalah yang sering dihadapi sebagai berikut:
• Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan internet,
listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.
• Masalah ketersediaan software (piranti lunak). Bagaimana mengusahakan piranti lunak yang
tidak mahal.
• Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada.
• Masalah skill and knowledge.
• Attitude terhadap ICT
Oleh karena itu perlu diciptakan bagaimana semuanya mempunyai sikap yang positif terhadap
ICT, bagaimana semuanya bisa mengerti potensi ICT dan dampaknya ke anak didik dan ke
masyarakat. Sehingga penggunaan teknologi baru bisa mempercepat pembangunan.

VIII.e-LEARNING UNTUK ONLINE COURSE


Salah satu rekomendasi Deklarasi Dakar tentang 10 tahun evaluasi pelaksanaan Education for
All adalah bagaimana memanfaatkan ICT untuk pendidikan jarak jauh agar mereka yang
menginginkan pendidikan bisa lebih banyak yang dijangkau. Pembelajaran atau pendidikan jarak
jauh yang menggunakan teknologi informasi untuk keperluan ini disebut online course atau ada
pula yang menyebut virtual campus. Cara ini lebih banyak mengandalkan alat bantu teknologi
informasi apakah teknologi cetak, audio, video atau komputer.
Salah satu ciri dari pembelajaran jarak jauh adalah terpisahnya secara fisik antara guru dan
siswa sehingga diperlukan alat bantu ajar melalui teknologi informasi tersebut. Untuk teknologi
pendidikan yang berbasis web atau web base learning bisa menggunakan alat bantu ajar yang
disebut dengan course tool. Software ini bisa dibeli di berbagai tempat dengan relatif mudah,
antara lain WebCT, Blackboard, Intralearn, learning space, dsbnya. Dua contoh seperti yang
disajikan di bawah ini bisa dicari melalui www.webCT.com dan www.lotus.com yang cirinya
antara lain seperti disajikan di Tabel 4.
Dari informasi yang disajikan di Tabel 4, terlihat betapa lengkapnya fasilitas yang diberikan oleh
masing-masing software. Oleh karena itu sebelum memilih atau membeli software, maka
sebaiknya dipelajari dahulu karakteristik software tersebut.
Tabel 4. Beberapa Ciri Software WebCT dan Learning Space
No. Software yang tersedia WebCT Learning
Space
Communication
1 e-Mail + +
2 Chat + +
3 Newsgroup + +
4 Whiteboard + +
5 File exchange + +
6 Application sharing + +
7 Audio-conferencing - +
8 Video-conferencing - +
Student Tools
9 Self assessing + +
10 Progress tracking + +
11 Searching + +
12 Motivation building + +
13 Studying skill bulding + +

Support tools

14 Course planning + +
15 Course Managing + +
16 Course customizing + +
17 Course Monitoring + +
18 Instructional Design + +
19 Testing + +
SEAMEO Regional Open Learning Center (SEAMOLEC) adalah suatu lembaga penelitian,
pendidikan, training dan konsultasi di bidang IT atau pembelajaran jarak jauh. SEAMOLEC,
dalam kaitannya dengan training online course on ODL biasa menggunakan software WebCT
karena kelebihan yang dimilikinya. Bukan saja feature-nya lengkap seperti yang disajikan di
Tabel 4, tetapi juga software ini user friendly, banyak peminatnya sehingga kalau ada kesulitan
bisa diselesaikan dengan bantuan orang lain secara mudah.

