Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2018
BAB I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pengendalian hayati merupakan salah satu dari konsep pengendalian
hama terpadu (PHT) dengan pemanfaatan musuh alami sebagai agen hayati
dalam mengendalikan hama dan penyakit perlu dikedepankan dalam
menekan penggunaan pestisida kimia yang berlebihan.
Agens hayati yaitu bagian dari suatu ekosistem yang sangat penting
peranannya dalam mengatur keseimbangan ekosistem tersebut. Secara
alamiah, agen hayati merupakan komponen utama dalam pengendalian
alami yang dapat mempertahankan semua organisme pada ekosistem
tersebut berada dalam keadaan seimbang. Musuh alami serangga hama
umumnya berupa Arthropoda dari jenis serangga dan laba-laba, serta dapat
digolongkan menjadi predator dan parasitoid. Predator adalah binatang yang
memangsa binatang lain, sedangkan parasitoid adalah binatang yang pada
fase pradewasanya hidup dengan menjadi parasit pada binatang lain
sedangkan pada fase dewasanya hidup bebas.
Oleh karena itulah, pengendalian hayati perlu dikembangkan guna
menjaga ekosistem lingkungan. Hal ini juga mempunyai pengaruh besar
terhadap keberadaan musuh alami yang sangat penting dalam pengendalian
populasi serangga hama, sehingga konservasi musuh alami di lahan
pertanian menjadi hal penting untuk dilakukan.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui perbanyakan
inang alternative, untuk mengetahui perbanyakan parasitoid, dan untuk
mengetahui pembuatan sangkar perkawinan
1.3 Manfaat
Manfaat dalam praktikum ini yaitu dapat mengetahui cara pembuatan
sangkar, perbanyakan inang alternatif dan perbanyakan parasitoid.
BAB II. Tinjauan Pustaka
2.1 Parasitoid
2.1.1 Pengertian Parasitoid
Parasitoid mempunyai ciri-ciri menghabiskan inangnya di dalam
perkembangannya, inang parasitoid adalah serangga, ukuran tubuh
parasitoid bisa lebih kecil atau sama dengan inangnya, parasitoid dewasa
tidak lagi melakukan aktivitas parasitasi dan parasitoid hanya berkembang
dalam satu inang (Purnomo, 2009).
Parasitoid merupakan serangga yang memarasit serangga atau
binatang antropoda lainnya. Parasitoid bersifat parasit pada fase pradewasa,
sedangkan dewasanya hidup bebas dan tidak terikat pada inangnya
(Nurhayati, 2011).
A parasitoid is an organism that lives on or in a host organism and
ultimately kills the host. Most insect parasitoids are found in the Order
Hymenoptera and roughly 10% of all described insect species are parasitoids
(Charles et al, 1999)
“Parasitoid adalah organisme yang hidup pada atau dalam organisme inang
dan akhirnya membunuh inangnya. Kebanyakan parasitoid serangga
ditemukan pada Ordo Hymenoptera dan sekitar 10% dari semua spesies
serangga yang dijelaskan adalah parasitoid”.
Parasitoids are insects, mainly wasps (Hymenoptera), that develop to
maturity by feeding on the body of another host arthropod, eventually killing it
(Sally et, al., 2007).
“Parasitoid adalah serangga, terutama tawon (Hymenoptera), yang
berkembang dengan mengambil makanan dari tubuh inang lainnya, dan
akhirnya membunuhnya.”
2.1.2 Macam-macam Parasitoid Berdasarkan Fase Inang
Menurut Juniawan (2013), bahwa berdasarkan fase inang, parasotoid
dibagi menjadi :
1. Parasitoid telur
Parasitoid telur adalah parasitoid yang menyerang telur inangnya.
Umumnya berstatus sebagai endoparasitoid, walaupun ada yang
ektoparasitoid, terutama pada telur yang diletakkan secara berkelompok.
Terdiri atas beberapa familia, yaitu :
a. Familia Encyrtidae merupakan tabuhan yang menyerang telur dari
beberapa jenis serangga dan kutu.
b. Familia Trichogrammatidae, Contoh : Trichogramma sp.,parasitoid pada
Heliothis sp. dan Artona sp.
