You are on page 1of 9

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.

) IX (2): 173-181 ISSN: 0853-6384 173

Full Paper
PERBANDINGAN EFIKASI VAKSIN PRODUK INTRA- DAN EKSTRASELULER
Aeromonas hydrophila UNTUK MENANGGULANGI PENYAKIT
MOTILE AEROMONAS SEPTICEMIA (MAS)
PADA LELE DUMBO (Clarias sp.)

EFFICACY COMPARISON OF INTRA- AND EXTRACELLULAR PRODUCTS


VACCINES OF Aeromonas hydrophila TO CONTROL
MOTILE AEROMONAS SEPTICEMIA (MAS)
IN CATFISH (Clarias sp.)
*)) *)
Dini Siswani Mulia dan Cahyono Purbomartono
Abstact

The aims of this research were to evaluate the eficacy of intra- and extracellular products
vaccines of Aeromonas hydrophila to control Motile Aeromonas Septicemia (MAS) in
catfish (Clarias sp.). Catfish with 10-13 cm of total length were used for the experiment
with three treatments in five replicates. The treatments were vaccinations with (1) A:
intracellular product of A. hydrophila; (2) B: extracellular product of A. hydrophila; (3)
without vaccination (control). Vaccination was conducted by intramuscular injection of 5
g protein/fish (each fish was injected with 0.1 ml of vaccine). Booster was conducted one
week after vaccination. The challenge test was conducted two weeks after booster. The
results showed that the survival rate, Relative Percent Survival (RPS), and antibody titer of
A treatment was significantly different (P<0.05) with B treatment and control. The survival
rate and RPS of catfish vaccinated with intracellular product of A. hydrophila (A treatment)
reached 85.33 and 82.26%, respectively. The highest antibody titer was 1843.2 which
was obtained by the A treatment. The results suggested that intracellular product vaccine
of A. hydrophila was more effective than extracellular product vaccine.

Key words: Aeromonas hydrophila, catfish, extracellular product vaccine,


intracellular product vaccine.
Pengantar lama. Pemakaian yang terus-menerus
akan menimbulkan dampak negatif, baik
Penyakit MAS (Motile Aeromonas pada ikan, l ingkungan, maupun
Septicemia) yang disebabkan oleh konsumen.
bakteri Aeromonas hydrophila sampai
saat ini merupakan salah satu kendala Vaksinasi merupakan cara yang efektif
dalam budidaya ikan air tawar, tidak dan efisien untuk menanggulangi penyakit
terkecuali lele dumbo. Serangan bakteri MAS. Tingkat perl indungan yang
ini dapat menyebabkan kematian benih diti mbulkan oleh v aksinasi sangat
ikan lele 80-100% dalam waktu sekitar tergantung pada jenis dan kualitas vaksin,
satu minggu (Triyanto et al., 1997). cara v aksinasi, kondi si ikan, dan
Penanggulangan penyakit MAS dengan lingkungan hidupnya (kualitas air) (Kamiso
obat-obatan dan antibiotika efektif apabila et al., 1998). Penelitian penggunaan
penggunaannya tepat dan tidak terlalu bemacam-macam antigen A. hydrophila
*)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya Dukuhwaluh
PO BOX 202, Purwokerto
)
Penulis untuk korespondensi : E-mail : dinimulia@yahoo.com

