You are on page 1of 11

BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis

Volume 18, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 30 - 40

STRATEGI DAN DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI


TERHADAP LABA USAHA PENGRAJIN TEMPE DI SUKOHARJO,
JAWA TENGAH

Sri Murwanti dan Muhammad Sholahuddin

Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Jl. A. YaniTromolPos 1 Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Central Java, Indonesia
e-mail: sri_murwanti85@yahoo.co.id, msuddin@ums.ac.id

Abstract: The price of soybean in Indonesia some times have soared uncontrollable. The producer
(especially micro enterprises) of tofu and tempe are no longerable to produce in that situation.
Consequently the amount of tofu and tempe are rarely in the market, meanwhile they are one of the
important needs of Indonesian people. In fact, the government adopted a policy of instant such as
remove import duties on imported soybeans. The policy was not strategic and could be fatal,
because the country would be flooded by soybean imports.While farmers were getting ready to go
out of business. With quantitative and qualitative approaches, this paper analyzed regarding (1)to
analyze the impact of increasing soybean price to operating income of tempe producers with
operating income analysis (2)to analyze strategy of adjustments made by the producers of tempe to
preserve their business with in depth interview. This analysis concluded that Operating income
declined more than a half. That condition is very hard to continue their business. If the capital of
producers of tempe was not enough strong, they would be going out of their business. In such
difficult conditions, they did innotive strategy by reducing the size of tempe though at the same
price.

Keywords: price, soybean, operating income, innovative strategy

Abstrak: Harga kedelai di Indonesia beberapa kali telah melambung tak terkendali. Pengusaha
(khususnya usaha mikro) dari tahu dan tempe tidak bertahan lama dengan situasi seperti itu.
Akibatnya jumlah tahu dan tempe jarang di pasar, sementara tahu dan tempe merupakan salah
satu kebutuhan penting masyarakat Indonesia. Bahkan, pemerintah mengambil kebijakan instan
seperti menghapus bea masuk kedelai impor. Kebijakan itu tidak strategis dan bisa berakibat fatal,
karena negara akan dibanjiri oleh kedelai impor, yang mengakibatkan petani kedelai bersiap-siap
untuk hengkang dari pertanian kedelai. Dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, makalah
ini menganalisis mengenai: (1) dampak kenaikan harga kedelai terhadap pendapatan operasional
produsen tempe dengan analisis pendapatan operasional (2) strategi penyesuaian yang dibuat
oleh produsen tempe untuk menjaga bisnis mereka dengan wawancara mendalam. Analisis ini
menyimpulkan bahwa Laba usaha menurun lebih dari setengah. Kondisi tersebut sangat sulit
untuk melanjutkan bisnis mereka. Jika modal produsen tempe tidak cukup kuat, mereka akan
keluar dari bisnis mereka. Dalam kondisi sulit seperti itu, mereka melakukan strategi inovasi
dengan mengurangi ukuran tempe meskipun pada harga yang sama.

