You are on page 1of 14

0

NASKAH PUBLIKASI
PERSEPSI MASYARAKAT PENGGUNA PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP
PERAN PERAWAT DI POLI UMUM PUSKESMAS
TANJUNG PURI, SINTANG, KALIMANTAN BARAT
PERCEPTION OF COMMUNITY AS USERS OF HEALTH SERVICE ABOUT
ROLE OF NURSES IN THE OUT PATIENT OF TANJUNG PURI
COMMUNITY HEALTH CENTER, SINTANG,
KALIMANTAN BARAT
Arpan1, Akhmadi2, Tri Prabowo2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAK U LTAS K E D O K T E RAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2005

MOHON KONSUL SKRIPSI


ARPAN
04/182254/EIK/00438

PERSEPSI MASYARAKAT PENGGUNA PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP


PERAN PERAWAT DI POLI UMUM PUSKESMAS TANJUNG PURI, SINTANG,
KALIMANTAN BARAT
PERCEPTION OF COMMUNITY AS USERS OF HEALTH SERVICE ABOUT
ROLE OF NURSES IN THE OUT PATIENT OF TANJUNG PURI COMMUNITY
HEALTH CENTER, SINTANG,
KALIMANTAN BARAT
Arpan1, Akhmadi2, Tri Prabowo2
ABSTRACT
Background: To keep professionalism, particularly role of nurses in the out patient of
Community Health Center requires commitment of nurses, decision makers and support
from the community as users of health service. One factor that should be considered is
perception of the community as users of health service about role of nurses. The
community affects service provided by health professionals, in this case, nurses. If the
community still has wrong perception, about nurses, especially those working in the out
patient, the service they provide may be affected.
Objective: To find out perception of community as users of health service about role of
nurses as executives and instructors in the out patient of Community Health Center.
Method: This was a descriptive study with cross sectional design. Population were as
many as 169 people with 45 people as samples accidentally taken to fulfill questionnaires,
whereas as many as 5 respondents were taken for interview. Subject of the study were the
community who visited out patient of Tanjung Puri, Community Health Center, Sintang.
The study was conducted in the second and third weeks of August 2005.
Result: Result of quantitative analysis showed that: (a) perception about role of nurses as
executives was good (80.79%), but in an item whereby nurses should determine disease
and give medication was inadequate (48.9%); (b) perception about role of nurses as
instructors was good (87.17%). Result of qualitative analysis showed that perception of
community as users of health service about role of nurses in general was good. Perception
about role of nurses as executives was also good, however many still considered that nurses
should give medication to patients. They also had good perception about role of nurses as
instructors.
Conclusion: Perception of community as users of health service about role of nurses in
general was good, about role of nurses as executives was good, however in an item that
stated nurses at out patient of Community Health Center determined disease and gave
medication, the community perceived them as role of nurses. Perception of community as
users of health service about role of nurses as instructors was good.
Keywords: perception, role of nurses, community as users of health service.
1.
2.

