Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.3 Manfaat
memberikan informasi tentang klasifikasi, morfologi, siklus hidup, dan
gejala klinis yang disebabkan oleh parasit jenis Chironomus Tentans, Simullium
Sp, dan Culex Sp.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Chironmus tentans
Jenis parasit ikan ini merupakan parasit insang, kulit, sirip, sisik yang
merupakan ektoparasit dan juga berupa endoparasit yang menyerang alat
pencernaan makanan, misalnya usus, alat peredaran darah, yaitu pembuluh darah
insang, darah dan juga organ lain seperti otot daging, gelembung udara, mata, otak
dan ginjal.
Gambar 1. Bloodworm
Sumber: www.ksa.undip.ac.id /2013/04/cacing-darah-larva-chironomus-sp.html
3
mengamati bentuk kromosom yang terdapat kelenjar ludah tersebut. Pada periode
larva bloodworm akan berganti kulit sebanyak 6 kali.
Warna merah pada bloodworm disebabkan oleh haemoglobin, yang sangat
diperlukan oleh mahluk tersebut agar dapat hidup pada kondisi dengan kadar
oksigen rendah.
4
2.1.5 Gejala klinis dan penanggulanganya
Sebenarnya chironomus tidak secara langsung menyebabkan penyakit pada
ikan, cacing darah (Chironomus sp), merupakan tuan rumah perantara dari cacing
dan protozoa yang menyebabkan penyakit pada ikan. Gejalanya mulai Ikan tidak
mau makan, menyebabkan badan menjadi lemah dan tingkat immunitas menurun.
Cacing darah (Chironomus sp), sering dibudidayakan sebagai pakan alami
bagi ikan dan cara Penanggulangan agar tidak terjadi parasit bagi ikan budidaya
adalah dengan cara memperhatikan kualitas air saat, sedang dan sesudah budidaya
Chironomus sp.
5
2.2 Simulium sp.
Simulium adalah sejenis lalat kecil (3mm-8mm), penghisap darah seperti
nyamuk atau agas yang termasuk ke dalam Ordo Diptera, Subordo Nematocera,
Famili Simuliidae. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah lalat punuk
karena mempunyai daerah toraks yang menonjol. Umumnya lalat ini berwarna
hitam sehingga dikenal dengan istilah blackfly.
6
bahwa ada 22 spesies, antara lain Simulium sigiti, S. javaense, S. parahiyangum
dan S. upikae (Takaoka & Davies 1996).
7
(kalsipala) pada ujung bagian dalam ruas tarsus pertama, dan sebuah celah dorsal
(pedisulkus) dekat dasar ruas tarsus kedua. Pada Prosimulium sektor radial
bercabang (kadang-kadang hanya sedikit), kosta hanya memiliki rambut-rambut
halus, dan tungkai belakang tidak memiliki kalsipala dan pedisulkus. Pada lalat
dewasa, identifikasi spesies seringkali sulit karena membutuhkan karakter
mikroskopis seperti struktur terminalia jantan dan betina. Namun demikian,
banyak spesies dapat diidentifikasi dengan relatif mudah menggunakan karakter
organ pernafasan pada stadium pupa, dan atau karakter kepala stadium larva.
c. Abdomen
Perutnya terdiri atas 8 ruas, tiga ruas terakhir terdapat alat kelamin
(genitalia) dan tidak terlihat. Ujung abdomen jantan lebih kompak dan relatif
tidak tampak. Betina mempunyai satu spermateka yang bentuknya subsperikal
( agak membulat).
8
daerah cipratan air. Kumpulan telur bisa dibuat oleh beberapa betina yang
bertelur di sekitar tempat yang berdekatan, dan terdapat bukti bahwa betina
bunting tertarik meletakkannya pada tumpukan telur dari spesies yang sama. Hal
ini mungkin ditimbulkan oleh kehadiran feromon. Lalat betina dari beberapa
spesies berkerumun pada ketinggian 15 cm dari permukaan air untuk meletakkan
telurnya pada benda-benda yang terendam air.
Telur berukuran pannjang 100 - 400 µm dan bentuknya segitiga ovoid.
Permukaannya halus dan tertutup oleh lapisan gelatin. Telur diletakkan dalam
gelendong seperti rangkaian manik-manik, atau dalam kelompok tidak teratur.