Kata kunci: Harga, kedelai, pendapatan operasional, strategi inovatif

30 Sri Murwanti dan H.M. Sholahudin BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis
PENDAHULUAN tempe penduduk setempat menjadi berkurang
karena kekurangan modal untuk meneruskan
Industri tempe saat ini sedang mengalami usaha tersebut.
kesulitan, disebabkan oleh harga kedelai fluk- Dalam bulan Juli 2012 harga kedelai men-
tuatif namun cenderung naik, sedangkan harga capai Rp 8.000 dari harga biasa Rp 5.000-. Jika
jual tempe sukar untuk dinaikan. Berdasarkan kenaikan harga tersebut tetap berlanjut, maka
wawancara dengan pengrajin tempe di Suko- dikhawatirkan banyak produsen tempe dan tahu
harjo (18/02/2012) dan data biro pusat statistik tidak dapat melanjutkan usahanya dikarenakan
(2011), harga tertinggi kedelai sejak tahun 2000 pendapatan tidak dapat digunakan untuk menu-
sampai tahun 2011 adalah sebagai berikut; 2000: tupi kenaikan biaya produksi. Sementara,
Rp 3.167; 2001:Rp 3.730; 2002: Rp 3.717; Rp 3.949, pemerintah telah mengambil tindakan instan
Rp 4.449, Rp 4.912, Rp 5.101, Rp 7.000, 2008: Rp seperti pengurangan tarif impor kedelai dari 5%
7.500; 2009: Rp 7063; 2010: Rp 6500 (subsidi); menjadi nol persen. Namun anehnya kebijakan
2011: Rp 7000 (subsidi). tersebut tidak serta merta menurunkan harga
Pada tahun 2012, harga kedelai meningkat pasar kedelai di daerah secara signifikan.
terus sampai rata-rata mencapai 6.25% di pasar Berdasarkan uraian tersebut, maka ada
domestic. Sementara sampai bulan Juli 2012, beberapa hal yang dapat dibahas dalam pene-
menurut kementrian perdagangan ada pening- litian ini berhubungan dengan dampak kenaikan
katan harga rata-rata import kedelai sampai 7.6% harga kedelai, yaitu :
(Statistik Kementrian Perdagangan, 2012). Jika 1. Bagaimana dampak kenaikan harga kedelai
dibandingkan dengan data GEM-Bank Dunia terhadap pendapatan yang diterima peng-
(2012), mulai bulan Juni 2012 sampai akhir Juli rajin tempe?
2012 menunjukkan harga pasar kedelai di perda- 2. Strategi apa yang dilakukan oleh produsen
gangan internasional meningkat 26.8%. Kenai- tempe dalam mensiasati kenaikan harga
kan harga tersebut diduga karena perubahan kedelai?
iklim global terutama di negara pengekspor Berdasarkan masalah yang telah dirumus-
terbesar kedelai yaitu Amerika Latin. kan, penelitian ini bertujuan untuk :
John P. Slette dan Ibnu E. Wiyono (2012) 1. Menganalisis dampak kenaikan harga kedelai
menyatakan bahwa industri tempe dan tahu terhadap pendapatan yang diterima peng-
mengkonsumsi 88 persen total persediaan rajin tempe.
kedelai di Indonesia. Mulai bulan Juni 2012 har- 2. Menganalisis strategi penyesuaian yang
ga produksi tempe dan tahu meningkat 30 per- dilakukan oleh para pengarajin tempe untuk
sen per kilogram dikarenakan kenaikan harga mempertahankan usahanya.
kedelai. Hasil penelitian ini diharapkan berguna
Bagi pengrajin tempe, tetap berproduksi bagi pihak-pihak yang terkait dengan
dikhawatirkan tidak memberi keuntungan nya- pembinaan usaha kecil industri tempe, dalam
ta, berhenti produksi akan kehilangan pelang- bentuk:
gan. Dampak dari kenaikan harga kedelai secara 1) Memberi masukan kepada para pengrajin
terus menerus, berakibat kepada berkurangnya tempe tentang hal-hal yang perlu diting-
kemampuan pengrajin untuk terus berproduksi, katkan untuk dapat tumbuh dan berkem-
terutama pengrajin yang memiliki modal ter- bang.
batas1. 2) Sebagai bahan masukan kepada pemerintah
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu daerah dan pusat dalam pengambilan kebija-
sentra industri pengrajin tempe, diantaranya kan yang berkaitan dengan industri skala
yaitu di desa Babad (Manang, Grogol), Nguter, kecil dan rumah tangga tempe.
Mojolaban, Weru dan Sanggrahan. Dengan
adanya peningkatan harga kedelai yang terus
meningkat akhir-akhir ini mengakibatkan usaha

Volume 18, Nomor 1, Juni 2014: 30 - 40 Strategi dan Dampak Kenaikan Harga Kedelai ... 31
TINJAUAN PUSTAKA mendefinisikan usaha mikro, kecil, sedang dan
besar berdasarkan jumlah asset dan omzet seba-
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun gaimana tabel berikut ini.
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan sedang

Tabel 1.
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Sedang

Kriteria
No. Kelompok Usaha
ASSET OMZET
1 Industri Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta
2 Industri Kecil > 50 Juta - 500 Juta > 300 Juta - 2,5 Miliar
3 Industri Sedang > 500 Juta - 10 Miliar > 2,5 Miliar - 50 Miliar
Sumber: Diolah dari UU No. 20 tahun 2008

Berdasarkan uraian tersebut, maka kriteria Menurut Urata (dalam Adiningsih, 2009)
usaha kecil yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya karena UMKM seringkali tidak
adalah kriteria yang ditetapkan oleh Undang- dapat lepas dari dua masalah utama, yaitu finan-
Undang No. 20 tahun 2008. sial dan nonfinansial (organisasi manajemen).
Menurut Suryana (2003), usaha kecil memi- Masalah finansial utama adalah kekurang-
liki kekuatan dan kelemahan sendiri, beberapa sesuaian (mismatch) antara dana yang tersedia
kekuatan yang dimiliki adalah: dan yang bisa diakses. Selain itu, tak ada pende-
1) Kebebasan untuk bertindak. Bila ada peruba- katan sistematis dalam pendanaan; biaya tran-
han produk, teknologi, atau alat, usaha kecil saksi yang tinggi, prosedur kredit yang akhirnya
dapat melakukan penyesuaian dengan cepat. menyita banyak waktu padahal nilai kredit yang
2) Fleksibel, usaha kecil sangat luwes dapat dikucurkan kecil; kurang akses ke sumber dana
menyesuaikan diri dengan keadaan atau formal; bunga kredit untuk investasi dan modal
kondisi setempat. kerja cukup tinggi; dan banyak UMKM yang
3) Tidak mudah goncang, karena sumber daya belum bankable.
yang digunakan kebanyakan lokal, yang Sedangkan termasuk dalam masalah
harganya relatif lebih murah, dan tidak organisasi manajemen (non-finansial) menurut
banyak terpengaruh olehnilai dolar. Adiningsih (2009) antaranya adalah : kurangnya
Sedangkan kelemahan usaha kecil dapat pengetahuan atas teknologi produksi dan quali-
dibagi dua: ty control yang disebabkan oleh minimnya
1) Kelemahan struktural, adalah kelemahan kesempatan untuk mengikuti perkembangan
usaha kecil dalam bidang manajemen seperti teknologi serta kurangnya pendidikan dan pela-
pengendalian mutu, organisasi, teknologi, tihan, kurangnya pengetahuan atcan pemasaran,
modal, danpasar. Kelemahan struktural yang disebabkan oleb terbatasnya, informasi
yang satu dengan yang lainnya saling ter- yang dapat dijangkau oleh UKM mengenai pa-
kait, yang kemudian membentuk lingkaran sar, selain karena keterbatasan kemampuan
ketergantungan. UKM untuk menyediakan produk/ jasa yang
2) Kelemahan kultural adalah kelemahan dalam sesuai dengan keinginan pasar, keterbatasan
budaya perusahaan yang kurang mencer- sumber daya manusia (SDM) secara kurangnya
minkan perusahaan sebagai Corporate Culture. sumber daya untuk, mengembangkan SDM,
Kelemahan kultural mengakibatkan kurang- kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan
nya akses informasi dan lemahnya berbagai akuntansi . Disamping itu menurut Tambunan
persyaratan lain guna memperoleh akses (2009) UKM juga menghadapi permasalahan eks-
permodalan, pemasaran dan bahan baku. por dan linkage antar perusahaan.