2. Parasitoid larva
Parasitoid meletakkan telur pada larva inangnya, setelah menetas hidup
dalam tubuh inang dan keluar lagi ketika akan menjadi pupa. Parasitoid dari
jenis ini memilih inangnya berupa larva (ulat) dari berbagai jenis hama
3. Parasitoid telur-larva
Parasitoid ini berkembang mulai dari telur hingga larva. Cara hidupnya
adalah pada fase dewasa meletakkan telur pada telur inangnya (hama). Telur
inang menetas menjadi larva dan telur parasitoid terbawa larva. Telur
parasitoid menetas dan larva inang menjadi imago (dewasa). Contoh:
Chelonus sp., parasiotid pada Batrachedra arenosela.
4. Parasitoid pupa
Parasitoid yang menyerang fase pupa/kepompong dari inangnya.
Contoh: Tetracticus sp. pada ulat jeruk (Papilio memnon) dan Opius sp. pada
lalat buah (Dacus sp.)
5. Parasitoid dewasa
Parasitoid yang menyerang inang ketika fase dewasa, tidak banyak
dilaporkan, namun ada beberapa contoh berikut ini.
Contoh: Aphytis chrysomphali, Aspidiotus destructor, Comperiella
unifasciata, Aspidiotus regidus.
2.1.3 Contoh umum yang parasitoid yang digunakan dalam perbanyakan
massal
Beberapa contoh umum parasitoid yang digunakan dalam perbanyakan
massal baik itu parasitoid telur maupun parasitoid larva. Berikut beberapa
contohnya :
a. Trichogramma sp., parasitoid telur yang tergolong dalam famili
Trichogrammatidae merupakan parasitoid yang banyak digunakan
sebagai agens hayati dalam program pengendalian hayati.
Trichogramma spp.. Merupakan parasitoid yang telah digunakan untuk
mengendalikan serangga hama, terutama ordo Lepidoptera, pada 20
spesies tanaman pertanian, perkebunan, dan kehutanan, yang meliputi
28 spesies serangga hama (Nurindah, 2006).
b. Anagrus sp, Parasitoid Anagrus sp. adalah parasitoid telur wereng
batang padi cokelat ( Nilaparvata lugens Stal.) yang potensinya
dalam menekan N. lugens telah banyak diketahui. Parasitasi
Anagrus sp. pada telur N. lugens berkisar dari 15,7-35,7% dengan
rata-rata 24,9% dan 11,31%. Kemampuan parasitasi Anagrus sp.
dapat mencapai 38,21% pada pertanaman padi dan 64,09%
terhadap N. lugens yang berada pada rumput (Araz et al, 2012).
Masukkan telur C. cephalonica yang ada pada kain kas alas dan atas tabung disapu
menggunakan kuas dan ditampung ke bagian bawah (cawan petri) alas tabung
Telur yang telah ditampung di cawan petri dipisahkan yang bersih dan kotor, telur
yang bersih akan dipakai untuk perbanyakan C. cephalonica, sedangkan yang kotor
dikembalikkan ke toples perbanyakan imago
Sisi pada tinggi tabung dibuat lubang untuk memasukkan imago C.cephalonica
Karton yang sudah dibentuk tabung, ditutup dengan kain kasa pada kedua alas
tabung, yang nantinya sebagai tempat imago meletakkan telurnya
Lubang yang dibentuk disisi tinggi tabung ditutup dengan fial film
Menaburkan telur yang sudah steril keatas karton yang sudah diberi lem perekat
Memasukkan karton yang sudah berisi telur dan starter indukan Trichogramma sp.
Kedalam tabung reaksi lalu ditutup dengan kain perca
Tunggu 3-4 hari sampai telur C. cephalonica berubah warna menjadi warna hitam
5.2 Saran
Lebih kondusif lagi dalam pelaksanaan praktikum, dan alat yang
digunakan diharapkan lebih memadai lagi agar ketika praktikum tidak
menunggu kelompok lain selesai.
DAFTAR PUSTAKA