Copyright2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


174 Mulia dan Purbomartono, 2007

sebagai vaksin sudah banyak dilakukan pada media TSB (Tryptone Soya Broth)
dengan hasil yang bervariasi. Vaksin (Oxoid) disuntikkan secara intramuskular
produk intra dan ekstraseluler A. dengan dosis 0,1 ml (1011 CFU/ml) pada 5
hydrophila merupakan dua jenis bagian ekor ikan lele dumbo berukuran 10-13 cm
dari sel yang dapat digunakan sebagai untuk mengembalikan tingkat virulensi.
antigen. Vaksin produk intraseluler A. Bakteri diisolasi kembali dari lele dumbo
hydrophila, di dalamnya terdapat berbagai yang menunjukkan gejala penyakit MAS
jenis protein yang bersifat imunogenik. pada media GSP (Glutamat Starch
Antigen ini dibuat dari cairan intraseluler Phenile) agar (Merck). Reinfeksi dan
bakteri dan mampu mengaktivasi limfosit reisolasi dilakukan sebanyak 3 kali.
sehingga mampu memproduksi antibodi. s
Menurut Subowo (1993), kebanyakan Penentuan Lethal Dose50 (LD50)
imunogen yang kuat dan mudah Lele dumbo diinfeksi dengan bakteri A.
menimbulkan respons imun yang nyata hydrophila secara suntikan intramuskular
adalah berupa protein. Murtiningsih (2003) dengan dosis 0,1 ml suspensi bakteri
menggunakan vaksin produk intraseluler dengan kepadatan 0 (kontrol), 2,18x105;
A. hydrophila strain Cangkringan dengan 2,18x106; 2,18x107; 2,18x108; 2,18x109;
dosis 2,5-10 mg/ekor, sintasan lele dan 2,18x1010 CFU/ml. Konsentrasi bakteri
dumbo mencapai 66,7-100%. Olga (2003) dihitung dengan metode total plate count
menggunakan vaksin protein produk (Jutono et al., 1980). Ikan yang telah
intraseluler A. hydrophila dengan berat disuntik dipelihara dalam ember berisi 10 l
molekul berkisar antara 40-100 kDa, air dengan kepadatan 8 ekor/ember.
sintasan lele dumbo mencapai 42,22- Pengamatan dilakukan setiap hari selama
75,56%. 7 hari untuk mengetahui kematian ikan
pada masing-masing ember. Perhitungan
Produk ekstraseluluer (ECPs) termasuk LD50 dilakukan berdasarkan metode Reed-
toksin, protein, dan enzim (Stevenson, Muench (Anderson, 1974).
1988) dapat berfungsi sebagai toksin yang
menyebabkan penyakit (Allan & Pembuatan antigen produk intra- dan
Stevenson, 1981) dan dapat pula sebagai ekstraseluler A. hydrophila
antigen yang menimbulkan rangsangan Kultur bakteri A. hydrophila pada media
pada ikan untuk memproduksi antibodi TSA (Tryptone Soya Agar) (Merck) dipanen
(Leung, 1987). Nugroho et al. (1990) dengan sentrifuse (Beckman, Model J-6B)
menggunakan vaksin produk ekstraseluler pada kecepatan 3.000 rpm selama 20
A. hydrophila pada ikan karper, sintasan menit dan dicuci 3 kali dengan PBS
mencapai 54,76%, sedangkan vaksin (Phospate Buffer Saline) 0,01 M pH 7,4.
whole cell mencapai 42,86% dan vaksin Supernatan ditampung dalam tabung
complete (produk ekstraseluler dan whole konikal sebagai vaksin produk ekstra-
cell) mencapai 47,62%. seluler. Pelet bakteri disuspensikan dalam
1-2 ml PBS 0,01 M pH 7,4, kemudian
Peneliti an ini bertujuan untuk selnya dipecah dengan sonikator (B.
membandingkan efikasi vaksin produk Braun 2000 U) dalam keadaan dingin
intra- dan ekstraseluler A. hydrophila selama 6x30 detik pada 159 Hz (Bollag
untuk menanggulangi MAS pada lele et al., 1969). Debris dan produk intra-
dumbo. seluler dipisahkan dengan sentrifuse pada
kecepatan 12.000 rpm pada suhu 4C
Bahan dan Metode selama 15 menit. Produk intraseluler
disuspensikan dalam 5-7 ml PBS 0,01 M
Reinfeksi dan reisolasi A. hydrophila pH 7,4. Selanjutnya, konsentrasi protein
Kultur bakteri A. hydrophila strain Moyudan diukur dengan metode Bio-rad protein assay

Copyright2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (2): 173-181 ISSN: 0853-6384 175

