You are on page 1of 12

JENIS JENIS HAMA DAN PENYAKIT

SERTA PENGENDALIAN PADA


TANAMAN FAMILI EUPHORBIACEAE DI
DAERAH SURABAYA
Atim Febry Masula (15030244021)
Silviana (15030244022)
Lilis Suryandari (15030244034)

Jurusan Biologi-FMIPA Universitas Negeri Surabaya


PENDAHULUAN
Kehadiran tanaman hias di dalam ruangan maupun di luar
ruangan dapat memberikan nuansa asri tersendiri, adapun fungsi dari
tanaman hias diantaranya sebagai penyejuk, peneduh, penyegar udara,
penghijauan dan memperindah ruangan (Rukmana, 1997).

Penyakit pada tanaman hias bisa diakibatkan oleh penyakit


yang terbawa udara atau melalui penyiraman yang berlebihan sehingga
dapat menstimulir pertumbuhan cendawan, jamur, serta bakteri. Tanaman
dengan kondisi yang kurang baik pada umumnya akan mudah terserang
penyakit. (Susilo, 2007).

Salah satu tanaman hias dari famili euphorbiaceae yaitu genus


Jatropha, Codiaeum dan Euphorbia
METODE
Penelitian Observasi

Dilaksanakan 3 kali pada Bulan April 2018

Universitas Negeri Surabaya, Perumahan Ketintang Wiyata


dan Taman Flora Surabaya

UNESA Perumahan Ketintang Wiyata Taman Flora Surabaya


HASIL DAN ANALISIS
Tabel 1. Kondisi lingkungan tanaman
Perum.
Taman
No. Parameter Ketintang UNESA
flora
wiyata
1 pH 8 7 8
2 Kelembapan (RH) 1.2 2 2
3 Intensitas cahaya Ternaung ternaung ternaung
4 Suhu tanah (ºC) 33 32 30
5 Suhu udara (ºC) 35 31 30

Berdasarkan data diatas berbagai parameter tidak mempengaruhi beda


nyata kondisi tanaman dan faktor adanya hama penyakit tanaman.
Tabel 2. Hasil pengamatan hama dan predator pada tanaman famili euphorbiaceae
di 3 area Kota Surabaya
No Filum Famili Genus Spesies
1. Arthopoda Formicidae Solenopsis Solenopsis invicta
2. Arthopoda Aleyrodidae Bemesia Bemesia tabaci
3. Arthopoda Diaspididae Pinnaspis Pinnaspis sp
4. Arthopoda Pseudococcidae Dysmicoccus Dysmicoccus brevipes
5. Arthopoda Theridiidae Enoplognatha Enoplognatha ovata
6. Arthopoda Pseudococcidae Dysmicoccus Dysmicoccus neobrevipes
7. Arthopoda Coccinellidae Epilachna Epilachna varivestis
8. Arthopoda Pseudococcidae Ferrisia Ferrisia virgata

