Professional Documents
Culture Documents
Dalam rangka memasyarakatkan pengolahan biji kakao menjadi produk- produk olahan sebagai
salah satu upaya peningkatan nilai tambah dalam agribisnis kakao dan peningkatan tingkat
konsumsi kakao dalam negeri, sebuah alat penyangrai tipe silinder telah direkayasa untuk
kapasitas 15 kg biji kakao kering. Penelitian ini dilakukan untuk mengoptimasi kondisi operasi
yang meliputi suhu dan lama penyangraian untuk menghasilkan bubuk kakao bermutu. Optimasi
terhadap kedua variabel tersebut dilakukan menggunakan rancangan Response Surface Metho-
dology masing-masing pada rentang 110140OC dan 2060 menit. Parameter yang diamati
meliputi profil suhu selama penyangraian, bilangan peroksida lemak, warna dan sifat
organoleptik bubuk kakao yang dihasilkan serta uji mikrobiologi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa suhu biji pada 28 menit pertama di dalam silinder sangrai turun dari 50OC ke 30OC,
sebelum meningkat kepada suhu yang dipasang dengan laju 10OC per menit. Suhu dan lama
penyangraian berpengaruh secara interaktif terhadap bilangan peroksida lemak kakao dan warna
serta sifat organoleptik bubuk kakao yang dihasilkan. Kondisi optimum penyangraian dicapai
pada suhu 140OC dengan lama 20 menit. Penyangraian biji secara nyata mengurangi total
mikroba pada bubuk kakao, sementara pada sampel hasil sangrai juga tidak ditemukan adanya
mikroba berbahaya Escherichia coli.
KESIMPULAN
Penyangraian biji kakao menggunakan penyangrai tipe silinder dapat menghasilkan bubuk yang
sesuai dengan persyaratan standar mutu dan selera konsumen. Kondisi opti- mum penyangraian
dicapai pada suhu dan lama sangrai masing-masing 140OC dan 20 menit.
3. QUALITY CHARACTERISTICS OF ACEH CACAO BEANS RESULTED FROM DIFFERENT
FERMENTATION METHODS
ABSTRAK
Response of cocoa beans to any fermentation treatment may vary according to crop variety,
farming conditions and practices, and fermentation methods; including type of beans stirring
methods and stirring frequencies applied during fermentation period. The objective of this
research is to study quality characteristics of Aceh fermented cocoa beans treated with
different stirring methods and stirring frequencies. The cocoa beans of 40 cm mass depth
were kept in 53x40x50 cm rattan buckets and were fermented for 5 days. Beans stirring
during fermentation was conducted either by in-place stirring andreplace-stirring to other
rattan bucket. Stirring period was set for each 12 hours, 24 hours, and 48 hours of
fermentation time. Beans temperature, pH, and total sugar content for each stirring period
along five days-fermentationtime were recorded. The fermented beans were sundried for
moisture content of approximately 6%. The results showed that the beans temperature
during fermentation increased up to 45.7-46.6oC on the third-day and then decreased to
37.9-40.4oC on the fifth-day. The highest temperature (46.6oC) was recorded for in-place
stirring with stirring period of 48 hours. The pH value of the beans decreased from 5.6-5.9 on
the first-day to 3.2-3.4 on the fourth-day and then slightly increased to 3.4 in average on the
fifth-day. The total sugar content decreased from 9.1-9.6% on the first-day to approximately
0.4% on the fifth-day. Quality analysis of the fermented beans showed that pH value varied
5.5- 5.8 and fat content was47.9-49.1%. The best quality of fermented beans was found for
replace-stirring method with stirring period of 24 hours. This treatment resulted in
fermented cocoa beans with 0.4% moldy, 17.5% partly purple, 3.0% slaty, and 76.7% fully
fermented
Respon dari biji kakao untuk perawatan fermentasi dapat bervariasi sesuai dengan berbagai
tanaman, kondisi pertanian dan praktek, dan metode fermentasi; termasuk jenis kacang
aduk metode dan aduk frekuensi diterapkan selama periode fermentasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mempelajari karakteristik kualitas biji kakao Aceh difermentasi
diobati dengan metode pengadukan yang berbeda dan frekuensi pengadukan. Biji kakao dari
kedalaman massa 40 cm disimpan di 53x40x50 cm ember rotan dan difermentasi selama 5
hari. Kacang aduk selama fermentasi dilakukan baik oleh di tempat pengadukan andreplace-
aduk ke ember rotan lainnya. periode Pengadukan ditetapkan untuk setiap 12 jam, 24 jam,
dan 48 jam waktu fermentasi. Suhu kacang, pH, dan kadar gula masing-masing periode
pengadukan bersama lima hari-fermentationtime dicatat. Kacang fermentasi yang sundried
untuk kadar air sekitar 6%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu kacang selama
fermentasi meningkat hingga 45.7-46.6oC pada ketiga hari dan kemudian menurun menjadi
37.9-40.4oC pada kelima-hari. Suhu tertinggi (46.6oC) tercatat dalam-tempat aduk dengan
periode pengadukan 48 jam. Nilai pH biji menurun 5,6-5,9 pada hari pertama untuk 3,2-3,4
pada keempat-hari dan kemudian sedikit meningkat menjadi 3,4 rata-rata pada kelima-hari.
Kandungan gula total menurun 9,1-9,6% pada hari pertama sekitar 0,4% pada kelima-hari.
analisis kualitas biji fermentasi menunjukkan bahwa nilai pH bervariasi 5,5 5,8 dan lemak
konten was47.9-49.1%. Kualitas terbaik dari biji yang difermentasi ditemukan untuk
menggantikan-aduk metode dengan periode pengadukan dari 24 jam. Perawatan ini
mengakibatkan biji kakao yang difermentasi
Fermentasi dilakukan selama 5 hari. Proses pengadukan biji selama fermentasi baik dengan
aduk setempat maupun aduk berpindah dilakukan dengan interval waktu 12 jam, 24 jam,
dan 48 jam. Pada perlakuan aduk setempat, pengadukan biji dilakukan pada keranjang rotan
yang sama. Adapun pada perlakuan aduk berpindah, biji dipindahkan dari satu keranjang ke
keranjang rotan lainnya. Parameter suhu (oC), pH, dan kandungan gula total (%) biji kakao
pada 5 lokasi berbeda dalam keranjang rotan diukur dengan 3 kali ulangan, masing-masing
menggunakan thermometer, pH-meter, dan handheld- refractometer.