(Dunn, 1989) menggunakan spektrofoto- ikan, titer antibodi, dan kualitas air. Data
meter (Beckman, Model DU(R)-65) pada kem atian ikan digunakan untuk
panjang gelombang 595 nm dengan menghitung sintasan, RPS (relative
standard bovine serum albumin (BSA). percent survival), dan MTD (mean time to
death) diamati setelah uji tantang. Data
Vaksinasi lele dumbo dengan produk dianalisis dengan analisis varian dan
intra- dan ekstraseluler A. hydrophila Duncans Multiple Range Test (DMRT)
Percobaan menggunakan Rancangan dengan tingkat kepercayaan 95%. Data
Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan kualitas air dianalisis secara deskriptif.
dan 5 ulangan, yaitu A: pemberian vaksin
produk intraseluler A. hydrophila; B: RPS dihitung sebagai berikut:
pemberian vaksin produk ekstraseluler A.
% kematian ikan yg divaksin
hydrophila; dan kontrol. Unit percobaan RPS = (1-
% kematian ikan yg tdk divaksin
) x100%
berupa lele dumbo sebanyak 15 ekor
dalam ember pemeliharaan yang diisi 20 l MTD dihitung sebagai berikut :
air. Lele dumbo yang digunakan berukuran
panjang 10-13 cm (11-15 g). Sebelum ai.bi
MTD = x 100%
divaksin, lele dumbo diaklimatisasi selama bi
15 hari. Vaksinasi dilakukan dengan suntik Keterangan:
intramuskular sebanyak 0,1 ml vaksin ai : waktu kematian (hari)
dengan dosis 5 g protein/ekor. Seminggu bi : jumlah kematian ikan setiap
setelah vaksinasi dilakukan booster waktu pengamatan
dengan cara dan dosis yang sama. Dua
minggu setelah booster dilakukan uji Hasil dan Pembahasan
tantang dengan menyuntik ikan secara
intramuskular sebanyak 0,1 ml dengan Lethal Dose50 (LD50) A. hydrophila
kepadatan suspensi bakteri sesuai dengan terhadap lele dumbo
hasil perhitungan LD50. Patogenisitas A. hydrophila pada lele
dumbo ditunjukkan dengan kepadatan
Pengukuran titer antibodi bakteri yang menyebabkan kematian ikan
Pengamatan titer antibodi dilakukan sebesar 50%, yang disebut dengan Lethal
dengan metode mikrotiter (Volk & Wheeler, Dose50 (LD50). LD50 selanjutnya digunakan
1988). Titer antibodi diamati sebanyak 5 sebagai dosis infeksi bakteri A. hydrophila
kali, yaitu sebelum ikan divaksin (minggu pada saat uji tantang (Challenge test). LD50
ke-0), pada saat akan dibooster (minggu terletak antara 2,18 x 107 cfu/ml dan 2,18
ke-1), seminggu setelah booster (minggu x 106 cfu/ml (Tabel 1). Berdasarkan metode
ke-2), dua minggu setelah booster (pada Reed-Muench (Anderson, 1974) LD50 yang
saat akan uji tantang/minggu ke-3), dan diperoleh adalah 5,47 x 106 cfu/ml.
pada akhir penelitian (minggu ke-5).
Tabel 1. Mortalitas lele dumbo (5) yang
Pengukuran kualitas air diinfeksi A. hydrophila pada saat
Pengamatan kualitas air dilakukan setiap uji penentuan LD50
minggu. Parameter kualitas air yang di- Jumlah Tingkat
amati meliputi suhu air, pH dengan metode bakteri (CFU) kematian (%)
10
potensiometri, kadar oksigen terlarut (DO) 2,18 x 10 100,0
dan kandungan karbon dioksida bebas 2,18 x 10 9 100,0
8
2,18 x 10 100,0
(CO2 bebas) dengan metode Winkler. 7
2,18 x 10 87,5
6
2,18 x 10 25,0
Analisis data 2,18 x 10 5 12,5
Data yang dikumpulkan adalah kematian Kontrol 0