Tabel 3. Hasil pengamatan penyakit pada famili euphorbia di Kota Surabaya


No. Penyebab Ciri-ciri
Bercak berwarna coklat gelap kehitaman, biasanya berjumlah
1. Alternaria ricini banyak dan cepat berkembang dengan membentuk lingkaran
konsentris pada daun
Peronospora
2. Bercak berwarna kuning pada daun
manshurica
Terdapat bintil putih di bagian bawah daun dan terdapat lekukan
3. Puccinia horiana
mendalam berwarna pucat pada permukaan daun
Solenopsis invicta morfologi semut api cukup jelas dibandingkan
dengan serangga lain yang juga memiliki antena, kelenjar metapleural, dan
bagian perut yang berhubungan ke tangkai semut membentuk pinggang sempit
(pedunkel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah perut) dan
metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole). Keberadaan
Solenopsis invicta pada tanaman famili euphorbiaceae bukan sebagai hama,
namun sebagai predator dari hama keong mas. Selain berfungsi sebagai
predator, semut dapat juga dijadikan indikator terjadinya kontaminasi pestisida
pada ekosistem (Matlock dan Ramiro de la Cruz, 2003)
Solenopsis invicta
Bemesia tabaci yang biasa disebut dengan kutu kebul. Morfologi dari kutu
kebul memiliki sayap berwarna jernih yang ditutupi semacam lapisan lilin, ukuran
tubuhnya antara 1 – 1,5 mm. Karakter kutu kebul berkoloni, bersembunyi dibawah
permukaan daun secara berkelompok. Serangan hama ini menyerang bagian daun
dengan cara menghisap cairan yang ada pada daun dan menularkan virus Cowpea Mild
Mottle Virus (CPMMV) sehingga daun akan menjadi kriting, menguning, layu dan
akhirnya daun akan rontok. Efek pada tanaman yang diserang hama kutu kebul adalah
tanaman akan terhambat pada pertumbuhannya sehingga cenderung kerdil, tunas dan
cabang tidak berkembang dan tanaman akan menghasilkan produktivitas yang Bemesia tabaci
menurun bahkan gagal panen. Pengendaliannya menggunakan insektisida
Pinnaspis sp dari famili Diaspididae sering disebut kutu perisai
(Sosromarsono et al., 2007). Kelompok serangga ini memiliki perisai yang tebal dan
kuat sehingga bisa hidup menempel pada tanaman inang. Perisai ini berfungsi sebagai
pelindung dan bisa dipisahkan dari tubuhnya. Perisai ini melindungi telur dan nimfa
yang baru menetas (William dan Watson, 1988). Kerusakan yang terlihat pada bagian
tanaman yang terserang akan menguning. Pertumbuhan tanaman akan terhambat, layu,
rontok dan akhirnya tanaman mati (Kalshoven, 1981). Secara biologis, serangan hama
kutu perisai dapat dikendalikan dengan membudayakan pemangsa kutu perisai yaitu
kumbang Coccinella. Secara kimiawi, terutama pada musim kemarau, serangan hama
kutu perisai dapat dikendalikan menggunakan insektisida sitemik dengan bahan aktif
Pinnaspis sp parathion efektif untuk membunuh imago.

Ferrisia virgate adalah kutu bertepung putih yang tergolong hama utama
pada jarak pagar. Kutu ini menghasilkan sekresi lilin berwarna putih dalam tepung
untuk melindungi tubuhnya (Kalshoven, 1981). Kutu ini terdapat pada bagian bawah
daun yang berwana putih dan seperti tebungkus kapas, biasanya berkelompok.
Mereka merusak dengan cara mengisap cairan. Semua bagian tanaman bisa
diserangnya dari buah sampai pucuk. Serangan pada pucuk menyebabkan daun
kerdil dan keriput seperti terbakar. Dari ekskresi kutu ini dapat mengundang jamur,
dan karena terdapat jamur tersebut maka menghambat proses fotosintesis karena
sinar matahari yang terhambat. Satu jenis predator kutu putih yakni Hemerobius spp. Ferrisia virgate
Dysmicoccus brevipes Dysmicoccus neobrevipes

Dysmicoccus brevipes, Dysmicoccus neobrevipes (Homoptera: Pseudococcidae) biasanya disebut


