You are on page 1of 7

Analisis Kebutuhan Tenaga Puskesmas

Berdasarkan Beban Kerja


di Kabupaten Rejang Lebong Propinsi Bengkulu
Iswinarto, Kristiani, Sito Meiyanto

Tidak untuk Disitasi


Working Paper Series No.6
Januari 2005, First Draft

Daftar Isi
Daftar Isi.......................................................................ii
Daftar Tabel...................................................................ii
Abstract.......................................................................iii
Latar Belakang................................................................1
Metode Penelitian............................................................3
Hasil dan Pembahasan.......................................................3

A. Kebutuhan Tenaga menurut DSP Departemen Kesehatan 2004.................................................3


B. Kesenjangan antara Ketersediaan Tenaga dengan Kebutuhan Tenaga berdasarkan DSP
2004 dan Faktor-faktor Penyebabnya...............................................................................................5
C. Perencanaan Kebutuhan Tenaga Puskesmas..................................................................................6

Kesimpulan dan Saran........................................................8

A. Kesimpulan...........................................................................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................................................................8

Daftar Pustaka................................................................9

Daftar Tabel

Tabel 1. Jumlah Tenaga dan Jumlah Kunjungan Puskesmas


di Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2003............2
Tabel 2. Kebutuhan Tenaga menurut DSP Departemen Kesehatan
Tahun 2004....................................................................4
Magister Kebijakan dan Manajemen ii Pelayanan Kesehatan

Abstract
Analysis of the Need of Health Care Provider Based on Job Load
in the District of Rejang Lebong the Province of Bengkulu
Iswinarto1, Kristiani2, Sito Meiyanto3
Background: The successfulness in implementing the health program is greatly influenced
by management as well as planning of rational human resources which one of
the method to calculate the need of health care provider is made by Department of
Health RI based on DSP. However, the fact of placing the health care provider in the
district of Rejang Lebong is not yet referred to the calculation and this could be seen
from the discrepancy and unsuitability of the number of the health care provider and
the job load.
Objective: In order to find out the need of health care provider in primary health
care based on job load in the district of Rejang Lebong.
Method: This was a case study research regarding the need of health care provider in
primary health care based on job load. The analysis unit in this research was district
health office of Rejang Lebong with object of the research was 4 primary health care,
while the subject of the research was head of health office and head of primary
health care. The sample was 4 primary health care with 2 primary health care in urban
area and 2 primary health care that was far from the capital city of the district.
Data was collected by using guidance of interview, check list, and instrument of DSP
in order to calculate the need of health care provider.
Result: The calculation with DSP instrument of Department of Health 2004 to measure
the need of health care provider based on job load showed that there was still lack of
health care provider in primary health care such as in the Primary Health Care of Curup,
there was 37 health care providers and 55 who were needed so there was a deficiency
of 18 people, in the Primary Health Care of Kampung Delima, there was 21
health care providers and 43 who were needed so there was a deficiency of 22 people,
and in the Primary Health Care of Air Dingin, there was 17 health care providers
and 33 who were needed so there was a deficiency of 16 people, and in the Primary
Health Care of Sindang Jati there was 15 health care providers and 33 who were
needed so there was a deficiency of 18 people and the least people are the apothecary
assistant, midwife, and doctor. This disproportion occurred because of various
factors of lack of health care provider and there was no professional officers who

could plan the need of human resources in health office or primary health care and
not using instrument/measurement method instead just predicting and there was no
exact formation of health care provider, so that the distribution of the health care
provider was not yet maximum.
Keyword: The need of health care provider in primary health care, job load, DSP Department
of Health 2004
1. District Health Office of Rejang Lebong, Province of Bengkulu
2. Health Service Management and Policy, Public Health Department, Medical Faculty,
Gadjah Mada University
3. Faculty of Psychology, Gadjah Mada University