Copyright2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


176 Mulia dan Purbomartono, 2007

Nilai LD50 ini menunjukkan bahwa isolat lepas. Sirip dada memutih dan terdapat
A. hydrophila strain Moyudan yang bercak merah. Sirip punggung geripis,
digunakan dalam penelitian ini cukup gerakan tubuh melemah, berenang kurang
ganas. Sarono et al. (1993) menyatakan aktif, memisahkan diri dari ikan yang lain,
bahwa LD50 A. hydrophila berkisar antara mengapung di permukaan air atau
10 4-10 6 sel/ml. Stevenson (1988) berenang di dasar. Gejala internal yang
mengelompokkan isolat A. hydrophila timbul cairan kuning di dalam rongga perut
dengan LD50 sebesar 104-105 CFU/ml karena terganggunya fungsi ginjal, ginjal
dinyatakan virulen, sedangkan isolat A. berwarna merah pucat dan lembek, hati
hydrophila dengan LD50 sebesar 107 CFU/ merah kehitaman, jantung, insang, usus
ml atau lebih dinyatakan nonvirulen. pucat, lambung mengembung berisi air.
Keganasan bakteri dalam penelitian ini Otot menjadi lembek dan mudah rusak.
lebih rendah dibandingkan dengan hasil
penelitian Triyanto (1990) dan Supriyadi Sintasan, RPS, dan MTD setelah uji
& Shari f f (1996). Tri yanto (1990) tantang
menyatakan bahwa nilai LD 50 A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hydrophila isolat Cisaat adalah 3,98 x 105 perlakuan jenis vaksin (produk intra- dan
sel/ml, isolat Cimanggis adalah 5,47 x 105 ekst raselul er A. hydrophila) dapat
sel/ml, dan isolat Yogyakarta adalah 8,99 meningkatkan sintasan lele dumbo
x 105 sel/ml. Supriyadi & Shariff (1996) (P<0,05). Perlakuan A (vaksin produk
menyatakan bahwa nilai LD 50 A. intraseluler A. hydrophila) menghasilkan
hydrophila yang diinfeksikan secara sintasan yang lebih tinggi, yaitu 85,33%
intraperitoneal adalah 6,7-9,6 x 104 CFU/ dibandingkan perlakuan B (vaksin produk
ekor pada lele dumbo dan 7,3 x 105 - 2,0 ektraseluler A. hydrophila) yaitu 58,67%,
x 107 CFU/ekor pada lele lokal. Perbedaan sedangkan kontrol menghasilkan sintasan
tingkat keganasan antara A. hydrophila terendah sebesar 17,33% (Tabel 2). Hasil
yang digunakan dalam penelitian ini penelitian i ni menunjukkan bahwa
dengan hasil penelitian lain diduga karena efektivitas vaksin dalam menanggulangi
adanya perbedaan strain. penyaki t MAS pada lel e dumbo
dipengaruhi oleh jenis vaksin atau sel
Gej ala penyakit ekst ernal aki bat bakteri yang digunakan sebagai vaksin.
serangan A. hydrophila adalah perubahan
warna tubuh yang semula hitam menjadi Sintasan yang dihasilkan oleh perlakuan
bercak-bercak putih dan pucat. Mukus di A (produk intraseluler A. hydrophila) lebih
sel uruh tubuh berkurang, perut tinggi dibandingkan hasil penelitian
mengembung bengkak dan berwarna Murtiningsih (2003) dan Olga (2003). Hasil
putih kekuningan, sebagian ikan yang lain penelitian Murtiningsih (2003) yang
perutnya berwarna merah pucat. Bercak menggunakan vaksin produk intraseluler
merah pada sisi perut, dada, ekor, sekitar A. hydrophila strain Cangkringan pada lele
mulut dan pangkal sungut. Sungut dumbo menunjukkan bahwa dengan dosis
memutih dan ujungnya patah, sebagian 5 g protein/ekor sintasan mencapai 83,3%,

Tabel 2. Sintasan, RPS, dan MTD pada masing-masing perlakuan


Parameter
Perlakuan
Sintasan (%) RPS (%) MTD (hari)
a a a
A (produk intraseluler) 85,33 5,58 82,266,75 1,570,44
b
B (produk ekstraseluler) 58,678,69 50,0410,51 b 1,670,47 a
Kontrol 17,337,60 c -
1,090,08 a
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf superscript yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Copyright2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (2): 173-181 ISSN: 0853-6384 177