32 Sri Murwanti dan H.M. Sholahudin BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis
Konsep Analisis Efisiensi Teknis dan Inefi- contoh: iklim, hama, harga, infrastruktur
siensi Teknis (Coelli, Rao dan Battese, 1998).
Tujuan suatu usaha adalah untuk mening- Faktor internal berkaitan erat dengan
katkan produksi dan keuntungan. Asumsi dasar kapabilitas manajerial dalam suatu usaha.
dari efisiensi adalah untuk mencapai keun- Termasuk dalam hal ini adalah tingkat pengu-
tungan maksimum dengan biaya minimum. asaan teknologi budidaya serta kemampuan
Kedua tujuan tersebut merupakan faktor mengolah informasi yang relevan dengan usa-
penentu bagi produsen dalam pengambilan hanya sehingga pengambilan keputusan dapat
keputusan untuk usahanya. Dalam pengambilan dilakukan secara tepat. Faktor-faktor seperti
keputusan suatu usaha, seorang pengrajin yang pengalaman, dan pendidikan merupakan
rasional akan bersedia menggunakan input sela- indikator penting terkait dengan kemampuan
ma nilai tambah yang dihasilkan oleh tambahan manajerial petani termasuk juga dalam kemam-
input tersebut sama atau lebih besar dengan puannya mengadopsi teknologi dan mengelola
tambahan biaya yang diakibatkan oleh tambahan usahanya sehingga dapat meningkatkan efi-
input tersebut. Efisiensi merupakan perbanding- siensi.
an output dengan input yang digunakan dalam Mengenai biaya, biaya dapat dibagi sesuai
suatu proses produksi. dengan sifat-sifatnya.Sifat biaya terbagi menjadi
Coelli, Rao dan Battese (1998), menyatakan dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Dalam
bahwa konsep efisiensi dibedakan menjadi tiga, hal-hal tertentu, ada biaya-biaya yang sifatnya
yaitu : 1) efisiensi teknis (technical efficiency), 2) merupakan kombinasi dari biaya tetap dan biaya
efisiensi harga (price efficiency), 3) efisiensi eko- variabel, yaitu biaya semi variabel.
nomis (economic efficiency). Secara sederhana biaya tetap berhubungan
Efisiensi teknis dapat diukur dengan dengan waktu dan tidak berhubungan dengan
pendekatan dari sisi output dan sisi input. tingkat produksi. Pembayarannya didasarkan
Pengukuran efisiensi teknis dari sisi output pada periode akuntansi tertentu dan besarnya
merupakan rasio dari output observasi terhadap adalah sama. Sampai dengan jumlah output
output batas. Indek efisiensi ini digunakan tertentu biaya ini secara total tidak berubah.
sebagai pendekatan untuk mengukur efisiensi Sedangkan biaya variabel berhubungan dengan
teknis di dalam stochastic frontier. Pengukuran tingkat produksi atau penjualan karena besarnya
efisiensi teknis dari sisi input merupakan rasio ditentukan oleh besar volume produksi atau
dari input atau biaya batas (frontier) terhadap penjualan yang dilakukan. Biaya semi variabel
input atau biaya observasi. Bentuk umum dari mempunyai ciri-ciri gabungan antara biaya tetap
ukuran efisiensi teknis yang dicapai oleh obser- dan biaya variabel. Karena itu di dalam per-
vasi ke-i pada waktu ke-t (Coelli, Rao dan hitungan break even point hanya kedua bentuk
Battese, 1998). biaya yang pertama saja yang digunakan, yaitu
biaya tetap dan biaya variabel.
Faktor-faktor Penentu Efisiensi
Dalam kontek ekonomi produksi, efisiensi Roadmap Penelitian
bersumber dari efisiensi teknis, efisiensi harga Tempe adalah sejenis makanan khas Indo-
(alokatif), dan efisiensi ekonomi. Namun dalam nesia, yang dijadikan lauk-pauk pada saat
penelitian ini hanya akan menganalisis efisiensi makan nasi. Rasanya yang gurih, dengan kan-
teknis. Efisiensi teknis bersumber dari faktor dungan gizi yang tinggi, menjadikan makanan
internal (faktor yang dapat dikendalikan oleh ini digemari banyak orang. Bahkan saat ini tem-
pengrajin) dan eksternal (tidak dapat dikendali- pe telah diterima oleh masyarakat internasional,
kan), yaitu perubahan teknologi secara netral lebih-lebih oleh kaum vegetarian.
yang tidak merubah proporsi faktor produksi Kedelai yang dipakai untuk membuat tem-
dan tidak merubah daya subtitusi teknis antar pe harus memiliki mutu yang baik, kedelai jenis
input. Oleh karena faktor eksternal berada ini masih harus di impor dari Amerika, untuk
diluar kendali pengrajin maka dianggap given meringankan para pengrajin tempe, pemerintah