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

iii

Latar Belakang
Puskesmas adalah ujung tombak pelayanan kesehatan untuk
menunjang keberhasilan pelaksanaan program di Dinas Kesehatan
Kabupaten Rejang Lebong dalam upaya mencapai Visi Indonesia
Sehat 2010. Keberhasilan pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010
sangat dipengaruhi oleh penataan dan pengelolaan tenaga untuk
melaksanakan kegiatan pokok puskesmas.
Diperlukan suatu standar untuk mengetahui besarnya kebutuhan
tenaga yang sesuai beban tugas, dengan mengacu pada prinsip
jangkauan pelayanan kesehatan yang merata dan memberikan citra
mutu pelayanan yang baik. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah1 berarti kewenangan sektor
kesehatan berada di pemerintah daerah sehingga diperlukan
sumberdaya yang memadai. Dalam bidang kesehatan, pemerintah
pusat masih mempunyai kewenangan menyusun kebutuhan tenaga,
penetapan standar dan pedoman yang dibutuhkan oleh daerah.
Daftar Susunan Pegawai (DSP) adalah jumlah pegawai yang tersusun
dalam jabatan dan pangkat dalam kurun waktu tertentu yang
diperlukan oleh organisasi untuk melaksanakan fungsinya. 2
Perhitungan kebutuhan tenaga yang tepat membantu pengambilan
keputusan, baik oleh pemimpin puskesmas, dinas kesehatan maupun
pemerintah daerah, sehingga penempatan tenaga bisa sesuai dengan
kebutuhan puskesmas.
Kabupaten Rejang Lebong memiliki jumlah penduduk 234.095 jiwa
dan luas wilayah 151.576 km2. Kabupaten ini terdiri dari 6 kecamatan
dan 142 desa/kelurahan. Sampai akhir tahun 2003 Kabupaten Rejang
Lebong memiliki I buah RSU Daerah, 13 buah puskesmas, 54 buah
pustu, dan 31 buah polindes. Jumlah pegawai di lingkungan Dinas
Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong sebanyak 585 orang, yang
terdistribusikan berdasarkan unit kerja, yakni dinas kesehatan 93
orang (15,9%), RSUD 180 orang (30,7%), institusi pendidikan 26 orang
(4,4%), dan puskesmas 285 orang (48,7%). Keadaan tenaga pada
Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan 1
masing-masing puskesmas digambarkan pada Tabel 1. Tabel 1
memperlihatkan adanya kesenjangan mencolok jumlah tenaga di
setiap puskesmas. Kondisi ini disebabkan karena distribusi dan
kebutuhan tenaga puskesmas belum dihitung berdasarkan beban
kerja.
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong 2003
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan tenaga di
puskesmas berdasarkan beban kerja. Hasil penelitian ini dapat
dijadikan pedoman dalam merencanakan kebutuhan puskesmas di
Kabupaten Rejang Lebong.
Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Tabel 1. Jumlah Tenaga dan Jumlah Kunjungan Puskesmas


di Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2003

Puskesmas Kota
/Desa
Jumlah
Tenaga
Jumlah
Penduduk
Jumlah
Kunjungan
Rasio Tenaga
terhadap Kunjungan
Curup Kota 37 35.960 23.695 1:640
Perumnas Kota 39 45.914 21.065 1:540
Kampung Delima Kota 21 16.226 9.007 1:428
Tunas Harapan Desa 31 12.808 7.457 1:240
Sumber Rejo Desa 22 16.674 8.203 1:372
Sumber Urip Desa 18 8.045 3.733 1:207
Sindang Jati Desa 15 12.380 2.759 1:183
Kepala Curup Desa 23 13.538 5.382 1:234
Padang Ulak Tanding Desa 23 16.713 6.079 1:264
Tanjung Agung Desa 7 10.329 3.320 1:472
Kota Padang Desa 15 18.938 5.649 1:376
Kampung Melayu Desa 18 14.066 4.453 1:247
Air Dingin Desa 17 9.142 8.969 1:527
Jumlah 285 234.095 109.771 1:383

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus yang bersifat deskriptif untuk
mengetahui kebutuhan tenaga puskesmas berdasarkan beban kerja.
Lokasi penelitian di empat Puskesmas Kabupaten Rejang Lebong
dengan subjek penelitian ialah Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala
Puskesmas beserta staffnya. Variabel penelitian terdiri dari variabel
bebas, yaitu beban kerja yang terdiri dari tugas rutin, tugas
tambahan dan pembinaan PSM, serta variabel terikat berupa
kebutuhan tenaga puskesmas. Alat ukur menggunakan DSP
Departemen Kesehatan RI tahun 2004 untuk memberikan gambaran
jumlah tenaga yang seharusnya dibutuhkan.
Cara pengumpulan data primer dengan wawancara mendalam,
sedangkan data sekunder melalui telaah dokumen menggunakan
daftar tilik. Jalannya penelitian terdiri dari tiga tahapan, yaitu (1)
tahap persiapan, yaitu pengambilan data dasar, pengurusan
adminstrasi dan kuesioner panduan wawancara; (2) tahap
pelaksanaan, yaitu melaksanakan wawancara mendalam dan telaah
dokumen; (3) tahap penyelesaian, yaitu penyusunan laporan,
pengolahan data dan penyajian hasil. Data hasil penelitian dianalisis
menggunakan cara deskriptif kuantitatif.