sedangkan hasil penelitian Olga (2003) nya, rerata waktu kematian ikan yang
menggunakan vaksin produk intraseluler divaksin tidak mempunyai perbedaan
A. hydrophila dan dosis yang sama, dengan ikan yang tidak divaksin.
sintasan mencapai 75,56%. Sintasan
yang dihasilkan oleh perlakuan B (produk Titer antibodi
ekstraseluler A. hydrophila) sebesar Satu minggu setelah vaksinasi (minggu
58,67%. Hasil penelitian ini sedikit lebih ke-1) perlakuan A mengalami peningkatan
tinggi dibandingkan hasil penelitian yang titer antibodi yang cukup signifikan, yaitu
dilakukan oleh Nugroho et al. (1990) 256, dan jauh lebih tinggi dibandingkan
terhadap ikan karper yang diberi vaksin perlakuan B yang hanya meningkat
supernatan dengan nilai sintasan sebesar menjadi 32 (Gambar 1). Satu minggu
54,76%. setelah booster (minggu ke-2), titer
antibodi pada perlakuan A mengalami
Tingginya sintasan perlakuan A secara peningkatan yang sangat tinggi, yaitu
relatif memberikan perlindungan pada lele 614,4 dibandingkan dengan perlakuan B,
dumbo yang lebih baik, hal ini ditunjukkan yaitu 83,2. Dua minggu setelah booster
dengan RPS sebesar 82,26% yang jauh (sebelum uji tantang/minggu ke-3), titer
lebih tinggi dibandingkan perlakuan B antibodi pada perlakuan A meningkat
sebesar 50,04% dan antara keduanya menjadi 1024, perlakuan B menjadi 179,2,
berbeda nyata (P<0,05). RPS perlakuan sedangkan kontrol masih tetap. Masing-
A lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian masing perlakuan pada minggu ke-1, 2,
Olga (2003), yaitu 75% dan Murtiningsih dan 3 berbeda nyata (P<0,05). Dua minggu
(2003), yaitu 66,70%. Namun, ditinjau dari setelah uji tantang (minggu ke-5) titer
RPS yang baik yaitu di atas 50% (Kamiso antibodi meningkat tajam, baik pada
& Triyanto, 1996), maka vaksin produk perlakuan yang divaksin maupun kontrol.
int raseluler dan ekstraseluler A. Titer antibodi perlakuan A, B, dan kontrol
hydrophila sudah mampu memberikan masing-masing adalah 1843,2; 1331,2;
perlindungan yang baik terhadap dan 435,2. Antar perlakuan pada minggu
serangan A. hydrophila pada lele dumbo. ini tidak berbeda nyata (P>0,05). Produksi
RPS yang dihasilkan lele dumbo antibodi meningkat tajam pada lele dumbo
menunjukkan bahwa dengan pemberian yang divaksin dengan vaksin produk
vaksin produk intra- dan ekstraseluler A. intraseluler A. hydrophila dibandingkan
hydrophila respons imun dapat meningkat dengan lele dumbo yang divaksin dengan
signifikan yang ditunjukkan dengan vaksin produk ekstraseluler A. hydrophila.
pembentukan antibodi sehingga ikan lebih Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tahan terhadap serangan A. hydrophila perlakuan vaksinasi dapat meningkatkan
pada saat uji tantang. respons imun berupa titer antibodi
(P<0,05). Pada akhir penelitian, titer
MTD yang dihasilkan perlakuan A, B, dan antibodi perlakuan yang divaksin maupun
kontrol masing-masing adalah 1,57; 1,67 kontrol mengalami peningkatan.
dan 1,09 hari. MTD tersebut tidak berbeda
nyata (P>0,05) setelah dianalisis varian. Keberhasilan vaksinasi tergantung pada
Hasil penelitian yang dilakukan oleh jumlah dan mutu antigen, cara vaksinasi,
Kamiso et al. (1992) menjelaskan bahwa umur ikan, kondisi lingkungan,
vaksinasi hanya melindungi ikan dari kemampuan masing-masing individu ikan,
serangan bakteri dan jika ikan yang jenis antigen, dan cara v aksinasi
divaksin dapat terserang maka perlakuan (Anderson, 1974; Dorson, 1984; Ellis, 1988;
v aksinasi tidak berpengaruh nyata Kamiso et al., 1998). Dalam penelitian ini
terhadap perkembangan penyakit. Akibat- tampak bahwa vaksinasi menggunakan

