You are on page 1of 6

.

.



.




.
.


.






.

.

Kaum muslimin jamaah jumat masjid At-Tauhid rahimakumullah
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Kepada-Nyalah kita bersyukur atas limpahan
kenikmatan yang tak pernah berhenti dikucurkan-Nya kepada kita. Dialah Allah Azza wa
Jalla yang telah memberikan nikmat keimanan, nikmat rezeki dan kesehatan kepada kita.

Dialah pula yang telah menyisipkan hidayah dalam hati kita, yang dengan hidayah itu Allah
Swt. telah menggerakkan hati kita untuk melangkahkan kaki kita menuju masjid ini.
Sehingga kita bisa berada dalam kebersamaan untuk menunaikan kewajiban kita sebagai
seorang muslim, yaitu melaksanakan shalat Jumat dan mendengarkan khutbah Jumat
yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan ibadah shalat Jumat.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah terakhir yaitu peminpin orang
bertakwa, manusia terindah yang pernah menginjakkan kakinya di bumi ini yaitu Nabi
Muhammad Saw. Semoga kecintaan kita kepada beliau SAW, dapat mempertemukan kita
dengannya nanti di syurga, bersama dengan para Nabiyyin, shiddiqin, syuhadaa dan
shalihin.

Ikhwatal Iman rahimakumullah jamaah shalat jumat yang berbahagia.


maka dari itu tiada sikap terbaik dari seorang hambaa yaitu senantiasa meningkatkan
ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dimana yang pasti dalam perjalanan waktu akan di
wafatkan oleh oleh Allah SWT, oleh Karena itu tidak ada bekal terbaik yang dapat
menyelamatkan kita dalam kehidupan di dunia dan akhirat kelak kecuali TAQWA.

Dan tidak ada pula derajat kemuliaan yang pantas disematkan kepada seseorang kecuali
derajat ketaqwaan Inna akramakum indallahi atqakum

Hadirin Jama'ah Jum'at yang dimuliakan Allah

Masyarakat yang berkah adalah masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan maksiat.
Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah
masyarakat yang rentan. Ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang
menjijikkan. Maka ia tidak produktif dan bahkan tidak bisa diharapkan darinya kebaikan.
Keberkahan suatu masyarakat itu mempunyai syarat khusus yang telah dipatok oleh Al-
Quran sehingga dengan mewujudkannya akan terwujudlah masyarakat yang mendapatkan
keberkahan, sebagaimana firman Allah:











.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al-Arof: 96)
Ustadz Sayyid Qutb mengomentari ayat ini sebagaimana yang ditulisnya dalam tafsir zhilal,
beliau mengatakan: Berkah-berkah yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang
beriman dan bertakwa secara tegas dan meyakinkan itu, bermacam-macam jenis dan
ragamnya. Juga tidak diperinci dan tidak ditentukan batas-batanya oleh nash ayat itu.
Isyarat yang diberikan nash Al-Quran itu menggambarkan limpahan yang turun dari semua
tempat, bersumber dari semua lokasi, tanpa batas, tanpa perincian, dan tanpa penjelasan.
Maka ia adalah berkah dengan segala macam warnanya, dengan segala gambaran dan
bentuknya. Keberkahan yang dijanjikan kepada orang beriman dan bertakwa ialah bahwa
keberberkahan itu kadang-kadang menyertai sesuatu yang jumlahnya sedikit, tetapi
memberikan manfaat yang banyak serta diiringi dengan kebaikan, keamanan, kerelaan, dan
kelapangan hati. Berapa banyak bangsa yang kaya dan kuat, tetapi hidup dalam
penderitaan, tidak ada rasa aman, penuh goncangan dan krisis, bahkan menunggu
kehancuran.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah


Ketika kehidupan berjalan secara sinergis antara unsur-unsur pendorong dan
pengekangnya, dengan bekerja di bumi sambil memandang ke langit, terbebas dari hawa
nafsu, menghambakan diri dan tunduk kepada Allah. Berjalan dengan baik menuju ke arah
yang diredoin oleh Allah, maka sudah tentu kehidupan model ini akan diliputi dengan
keberkahan, dipenuhi dengan kebaikan dan dinaungi dengan kebahagian.
Berkah yang diperoleh bersama iman dan takwa adalah berkah yang meliputi segala
sesuatu. Berkah yang terdapat di dalam jiwa, dalam perasaan, dan dalam kehidupan
bermasyarakat. Juga berkah yang mengembangkan kehidupan dan meninggikan mutunya
dalam setiap waktu. Jadi bukan semata-mata melimpahnya kekayaan namun dibarengi
dengan penderitaan, kesengsaraan, kerusakan bahkan kegersangan jiwa.

Tuntutan keberkahan yang dapat diambil dari tuntunan ayat di atas adalah: merealisasikan
keimanan dalam keseharian, meningkatkan ketaqwaan dalam setiap amalan. Maka
sebaliknya, hal-hal yang akan menghilangkan keberkahan itu adalah karena mendustakan
ajaran dan ayat-ayat Allah, kemudian terperosoknya seseorang bahkan masyarakat ke
dalam kubangan kemaksiatan.
Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam salah satu bukunya Al jawaabul Kaafii liman Saala
anid Dawaaisy Syaafii menyebutkan beberapa bahaya dan pengaruh dosa terhadap
kehidupan pribadi dan masyarakat yang akan membawa pada hilangnya keberkahan. Di
antaranya pengaruh buruk dosa dan kemaksiatan itu adalah:
Pertama: Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati.
Seorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan lagi bersungguh-sungguh
mengagungkan Allah. Kaki akan terasa malas dan berat berat untuk melangkah ke masjid
dan menghadiri pengajian. Badan terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar melaksanakan
shalat subuh. Telinga tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al Quran, lama kelamaan
hati menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebih keras dari pada itu. Maka ia hilanglah rasa
sensitive terhadap suatu dosa, tidak bergetar lagi hatinya ketika keagungan Allah disebut.
Allah berfirman:












.

"Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.
Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan
di antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air daripadanya dan di
antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-
kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-Baqoroh: 74)
Kedua: Dosa membuat seseorang tidak mempunyai rasa malu.
Seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak merasa berdosa lagi. Bahkan ia
tidak merasa malu berbuat dosa di depan siapapun. Bila rasa malu hilang maka hilanglah
kebaikan. Rosulullah saw bersabda: Rasa malu itu semuanya baik. Maksud dari hadist ini
adalah: bahwa semakin kuat rasa malu dalam diri seseorang akan semakin menyebar
darinya kebaikan. Dengan demikian masyarakat yang mempunyai rasa malu adalah
masyarakat yang baik pula dan penuh nuansa kemanusiaan.
Ketiga: Dosa menghilangkan keberkahan dan nikmat serta menggantikannya dengan
bencana.
Allah swt. selalu menceritakan bahwa diazabnya umat-umat terdahulu adalah karena
mereka berbuat dosa. Dalam surat Al Ankabuut ayat 40 Allah SWT berfirman:













.
"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara
mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada
yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami
benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah
sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri
mereka sendiri." (QS. An-Ankabut: 40)
:Dalam ayat yang lain Allah berfirman










.

"Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah
Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan
mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan
Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di
bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami
ciptakan sesudah mereka generasi yang lain." (QS. An-anam: 6)
Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah
Keberkahan yang kita inginkan dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara ini tidak akan
terwujud hanya dengan teori-teori dan arahan tanpa adanya kesadaran untuk saling
mengingatkan dan keinginan untuk mau mendengarkan dan menerima kebenaran, serta
adanya kepedulian untuk saling menghargai, saling mencintai.

Khutbah Kedua Tiap-tiap Jum'at

.
.




.
.













.


.




.

.
.
.


.

!

You might also like