You are on page 1of 7

BIOMA, Juni 2014 ISSN: 1410-8801

Vol. 16, No. 1, Hal. 26-32

Keanekaragaman Marchantiophyta Epifit Zona Montana


di Kawasan Gunung Ungaran, Jawa Tengah

Desy Aristria Sulistyowati, Lilih Khotim Perwati dan Erry Wiryani


Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Undip, Tembalang,
Semarang 50275 Telepon (024) 7474754; Fax. (024) 76480690
email: desy_aristria@yahoo.com

Abstract

Bryophytes consisting of three division, there are Bryophyta (mosses), Marchantiophyta (liverworts) dan
Anthocerotophyta (hornworts). Marchantiophyta are divided in two types, leafy liverworts and thallose liverworts.
Mount Ungaran which has many diversity of Bryophytes but research about Bryophytes in this area are sparse. The
aim of this research was to observe diversity of Marchantiophyta on tree trunks in montane zone (altitudes 1300 to
2050 meters above sea level). Sampling was conducted in April and May 2012 at three different altitudes ( 1355,
1660, and 2040 meters above sea level). Identification of Bryophytes was carried out at Laboratorium of Ecology
and Biosistematics, Department Biology, Faculty of Science and Mathematics, Diponegoro University, Semarang,
Indonesia. The results shown there are 9 families with 26 species belonging to the division Marchantiophyta.

Keywords: Epiphytic Marchantiophyta, Mount Ungaran, diversity, montana zone.

Abstrak

Tumbuhan lumut (Bryoflora) terdiri dari 3 divisi yaitu Bryophyta (lumut daun), Marchantiophyta (Lumut
hati) dan Anthocerotophyta (lumut tanduk). Pada divisi Marchantiophyta memiliki 2 tipe yaitu lumut hati berdaun
dan lumut hati berthalus. Gunung Ungaran memiliki banyak keanekaragaman tumbuhan lumut tetapi belum banyak
dilakukan penelitian. Penelitian bertujuan untuk mengkaji keanekaragaman jenis Marchantiophyta yang tumbuh
pada batang pohon di zona montana (ketinggian 1300 mdpl 2050 mdpl). Pengambilan sampel dilakukan pada
bulan April dan Mei 2012, di tiga ketinggian berbeda yaitu ketinggian 1355, 1660 dan 2040 m dpl. Identifikasi
Marchantiophyta dilakukan di Laboratoriun Ekologi dan Biosistematika, Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan
Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada zona
montana di dapatkan 9 famili dengan 26 jenis yang termasuk ke dalam divisi Marchantiophyta.

Kata kunci : Marchantiophyta epifit, Gunung Ungaran, keanekaragaman, zona Montana.