Telur yang baru diletakkan berwarna krem keputihan, berubah menjadi coklat
gelap atau hitam dalam waktu 24 jam. Telur lalat ini sangat sesitif terhadap
kekeringan.
b. Larva
Telur menetas menjadi larva yang mempunyai kepala yang keras dan jelas,
sepasang mata sederhana, bentuk tubuh yang silinder dengan toraks dan bagian
posterior abdomen lebih lebar dari pada ruas abdomen anterior. Kepala memiliki
sepasang kipas sefalik (labral), struktur homolog sikat palatal lateral nyamuk.
Larva tidak menciptakan aliran tetapi menyaring air yang melewati tubuhnya.
Larva memiliki satu proleg anterior (tangan palsu) yang dikelilingi kait-kait
sirklet, dan ujung abdomen dikelilingi sirklet posterior. Anus terbuka dan terdapat
di dorsal sirklet posterior, dari situ muncul organ rektal, yang mungkin fungsinya
sama dengan anal papila pada larva nyamuk yaitu menyangkut penarikan klorida
dari air. Larvanya memintal benang sutra pada substrat, yang diteruskan menjadi
benang sutra, sebagai alat yang digunakan ketika mempertahankan diri dari aliran
air deras atau saat ada gangguan. Ketika sudah stabil dengan tempat yang
dipilihnya, ia akan mencapkan sirklet posteriornya. Larva umumnya bertahan di
dekat permukaan air, dan biasanya ditemukan pada kedalaman kurang dari
300mm (kecuali pada spesies besar yang bisa ditemukan pada kedalaman
beberapa meter dalam air jeram (turbulent water). Larva dapat berpindah tempat
dengan menghanyutkan tubuhnya ke dalam aliran air dengan bantuan benang
sutra, atau dengan melangkahkan tubuhnya dari permukaan substrat dengan
9
sirklet posterior dan kait anterior proleg untuk mempertahankan cairan sutra.
Beberapa spesies menyebar lebih jauh dari tempat meletakkan telurnya.
10
(gill spot) pada kedua sisi toraks, dan dapat bergerak ke tempat lain sebelum
proses pupasi.
c. Pupa
Umumnya pupa Simuliidae memintal kokon. Bentuk kokon bervariasi ada
yang sandal (slipper-shaped) dan sepatu (shoe-shaped). Kokon ujungnya yang
tertutup mengarah ke hulu (upstream) dan yang terbuka mengarah ke hilir (down
stream). Hal ini mencegah kokon terkoyak oleh aliran air. Pembentukan kokon
memerlukan waktu sekitar satu jam dan kemudian kulit larva dilepas.
Pada pupa, kepala dan torak punya bergabung menjadi sefalotoraks, dan
terdapat ruas-ruas abdomen. Ujungnya memiliki spina dan kait-kait yang
mengikat benang-benang kokon dan menenpelkan pupa pada substrat.
Sefalotoraks memiliki sepasang insang pupa (pupal gills) yang jumlahnya,
panjangnya, dan percabangannya berbeda-beda pada setiap spesies. Pupal gill ini
serupa dengan corong pernafasan pada Culicidae dan Ceratopogonidae, tetapi
tidak mempunyai spirakel terbuka.
Pupa ini tidak makan, dan berubah warna menjadi gelap saat lalat dewasa
sedang berkembang. Ketika lalat dewasa muncul, kulit pupa membelah, lalat
dewasa muncul ke permukaan dalam gelembung udara, dan segera terbang, atau
yang baru saja muncul tersebut bertengger pada benda dekat permukaan air.
d. Dewasa
Lalat dewasa biasanya muncul pada siang hari tergantung cahaya dan suhu.
S.damnosum 60-90% muncul menjadi lalat dewasa di siang tengah hari dan tidak
ada yang muncul pada malam hari.
11
Ephemeroptera (lalat sehari) di daerah Afrika dan Himalaya. Larva dan pupa S.
nyasalandicum dan S. woodi terdapat menempel pada kheliped, dan ruas basal
tungkai dari kepiting sungai Potamonautes pseudoperlatus dan jenis kepiting lain.
