Professional Documents
Culture Documents
77 - 81
I S S N . 1 6 9 3 - 2 5 8 7
JOI
ABSTRACT
Objective: To report the result of trans limbal lensectomy, iridectomy and anterior vitrectomy in chronic and
untreatable uveitis with secondary glaucoma, total posterior synechia, and complicated cataract in Juvenile
Rheumatoid Arthritis patient.
Case report: A 14 years old girl was referred from Sorong General Hospital with bilateral chronic uveitis,
complicated cataract and secondary glaucoma. Underlying disease was still unclear. She already treated with
topical polydex and atropin without improvement. Visual acuity in right eye was 1 meter finger counting and light
perception in left eye. Ophthalmic examination showed bilateral keratopathy, secclusio pupil, membrane in front
of the lens capsule and complicated cataract which appear more severe in left eye than right eye. She also
suffered from secondary glaucoma. Ultrasound examination on the right eye showed no vitreous opacity
staphyloma and vitreous and retina attached. Consultation to the Internal Medicine Department revealed Juvenile
Rheumatoid Arthritis as an underlying disease. Pre-operative treatment was methylprednisolon 1 mg/kgBW/day
orally and topical atropin, timolol and azopt. We performed trans limbal lensectomy, iridectomy and anterior
vitrectomy in right eye as the last eye and continued with YAG laser iridectomy.
Result: Best corrected visual acuity in right eye was improve become 5 / 8.5 with S + 10.00 D. Intraocular
pressure was stable without any therapy of glaucoma. Systemic steroid has successfully tappered off without any
sign of reactivation of inflammation until minimal dose ( 3 X 2 mg ) as it was needed to control the Juvenile
Rheumatoid Arthritis.
Conclusion: Trans limbal lensectomy, iridectomy and anterior vitrectomy may give good result for chronic
and untreatable uveitis patient with Juvenile Rheumatoid Arthritis.
Keywords: chronic uveitic, glaucoma, compicated cataract, juvenile rheumatoid arthritis, steroid,
PENDAHULUAN
Uveitis merupakan salah satu penyebab
kebutaan di dunia termasuk Indonesia, terlebih
uveitis pada anak yang merupakan penyakit sangat
serius dan lebih sering mengancam kebutaan
dibanding usia dewasa. Penatalaksanaan yang
mungkin dirasakan kurang optimal pada anak
dengan uveitis, komplikasi yang cukup tinggi, serta
seringnya diperlukan pengobatan sistemik
menunjukkan bahwa kelainan ini kronis dan berat
pada usia muda.
Insiden uveitis pada populasi 100.000 orang
adalah 15 kasus pertahun. Di Amerika terdapat 2,3
1
77
78
JOI
Gambar 1.
Mata kanan sebelum operasi
Gambar 2.
Mata kiri sebelum operasi
79
JOI
Tindakan
Dilakukan trans limbal lensectomy, iridectomy,
dan anterior vitrectomy pada mata kanan. Sejak 1
minggu sebelum operasi diberikan steroid sistemik
yaitu methylprednisolon dengan dosis 1
mg/kgBB/hari dan ditambah pemberian oradexon 1
ampul intravena pra-operasi. Prosedur operasi
diawali dengan membuat insisi di limbus sepanjang 3
mm pada jam 10-12 dan insisi untuk side port pada
jam 3. Dilakukan sinekiotomi dan kapsulotomi yang
dilanjutkan dengan translimbal lensectomy.
Kemudian dilakukan anterior vitrectomy yang
dilanjutkan dengan iridektomi pada jam 11 untuk
menjamin aliran humor akuos yang baik. Pada
kasus ini tidak dilakukan pemasangan lensa
intraokuli karena resiko reaktivasi inflamasi yang
tinggi pasca operasi.4
Hasil
Tajam penglihatan pada mata kanan membaik
dimana dengan kondisi afakia didapatkan tajam
penglihatan natural 1/60 dan dengan koreksi Spheris
+ 10,00 Dioptri menjadi 5/8,5. Tekanan intra okuli
pada mata kanan berangsur-angsur menurun dan
stabil dibawah 20 mmHg tanpa terapi anti glaukoma.
Steroid sistemik berhasil diturunkan dosisnya secara
bertahap tanpa menimbulkan tanda-tanda reaktivasi
inflamasi, sampai dengan dosis terendah yang
masih dibutuhkan untuk pengobatan jangka panjang
terhadap arthritisnya.
Gambar 3.
Mata kanan 4 minggu paska operasi
Gambar 4.
PEMBAHASAN
Penatalaksanaan pada kasus ini bertujuan
untuk menekan proses radang dan mencegah
komplikasi menjadi lebih berat terutama pada mata
kanan. Sementara untuk mata kiri tidak ada rencana
penatalaksanaan khusus karena sejak awal
pemeriksaan visus natural sudah LP (+) dengan
proyeksi iluminasi dan red-green jelek yang berarti
sudah terjadi gangguan fungsi makula.
Pada penderita ini, meski dengan resiko yang
besar akan adanya komplikasi dan rekurensi
inflamasi, dilakukan tindakan operatif
dengan
pertimbangan :
n
Komplikasi yang terjadi akibat uveitis seperti
adanya membran, sinekia posterior dan
seklusio pupil, serta katarak komplikata
merupakan indikasi untuk tindakan operatif.
Mata kanan yang akan dioperasi merupakan
mata yang masih berfungsi (last eye).5,6
n
Penderita masih berusia remaja sehingga
fungsi visual yang baik akan meningkatkan
kualitas hidupnya kelak
n
Penderita dirujuk dari Irian Jaya karena
fasilitas kesehatan disana tidak dapat
menangani kasus yang sulit seperti ini.
Dalam hal ini sebelum operasi sudah diberikan
informasi dan pengambilan informed consent disertai
penjelasan akan adanya kemungkinan kegagalan
tindakan yang menyebabkan hilangnya penglihatan
pada mata kanan.
Persiapan pre-operatif pada penderita ini sudah
dilakukan sejak 1 bulan pre-operatif untuk
80
JOI
81
JOI
DAFTAR PUSTAKA
1. Deborah Pavan-Langston. 2002. Manual of Ocular
Diagnosis and Therapy , 5th edition Lippincott William &
Wilkins. Philadelphia.p229-230
2. Gina H, 1996. Arthritis Rheumatoid Juvenil, in (Noer
Sjaifoellah, Waspadji S, et al) Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, , Balai Penerbit FKUI, Jakarta. P 71-73.
3. Crawford John, Morin J D ; 1982, The Eye in Childhood,
Graus & Straton, New York. p 242-243.
4. Ansyari Fatma.2004. Uveitis pada Anak, 8th Continuing
Ophtalmology Education, , Ophtalmology Department FKUI,
Jakarta.
5. Muhaya Haji M, 2004. Medical Management of Uveitis , 8th
Continuing Ophtalmology Education, , Ophtalmology
Department FKUI, Jakarta.
6. Opremcak EM, et al. 2003. Basic and Clinical Science
Course, section9, Intraocular Inflammation and Uveitis.
7.
8.
9.
10.