PENDAHULUAN Crandall-Stotler et al. (2009), membedakan


Tumbuhan Lumut (Bryoflora) adalah Divsi Marchantiophyta menjadi 3 kelas yaitu
komponen penting dalam kawasan hutan di Haplomitriopsida, Marchantiopsida, dan
pegunungan tropis yang berperan signifikan dalam Jungermaniopsida. Kelas Jungermaniopsida
keseimbangan air dan siklus hara hutan, berfungsi terdiri dari subkelas Pelliidae, Metzgeriidae,
sebagai substrat, sumber makanan dan tempat Jungermanniidae. Sub kelas Jungermanniidae
bersarang bagi organisme hutan lainnya (Holscher merupakan kelas yang memiliki jenis lumut hati
et al., 2004). terbanyak.
Menurut Buck dan Goffinet (2000) Menurut Hasan dan Ariyanti, (2004) ada 2
tumbuhan lumut (Bryoflora) dibagi ke dalam tiga tipe lumut hati yaitu lumut hati bertalus (thallose
divisi, yaitu lumut daun atau mosses (Bryophyta), liverwort) dan lumut hati berdaun (leafy
lumut hati atau liverworts (Marchantiophyta), dan liverwort). Lumut hati melekat pada substrat
lumut tanduk atau hornworts (Anthocerotophyta). . dengan rhizoid uniselluler
Lumut Hati berthalus memiliki suatu talus ketinggian yang jelas. Kondisi iklim yang berbeda
yang dikotomus bercabang dan umumnya terdiri pada setiap ketinggian juga mengakibatkan adanya
dari beberapa sel tebal. Jaringan (dorsal) atas pembagian zonasi yang menampilkan formasi dan
bersifat longgar, yang dihasilkan dari ruang udara struktur vegetasi yang berbeda di setiap ketinggian
internal, dan umumnya memiliki pori-pori. (Tivy, 1993). Demikian pula dengan karakteristik
Permukaan bawah (perut) biasanya memiliki dua morfologi luar yang ada di sepanjang gradien
jenis rhizoid, yaitu halus dan dengan tonjolan serta ketinggian berubah dengan semakin tingginya
biasanya memiliki sisik (Glime, 2006). tempat (Setyawati, 1998).
Lumut hati berdaun memiliki rhizoid yang Indonesia merupakan negara tropis yang
terdiri atas 1 sel (uniseluler), berfungsi sebagai alat memiliki penyebaran tumbuhan lumut yang luas,
untuk melekatkan diri pada substrat. Beberapa salah satunya Marchantiophyta, namun informasi
spesies memiliki 2 3 baris daun yang melekat tersebut belum banyak tereksploitasi.
pada batang, terbagi atas dua baris daun dorsal Marchantiophyta termasuk kelompok tumbuhan
(lobe), satu baris daun ventral (under leaf) yang lumut dan bagian dari keanekaragaman hayati
biasanya memiliki ukuran lebih kecil daripada yang belum banyak mendapat perhatian, salah
daun dorsal, atau bahkan tidak ada. Pada beberapa satunya pada zona montana di Gunung Ungaran,
spesies, daunnya memiliki modifikasi membentuk oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
cuping yang disebut lobule. Lobule adalah mengenai keanekaragaman jenis Marchantiophyta
perluasan daun yang bisa menangkap atau di kawasan Gunung Ungaran.
menampung air yang berada di bagian ventral
(Damayanti, 2006). Lumut hati dapat dibedakan BAHAN DAN METODE
dari semua bryoflora lainnya karena secara umum Tempat dan waktu
memproduksi oil body yang berfungsi untuk Pengambilan sampel lumut dilakukan di
melindungi sel dari kekeringan. Jika keadaan lereng barat kawasan Gunung Ungaran, Jawa
kering, oil body ini akan pecah (Suire, 2000). Tengah, pada bulan April - Mei 2012. Identifikasi
Lumut hati berdaun/ Leafy liverworts (kelas sampel lumut dilakukan di Laboratorium Ekologi
Jungermaniopsida) merupakan mayoritas jenis dari dan Biosistematika Fakultas Sains dan
lumut hati dan secara morfologi merupakan Matematika, Universitas Diponegoro.
kelompok yang memiliki keanekaragaman tinggi.
Jenis morfologi yang beranekaragam pada Bahan dan Alat
kelompok ini memungkinkan dapat bertoleransi Bahan