Telur tidak diletakkan pada kepiting dan larva muda dapat menemukan sendiri
patner foretiknya di sungai. Jenis Simuliidae foretik yang terpenting adalah S.
neavei, yang merupakan vektor onkosersiasis. Di Afrika, jenis foretik pada nimfa
lalat sehari (mayfly phoretics) ditemukan terutama di aliran sungai gelap di hutan,
dan yang crab phoretics ditemukan di aliran kecil di hutan dan sungai besar dan
terbuka.
12
2.3 Culex sp
Culex Quinquefasciatus adalah nyamuk yang dapat menularkan penyakit
kaki gajah (filariasis). Hal ini terjadi saat nyamuk Culex menghisap darah
pengidap filariasis sehingga larva cacing filariasis masuk dan berkembang biak
ditubuhnya lalu nyamuk Culex menularkan larva tersebut kepada manusia dengan
cara menggigitnya. Kasus penyakit kaki gajah banyak ditemukan dibeberapa
daerah di Indonesia seperi Malang Selatan dan Kediri.
Nyamuk Culex memiliki kebiasaan yang berbeda dengan Aedes Aegepty,
bila Aedes aegepty suka hidup pada air bersih maka Culex menyukai air yang
kotor seperi genangan air, limbah pembuangan mandi, got ( selokan ) dan sungai
yang penuh sampah. Culex, nyamuk yang memiliki ciri fisik coklat keabu-abuan
ini mampu berkembang biak disegala musim. Hanya saja jumlahnya menurun saat
musim hijan karena jentik-jentiknya terbawa arus. Culex melakukan kegiatannya
dimalam hari.
13
perut. Nyamuk Culex yang banyak di temukan di Indonesia yaitu jenis
Culexquinque fasciatus.
Kepala Culex umumnya bulat atau sferik dan memiliki sepasang mata,
sepasang antena, sepasang palpi yang terdiri atas 5 segmen dan 1 probosis antena
yang terdiri atas 15 segmen. Berbeda dengan 6 Aedes, pada genus Culex tidak
terdapat rambut pada spiracular maupun pada post spiracular. Panjang palpus
maxillaries nyamuk jantan sama dengan proboscis. Bagian toraks nyamuk terdiri
atas 3 bagian yaitu protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Bagian metatoraks
mengecil dan terdapat sepasang sayap yang mengalami modifikasi menjadi halter.
Abdomen terdiri atas 8 segmen tanpa bintik putih di tiap segmen. Ciri lain dari
nyamuk Culex adalah posisi yang sejajar dengan bidang permukaan yang
dihinggapi saat istirahat atau saat menusuk dengan kaki belakang yang sedikit
terangkat (Setiawati 2000).
Genus Culex dikenali dengan struktur sketelumnya yang trilobus, ujung
abdomen yang tumpul dan badannya yang penuh dengan sisik-sisik. Selain itu,
struktur yang membedakan genus ini dengan genus yang lain adalah struktur yang
disebut pulvilus yang berdekatan dengan kuku diujung kaki nyamuk (Setiawati
2000). Nyamuk Culex quinquefasciatus berwarna coklat, berukuran sedang,
dengan bintik-bintik putih di bagian dorsal abdomen. Sedangkan kaki dan
proboscis berwarna hitam polos tanpa bintik-bintik putih. Spesies ini sulit
dibedakan dengan nyamuk genus Culex lainnya.
Ciri secara umum dari nyamuk Culex adalah sebagai berikut :
Telur : lonjong seperti peluru
Larva : sifon panjang dan bulunya lebih dari satu pasang
Fase dewasa : abdomen bagian ujung tumpul, warna cokelat muda
Sayap : sisik sempit panjang dengan ujung runcing
Peran medis : vektor filariasis & penyakit Japanese B. encephalitis
Perilaku : mengisap darah pada malam hari
Habitat : air jernih dan air keruh
14
Seluruh siklus hidup Culex quinquefasciatus mulai dari telur hingga dewasa
membutuhkan waktu sekitar 14 hari. Untuk bertelur, nyamuk betina akan mencari
tempat yang sesuai seperti genangan air yang lembab.
a. Telur
Nyamuk Culex sp meletakan telurnya diatas permukaan air secara
bergelombolan dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.
Sekali bertelur menghasilkan 100 telur dan biasanya dapat bertahan selama 6
bulan. Telur akan menjadi jentik setelah sekitar 2 hari.