Volume 18, Nomor 1, Juni 2014: 30 - 40 Strategi dan Dampak Kenaikan Harga Kedelai ... 33
memberi subsidi, sehingga pengrajin dapat tungan bagi pengrain tempe. Tingkat keun-
membeli dengan harga yang lebih murah. tungan yang diperoleh industri tempe menurun
Namun ketika pemerintah mengurangi bahkan dari 83,592 persen menjadi 77,788 persen atau
menghapus subsidi, banyak industri tempe yang turun sebesar 6,94 persen.
mengalami kesulitan, bahkan banyak yang tidak Latifah (2006) melakukan penelitian
dapat berproduksi lagi. Hal ini disebabkan ter- mengenai dampak kenaikan harga BBM ter-
batasnya modal pengrajin dan lemahnya daya hadap pendapatan usaha pengrajin tempe pada
beli masyarakat. anggota Koperasi Primer Tahu Tempe (Prim-
Peta jalan (roadmap) penelitian yang telah kopti) di Kelurahan Cilendek Kotamadya Bogor.
dan akan dilakukan terkait dengan tema tersebut Penelitian ini menganalisis tentang pendapatan
adalah sebagai berikut : usaha dan efisiensi penggunaan faktor produksi
(kedelai, ragi, tenaga kerja, plastik, daun,
Tahun 2000 : Dampak Krisis ekonomi pada minyak tanah, dan kayu bakar). Hasil pengujian
industry tempe yang dilakukan setelah kebijakan pemerintah
Tahun 2006 : Dampak kenaikan harga BBM dengan menaikan harga BBM menyebabkan
terhadap pendapatan usaha biaya produksi meningkat sebesar 7,1 persen.
pengrajin tempe Penerimaan usaha pengrajin tempe mengalami
Tahun 2008 : Analisis Efisiensi usaha Tani penurunan sebesar 4,6 persen. Meskipun harga
Tahun 2010 : Analisis Efisiensi pengrajin tempe tempe sudah dinaikkan, akan tetapi besarnya
Jawa Barat kenaikan harga sebesar 10,8 persen tidak seban-
Tahun 2012 : Analisis strategi dan dampak ding dengan besarnya penurunan jumlah pro-
kenaikan harga kedelai terhadap duksi sebesar 12,9 persen. Kenaikan harga BBM
pendapatan usaha pengrajin mengakibatkan pendapatan pengrajin pada
tempe di Kabupaten Sukoharjo daerah penelitian menurun sebesar 37,2 persen.
Alat analisis yang digunakan yaitu analisis
Apretty (2000) melakukan penelitian fungsi produksi Cobb Douglas pada saat
mengenai dampak krisis ekonomi pada industri sebelum dan setelah kenaikan harga BBM, nilai
tempe skala kecil di Desa Citeureup, Kabupaten P-Value sebelum kenaikan harga BBM secara
Bogor Provinsi Jawa Barat. Krisis ekonomi yang statistik tidak nyata dalam memberikan
terjadi pada tahun 1998 telah menyebabkan pengaruh terhadap hasil output pada variabel
kelompok industri terutama yang bahan baku- daun, minyak tanah dan kayu. Hal ini dikarena-
nya didominasi impor mengalami kerugian. Ba- kan daun sulit didapat dalam kualitas yang baik,
han baku kedelai pada industri tempe yang ma- minyak tanah tidak memiliki pengaruh jika
hal menyebabkan biaya produksi menjadi mahal jumlah kedelai tidak ditambah, dan kayu meru-
dan dalam waktu yang bersamaan daya beli pakan bahan bakar alternatif jika minyak tanah
masyarakat menjadi menurun. Kenaikan harga tidak tersedia.Sedangkan nilai P-Value setelah
bahan baku juga diikuti dengan kenaikan harga kenaikan harga BBM, varabel ragi, tenaga kerja,
input lainnya seperti ragi dan pembungkusnya minyak tanah dan kayu secara statistik tidak
(plastik dan daun) dan juga kenaikan upah tena- nyata dalam memberikan pengaruh terhadap
ga kerja. Kenaikan upah tenaga kerja menyebab- hasil output. Hal ini disebabkan ragi inokulum
kan pengurangan penggunaan tenaga kerja yang biasa digunakan pengrajin berpindah men-
untuk mengurangi kenaikan biaya produksi. jadi ragi campuran untuk memperkecil biaya dan
Penelitian ini ingin menganalisis keragaan tenaga kerja harus dikurangi karena penurunan
industri tempe dan strategi industri tempe agar skala usaha sehingga lebih efisien dengan
dapat bertahan dalam kondisi krisis tersebut. mengurangi khususnya tenaga kerja luar.
Analisis data menggunakan Metode Hayami Maryono (2008) juga melakukan penelitian
untuk menganalisis nilai tambah pada industri mengenai analisis efisiensi teknis dan penda-
tempe. Selain analisis nilai tambah, juga diguna- patan usahatani padi program benih bersertifikat
kan before and after analysis. Peningkatan nilai dengan menggunakan pendekatan stochastic
tambah tidak menjamin meningkatnya keun- production frontier di Desa Pasirtalaga,