pada berbagai macam habitat, sehingga jenis dari Spesies-spesies Marchantiophyta epifit
kelompok ini mempunyai distribusi yang luas (He- yang ada di kawasan Gunung Ungaran pada
Nygre, et al. 2006). ketinggian 1300 mdpl 2050 mdpl.
Perubahan iklim mikro yang terjadi di hutan Alat
menyebabkan vegetasi semakin berkurang. Lebih Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
dari 5 juta hektar kawasan hutan tropis yang masih ini adalah alat sampling (kamera, pisau, gunting,
asli terganggu dan berubah menjadi lahan meteran, rafia, patok, GPS, luxmeter, hygrometer,
pertanian setiap tahun dan sebagian besar sisa termometer udara, amplop, kantung plastik) dan
kawasan hutan tropis sering mengalami gangguan alat identifikasi (pinset, lup, gelas benda, gelas
aktivitas manusia, seperti pengambilan kayu dan penutup, pipet, cawan petri, mikroskop, obtilab,
pertanian (Achard et al., 2002). buku identifikasi, dan alat tulis).
Gunung Ungaran merupakan salah satu
gunung yang berada di kabupaten Semarang, Jawa Cara Kerja
Tengah, Indonesia dengan ketinggian 2050 mdpl. a. Pengambilan Sampel
Gunung tersebut mempunyai komposisi Pada setiap stasiun dibuat plot bujur sangkar
keanekaragaman jenis flora yang sangat bervariasi berukuran 20 m x 20 m sebagai plot untuk
dan umumnya dapat dibedakan dari kondisi menentukan pohon inang. Pada setiap plot dipilih
dataran rendah yang ada di sekitarnya karena batas 5 pohon inang yang dilakukan dengan metode
purposive sampling, pohon inang yang dipilih Tabel 2. Faktor lingkungan pada zona montana Gunung
berdiameter lebih dari 20 cm. Selanjutnya pada Ungaran
setiap pohon inang dibuat 5 plot kecil berukuran
20 cm x 30 cm sebagai plot. Pengambilan sampel No. Faktor Stasiun
disetiap pohon inang dilakukan pada batang Lingkungan I II III
dengan ketinggian 0-2 m (Gradstein, 2003). 1. Ketinggian (m 1355 1660 2040
dpl)
b. Identifikasi
2. Kelembaban 74 66 72
Sampel lumut yang telah diperoleh udara(%)
selanjutnya diidentifikasi di laboratorium Ekologi 3. Temperatur 27 22 23
dan Biosistematika Fakultas Sains dan Matematika udara (oC)
Universitas Diponegoro.Sebelum diidentifikasi, 4. Intensitas 100 390 1050
dilakukan penyortiran untuk memisahkan lumut Cahaya (lux)
dari tanaman lain dan kotoran terlebih dahulu.
c. Analisis Data Kondisi lingkungan di kawasan Gunung
Data yang didapat dianalisis secara Ungaran berpengaruh terhadap keberadaan
deskriptif dan hasil identifikasi disajikan dalam tumbuhan lumut. Pada (Tabel 2.) temperatur udara
bentuk daftar Marchantiophyta. Untuk menghitung di kawasan Gunung Ungaran pada zona montana
Frekuensi dan Frekuensi Relatif digunakan rumus menunjukkan kisaran 22 - 27 C. Tumbuhan lumut
sebagai berikut : pada umumnya hidup pada tempat yang lembab
dengan suhu yang rendah. Menurut BMKG
1. Frekuensi (F) (2012), stasiun Klimatologi Semarang, temperatur
udara pada bulan April menunjukkan kisaran 26,8
F = Jumlah petak yang diduduki suatu jenis C sedangkan kelembaban udara pada bulan April
Jumlah petak seluruhnya
menunjukkan kisaran 78%. Uno et al. (2001),
mengemukakan bahwa pada suhu rata-rata 10 - 30
2. Frekuensi Relatif (FR)
C terdapat banyak jenis lumut yang tumbuh.
Frekuensi suatu jenis
FR= X 100 % Selain itu kelembaban juga mendukung
Frekuensi total seluruh jenis pertumbuhan lumut, pada umumnya lumut
memerlukan kelembaban yang relatif tinggi untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN menunjang pertumbuhannya. Hasil pengukuran
Kondisi Lokasi Penelitian kelembaban udara di kawasan Gunung Ungaran
Gunung Ungaran merupakan sebuah gunung pada zona montana berkisar antara 66% - 74%,