Copyright2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


178 Mulia dan Purbomartono, 2007

2000
1800
1600
Titer antibodi

1400
1200 A
1000 B
800 KONTROL
600
400
200
0
0 1 2 3 5
Minggu ke-
Gambar 1. Titer antibodi pada masing-masing perlakuan. Minggu ke-0, awal penelitian
(sebelum divaksin); minggu ke-1, seminggu setelah divaksin (sebelum
booster); minggu ke-2, seminggu setelah booster; minggu ke-3, 2 minggu
setelah booster (sebelum uji tantang); minggu ke-5, panen (2 minggu setelah
uji tantang).

vaksin produk intraseluler A. hydrophila tergantung pada ukuran dan kerumitan


dapat merangsang respons imun humoral struktur molekulnya.
yang lebih tinggi dengan pembentukan
titer antibodi. Hal ini disebabkan dalam Gejala dan perkembangan penyakit MAS
produk intraseluler A. hydrophila terdapat (Motile Aeromonas Septicemia)
berbagai jenis protein dan polisakarida Gejal a eksternal akibat inf eksi A.
yang bersifat imunogenik. Almendras hydrophila tampak pada hari ke-1 sampai
(2001) menyatakan bahwa protein ke-3 setelah uji tantang. Pada hari ke-4,
merupakan makromolekul yang ikan sudah menunjukkan tanda-tanda
imunogen. Pada bagian tertentu dari penyembuhan. Perkembangan gejala
molekul ini dapat menentukan spesifitas eksternal lele dumbo yang diinfeksi A.
reaksi antigen-antibodi dan sebagai hydrophila dapat dilihat pada Tabel 3.
penentu timbulnya respons imun. Menurut
Subowo (1993), bagian tertentu Gejala eksternal dan internal pada ikan
dari molekul ini biasanya dinamakan yang mengalami kematian selama uji
epitop. Jumlah epitop dari molekul antigen tantang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 3. Perkembangan gejala penyakit eksternal pada ikan yang diinfeksi A. hydrophila
Hari ke-n Gejala eksternal
0 Berenang tidak aktif, selalu diam, kadang mengapung di permukaan air, terlihat
lemas, dan respon berkurang.
1 Sirip dada, sirip punggung, sirip anal berwarna keputihan dan mengalami geripis.
Sungut berwarna keputihan. Respon ikan semakin rendah.
2 Sirip semakin banyak yang geripis dan kadang diikuti dengan pendarahan pada
sirip dada, sirip punggung, sirip anal dan sungut. Respon ikan sudah cukup baik.
3 Sirip dada, sirip punggung dan sirip anal yang berwarna putih dan geripis sudah
hilang demikian juga dengan sungut sudah normal. Pendarahan pada daerah sirip
masih ada. Respon ikan sudah baik.
4 Geripis keputihan sudah menghilang. Ikan normal dan respon bagus, geripis
keputihan sudah menghilang.

Copyright2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (2): 173-181 ISSN: 0853-6384 179

Tabel 4. Gejala eksternal dan internal ikan uji yang mati akibat infeksi A. hydrophila
Bagian tubuh Gejala
Eksternal Seluruh tubuh berwarna keputih-putihan. Mukus di seluruh tubuh berkurang,
kulit kasap. Sungut, sirip dada, sirip punggung, sirip anal, sirip ekor berwarna
keputihan dan mengalami geripis. Terdapat luka di daerah bekas suntikan,
bahkan ada yang bolong karena dagingnya terkelupas. Bagian perut
mengembung bengkak, dan berwarna putih kekuningan, bahkan ada yang
berwarna merah dan biru. Respons ikan semakin rendah. Berenang lambat
dan cenderung di dasar atau di permukaan air.
Internal Rongga perut penuh dengan cairan kuning, usus berwarna kuning, ginjal
berwarna merah pucat dan lembek, hati merah kehitaman, jantung, insang,
usus pucat, lambung mengembung berisi air. Otot menjadi lembek dan
mudah rusak