34 Sri Murwanti dan H.M. Sholahudin BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis
Kabupaten Karawang.Stochastic production Pengurangan penggunaan faktor produksi terse-
frontier merupakan salah satu metode yang dapat but akan menyebabkan penurunan output yang
digunakan untuk mengestimasi tingkat efisiensi dihasilkan, yang pada akhirnya akan menyebab-
teknis. Penelitian ini membandingkan antara kan pendapatan usaha pengrajin tempe menjadi
sebelum (masa tanam I) dan setelah (masa tanam berkurang.
II) pelaksanaan program benih padi bersertifikat. Kenaikan harga input produksi juga akan
Nilai elastisitas jumlah benih pada masa ta- menyebabkan para pengrajin tempe menjadi le-
nam II bernilai negatif. Hal ini diduga terjadi bih efisien dalam penggunaan input produksi-
akibat penggunaan benih yang melebihi batas nya. Output produksi yang dihasilkan dalam
yang diharuskan yaitu 25 kg per ha, sedangkan jumlah yang sama menggunakan input produksi
kondisi dilapangan, petani menggunakan benih yang lebih sedikit dibandingkan pada kondisi
dengan dosis 26,60 kg per ha. Variabel TSP pada sebelum kenaikan harga kedelai. Penggunaan
masa tanam II juga mempunyai nilai elastisitas input yang lebih sedikit untuk menghasilkan out-
negatif dan berpengaruh nyata, hal ini kemung- put yang sama berarti mengurangi biaya produk-
kinan terjadi karena residu pupuk akibat pemu- si. Dengan demikian usaha tempe yang dijalan-
pukan sebelumnya. Sehingga lahan sawah tidak kan tidak mengalami kerugian dan pendapatan
bisa menyerap kandungan TSP dengan baik. usahanya yang diterima pengrajin tempe tidak
Untuk variabel yang lain pada masa tanam II terlalu berkurang.
memiliki nilai yang positif, tetapi yang mem- Untuk mengukur kesuksesan usaha kecil
punyai pengaruh nyata adalah urea, obat-obatan dengan menilai kinerja (Riyanti, 2003). Rue dan
dan tenaga kerja. Byars (dalam Riyanti, 2003) mendefinisikan ki-
Hasil pendugaan efek inefisiensi teknis me- nerja sebagai tingkat yang diraih dalam tujuan
nunjukkan bahwa pada masa tanam II faktor- organisasi. Pencapaian usaha kecil dapat diukur
faktor yang nyata berpengaruh dalam menje- dengan pendapatan bersih (Gost dalam Riyanti,
laskan inefisiensi teknis di dalam proses produk- 2003).
si petani responden adalah pengalaman, pen- Hadipurnomo (2000) melakukan penelitian
didikan dan rasio urea-TSP. Berdasarkan R/C dampak produksi dan kebijakan perdagangan
rasio atas biaya total setelah program juga me- dalam suplai dan permintaan kedelai di Indo-
nunjukkan peningkatan dibandingkan dengan nesia dengan menggunakan model persamaan
sebelum program. R/C rasio atas biaya total simultan. Hasilnya adalah kebijakan produksi
setelah program sebesar mengalami peningkatan mempunyai dampak yang lebih besar dalam
sebesar 16,5 persen. Berdasarkan hasil analisis perubahan lahan, produktifitas dan produksi
ini menunjukkan seakan-akan program ini khususnya di luar jawa. Sementara kebijakan
memberikan manfaat bagi petani responden. perdagangan berdampak pada perubahan jum-
Pendapatan riil atas biaya total masa tanam II lah impor, harga impor dan permintaan kedelai.
juga lebih kecil dibandingan masa tanam I yaitu Purnamasari (2006) menghasilkan analisis
sebesar 9,9 persen. Kondisi ini terjadi karena faktor yang berpengaruh pada produksi dan im-
kondisi perberasan nasional sedang mengalami por kedelai di Indonesia. Metode yang dipakai
kekurangan stok beras sehingga harga beras adalah TwoStageLeastSquare(2SLS). Hasilnya
termasuk juga harga gabah mening-kat. adalah bahwa faktor-faktor yang berpengaruh
Hal ini karena bahan baku yang digunakan signifikan terhadap perubahan harga domestic
adalah kedelai impor. Berdasarkan teori ekono- kedelai adalah harga sebenarnya di pasar kede-
mi produksi, kenaikan harga kedelai yang lai pada tingkat produsen, harga kedelai impor
menyebabkan peningkatan biaya produksi akan dan harga kedelai lokal tahun sebelumnya.
memungkinkan pengrajin mengurangi penggu- Patmawati (2009) menganalisis dampak
naan input produksinya, yang dalam hal ini kenaikan harga kedelai terhadap pendapatan
adalah kedelai yang akan diikuti pengurangan penjualan tempe pada usaha mikro dan kecil di
input produksi lainnya. Hal ini dikarenakan Kabupaten Bogor dengan menggunakan analisis
pengrajin tempe memiliki keterbatasan modal. R/C dan BEP. Hasilnya mengindikasikan bahwa