Mensiku Community Health Center, Binjai Hulu Subdistrict, Sintang


Nursing Education Program, Faculty of Medicine, Gadjah Mada

PENDAHULUAN
Sarana pelayanan kesehatan yang paling banyak dikunjungi masyarakat adalah
Puskesmas, walaupun hanya 27,8%. Sarana berikutnya adalah dukun, dokter praktek
swasta dan 10% lainnya memilih berobat sendiri. Pada pelayanan kesehatan dasar,
konstribusi tenaga keperawatan sangat dominan, khususnya di Posyandu, Puskesmas
pembantu, dan Puskesmas1. Pada sisi lain, meskipun jumlah tenaga keperawatan
meningkat, namun dari sisi kualitas menurut berbagai hasil penelitian pihak pengguna baik
organisasi maupun konsumen masih merasakan banyak kekurangan, misalnya kurangnya
kemandirian akuntabilitas dan daya saing serta kompetensi yang belum memenuhi
permintaan pelayanan kesehatan yang terus berkembang2.
Puskesmas Tanjung Puri merupakan 1 dari 23 Pukesmas yang ada di Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat terdiri dari 3 desa dan 2 kelurahan binaan dengan luas wilayah
119,60 km2 dan merupakan kecamatan terkecil dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu
157,83/km3. Jumlah penduduk pada tahun 2003 adalah 24.349 jiwa3.
Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan, didapatkan data jumlah kunjungan
ke Poli Umum tahun 2004 sebagai berikut : bulan Januari 883, Februari 822, Maret 967,
April 839, Mei 620, Juni 608, Juli 710, Agustus 907, September 833, Oktober 878,
November 639, Desember 1034. Dari data tersebut rata-rata kunjungan per hari kerja
adalah 40 pasien2. Berdasarkan data tersebut dan hasil wawancara dengan beberapa perawat
serta staf Puskesmas Tanjung Puri, bahwa pelayanan di poli umum khususnya pelayanan
pengobatan masih melibatkan perawat.
Perawat biasanya aktif dibalai pengobatan, jika kegiatan perawat diperhatikan
secara cermat, bisa dilihat bahwa perawat memeriksa dan mendiagnosis pasien,
merencanakan dan melakukan pengobatan (termasuk menyuntik pasien), mengambil
keputusan tentang pengobatan yang pasien perlukan di rumah dan menulis resep untuk
mengambil obat di apotek Puskesmas. Meskipun perawat senang melakukan kegiatan
medis, mereka menyadari bahwa apa yang mereka kerjakan bukan merupakan peran dan
tugas perawat4. Perawat sebagai tenaga fungsional dalam memberikan pelayanan kesehatan
menghadapi berbagai fenomena. Fenomena perawat sebagai ujung tombak pelayanan di
masyarakat sehingga sangat memungkinkan memberikan pengobatan5.

Memberikan pelayanan pengobatan bukan peran perawat sebagai pelaksana, tetapi


karena ketidakjelasan uraian tugas dan perawat berpendidikan Sekolah Perawat
Kesehatan/SPK masih banyak, yaitu sekitar 86,53 persen. ''Di satu sisi, kondisi tenaga
kesehatan di Puskesmas masih terbatas dan di sisi lain tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan Puskesmas yang bermutu, merata dan terjangkau semakin
meningkat,''. Karena itu, diperlukan kejelasan peran dan fungsi setiap tenaga kesehatan di
Puskesmas, termasuk perawat. berdasarkan kompetensi, seharusnya tanggung jawab
perawat di puskesmas adalah pada upaya promotif dan preventif. ''Ini dilakukan pada semua
tingkat pencegahan (levels of prevention) tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Tapi kenyataannya di lapangan, perawat justru lebih banyak melaksanakan
tugas-tugas di luar kewenangannya.''6
Di Indonesia keperawatan sebagai profesi dirumuskan melalui lokakarya nasional
keperawatan tahun 1983. Keperawatan didefinisikan sebagai bentuk pelayanan professional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan yang meliputi aspek biologi, psikologi, sosial, dan spiritual yang bersifat
komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sehat maupun
yang sakit, mencakup siklus hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal.
Aktivitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberi asuhan keperawatan,
praktek keperawatan, pengelola institusi keperawatan, pendidikan klien serta kegiatan
penelitian dibidang Keperawatan, adapun peran perawat adalah : pelaksana, pendidik,
pengelola dan sebagai peneliti7.
Perubahan paradigma dari konsep sakit menjadi fokus sehat dalam pelayanan
kesehatan tanpa mengabaikan peran kuratif memiliki peluang besar bagi perawat dalam
upaya promotif dan preventif. Atmosfir ini memberikan peluang besar bagi tenaga
keperawatan untuk memperoleh status profesional dengan cara merespon secara proaktif
terhadap kebutuhan perubahan dan harapan masyarakat. Namun pada kenyataannya
masyarakat masih menganggap tenaga perawat sebagai orang yang memberikan pelayanan
pengobatan,

hal

profesionalisme5.