15
Salah satu ciri dari larva nyamuk Culex adalah memiliki siphon. Siphon dengan
beberapa kumpulan rambut membentuk sudut dengan permukaan air.
c. Pupa
Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air,
pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap
hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu
sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi
nyamuk, dan selama fase ini pupa tidak akan makan apapun dan akan keluar dari
larva menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari air.
Tubuh pupa berbentuk bengkok dan kepalanya besar. Pupa tidak makan
apapun. Sebagian kecil tubuh pupa kontak dengan permukaan air, berbentuk
terompet panjang dan ramping, setelah 1 – 2 hari akan menjadi nyamuk Culex
(Kardinan 2003).
16
2.3.4 Bionomik Nyamuk Culex sp
Nyamuk betina menghisap darah untuk proses pematangan telur, berbeda
dengan nyamuk jantan. Nyamuk jantan tidak memerlukan darah tetapi hanya
menghisap sari bunga. Setiap nyamuk mempunyai waktu menggigit, kesukaan
menggigit, tempat beristirahat dan berkembang biak yang berbeda-beda satu
dengan yang lain.
1. Tempat berkembang biak
Nyamuk Culex sp suka berkembang biak di sembarang tempat misalnya di
air bersih dan air yang kotor yaitu genangan air, got terbuka dan empang ikan.
2. Perilaku makan
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam
hari. Nyamuk Culex sp suka menggigit binatang peliharaan, unggas, kambing,
kerbau dan sapi. Menurut penelitian yang lalu kepadatan menggigit manusia di
dalam dan di luar rumah nyamuk Culex sp hampir sama yaitu di luar rumah
(52,8%) dan kepadatan menggigit di dalam rumah (47,14%), namun ternyata
angka dominasi menggigit umpan nyamuk manusia di dalam rumah lebih tinggi
(0,64643) dari nyamuk menggigit umpan orang di luar rumah (0,60135).
3. Kesukaan beristirahat
Setelah nyamuk menggigit orang atau hewan nyamuk tersebut akan
beristirahat selama 2 sampai 3 hari. Setiap spesies nyamuk mempunyai kesukaan
beristirahat yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp suka beristirahat dalam rumah.
Nyamuk ini sering berada dalam rumah sehingga di kenal dengan nyamuk
rumahan.
17
2.3.5 Habitat
Nyamuk dewasa merupakan ukuran paling tepat untuk memprediksi potensi
penularan arbovirus.Larva dapat di temukan dalam air yang mengandung tinggi
pencemaran organik dan dekat dengan tempat tinggal manusia. Betina siap
memasuki rumah-rumah di malam hari dan menggigit manusia dalam preferensi
untuk mamalia lain.
18
menimbulkan kelainan tetapi dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan occult
filariasis. Gejala yang disebabkan oleh cacing dewasa menyebabkan limfadenitis
dan limfagitis retrograd dalam stadium akut, disusul dengan okstruktif menahun
10 sampai 15 tahun kemudiam. Perjalanan filariasis dapat dibagi beberapa
stadium: stadium mikrofilaremia tanpa gejala klinis, stadium akut dan stadium
menahun. Ketiga stadium tumpang tindih, tanpa ada batasan yang nyata. Gejala
klinis filariasis bankrofti yang terdapat di suatu daerah mungkin berbeda dengan
dengan yang terdapat di daerah lain (Parasitologi Kedokteran 2008).
Pada penderita mikrofilaremia tanpa gejala klinis, pemeriksaan dengan
limfosintigrafi menunjukkan adanya kerusakan limfe. Cacing dewasa hidup dapat
menyumbat saluran limfe dan terjadi dilatasi pada saluran limfe,
disebut lymphangiektasia. Jika jumlah cacing dewasa banyak dan
lymphangietaksia terjadi secara intensif menyebabkan disfungsi system limfatik.
Cacing yang mati menimbulkan reaksi imflamasi. Setelah infiltrasi limfositik
yang intensif, lumen tertutup dan cacing mengalami kalsifikasi. Sumbatan
sirkulasi limfatik terus berlanjut pada individu yang terinfeksi berat sampai semua
saluran limfatik tertutup menyebabkan limfedema di daerah yang terkena. Selain
itu, juga terjadi hipertrofi otot polos di sekitar daerah yang terkena (Pathology
Basic of Disease 2005).