Hasil dan Pembahasan

A. Kebutuhan Tenaga menurut DSP Departemen Kesehatan 2004


Perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan menggunakan instrumen
menurut DSP Departemen Kesehatan tahun 2004. Oleh karena itu,
diperlukan data hasil kegiatan puskesmas secara rinci, baik yang dilakukan
di dalam gedung maupun di luar gedung. Selain itu, semua
kegiatan yang dikerjakan oleh setiap jenis petugas dihitung secara
terpisah, misalnya untuk upaya pengobatan, berapa penderita yang
dikerjakan oleh dokter dan berapa yang dikerjakan oleh perawat.
Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan 3
Keterangan: (A) Ketersediaan dan (B) Kebutuhan
Dalam instrumen DSP, perhitungan jumlah tenaga yang dibutuhkan
diperoleh dari jumlah kegiatan yang dilakukan oleh tenaga per hari
per petugas sesuai standar yang ditetapkan dalam instrumen. Hasil

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Tabel 2. Kebutuhan Tenaga menurut DSP Departemen Kesehatan Tahun 2004


Jenis Tenaga
Puskesmas
Curup Kampung
Delima
Air
Dingin
Sindang
Jati
ABABABAB
Dr. UMUM 1 3 1 3 1 1 1 1
Dr. GIGI 2 2 1 2 0 1 0 1
AKPER 3 3 2 2 3 4 4 4
APK/AKL 1 2 1 2 0 1 0 1
AKZI 0 1 0 1 0 1 0 1
SPPH 1 2 1 2 1 2 0 1
BIDAN 13 14 4 6 0 3 3 4
SPAG 1 2 0 1 1 1 0 1
SPRG 1 2 0 1 0 1 0 1
SPK/SPR 4 5 6 6 3 5 2 4
SMAK 1 2 1 2 1 1 0 1
SMF 0 4 2 4 1 1 0 1
PEKKES A (SLTP) 3 3 0 2 2 3 1 3
PEKKES B (SLTA) 1 2 1 2 0 1 0 1
SLTA 1 2 0 3 1 2 0 2
SLTP 2 1 0 1 0 1 0 1
SD 0 1 0 1 0 1 0 1
HONORER 2 2 1 1 3 3 4 4
JUMLAH 37 55 21 43 17 33 15 33

4
perhitungan ini merupakan jumlah hari yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan. Hasilnya kemudian dibagi dengan jumlah
hari kerja dalam satu tahun (300 hari). Hasil akhir dari penghitungan
ini merupakan jumlah tenaga yang diperlukan oleh puskesmas dalam
melaksanakan kegiatan. Setelah dilakukan penghitungan kebutuhan
tenaga memakai instrumen ini diperoleh hasil seperti tercantum
dalam Tabel 2. Tabel 2 memperlihatkan jumlah setiap jenis tenaga
yang ada di puskesmas masih berada di bawah jumlah tenaga yang
dibutuhkan berdasarkan perhitungan DSP 2004. Kecukupan jumlah
tenaga di puskesmas yang mempunyai kunjungan tinggi yaitu
Puskesmas Curup sebesar 67,27%, dan Puskesmas Kampung Delima
sebesar 48,83%; sedangkan untuk puskesmas dengan kunjungan rendah
kecukupan tenaganya ialah 51,51% untuk Puskesmas Air Dingin
dan 45,45% untuk Puskesmas Sindang Jati.
Kekurangan tenaga dokter umum pada Puskesmas Curup dan Kampung
Delima, yakni dari 3 dokter yang dibutuhkan, ketersediaannya
hanya 1 orang. Jenis tenaga lainnya yang kurang dan mendesak untuk
dipenuhi yaitu tenaga SMF (Asisten Apoteker). Puskesmas Curup
dengan kunjungan tinggi membutuhkan 4 orang tenaga asisten
apoteker (SMF), namun di sini tidak ada satu orangpun tenaga tersebut.
Di Puskesmas Kampung Delima, dari kebutuhan 4 orang tenaga
asisten apoteker, hanya terdapat 2 orang asisten Apoteker (SMF).
Sebaliknya, Puskesmas Air dingin dengan kunjungan rendah malah
sudah memiliki tenaga asisten apoteker (SMF). Hal ini memperlihatkan
bahwa tidak adanya perencanaan yang baik dalam pendistribusian
tenaga ke puskesmas.
B. Kesenjangan antara Ketersediaan Tenaga dengan Kebutuhan
Tenaga berdasarkan DSP 2004 dan Faktor-faktor Penyebabnya
Terjadi kesenjangan antara kebutuhan dengan ketersediaan tenaga
di puskesmas. Keadaan ini disebabkan oleh faktor (1) dinas kesehatan