kutu putih. Pada umumnya, kutu dompolan hidup dalam koloni (±20 ekor/koloni) pada bagian bawah tanaman
terutama bagian pangkal batang dan akar. Namun pada populasi tinggi, hama ini juga menyerang pangkal daun
dan buah terutama buah nanas serangga ini merupakan vektor Pineapple Mealybug Wilt associated Virus
(PMWaV) yang dapat mengakibatkan penurunan produksi. Selain itu, kutu dompolan dapat juga berperan
sebagai vektor virus (closterovirus) penyebab penyakit layu ( pineapple wilt disease) dan penyakit virus lain
yang disebut green spot (Broadley et al., 1993; Hill & Waller, 1994; Kalshoven, 1981). pengendalian hama
terpadu (PHT) kutu putih yaitu: penggunaan bibit sehat, pemberian insektisida tanah sesuai dosis aturan,
sanitasi yang baik dan pemupukan teratur dan dosis yang benar.
Enoplognatha ovate, salah satu hewan predator dari serangga. Keberadaan
laba-laba memiliki peranan penting bagi ekosistem dan manusia, kehadiran laba-laba
dalam ekosistem ternyata berhubungan erat dengan populasi hama dan keadaan ekologi
ekosistem tersebut. Laba-laba dalam suatu ekosistem dapat menjaga keseimbangan
ekologi ekosistem dari serangan – serangga hama tanaman terutama serangga terbang.
Populasi yang banyak dan kebiasaan makan mampu mengontrol jumlah dari banyaknya
hewan lainnya terutama serangga. Dengan begitu para petani sangat terbantu dengan
adanya laba-laba dalam ekosistem tersebut. Dalam dunia pertanian, laba-laba menjadi
sahabat para petani karena memakan serangga hama tanaman yang dapat mengurangi
terjadinyakegagalan pada saat panen (Borror,1996).
Enoplognatha ovate
Epilachna varivestis Famili Coccidae sering disebut juga kutu tempurung (Sosromarsono
et al., 2007). Kutu ini memiliki tempurung sebagai pelindung tubuh dengan struktur keras dan tidak
bisa dilepaskan dari tubuhnya. Pertumbuhan kelompok serangga ini dipengaruhi cuaca, populasi
tertinggi pada musim kemarau. Koloni kutu lebih banyak di dataran rendah dibanding dataran tinggi
(Kalshoven, 1981). Kutu tempurung juga menyerang tunas di bagian bawah daun, terutama dekat
tulang daun dan buah muda. Kutu mengisap cairan tanaman sehingga tanaman menjadi kerdil dan
daun baru lambat tumbuh. Akhirnya tanaman mengering dan layu. Pengendalian paling cepat yang
dilakukan petani menggunakan insektisida kimia namun hal ini dapat mencemri lingkungan.
Sehingga dikembangkan PHT (1) pengamatan di lapang selama periode kritis, (2) indentifikasi
serangga hama yang akurat, (3) menentukan ambang kendali dari serangga hama untuk dasar
pertimbangan penentuan aplikasi insektisida, (4) menggunakan bahan yang paling aman, murah dan
ramah lingkungan, dan (5) penggunaan alat yang sudah dikalibrasi dengan akurat dan aplikasi
insektisida yang tepat. Epilachna varivestis
Alternaria ricini dapat menimbulkan gejala bercak pada daun dan
menimbulkan rebah kecambah pada pembibitan. Bercak pada daun berwarna coklat
gelap kehitaman, kadang-kadang berjumlah banyak dan cepat berkembang dan
biasanya berkembang membentuk bercak konsentris. Gejalan pada batang biasanya
terjadi pada tanaman di pembibitan dengan gejala kanker dan dapat menyebabkan
tanaman mati. Penyakit ini menyerang tanaman jarak pagar pada kondisi
kelembapan yang tinggi. Benih yang terinfeksi Alternaria menjadi sumber
inokulum bagi bibit dengan gejala rebah kecambah (Agrios, 1997). Pengendalian
penyakit ini dapat dilakukan dengan cara perlakuan benih untuk mencegah fase
Alternaria ricini
awal perkembangan penyakit, penggunaan bibit yang sehat, dan aplikasi fungisida
mankozeb pada interfal waktu 15 hari (Hambali et al. 2006)
Peronospora manshurica mampu bertahan sampai beberapa musim dalam
bentuk oospora pada daun atau biji, menginfeksi tanaman dalam kondisi dingin dengan
gejala klorotik pada daun. Menurut van der Plank (1963) Pada permukaan bawah daun
timbul bercak warna putih kekuningan, umumnya bulat dengan batas yang jelas,
berukuran 1-2 mm. Kadang-kadang bercak menyatu membentuk bercak lebih lebar
yang selanjutnya dapat menyebabkan bentuk daun abnormal, kaku dan mirip penyakit
yang disebabkan oleh virus. Pada permukaan bawah daun terutama di pagi hari yang
dingin timbul miselium dan konidium. Pengendalian Peronospora manshurica dapat
dilakukan dengan cara tanam serempak, rotasi tanaman dengan tanaman bukan inang,
aplikasi fungisida berbahan aktif triadimefon dan mankozeb.
Peronospora manshurica
Puccinia horiana
Puccinia horiana muncul setelah jamur menginfeksi, daun yang semula hijau menjadi coklat dan
muncul bercak kuning dengan diameter rata-rata 5mm. Tengah bercak berwarna coklat dan perlahan mengalami
nekrosis. Bercak tersebut akan menjadi putih bila membentuk basidiospora,daun menjadi layu dan secara
bertahap akan kering sepenuhnya. Untuk mencegah infeksi jamur ini biasanya menggunakan fungisida yang
komposisinya terdiri dari oxycarboxin, triforine, benodanil, triadimefon, diclobutrazol, dibitertanol dan
propiconazole. Srivastava et al. (1985) menyebutkan bahwa Verticillium lecanii digunakan sebagai agen hayati
pengendali kutu dari bunga krisan yang sekaligus mengontrol pertumbuhan P.horiana.
TERIMA KASIH

You might also like