ini

merupakan

tantangan

bagi

perawat

dalam

mewujudkan

Menyadari pentingnya profesionalisme, terutama mengenai peran perawat


khususnya di Poli umum Puskesmas diperlukan komitmen perawat, pengambil kebijakan
serta dukungan dari masyarakat pengguna pelayanan kesehatan. Salah satu faktor dari
masyarakat yang harus diperhatikan adalah persepsi masyarakat pengguna pelayanan
kesehatan. Masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan sangat mempengaruhi pelayanan
yang akan diberikan oleh tenaga kesehatan dalam hal ini perawat. Bila persepsi masyarakat
masih menganggap bahwa perawat terutama di Poli Umum masih salah maka akan
mempengaruhi pelayanan yang akan diberikan. Fenomena-fenomena inilah yang menarik
peneliti untuk meneliti permasalahan ini.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN PENELITIAN
Jenis penelitian deskriptif, dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data
kuantitatif dengan kuesioner dan kualitatif dengan wawancara. Subjek penelitian adalah
Masyarakat yang berkunjung ke Poli Umum Puskesmas Tanjung Puri Sintang pada minggu
ke 2 dan ke 3 bulan Agustus 2005.
Sampel untuk kuesioner adalah 45 responden diambil dengan accidental sampling.
Sampel Wawancara mendalam adalah 5 orang. Variabel yang diteliti adalah persepsi
masyarakat pengguna pelayanan kesahatan di Poli umum Puskesmas terhadap peran
perawat secara umum, peran perawat sebagai pelaksana, dan peran perawat sebagai
pendidik. Analisa data kuesioner dengan perhitungan statistik sederhana yaitu analisis
persentase. Analisa data wawancara mendalam dengan mengklasifikasi data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Persepsi terhadap Peran Perawat secara Umum
Dari hasil wawancara didapatkan hasil bahwa masyarakat mempersepsikan bahwa
tugas perawat adalah : menanyakan keluhan, memeriksa, memberi rasa nyaman, memberi
informasi, memberi pengobatan, mendampingi dokter, perannya bagus dan sudah sesuai.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat tentang peran
perawat secara umum baik dan sudah sesuai, namun masih ada responden yang

mempersepsikan peran perawat di Poli Umum Puskesmas Induk Tanjung Puri belum
sesuai.
Salah satu faktor dari dalam yang mempengaruhi persepsi adalah assumptions, yang
mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman melihat, merasakan dan lain-lain 8.
Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor personal yang mempengaruhi interpersonal
salah satunya adalah: pengalaman, seseorang yang telah mempunyai pengalaman tentang
hak-hak tertentu akan mempengaruhi kecermatan seseorang dalam memperbaiki persepsi9.
Sedangka peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran perawat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan
bersifat konstan10.
2. Persepsi terhadap Peran Perawat sebagai Pelaksana
Persepsi masyarakat yang berkunjung ke Poli Umum Puskesmas Tanjung Puri
terhadap peran perawat sebagai pelaksana

80,79% dikategorikan baik. Namun dari 12

item peran pelaksana tersebut ada satu aspek yang dikategorikan cukup dan satu aspek
dikategorikan kurang baik. Aspek yang dikategorikan cukup yaitu mengukur tinggi badan
sebaiknya dilakukan oleh perawat sebanyak 74,44%, sedangkan aspek yang dikategorikan
kurang baik adalah di kamar periksa perawat sebaiknya menentukan penyakit dan
memberikan pengobatan kepada pasien sebanyak 48,89% dari 45 responden. .
Pada item pernyataan perawat berperan menanyakan keluhan saat berkunjung
didapatkan hasil bahwa sebagian besar menyatakan sangat setuju, namun masih ada
sebagian kecil menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada masyarakat
yang mempersepsikan bahwa perawat tidak harus bertanya tentang permasalahan yang
dialami pasien. Menanyakan keluhan utama merupakan salah satu peran perawat sebagai
pelindung dan penjamin hak dan kewajiban pasien terlaksana dengan seimbang Peran ini
dikenal dengan care giver. Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai
comforter, protector dan advocate, communicator serta rehabilitator. Peran sebagai
protector dan advocate lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi dan menjamin
hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan
kesehatan7.