yang tidak memiliki tenaga profesional dalam perencanaan


SDM, dan (2) tidak menggunakan metode/alat ukur penghitungan
tenaga puskesmas yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat,
Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan 5
atau alat ukur/metode yang disepakati bersama dengan pemda yang
lebih tepat dan cocok digunakan di Kabupaten Rejang Lebong.
Perencanaan tenaga tidak mempunyai data yang tepat dan sistem informasi
keterangan yang baik, padahal sistem informasi ketenagaan
merupakan landasan pengambilan keputusan bagi manajer atau
pimpinan.4 Pengambilan keputusan yang paling akurat tergantung
pada kecukupan dan kelengkapan data (kuantitatif) dan ketepatan
atau relevansi data (kualitatif).3
Pengambilan keputusan penempatan petugas masih sering mendapat
intervensi dari pihak yang berkepentingan, terutama pejabat pemda
sehingga pengambilan keputusan tidak sesuai dengan perencanaan
sebelumnya.5 Salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan dalam masalah SDM adalah kondisi yang menekan
pengambil keputusan membuat kebijaksanaan yang berbeda dari
keputusan yang semula akan ditetapkan.3
C. Perencanaan Kebutuhan Tenaga Puskesmas
Puskesmas di Kabupaten Rejang Lebong masih melaksanakan 18 upaya
pokok puskesmas. Kenyataannya tenaga yang tersedia tidak
mencukupi sehingga dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari masih
terlihat saling tumpang tindih pekerjaan. Laporan mengenai tenaga
puskesmas yang dibuat selama ini hanya menyebutkan jumlah dan
jenis tenaga tanpa menyebutkan berapa kebutuhan tenaga yang
diperlukan oleh puskesmas dalam melaksanakan program kerja. Laporan
ini dibuat setiap tiga bulan dan dikirim ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Rejang Lebong. Pengusulan selama ini tidak menganalisis
terlebih dahulu berapa sebenarnya kebutuhan, tetapi berdasarkan
perkiraan bagian mana yang menurut kepala puskesmas memerlukan
tambahan tenaga lagi.
Dinas Kesehatan Rejang Lebong dalam menempatkan permintaan
puskesmas dan proporsi tenaga yang ada juga belum berdasarkan
pada beban kerja petugas. Kalau ada tenaga baru, maka tenaga
tersebut akan diberikan kepada puskesmas yang meminta. Hal ini
dikuatkan dengan tidak adanya arsip penghitungan kebutuhan tenaMagister Kebijakan dan Manajemen 6 Pelayanan Kesehatan
ga, baik di puskesmas maupun di dinas kesehatan, dan belum adanya
pelatihan sebagaimana cara menghitung kebutuhan tenaga
berdasarkan beban kerja. Hasil observasi memperlihatkan adanya
keengganan puskesmas melakukan penghitungan kebutuhan tenaga
menggunakan instrumen DSP dengan alasan perhitungannya sulit dan
data yang tersedia di puskesmas kurang mencukupi. Disamping itu
tidak ada instruksi dari Dinas. Puskesmas terbiasa dengan adanya instruksi
sehingga inisiatif belum terlihat.
Perencanaan yang dilakukan selama ini karena adanya dukungan
politis (instruksi) untuk memperoleh pengakuan dari tingkat administrasi
lebih atas (simbolik) dan untuk memenuhi kebutuhan internal. 8
Diperlukan instrumen dan tindak lanjut kegiatan sehingga tidak
sekedar menjadi formalitas. Perencanaan bersifat dinamis, tidak
statis dan kaku sehingga mampu menyesuaikan diri dengan situasi
dan kondisi baru secepat mungkin.6 Perencanaan diharapkan tidak
dibuat setiap tahun, melainkan 3 atau 4 tahun sekali.
Kepala puskesmas menyadari pentingnya perencanaan kebutuhan