Volume 18, Nomor 1, Juni 2014: 30 - 40 Strategi dan Dampak Kenaikan Harga Kedelai ... 35
para pengrajin tempe masih mempunyai kemau- biaya yang harus dikeluarkan, besarnya peneri-
an untuk melanjutkan usahanya meskipun ada maan dan besarnya pendapatan usaha pengrajin
kenaikan harga kedelai karena diimbangi tempe pada kondisi sebelum kenaikan harga
dengan kenaikan jumlah penjualan dan penda- kedelai dan pada kondisi setelah kenaikan har-
patan. ga kedelai. Besarnya penerimaan pada pengrajin
Pada dasarnya penelitian ini akan meng- tempe tergantung pada besarnya jumlah produk
analisis dampak kenaikan harga kedelai ter- yang dihasilkan. Pada usaha tempe besarnya
hadap kondisi usaha dan pendapatan usaha jumlah produk yang dihasilkan tergantung pada
pengrajin tempe, yaitu dengan cara menghitung jumlah kedelai yang akan digunakan.

Bagan 1. Kerangka Penelitian

36 Sri Murwanti dan H.M. Sholahudin BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis
Hipotesis terjadi.Jumlah sampel yang digunakan sebanyak
30 sampel untuk memenuhi aturan umum secara
a. Kenaikan harga kedelai akan menyebabkan
statistik yaitu jumlah sampel e 30 karena sudah
pendapatan usaha pengrajin tempe menjadi
terdistribusi normal dan dapat digunakan untuk
berkurang.
memprediksi populasi yang diteliti. Metode
b. Ada upaya produsen tempe dalam mensiasti
yang digunakan yaitu simple random sampling
kenaikan harga kedelai agar usahanya tetap
dengan cara memberi nomor setiap pengrajin
bertahan.
pada populasi kemudian dikocok hingga men-
dapat 30 sampel terpilih. Metode ini dipilih kare-
METODE PENELITIAN
na populasinya relatif homogen sehingga memi-
liki peluang yang sama.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di desa Babad Alat analisis
(Manang, Grogol), Nguter, Mojolaban, Weru
Alat analisis yang digunakan dalam
dan Sanggrahan Kabupaten Sukoharjo, Provinsi
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara
1. Untuk menganalisis dampak kenaikan harga
sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
kedelai terhadap pendapatan pengrajin tem-
daerah ini merupakan salah satu daerah sentra
pe digunakan analisis laba operasi.
pengrajin tempe di Sukoharjo. Waktu penelitian
Laba Operasi adalah: jumlah keuntungan
dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2012.
yang dicapai dari kegiatan bisnis setelah
dikurangi biaya operasional dan depresiasi.
Metode Pengumpulan Data
Laba Operasi merupakan laba kotor yang
Data yang digunakan meliputi data primer dikenal dengan sinonim Earning Before
dan data sekunder. Data primer berupa profil Interest and Tax (EBIT), atau dengan nama
pengusaha dan keragaan usaha tempe sebelum lain Pendapatan Operasional atau Keun-
dan setelah kenaikan harga kedelai, diperoleh tungan berulang (recurring profit).
melalui survei dengan menggunakan teknik Dengan perhitungan sebagai berikut:
wawancara dipandu dengan kuesioner. Survei Laba Operasi = Pendapatan Kotor - Biaya
yang dilakukan adalah survei mengenai kondisi Operasi - Depresiasi
usaha responden pada saat sebelum dan setelah Laba operasi tidak termasuk investasi di
kenaikan harga kedelai. Data sekunder berupa perusahaan lain, pajak atau biaya bunga. Se-
data industri kecil dan kerajinan rumah tangga, lain itu, biaya untuk penyelesaian gugagatan
dokumen dan laporan diperoleh dari instansi- juga tidak disertakan (http://www.
instansi terkait, Badan Pusat Statistik, Dinas investopedia.com/terms/o/operating
Perindustrian Kabupaten Sukoharjo, serta buku- income.asp)
buku dan literatur-literatur terkait. Pendapatan merupakan arus masuk yang
diperoleh, atau arus kas masuk yang akan
Metode Penentuan Sampel diperoleh yang berasal dari aktivitas perusa-
Dalam penelitian ini populasi merupakan haan yang masih berlangsung.
para pengrajin tempe di desa Babad (Manang, Biaya Operasi merupakan arus keluar yang
Grogol) berjumlah 58 pengrajin, Nguter (30 terjadi yang berasal dari aktivitas perusa-
pengrajin), Mojolaban (45 pengrajin), Weru (35 haan yang masih berlangsung.
pengrajin) dan Sanggrahan (75 pengrajin) Kabu- 2. Wawancara mendalam, digunakan untuk
paten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah dengan mengetahui strategi pensiasatan yang dila-
populasi sekitar 253 pengrajin tempe. kukan oleh para pengrajin tempe ketika har-
Pemilihan sampel dengan kriteria utama ga bahan baku yaitu kedalai mengalami
yaitu lama usaha lebih dari satu tahun agar da- kenaikan harga.
pat melihat dampak kenaikan harga kedelai yang