berapi yang terletak di pulau Jawa yang sehingga lumut dapat tumbuh dengan baik di
mempunyai ketinggian maksimal 2.050 meter. tempat tersebut. Menurut Mujiono (2002), lumut
Gunung Ungaran terletak di sebelah Selatan - dapat hidup pada kisaran kelembaban antara 70% -
Barat Daya kota Semarang dengan jarak sekitar 40 98%. Hasil pengukuran intensitas cahaya di
km, tepatnya berada di kabupaten Semarang. Gunung Ungaran pada zona montana
Gunung Ungaran termasuk gunung berapi type menunjukkan kisaran 100 lux - 1050 lux yang
strato, terdiri dari tiga buah gunung yakni Gunung cukup mendukung untuk pertumbuhan lumut.
Gendol, Gunung Botak, dan Gunung Ungaran. Menurut Damayanti (2006) intensitas cahaya
Puncak tertinggi Gunung Ungaran memiliki berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban, yaitu
ketinggian 2.050 mdpl (Pemkab Semarang, 2011). semakin rendah intensitas cahaya yang sampai ke
permukaan bumi, maka suhu akan semakin rendah
dan kelembaban semakin tinggi.
Keanekaragaman Marchantiophyta epifit pada
zona Montana
Pada Tabel 3. dapat diketahui bahwa pada
zona Montana di kawasan Gunung Ungaran
didapatkan 9 famili dengan 26 jenis yang termasuk
ke dalam Divisi Marchantiophyta. Jenis jenis ditemukan adalah famili Lejeuneaceae (Lejeunea
tersebut termasuk dalam kelas Jungermanniopsida flava, Lejeunea trinitensis, Lopholejeunea
dan subkelas Jungermanniidae. Anggota subkelas applanata, Taxilejeunea sp., Vitalianthus
Jungermanniidae sebagian besar adalah lumut hati urubuensis) karena sebagian besar jenisnya epifit
berdaun (Glime, 2006). Pada zona montana tumbuh pada batang dan cabang pohon di hutan
banyak ditemukan lumut hati berdaun (kelas hujan dan termasuk famili dari lumut hati berdaun
Jungermanniopsida) karena sebagian besar lumut yang memiliki jumlah jenis terbesar (Goffinet &
hati berdaun di hutan tropis, tumbuh epfit pada Shaw 2009 dan Gradstein, 2011).
pohon. Lumut hati berdaun biasanya di temukan Famili Lejeuneaceae memiliki karakteristik
pada habitat yang lembab, sejuk, dan dapat tumbuhan berwarna hijau, kekuningan, coklat,
tumbuh subur di hutan hujan tropis, seperti famili hitam atau keputih putihan. Batang tumbuh
Lejeuneaceae dan Plagiochilaceae (Holz & merayap hingga ascending atau pendent, menyirip,
Gradstein 2005). bercabang dua atau bercabang tidak teratur,
susunan daun incubous, terbagi menjadi lobe dan
Marchantiophyta pada stasiun I (ketinggian lobule (Gradstein et al., 2001).
1300 1500 mdpl) Jenis Marchantiophyta pada stasiun III
Pada Stasiun I dengan ketinggian 1355 mdpl (ketinggian 1700 2050 mdpl)
(titik koordinat S : 0710.031 dan E : 11020.857) Pada Stasiun III dengan ketinggian 2040 mdpl
didapatkan 5 jenis Marchantiophyta. Jenis (titik koordinat S : 0711.030 dan E : 11020.879)
Marchantiophyta yang paling banyak ditemukan didapatkan 15 jenis Marchantiophyta. Jenis
adalah famili Geocalycaceae (Heteroscyphus Marchantiophyta yang paling banyak ditemukan
argutus, Heteroscyphus coalitus ) dan famili adalah famili Plagiochilaceae terutama genus
Lejeuneaceae (Lejeunea sp., Lejeunea trinitensis). Plagiochila (P. sciophila, P. semidecurrens, P.
chinensis, P. hakkodensis, P. punctata, Plagiochila
Jenis Marchantiophyta pada stasiun II sp.). Genus Plagiochila adalah salah satu genus
(ketinggian 1500 1700 mdpl) dari famili Plagiochilaceae yang ditemukan paling
Pada stasiun II dengan ketinggian 1660 banyak karena Plagiochila merupakan genus
mdpl (titik koordinat S : 0710.740 dan E : terbesar dalam lumut hati, habitatnya pada kulit
11021.158) didapatkan 7 jenis Marchantiophyta. pohon dan kayu busuk di hutan yang lembab
Jenis Marchantiophyta yang paling banyak