IX. KESIMPULAN
e-Learning adalah pembelajaran yang memerlukan alat bantu elektronika. Bisa berupa
technology base learning seperti audio dan video atau web-base learning (dengan bantuan
perangkat computer dan internet). Penggunaan teknologi e-learning sebenarnya bisa dipakai
untuk pendidikan tatap muka atau pendidikan jarak jauh tergantung dari kepentingannya.
e-Learning akan dimanfaatkan atau tidak sangat tergantung bagaimana pengguna memandang
atau menilai e-learning tersebut. Namun umumnya digunakannya teknologi tersebut tergantung
dari: (1). Apakah teknologi itu memang sudah merupakan kebutuhan (2). Apakah fasilitas
pendukungnya yang memadai, (3). Apakah didukung oleh dana yang memadai dan (4). Apakah
ada dukungan dari pembuat kebijakan.
Pada makalah ini telah dijelaskan apakah itu e-learning dan bagaimana kemungkinan aplikasinya
untuk pembelajaran, khususnya pembelajaran terbuka dan jarak jauh. Keunggulan dan
kelemahan telah diulas serta prospeknya untuk masa depan pendidikan di Indonesia juga telah
dibahas. Upaya-upaya apa yang perlu dipersiapkan kalau seseorang atau lembaga tertentu akan
memanfaatkan Internet untuk pendidikan juga telah disinggung. Begitu pula halnya dengan
dukungan pemerintah untuk e-learning ini juga telah ditampilkan.
Sering orang atau pengguna mencoba memulai teknologi e-learning ini dengan tanpa
pertimbangan yang matang. Ia menggunakan e-learning agar supaya kelihatan bergengsi. Oleh
karena itu satu hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memanfaatkan internet untuk
pembelajaran, yaitu melakukan analisis kelayakan untuk menjawab apakah memang
memerlukan e-learning. Dalam analisis ini tentunya sudah termasuk apakah secara teknis
internet atau e-learning bisa dilaksanakan (technically feasible). Analisis ini menyangkut
tersedianya hard-ware khususnya komputer (dengan network-nya), listrik, telepon dan soft-ware-
nya khususnya tersedianya tenaga, bahan ajar yang siap di-online-kan dan management course
tools yang akan dipakai. Juga apakah secara ekonomis penggunaan internet ini menguntungkan
(economically profitable). Analisis ekonomi seperti Benefit per Cost (B/C) ratio, Internal Rate of
Return (IRR), Net Present Value (NPV) atau Return on Investment (ROI) bisa dipakai sebagai
alat ukur. Selanjutnya apakah secara sosial, penggunaan e-learning itu diterima oleh masyarakat
(socially acceptable). Sebab kadang-kadang walaupun pengunaan e-learning untuk
pembelajaran telah disiapkan secara baik dan kualitas penyelenggaraannya juga baik,
masyarakat belum bisa menerimanya karena mereka menganggap cara-cara pendidikan
konvensional dianggap lebih baik. Untuk itu harap diperhatikan masalah akuntabilitas dalam
menggunakan teknologi informasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Beam, P. (1997), Breaking the Sprinter’s Wrist: Achieving Cost-Effectiveness in Online Learning.
Paper presented at the International Symposium on Distance Education and Open Learning,
organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO Tuban, Bali,
Indonesia.
Bullen, M. (2001), e-Learning and the Internationalization Education, Malaysian Journal of
Educational Technology 1(1), 37-46.
Elangovan, T. (1997), Internet Based On-line Teaching Application with Learning Space. Paper
presented at the International Symposium on Distance Education and Open Learning organized
by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia,
17-20 November 1997.
Hartanto, A.A. dan Purbo, O.W. (2002), Teknologi e-Learning Berbasis PHP dan MySQL, Elex
Media Komputindo, Jakarta.
Hashim, Y. and Razmah. Bt. Man (2001), An Overview of Instructional Design and Development
Models for Electronic Instruction and Learning, Malaysian Journal of Educational Technology
1(1), 1-7.
Ishaq, A. (2001), On the Global Digital Divide, Finance and Development, September 2001, 44-7.
Jatmiko, R. (1997), Enhancing Learning Experiences through the Use of Internet. Paper
presented at the International Symposium on Distance Education and Open Learning organized
by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia,
17-20 November 1997.
Mulvihill, R.P. (1997), Technology Application to Distance Education. Paper presented at the
International Symposium on Distance Education and Open Learning organized by MONE
Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia, 17-20
November 1997.
Munaf, D.R. (2001), Cultural Threats on Development of ICT as a Tool for Open and Distance
Learning. Speech delivered at the 7th International Symposium on Distance Education and Open
Learning at Yogyakarta, November 2001.
Soekartawi (1995), Monitoring dan Evaluasi Proyek Pendidikan, PT Rajawali Press, Jakarta.
Soekartawi (2002a). Prospek Pembelajaran Melalui Internet. Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional ‘Teknologi Kependidikan’ yang diselenggarakan oleh UT-Pustekkom dan
IPTPI, Jakarta, 18-19 Juli 2002.
Soekartawi (2002b), e-Learning: Konsep dan Aplikasinya. Bahan-Ceramah/Makalah disampaikan
pada Seminar yang diselenggarakan oleh Balitbang Depdiknas, Jakarta, 18 Desember 2002.
Soekartawi (2002c), The Role of Regional Organization for Mass Education. Invited paper
presented at the International Conference on Lifelong Learning organized by Asian European
Institute, Kuala Lumpur, 13-15 May 2002.
Soekartawi (2003). Prospects and Challenges e-Learning: A Review. Makalah disampaikan di
seminar internasional di UPSI, Tanjong Malim, 24-25 September 2003.
Soekartawi, A. Haryono dan F. Librero (2002), Greater Learning Opportunities Through Distance
Education: Experiences in Indonesia and the Philippines. Southeast Journal of Education
(December 2002)
Soekartawi, Suhardjono, T. Hartono dan A. Ansjarullah (1999), Rancangan Instruksional, PT
Rajawali Press, Jakarta.
Soekartawi (2003). E-Learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang. Makalah
disampaikan di seminar nasional di Universitas Petra, Surabaya, 3 Februari 2003.
Sunday Star (30 June 2002), Learning in an Electronic Age. Kuala Lumpur.
Utarini, A. (1997), Process Evaluation of an Internet-Based Education on Hospital and Health
Service Management at Gadjah Mada University. Paper presented at the International
Symposium on Distance Education and Open Learning organized by MONE Indonesia, IDLN,
SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia, 17-20 November 1997.
Williams, B. (1999). The Internet for Teachers. IDG Books Worldwide.Inc., New York.

Entri ini dituliskan pada Jumat, Mei 4th, 2007 pada 2:04 adalah dan disimpan dalam Uncategorized. Anda
bisa mengikuti setiap tanggapan atas artikel ini melalui RSS 2.0 pengumpan. Anda bisa tinggalkan
tanggapan, atau lacak tautan dari situsmu sendiri.

You might also like