Stadium akut ditandai dengan peradangan pada saluran dan kelenjar limfe,
berupa limfaadenitis dan limfagitis retrograd yang disertai demam dan malaise.
Gejala peradangan tersebut hilang timbul beberapa kali setahun dan berlangsung
beberapa hari sampai satu atau dua minggu lamanya. Peradangan pada system
limfatik alat kelamin laki-laki seperti funikulitis, epididimitis dan orkitis sering
dijumpai. Saluran sperma meradang, membengkak menyerupai tali dan sangat
nyeri pada perabaan. Kadang-kadang saluran sperma yang meradang tersebut
menyerupai hernia inkarserata. Pada stadium menahun gejala klinis yang paling
sering dijumpai adalah hidrokel. Dapat pula dijumpai gejala limfedema dan
elephantiasis yang mengenai seluruh tungkai, seluruh lengan, testis, payudara dan
vulva. Kadang-kadanag terjadi kiluria, yaitu urin yang berwarna putih susu yang
terjadi karena dilatasi pembuluh limfe pada system ekskretori dan urinary.
19
Umumnya penduduk yang tinggal di daerah endemis tidak menunjukan
peradangan yang berat walaupun mereka mengandung mikrofilaria (Parasitologi
Kedokteran 2008).
20
rumah dan dengan adanya ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi
jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila kandang ternak di letakkan jauh dari
rumah.
3. Pencegahan secara kimia.
Penggunaan insektisida secara tidak tepat untuk pencegahan dan
pengendalian infeksi dengue harus dihindarkan. Selama periode sedikit atau tidak
ada aktifitas virus dengue, tindakan reduksi sumber larva secara rutin, pada
lingkungan dapat dipadukan dengan penggunaan larvasida dalam wadah yang
tidak dapat dibuang, ditutup, diisi atau ditangani dengan cara lain.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa parasit jenis
Chironmus tentans merupakan parasit insang, kulit, sirip, sisik yang merupakan
ektoparasit dan juga berupa endoparasit yang menyerang alat pencernaan
makanan, misalnya usus, alat peredaran darah, yaitu pembuluh darah insang,
darah dan juga organ lain seperti otot daging, gelembung udara, mata, otak dan
ginjal.
Lalu, Simulium adalah sejenis lalat kecil (3mm-8mm), penghisap darah
seperti nyamuk atau agas yang termasuk ke dalam Ordo Diptera, Subordo
Nematocera, Famili Simuliidae. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah
lalat punuk karena mempunyai daerah toraks yang menonjol. Umumnya lalat ini
berwarna hitam sehingga dikenal dengan istilah blackfly.
Sedangkan Culex Quinquefasciatus adalah nyamuk yang dapat menularkan
penyakit kaki gajah (filariasis). Hal ini terjadi saat nyamuk Culex menghisap
darah pengidap filariasis sehingga larva cacing filariasis masuk dan berkembang
biak ditubuhnya lalu nyamuk Culex menularkan larva tersebut kepada manusia
dengan cara menggigitnya. Kasus penyakit kaki gajah banyak ditemukan
dibeberapa daerah di Indonesia seperi Malang Selatan dan Kediri.
3.2 Saran
Saran dalam pembuatan makalah ini adalah akan lebih baik jika mencari
literasi terkait materi lebih diperbanyak lagi, guna mendapatkan bahasan yang
lebih luas.
22
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Upik K. 2010. Apakah Simulium itu ?. Fakultas Kedokteran Hewan: IPB.
Diakses 9 Maret 2018 (http://upikke.staff.ipb.ac.id/files/2010/05/Apakah-
Simulium-itu.pdf).
http://e-journal.uajy.ac.id/626/3/2BL00973.pdf
Metcalff, R. L. 1985. Destructive And Useful Insect Their Habits And Control.
Edisi ke-4. Hill Book Company. New York.
Suryanti S.R. 1980. Parasit Ikan dan Cara Pemberantasannya. Penerbit Yayasan
Sosial Tani Membangun.
Takaoka, H. & D.M. Davies. 1996. The blck flies (Diptera: Simuliidae) of Java,
Indonesia. Bishop Museum Bulletin in Entomology 6. Bishop Museum
Press. Honolulu. Hawaii, USA
23