Item dikamar periksa perawat memeriksa tekanan darah, mengukur panas,


menghitung denyut nadi sebagian besar masyarakat menyatakan setuju, namun masih ada
sebagian kecil yang menjawab tidak setuju. Pada item menimbang berat badan sebaiknya
dilakukan perawat sebagian besar responden menyatakan setuju, walaupun masih ada yang
menyatakan tidak setuju.
Pada item yang menyatakan mengukur tinggi badan sebaiknya dilakukan oleh
perawat, didapatkan hasil bahwa sebagian besar menyatakan setuju, namun dari 12 item
yang diukur ini tergolong salah satu item yang rendah. Hal ini menunjukan bahwa
sebagaian besar masyarakat mempersepsikan bahwa pemeriksaan dan pengukuran tersebut
merupakan peran perawat, namun masih ada juga masyarakat yang mempersepsikan
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut tidak perlu dilakukan perawat, terutama pengukuran
berat badan dan tinggi badan karena membuat pelayanan makin lama. Padahal fungsi unik
perawat yaitu melakukan pengkajian kepada individu, yang meliputi pemeriksaan tandatanda vital, menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, dan lain-lain9.
Item peran pelaksana lainnya yaitu perawat mengatur ruangan, menjelaskan
prosedur dan tindakan yang dilakukan, memberikan rasa nyaman, perawat tidak
menceritakan kepada orang lain apa yang dilihat, hasil pemeriksaan dicatat dan disimpan
didapatkan hasil bahwa sebagian besar menyatakan setuju, namun ada sebagian kecil yang
menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sesuai pernyataan-pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa responden sangat membutuhkan kenyamanan dan keamanan dalam
mendapat pelayanan oleh perawat. Persepsi ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan
bahwa sebagai pelaksana perawat berperan sebagai comforter, yaitu perawat berusaha
memberi kenyamanan dan rasa aman kepada klien9.
Pernyataan lain yang mengukur peran pelaksana adalah dikamar periksa perawat
sebaiknya menentukan penyakit dan memberikan pengobatan kepada pasien, didapatkan
hasil bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju dan sangat setuju. Namun ada
sebagian kecil sangat tidak setuju dan tidak setuju. Hasil dari kuesioner tersebut sesuai
dengan hasil triangulasi dari wawancara mendalam pada 5 responden, bahwa masyarakat
pengguna pelayanan kesehatan mempersepsikan peran perawat sebagai pelaksana
khususnya dalam hal memberikan pengobatan sebagian besar setuju dan tidak ada masalah

bila perawat yang melakukan, namun ada juga 1 responden yang mempersalahkan hal
tersebut bila ada dokter.
Persepsi masyarakat yang demikian bisa dipahami karena berdasarkan pengalaman
dan dari kenyatan bahwa perawat sering memberikan pengobatan di Poli Umum. Salah satu
faktor dari dalam yang mempengaruhi persepsi adalah assumptions, yang mempengaruhi
persepsi sesuai dengan pengalaman melihat, merasakan dan lain-lain 8. Sedangkan menurut
pendapat lain faktor-faktor personal yang mempengaruhi persepsi interpersonal salah
satunya adalah: pengalaman, seseorang yang telah mempunyai pengalaman tentang hak-hak
tertentu akan mempengaruhi kecermatan seseorang dalam memperbaiki persepsi9.
Memberikan pelayanan pengobatan bukan peran perawat sebagai pelaksana, tetapi
karena ketidakjelasan uraian tugas dan perawat berpendidikan tingkat menengah (Sekolah
Perawat Kesehatan/SPK) masih banyak, yaitu sekitar 86,53 persen. ''Di satu sisi, kondisi
tenaga kesehatan di Puskesmas masih terbatas dan di sisi lain tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan Puskesmas yang bermutu, merata dan terjangkau semakin
meningkat,''. Karena itu, diperlukan kejelasan peran dan fungsi setiap tenaga kesehatan di
Puskesmas, termasuk perawat6.
Berdasarkan kompetensi, seharusnya tanggung jawab perawat di puskesmas adalah
pada upaya promotif dan preventif. ''Ini dilakukan pada semua tingkat pencegahan (levels
of prevention) tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Tapi kenyataannya di
lapangan, perawat justru lebih banyak melaksanakan tugas-tugas di luar kewenangannya6.''
Melihat kondisi tenaga perawat Puskesmas seperti saat ini, maka minimal perawat
di Puskesmas memiliki peran dan fungsi sebagai berikut : mereka menjadi
pendidik/penyuluh kesehatan, pemberi pelayanan kesehatan, penemu kasus, konselor,
koordinator dan penghubung serta sebagai panutan bagi masyarakat. ''Artinya, perawat di
Puskesmas diharapkan dapat menjadi koordinator pelayanan kesehatan yang dilakukan di
keluarga, kelompok maupun masyarakat 6.
Ditinjau dari legalitas sesuai yang tertera dalam Undang Undang Kesehatan No.23
tahun 1992 pasal 32 ayat 3 menyatakan bahwa Pengobatan dan atau perawatan dapat
dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan, dan ayat 4 menyatakan
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu

keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu. Sesuai dengan penjelasan pasal tersebut bahwa tugas perawat secara
primer adalah perawatan, sedangkan dokter adalah pengobatan11.
Untuk memfasilitasi persepsi masyakat tersebut dan mengaplikasikan Undang
Undang bahwa perawat mempunyai tugas perawatan sedangkan kenyataan dilapangan
bahwa perawat masih melakukan pengobatan (cure). Sedangkan pengobatan merupakan
tugas primer dari medis, untuk itu perlu adanya fungsi pendelegasian yang jelas dari medis
kepada perawat mengenai tindakan-tindakan yang boleh dilakukan oleh perawat sehingga
dalam malaksanakannya secara legal ada yang bertanggung jawab. Agar kondisi ini dapat
dilaksanakan tentunya diperlukan keterlibatan berbagai pihak seperti : Kepala Puskesmas,
Organisasi Profesi dan Dinas Kesehatan.
3. Persepsi terhadap Peran perawat sebagai Pendidik
Secara umum persepsi masyarakat pengguna pelayanan kesehatan terhadap peran
perawat sebagai pendidik di poli umum Puskesmas Tanjung Puri Sintang secara umum
87,17% dikategorikan baik. Namun dari sepuluh aspek tersebut

ada satu asek peran

perawat sebagai pendidik yang digolongkan cukup, yaitu setelah ditentukan pengobatan
oleh dokter perawat tidak perlu menjelaskan cara penggunaan obat yang saya dapat, dinilai
72,22%.
Hasil ini menunjukan bahwa responden mempersepsikan bahwa peran perawat
memberikan pendidikan (penyuluhan atau nasehat) kepada masyarakat yang berkunjung
agar mereka mengerti tentang permasalahan kesehatan yang mereka hadapi. Item
pernyataan peran perawat sebagai pendidik yaitu setelah ditentukan pengobatan oleh
dokter, perawat tidak perlu menjelaskan cara penggunaan obat merupakan item pernyataan
terendah dari 10 item, sebagian responden menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Hasil ini setelah ditriangulasi dengan wawancara menunjukan bahwa masih ada masyarakat
yang mempersepsikan bahwa tidak perlu lagi dijelaskan bila dokter yang memberikan
pengobatan. Secara konteks walaupun telah diberikan penjelasan oleh dokter, perawat perlu
menjelaskan, menayakan dan mengecek kembali pemahan dari masyarakat tentang apa
yang dijelaskan.

10

Sebagai pendidik perawat berperan mendidik individu, keluarga, kelompok, dan


masyarakat serta tenaga kesehatan atau tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung
jawabnya. Peran ini dapat berupa penyuluhan kepada peserta didik keperawatan, antara
sesama perawat atau tenaga kesehatan lain7.
Berdasarkan kompetensi, seharusnya tanggung jawab perawat di puskesmas adalah
pada upaya promotif dan preventif. ''Ini dilakukan pada semua tingkat pencegahan (levels
of prevention) tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Tapi kenyataannya di
lapangan, perawat justru lebih banyak melaksanakan tugas-tugas di luar kewenangannya6.''
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang persepsi masyarakat pengguna
pelayanan kesehatan terhadap peran perawat di Poli Umum Puskesmas Tanjung Puri,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, maka dapat disimpulkan:
1. Persepsi masyarakat pengguna pelayanan kesehatan terhadap peran perawat secara
umum di Poli Umum Puskesmas Tanjung Puri adalah baik.
2. Persepsi masyarakat pengguna pelayanan kesehatan terhadap peran perawat sebagai
pelaksana baik, akan tetapi pada pernyataan bahwa di Poli Umum Puskesmas perawat
menentukan penyakit dan memberikan pengobatan didapatkan sebagian besar
masyarakat mempersepsikan bahwa hal tersebut merupakan peran perawat, dan mereka
tidak mempersoalkannya bila perawat yang melakukan. Berdasarkan kompetensi,
seharusnya tanggung jawab perawat di puskesmas adalah pada upaya promotif dan
preventif. Tapi kenyataannya di lapangan, perawat justru lebih banyak melaksanakan
tugas-tugas di luar kewenangannya.
3. Persepsi masyarakat pengguna pelayanan kesehatan terhadap peran perawat sebagai
pendidik adalah baik. Namun pada item setelah ditentukan pengobatan oleh dokter
perawat tidak perlu menjelaskan cara penggunaan obat, didapatkan hasil kurang baik.