Kualitas air Daftar Pustaka


Kualitas air selama penelitian masih
berada pada batas toleransi untuk
Allan, B.J. and R.M.W. Stevenson. 1981.
kehidupan lele dumbo. Suhu berpengaruh
Extracellular virulence factors of
pada pembentukan antibodi (Anderson,
Aeromonas hydrophila in fish infection.
1974). Pada suhu yang optim al,
Can. J. Microbial. 27:1114-1122.
pembentukan antibodi akan berjalan
dengan baik demikian juga sebaliknya. Almendras, J.M.E. 2001. Immunity and
Suhu air saat penelitian berkisar antara biological m ethods of disease
25-31 0C dan merupakan suhu yang prevention and control. In: Health
optimum bagi kehidupan lele dumbo. management in aquaculture. G.D. Lio-
Menurut Kamiso & Triyanto (1992), lele Po, C.R. Lavilla and E.R. Cruz-
dumbo sangat toleran terhadap suhu air Lacierda (Eds.). Aquacult ure
yang cukup tinggi, yaitu pada kisaran 20- Departem ent Southeast Asian
350C, pH berkisar antara 6,8-7,4, oksigen Fisheries Development Center,
terlarut berkisar antara 4,5-6,8 mg/l, dan Philippines. 111-136 p.
CO2 bebas berkisar antara 5,3-11,8 mg/l.
Anderson, D.P. 1974. Fish immunology.
Boyd (1990) menyatakan bahwa kisaran
In: Diseases of f i shes, Vol .4.
suhu 25-320C, pH 6,5-9 dan oksigen
S.F.Snieszko and H.R. Axelrod.
terlarut minimal 2 ppm dianggap masih
(Eds.). T.F.H. Publications. Ltd. 239
normal dan baik untuk kehidupan ikan air
p.
tawar. Dengan demikian, kualitas air
bukan merupakan f aktor penyebab Bollag, D.M., M.D. Rozycki, and S.J.
kematian lele dumbo dalam penelitian ini. Edelstein. 1969. Protein methods.
Kematian ikan kontrol pada saat uji Second Edition. John Wiley and
tantang disebabkan karena infeksi A. Sons. Inc. Publication. New York. 415
hydrophila. p.

Kesimpulan Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds


f or aquaculture. Bi rmingham
Efikasi vaksin produk intraseluler A. Publishing Co. Alabama. 482 p.
hydrophila lebih tinggi daripada vaksin
produk ekstraseluler A. hydrophila. Efikasi Dorson, M. 1984. Applied immunology of
vaksin ini dapat dilihat dengan tingginya fish. Symposium on fish vaccination.
sintasan, RPS dan titer antibodi yang O.I.E. Fish Diseases Commission.
dihasilkan oleh vaksin produk intraseluler Paris: 39-74.
A. hydrophila.