Volume 18, Nomor 1, Juni 2014: 30 - 40 Strategi dan Dampak Kenaikan Harga Kedelai ... 37
HASIL PENELITIAN Tabel 1. Rata-rata Harga Input Produksi
Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga Kedelai
Deskripsi Responden
Input Produksi Satuan Sebelum Setelah
Berdasarkan survey yang dilakukan terha-
Kedelai Kg 4.550,00 7.050,00
dap 30 responden pengrajin tempe, mayoritas
Ragi 500 gram 6.000,00 7.500,00
mereka adalah laki-laki. Ini dapat dilihat dari
jumlah responden hanya ada 2 perempuan dari Kayu Bakar Kg 454,54 568,18
Tenaga Kerja Luar Jam 7.095,66 7.095,66
30 responden pengrajin tempe. Kemungkinan
Keluarga (TKLK)
alasannya adalah karena kesadaran peran laki-
Daun Lempit 2.500,00 3.000,00
laki bahwa mereka mempunyai kewajiban
bertanggung jawab untuk menafkahi keluarga- Plastik Kg 16.000,00 22.000,00
nya, sementara perempuan sebagai seorang istri Sumber : Data primer diolah
berperan membantu suaminya dalam berbisnis.
Responden terbesar adalah mereka pada Harga kedelai sebelum kenaikan seharga
kelompok usia 30-39 tahun sebanyak 40 persen Rp 4.550,- , setelah kenaikan harga rata-ratanya
(12 responden). Responden terbesar selanjutnya melonjak menjadi Rp 7050,-. Artinya ada
adalah kelompok usia 40-49 tahun sebanyak kenaikan rata-rata harga kedelai sebesar 154,9
26.67%. Sedangkan kelompok umur 20-29 tahun %.
dan 50-59 tahun masing-masing kelompok terse- Adapun struktur biaya rata-rata sebelum
but berjumlah 16.67 persen (5 responden).Jadi, kenaikan harga kedelai dengan setelahnya
sebaran responden berdistribusi normal. adalah sebagai berikut :
Adapun jangka waktu mereka menjalankan
bisnis mereka berkisar antara 1-5 tahun ada 13,79 Tabel 2. Struktur Biaya Usaha Tempe Sebelum
persen. Profesi mereka sebelumnya bermacam- dan Setelah Kenaikan harga Kedelai
macam, ada yang tukang listrik atau pekerjaan
tidak tetap. Mereka berharap usaha tempe mem- Uraian Sebelum Setelah
punyai prospek yang cerah karena potensi pasar I. Biaya Tunai
yang baik dan tidak memerlukan keahlian ter- I. Biaya Variabel
lalu tinggi. a. Kedelai 505.050,00 330.621,50
Responden yang telah menjalankan bisnis b. Ragi 8.040,00 2.110,35
ini selama 6-10 tahun ada sekitar 17,24 persen. c. Kayu Bakar 11.257,44 6.661,44
Sedangkan mayoritas responden telah menjalan- d. Daun 38.080,04 19.394,80
kan usahanya ini selama lebih dari 15 tahun
e. Plastik 14.450,00 9.970,00
sebanyak 68,97 persen (21 orang).
f. TKLK 22.080,00 19.895,33
Ada 62 persen (18 responden) memilih seba-
gai pengrajin tempe dengan alasan sebagai bisnis Total Biaya Variabel 598.957,48 388.653,42
keluarga turun temurun, sisanya beralasan 2. Biaya Tetap
karena modalnya kecil (6,9 persen), potensi pa- a. Transportasi 15.114,21 14.769,46
sar yang luas (20,7 persen) dan tidak memer- b. Lisrik 2200,00 2200,00
lukan keahlian yang tinggi (13,8 persen). Total Biaya Tetap 17.314,21 16.969,46
Total Biaya Tunai 616.271,69 405.622,88
Analisis Laba Usaha II. Biaya
Penelitian ini menggunakan rata-rata harga Diperhitungkan
sebelum kenaikan harga kedelai dan setelahnya, Penyusutan 1803,77 1803,77
sebagai berikut : Total Biaya 1803,77 1803,77
Diperhitungkan
Total Biaya Produksi 619.879,23 408.925,71
Sumber : Data primer diolah

38 Sri Murwanti dan H.M. Sholahudin BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis
Total biaya tunai merupakan gabungan Laba operasi mengalami penurunan lebih
antara biaya variabel dan biaya tetap, yang dari separo (54%). Jika ini dibiarkan berlarut-
semula rata-rata berjumlah Rp 616.271 menjadi larut bisa menjadikan para pengrajin tempe yang
405.622. Total biaya tunai mengalami penurunan tidak kuat modal akan gulung tikar. Hal tersebut
sebesar 34,18 %. Penurunan tersebut terjadi dikarenakan meskipun mengalami keuntungan,
karena jumlah yang diproduksi mengalami penu- namun keuntungan tersebut mengalami penuru-
runan yang semula 111 Kg menjadi 46 Kg. nan sampai lebih dari separonya. Kondisi terse-
Demikian pula total biaya produksi yang meru- but dirasa berat oleh para pengrajin untuk mene-
pakan pertambahan total biaya tunai dengan ruskan usahanya.
biaya penyusutan, mengalami penurunan seki- Jika ada usaha lain yang dapat mereka
tar 34% dari Rp 619.879 menjadi Rp 408.925. lakukan dan lebih menjanjikan hasil yang lebih
Adapun rata-rata penerimaan penjualan besar, tentu mereka akan beralih usaha. Namun
tempe sebelum kenaikan harga kedelai dengan jika tidak, mereka melakukan pensiasatan
setelahnya adalah sebagai berikut: dengan mengurangi ukuran tempe meskipun
dengan harga yang sama.
Tabel 3. Rata-Rata Penerimaan Pengrajin
Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga Kedelai SIMPULAN DAN SARAN