Tabel 3. Jenis - jenis Marchantiophyta epifit pada zona montana di kawasan Gunung Ungaran
Divisi Famili Jenis Stasiun
I II III
Marchantiophyta Calypogeiaceae Calypogeia muelleriana + - -
Chonecoleaceae Chonecolea doellingeri - + -
Frullaniaceae Frullania Duthiana - - +
Geocalycaceae Geocalyx graveolens - + -
Heteroscyphus argutus + - -
Heteroscyphus coalitus + - -
Lejeuneaceae Bryopteris filicina - - +
Lejeunea flava - + -
Lejeunea controversa - - +
Lejeunea sp. + - -
Lejeunea trinitensis + + -
Lopholejeunea applanata - + -
Taxilejeunea sp. - + -
Vitalianthus urubuensis - + -
Lepidoziaceae Bazzania hookeri - - +
Bazzania gracilis - - +
Kurzia gonyotricha - - +
Lepidozia reptans - - +
Plagiochilaceae Plagiochila sciophila - - +
Plagiochila semidecurrens - - +
Plagiochila chinensis - - +
Plagiochila hakkodensis - - +
Plagiochila punctata - - +
Plagiochila sp. - - +
Radulaceae Radula aneurismalis - - +
Trichocoleaceae Trichocolea tomentella - - +
Jumlah spesies 26 jenis 5 7 15