Copyright2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


180 Mulia dan Purbomartono, 2007

Dunn, M.J. 1989. Determination of total ran Penelitian Hibah Bersaing V/2
protein concentration. In: Protein Perguruan Tinggi UGM. 37 p.
purification methods a practical
Leung, K.Y. 1987. The role of protease of
approach. E.L.V Harris and S. Angal
Aeromonas hydrophila in infections of
(Eds.). IRL Press at Oxford University
rainbow trout. PhD. Thesis. University
Press. 10-16.
of Guelp, Ontario. Canada.
Ellis, A.E. 1988. Optimizing factors for fish Murtiningsih. 2003. Penggunaan vaksin
vaccination. In: Fish vaccination. A.E. protein sitoplasma bakteri Aeromonas
Ellis (Ed.). Academic Press Ltd. hydrophila pada lele dumbo (Clarias
London. 32-46. gariepinus). Skripsi. Fakul tas
Pertani an Jurusan Perikanan.
Jutono, S., J. Hartadi, S. Kabirun, S. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Suhadi, dan D. Soesanto. 1980. 70 p.
Pedoman praktikum mikrobiologi
Nugroho, E., S.L. Angka dan D.
umum. Fakultas Pertanian UGM.
Bastiawan. 1990. Peningkatan daya
Yogyakarta. 181 p.
tahan ikan terhadap inf eksi
Kamiso, H.N. dan Triyanto. 1992. Aeromonas hydrophila dengan cara
Vaksinasi monovalen dan polivalen vaksinasi. Prosiding Seminar Nasional
vaksin untuk mengatasi serangan II Penyakit Ikan dan Udang 16-18
Aeromonas hydrophila pada ikan lele Januari. Badan Penelit ian dan
(Clarias sp.). Jurnal Ilmu Pertanian Pengembangan Pertanian. Jakarta:
(Agriculture Science). 4 (8): 447-464. 83-86.
Kamiso, H.N., Triyanto, dan S. Hartati. Olga. 2003. Pengendalian penyakit MAS
1992. Penanggulangan penyakit motil (motile aeromonas septicemia) pada
aeromonas septisemia (MAS) pada lele dumbo (Clarias gariepinus)
ikan Lele (Clarias sp.). ARM Project melalui vaksinasi. Tesis. Program
Tahun ke-1. Balitbang Pertanian, Pasca Sarjana. UGM. Yogyakarta.
Deptan. Jakarta. 38 p. 118 p.
Kamiso, H.N. dan Triyanto. 1996. Sarono, A., Kamiso H.N., I.Y.B. Lelono,
Vaksinasi Aeromonas hydrophila Widodo, N. Thaib, E.B.S. Haryani,
untuk menanggulangi penyakit MAS S.Hariyanto, Triyanto, Ustadi, A.N.
pada lele dumbo (Clarias gariepinus). Kusumahati, W. Novianti, S. Wardani,
Prosi ding Seminar Nasional II dan Setyaningsih. 1993. Hama dan
Penyakit Ikan dan Udang. Balitbang penyakit ikan karantina golongan
Pertanian. Jakarta: 83-86. bakteri, buku 2. Kerjasama Pusat
Karantina Pertanian dan Fakultas
Kamiso, H.N., Triyanto, dan S. Hartati.
Pertanian Jurusan Perikanan UGM.
1997. Uji antigenisitas dan efikasi
Yogyakarta. 90 p.
Aeromonas hydrophila pada lele
dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Subowo. 1993. Imunobiologi. Penerbit
Perikanan UGM (GMU J. Fish. Sci) . Angkasa. Bandung. 233 p.
I (2): 9-16.
Supriyadi, H. dan M. Shariff. 1996.
Kam iso, H.N. , A. Isnanset yo, Determinasi virulensi beberapa isolat
Murwantoko, dan B.S. Priyono. 1998. Aeromonas hydrophila dengan metode
Pembuatan antigen murni untuk plate assay dan LD 50. Prosiding
memproduksi polivalen antibodi dan Simposium Perikanan Indonesia I.
vaksin Aeromonas hydrophila. Lapo- Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Jakarta: 279-284.

Copyright2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (2): 173-181 ISSN: 0853-6384 181

Stevenson, R.M.W. 1988. Vaccination poli v alen ant ibodi dan v aksin
against Aeromonas hydrophila. In: Aeromonas hydrophila. Laporan Pene-
Fish vaccination. A.E. Ellis (Ed.). litian Hibah Bersaing V/1 Perguruan
Academic Press. London.: 112-123. Tinggi Tahun Anggaran 1996/1997.
Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
Triyanto. 1990. Patogenisitas beberapa
37 p.
isolat Aeromonas hydrophila terhadap
ikan lele (Clarias batrachus L.). Volk, W. and M.F. Wheeler. 1988. Basic
Prosiding Seminar Nasi onal II microbiology (Mikrobiologi dasar
Penyakit Ikan dan Udang 16-18 dit erjemahkan ol eh Markhan).
Januari. Badan Penelit ian dan Erlangga. Jakarta. 396 p.
Pengembangan Pertanian. Jakarta:
116-121.
Wahab, A.S dan M. Julia. 2002. Sistem
Triyanto, Kamiso H.N., A. Isnansetyo, imun, imunisasi dan penyakit imun.
dan Murwantoko. 1997. Pembuatan Widya Medika. Jakarta. 101p.
antigen murni untuk memproduksi

Copyright2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved

You might also like