Uraian Sebelum Setelah Kenaikan harga kedelai ternyata berdam-


Jumlah Output (Kg/hari) 154,73 75,01 pak pada kesulitan para pengrajin tempe dalam
Harga Output (Rp/Kg) 5220 6780 mempertahankan usahanya jika tidak kreatif.
Total Penerimaan Output Namun pendapatan mereka tetap saja berku-
(Rp/hari) 807690,6 508545,2 rang. Campur tangan pemerintah sangat dibu-
Ampas Kulit Kedelai tuhkan dalam menstabilkan harga kedelai.
(Karung/hari) 7,32 0,51 Pemerintah Indonesia sebenarnya mampu
Harga Ampas Kulit Kedelai menyelesaikan masalah fluktuasi harga kedelai
(Rp/hari 5000 5000 dengan baik dengan memfokuskan inovasi tek-
Total Penerimaan Ampas nologi dan ketrampilan di bidang intensifikasi dan
Kulit Kedelai (Rp/hari) 36.601,60 2.539,63 ekstensifikasi. Komitmen untuk bersinergi antara
Total Penerimaan pemerintah, pelaku bisnis, petani dan peneliti atau
(Rp/hari) 844.292,20 511.084,83 akademisi merupakan bagian faktor dalam
menentukan kesuksesan harga kedelai yang stabil.
Untuk penelitian selanjutnya perlu dila-
Jumlah tempe yang diproduksi sebelum
kukan pembuktian indikasi kartel dalam impor
kenaikan harga kedelai sebanyak 154,73 Kg,
kedelai.
namun setelahnya menjadi 75,01 Kg. Sehingga
total penerimaan pun mengalami penurunan
Ucapan Terima Kasih
sebesar 39,47 % yang semula Rp 844.292 menjadi
Peneliti mengucapkan terima kasih
Rp 511.084.
kepada reviewer dan para peserta seminar hasil
Berdasarkan data total penerimaan diku-
penelitian yang diselenggarakan oleh LPPM
rangi dengan total biaya produksi, maka diha-
UMS dan LPPM UNS yang telah memberikan
silkan laba operasi sebagai berikut:
masukan dan saran.
Sebelum Setelah Perubahan
Nilai Nilai
Uraian (%)
(Rp/hari) (Rp/hari)
Laba
224.412,97 102.159,12 - 54
Operasi

Volume 18, Nomor 1, Juni 2014: 30 - 40 Strategi dan Dampak Kenaikan Harga Kedelai ... 39
DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Karawang) [skripsi]. Institut
Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian.
Hadipurnomo, 2000.Dampak Kebijakan Produksi Bogor.
dan Perdagangan terhadap Permintaan
Purnamasari.2006. Analisis Faktor-Faktor yang
dan Penawaran Kedelai di Indonesia.
Mempengaruhi Produksi dan Impor
Tesis.Institut Pertanian Bogor. Bogor
Kedelai di Indonesia.Skripsi.Institut
Jonn P Slette, Ibnu E Wiyono, 2012, Impact of Pertanian Bogor. Bogor
Soybean Price Rally on Indonesian Soy
Riyanti, BPD. 2003.Kewirausahaan dari Sudut
Business, Report: Global Agricultural
Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta:
Information Network-USDA Foreign
Gramedia Widiasarana Indonesia
Agricultural Service, Journal of
Agricultural Economics, 55(3):pp.581-611. Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman praktis,
kiat dan proses menuju sukses..Ed ke-1.
Latifah, F. N. 2006. Dampak Kenaikan Harga
Jakarta: Salemba Empat.
BBM Terhadap Pendapatan Usaha
Pengrajin Tempe (Kasus Pada Anggota INTERNET
Koperasi Primer Tahu Tempe (Primkopti)
Kelurahan Cilendek, Kotamadya Bogor) BPS Indonesia (http://bps.go.id)
[skripsi].Institut Pertanian Bogor. Data Statistik Kementrian Perdagangan http://
Fakultas Pertanian. Bogor. www.kemendag.go.id/harga_
Maryono. 2008. Analisis Efisiensi Teknis dan kebutuhan_pokok_ nasional/, accessed 15
Pendapatan Usahatani Padi Program September 2012
Benih Bersertifikat: Pendekatan Stochastic GEM Worldbank Databank (http://
Production Frontier (Studi Kasus di Desa databank.worldbank.org/data/
Pasirtalaga, Kecamatan Telagasari, home.aspx)

40 Sri Murwanti dan H.M. Sholahudin BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis

You might also like