11

Saran
1. Bagi Institusi Puskesmas
Berdasarkan kompetensi, seharusnya tanggung jawab perawat di puskesmas adalah
pada upaya promotif dan preventif, oleh karena itu hendaknya dalam membuat uraian
tugas bagi perawat disesuaikan dengan perannya, sehingga ada kejelasan peran dan
fungsi setiap tenaga kesehatan di Puskesmas termasuk perawat.
2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang
Perawat merupakan salah satu tenaga professional, dengan kenyataan bahwa masih ada
masyarakat yang mempersepsikan bahwa perawat dapat menentukan penyakit dan
pengobatan, serta dari hasil observasi selama penelitian perawat masih banyak terlibat
dalam memberikan pelayanan pengobtan, sehingga diperlukan suatu fungsi
pendelegasian yang jelas dari dokter ke perawat secara tertulis. Disarankan agar Dinas
Kesehatan memfasilitasi hal tersebut.
3. Bagi Organisasi Profesi / PPNI
Mengingat masih ada persepsi masyarakat bahwa perawat berperan memberikan
pelayanan pengobatan dan kenyataan dilapangan bahwa 39,8 persen tenaga
keperawatan masih melaksanakan tugas non-keperawatan, dan hasil observasi bahwa
perawat masih banyak terlibat dalam memberikan pelayanan pengobatan. Untuk itu
Organisasi PPNI harus lebih proaktif untuk memberikan saran kepada para perawat
untuk melaksanakan peran dan fungsinya sesuai dengan konteks.
4. Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini
Agar membandingkan persepsi yang pertama kali berkunjung dengan yang sering
berkunjung, sehingga dapat menggambarkan

bagaimana pengaruh seringnya

berkunjung terhadap persepsi. Sebaiknya menggunakan asisten dalam menyebarkan


kuesioner dan wawancara, sehingga responden tidak mengetahui status peneliti sebagai
perawat/mahasiswa perawat, yang dapat menyebabkan terjadinya bias. Responden yang
diwawancarai lebih banyak dan lebih dieksplorasi hal-hal yang ada dikuesioner
sehingga hasilnya semakin baik serta memperkuat apa yang didapatkan dari kuesioner.

12

Ucapan Terima Kasih


Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada : Akhmadi, S.Kp., M.Kes,
Tri Prabowo, S.Kp, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan
dan pelaksanaan penelitian ini, Kepala Puskesmas Tanjung Puri dan staf atas bantuan dan
kerjasamanya, serta Erning Purwanti yang telah banyak memberikan dukungan moril dan
materi sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

13

DAFTAR PUSTAKA
1.

Azwar,Asrul, 2004, Baru 27,8 Persen Masyarakat manfaatkan Puskesmas,


http://www.swara.net/id/view-headline, 1 April 2005

2.

Depkes RI, 2001, Kebijakan Umum Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di


Sarana Kesehatan, Direktorat Pelayanan Keperawatan Dirjen Yanmed, Jakarta.

3.

Puskesmas Tanjung Puri, 2004, Profil Puskesmas Tanjung Puri 2004, Sintang.

4.

Sciortino, 1995, Perawat Puskesmas antara Kebijakan dan Praktek, Jurnal JEN,
No.2, Jakarta.

5.

Masfuri, 2002, Prespektif Keperawatan di Indonesia terkait dengan Kepmenkes No.


1239/2001, Bina Sehat, No.006/135/PPNI, Jakarta.

6.

Herawani, 2005, Perjelas Fungsi Perawat di Puskesmas, www. Republika. Co. Id,
Tanggal akses 22 November 2005.

7.

Sieglar, 2000, Kolaborasi Perawat-Dokter, Cetakan pertama, EGC, Jakarta.

8.

Wilson, D and Hill, G, 2000, Perception A General Definition, www.Ciadvertising.


org/ studen taccount/fall 00/adv382J/derrelwilson /perception.html. 3 Mei 2005.

9.

Rahmat, J., 2005, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, Remaja Rosdakarya,


Bandung.

10.

Kusnanto, 2004, Pengantar Profesi dan Praktek Keperawatan Profesional, EGC,


Jakarta.

11.

Depkes RI, 2002, Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992, Jakarta.

You might also like