Keterangan :
+ : Ada
- : Tidak ada

Kondisi lingkungan pada stasiun III yang Marchantiophyta lebih mudah ditemukan di
memiliki temperatur udara 23C merupakan tempat yang basah & lembab. Pada famili
kisaran suhu yang terdapat banyak jenis lumut Lepidoziaceae dan famili Trichocoleaceae,
yang tumbuh. Kelembaban udara berkisar 72 % biasanya ditemukan pada pegununungan atas yang
sehingga lumut bisa tumbuh dengan baik dan lembab karena famili tersebut tidak memiliki
intensitas cahaya 1050 lux yang cukup mendukung lobule yang berfungsi sebagai kantung air untuk
pertumbuhan lumut. Faktor - faktor lingkungan menyimpan air sehingga tidak tahan terhadap
tersebut sangat mendukung pertumbuhan kondisi kekeringan. Pada famili Plagiochila
Marchantiophyta. Jenis anggota Divisi memiliki oil body yang berfungsi untuk
Marchantiophyta yang ditemukan pada stasiun III melindungi sel dari kekeringan. Pada famili
terdiri dari famili Frullaniaceae, famili Frullaniaceae dan famili Lejeuneaceae memiliki
Lejeuneaceae, famili Lepidoziaceae, famili lobule yang berfungsi sebagai kantung air untuk
Plagiochilaceae, famili Radulaceae, dan famili absorpsi, penyimpanan air, dan untuk mengurangi
Trichocoleaceae. Marchantiophyta ditemukan resiko kekeringan sehingga dapat bertahan hidup
lebih banyak daripada Bryophyta karena dengan baik (Gradstein & Pocs 1989).
Kemudahan untuk memperoleh nutrisi dan unsur - Gradstein, S.R. 2003. Ecology of Bryophyta. A
unsur hara juga sebagai salah satu pemicu Handout Lecture of Regional Training
meningkatnya Marchantiophyta. Nutrisi yang Course On Biodeversity and Conservation
digunakan dalam pertumbuhannya dapat diperoleh of Bryophytes and Lichens. Bogor.
diantaranya dari tanah, debu yang terbawa dari Indonesia.
udara, air hujan, dan sampah kotoran. Kebanyakan Gradstein, S.R. 2011. Guide to the Liverworts and
mineral ini tersedia berlimpah dan mudah didapat Hornworts of Java. SEAMEO BIOTROP.
di alam (Glime, 2006). Bogor.
Hasan, M. dan Ariyanti, N.S. 2004. Mengenal
KESIMPULAN Bryophyta (Lumut) Taman Nasional
Pada Zona Montana (ketinggian 1300 mdpl- Gunung Gede Pangrango Volume 1. Balai
2050 mdpl) dapat diidentifikasi Marchantiophyta Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
epifit sebanyak 9 famili dengan 26 jenis yang Cibodas.
termasuk kelas Jungermanniopsida dan subkelas He-Nygre, X., Jusle, A., Ahonen, I., Glenny, D. &
Jungermanniidae. Famili pada divisi Piippo, S. 2006. Illuminating the
Marchantiophyta yang mempunyai anggota jenis evolutionary history of liverworts
terbanyak adalah Lejeuneaceae (8 jenis). (Marchantiophyta) towards a natural
classification. Cladistics 22 (2006) 131.
DAFTAR PUSTAKA www.blackwell-synergy.com
Achard, F., Eva, H.D., Stibig, H.J., Mayaux, P., Holscher, D.L., Kohler, A.I., van Dijk, J.M. and
Gallego, J., Richards, T. and Malingreau, Bruijnzeel, L.A. 2004. The importance of
J.P. 2002. Determination of deforestation epiphytes to total rainfall interception by a
rate of the worlds humid tropical rain tropical montane rain forest in Costa Rica.
forest. Science 297 (2002), pp. 9991002. Journal of Hydrology 292: 308-322.
BMKG. 2012. Stasiun Klimatologi Semarang. Holz, I. and Gradstein, S.R. 2005. Cryptogamic
Semarang. Indonesia. epiphytes in primary and recovering upper
Buck, W.R. and Goffinet, B. 2000. Bryophyte montane oak forests of Costa Rica - species
Biology. Cambridge University Press. New richness, community composition and
York. ecology, Plant Ecology 178 (2005), pp. 89
Crandall-Stotler, B.J., Stotler, R.E. and Long, D.G. 109.
2008. Phylogeny and classification of the Mujiono. 2002. Http; / 19. Wikipedia. Org / wiki.
Marchantiophyta. Edinburgh Journal of Pengaruh Kelembaban terhadap
Botany, 65, in press. Pertumbuhan Lumut.
Damayanti, L. 2006. Koleksi Bryophyta. Taman Pemkab Semarang. 2011. Geografi dan Topografi.
Lumut Kebun Raya Cibodas. LIPI. Bogor. http://www.semarangkab.go.id/utama/selaya
Glime, M.J. 2006. Bryophyte Ecology Vol 1. ng-pandang/kondisi-umum/geografi-
Physiological Ecology. Michigan topografi.html. 30 Oktober 2012.
Technological University. Setyawati, T. 1998. Studi fisiognomi vegetasi
Goffinet B. and Shaw, A.J. 2009. Bryophyte hutan di kawasan Taman Nasional Gunung
Biology Second Edition. Cambridge Gede Pangrango, Jawa Barat. Buletin
University Press. New York. Penelitian Hutan No. 612. Pusat Penelitian
Gradstein, S.R. and Pcs, T. 1989. Tropical Rain dan Pengembangan Hutan dan Konservasi
Forest Ecosystem. Elsevier Science. Alam. Bogor.
Amsterdam. Suire, C. 2000. A comparative transmission
Gradstein, S. R., Churchill, S.P. & Salazar Allen, electron microscopic study on the formation
N. 2001. Guide to the Bryophytes of of oil-bodies in liverworts. Journal of the
Tropical America. The New York Botanical Hattori Botanical Laboratory, 89, 20932.
Garden Press. New York.
Tivy, J. 1993. Biogeograhy. A study of Plants in Uno, G.E., Storey, R. and Moore, R. 2001.
the Ecosphere. 3rd. Eds. John Willey & Principles of Botany. Mc.Graw Hill. New
Sons Inc. New York. York.

You might also like