tenaga, tetapi di sisi lain ada rasa pesimis mengenai manfaat


kegiatan tersebut karena selama ini tidak pernah ada tindak
lanjutnya. Perencanaan sumberdaya manusia yang menjadi fokus
perhatian adalah langkah-langkah tertentu yang diambil oleh
manajemen guna lebih menjamin bahwa dalam organisasi tersedia
tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai kedudukan 7,
jabatan dan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat dalam
mencapai suatu tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan.
Dari hasil observasi terdapat kesan bahwa puskesmas dalam
melakukan tugas tidak melakukan perencanaan sebelumnya,
sehingga terkesan hanya merupakan rutinitas. Dalam membuat
usulan kebutuhan tenaga ke dinas puskesmas tidak berdasarkan
suatu pedoman yang baku, tetapi berdasarkan atas perkiraan kepala
puskesmas. Perencanaan sumberdaya manusia merupakan fungsi
yang pertama maka harus dilaksanakan dalam organisasi.8
Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan 7

Kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan
1. Kebutuhan tenaga yang dihitung berdasarkan DSP Departemen
Kesehatan RI 2004 memberikan hasil, yakni dari empat
puskesmas, yang masih kurang ialah Puskesmas Curup,
Puskesmas Kampung Delima, Puskesmas Air Dingin, dan
Puskesmas Sindang Jati. Secara keseluruhan tenaga masih
kurang tetapi kebutuhan mendasar adalah untuk tenaga SMF,
Bidan dan Dokter.
2. Terjadinya kesenjangan antara kebutuhan dengan keadaan
tenaga di puskesmas akibat faktor (1) dinas kesehatan yang
tidak memiliki tenaga profesional dalam perencanaan SDM,
dan (2) tidak menggunakan metode atau alat ukur dalam
penghitungan kebutuhan tenaga puskesmas berdasarkan beban
kerja.
3. Perencanaan kebutuhan tenaga puskesmas di Kabupaten Rejang
Lebong tidak berdasarkan informasi data yang tepat.
Data di dinas kesehatan tidak sama dengan data yang sebenarnya
di puskesmas. Selain itu, tidak terjadi pelibatan
puskesmas dalam perencanaan dan perencanaan ketenagaan
tidak pernah dilakukan secara berkala.
B. Saran
1. Penyampaian usulan kebutuhan tenaga kesehatan di
puskesmas berdasarkan beban kerja kepada Pemda Kabupaten
Rejang Lebong agar dapat dipenuhi, baik melalui pengangkatan
CPNS maupun pengangkatan tenaga honor daerah.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong dalam penghitungan
kebutuhan tenaga agar berdasarkan beban kerja, dengan
menggunakan metode atau alat ukur yang tepat.
3. Ada tenaga yang profesional dalam perencanaan sumberdaya
manusia.
Magister Kebijakan dan Manajemen 8 Pelayanan Kesehatan
4. Dinas kesehatan dalam menyusun perencanaan kebutuhan
tenaga supaya melibatkan puskesmas, serta berdasarkan
data yang akurat.

Daftar Pustaka

Sheppeck, M. A. and Militello, J (2000). Stategic HR Configuration


and Organizational Performance, Human Resource
Management, Journal, Vol 39, pp 8-9.

Ilyas, Y. (2003). Kinerja Teori Penilaian dan Penelitian. Pusat Kajian


Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Jakarta.
Handoko, T. H (2001). Manajemen Personalia dan sumberdaya
Manusia. Ed II. BPFE. Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2000). Kebijakan Pengembangan Tenaga
Kesehatan Tahun 2000 sampai 2010, Tim Penyusun
Rancangan Kebijakan Pengembangan Tenaga Kesehatan. Sub
Tim Pelaksana. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
______________________. (2004). SK MenKes No.81/MENKES/SK/I/
2004 tentang Penyusunan Perencanaan Sumberdaya Manusia
Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota serta
Rumahsakit. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Yin, K.R. (2002). Studi Kasus: Desain dan Metode. Edisi Revisi. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Nawawi, H. H. (2003) Perencanaan SDM untuk Organisasi Profit yang
Kompetitif. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Simamora, H. (2004). Manajemen Sumberdaya Manusia. Ed. I. Bumi
Aksara. Jakarta.
Siagian,S. P. (2003). Manajemen Sumberdaya Manusia, Ed. I. Bumi
Aksara. Jakarta.
Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan 9

You might also like