You are on page 1of 4

and whosoever disbelieves in Allah, His Angels, His

Books, His Messengers, and the Last Day, then


indeed he has strayed far away.

Meaning, he will have deviated from the correct guidance and strayed far away from its path.

LESSONS from Surah an-Nisa Ayah 136

It is not enough to say that one is a believer. One needs to constantly strive to strengthen their emaan.
People who are conscious about fashion, do they go and shop only once a year? No. They regularly go to
the mall to see whats new, whats on sale, whats in fashion now. People who love shopping go to the
mall every week or every two weeks.

When you like something you try to improve it. So having emaan is not just claiming from the tongue
that you are a Muslim but constantly trying to improve it.

Belief and disbelief are not same. One person is on sirat-e-mustaqeem, the right path while the other
one is on dalla dalalan baeeda meaning far away from the right path.

Emaan in everything is what completes the belief. For example, one person cannot say I believe in
Allah but I dont believe in the angels. This is not acceptable.
A. Teks Ayat dan Tarjamahnya

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta
kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari
kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnyaQs.4:136

B. Kaitan Ayat

1. Ayat sebelumnya menyerukan agar orang mu`min tetap menegakkan keadilam dalam segala aspek kehidupan baik pada orang lain maupun pada
diri sendiri. Ayat berikutnya menyeru agar mu`min selalu meningkatkan keimanannya. Keterkaitan kedua ayat tersebut menyisyaratkan bahwa
dalam menegakkan keadilan mesti berlandaskan iman.

2. Ayat sebelumnya memerintahkan untuk adil dalam segala hal yang berkaitan dengan sesama manusia seperti pada orang tua, kerabat maupun diri
sendiri. Ayat berikutnya memerintahkan adil pada Allah, Rasul-Nya, kitab yaitu dengan mengimaninia secara tepat. Adil pada prinsipnya adalah
menempatkan susuatu pada proporsinya. Oleh karena itu tempatkanlah rasul sebagai utusan Allah dan al-Qur`an sebagai pedoman hidup.

C. Tinjauan Historis

Menurut riwayat Abu Shalih dari Ibn Abbas ayat ini turun berkaitan dengan imannya kaum yahudi yang bernama Abd Allah bin Salam, Asad bin
Kab,UsaidbinjKab,TsalabahbinQais,SalamkeponakanAbdullahbinSalam,danYaminbinYamin.MerekasetelahmasukIslam menghadap
Rasul SAW dan menyatakan ( Wahai Rasul Allah kami
beriman padamu, pada kitabmu, pada Musa, Taurat, dan Uzair. Namun kami menolak pada yang lain dari itu baik kitab-kitab, maupun para rasul
yang lain). Tidak lama kemudian turun ayat ini sebagai teguran pada mereka seharusnya mereka iman pada seluruhnya.[1]

D. Tafsir Kalimat

1. Wahai orang-orang yang beriman,

Ditinjau dari sudut histories ayat ini sasarannya adalah pada orang yang mengaku beriman tapi masih belum sempurna keimanannya. Menurut
sebgian riwayat yang diseur oleh pangkal ayat ini adalah ahlul-Kitab yang sudah menyatakan beriman pada Nabi Muhammad SAW tapi belum
mengakui aturannya secara keseluruhan. Ada juga diantara mereka yang hanya mengimani sebagiannya saja, dan menolak sebagiannya lagi.
Namun menurut sebagian ulama pangkal ayat ini menyru seluruh orang yang sudah mengaku beriman, baik yang belum sempurna imannya maupun
yang telah benar-benar beriman.[2]

2.
tetaplah beriman kepada Allah

Jika seruan iman pada ayat ini diarahkanpadayangbelummenjadimuminsempurna,mengandungbeberapamaknaantaralain:(1)yahudidan


nashrani yang mengaku iman pada Musa dan Isa, maka ayat ini menyeru mereka supaya beriman kepada Nabi Muhammad SAW dan al-Qur`an. (2)
ada ahlul-kitab yang mengajak temannya untuk beriman kadang-kadang seperti dikisahkan dalam firman-Nya (qs.3:72):




Segolongan(lain)dariAhliKitabberkata(kepadasesamanya):Perlihatkanlah(seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada
orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orangmumin)kembali
(kepada kekafiran). (3) ada ahlul-kitab yang mengaku beriman tapi baru dimulutnya belum masuk di lubuk hatinya seperti dikisahkan dalam
firman-Nya (Qs.5:41) Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera
(memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orangyangmengatakandenganmulutmereka:Kamitelahberiman,padahalhatimereka
belum beriman;Qs.5:41.

Seruan agar orang yang mengaku beriman untuk beriman mengandung beberapa makna antara lain (1) orang yang beriman secara taqlid, hendaklah
mengimaninya secara argumentative dengan mengetahui dasar-dasar serta dalil-dalinya, (2) orang yang beriman secara gelobal, maka hendaklah
meningkatkan keimanannya secara terinci dan detail, (3) orang yang masih beriman secara hati dan lisan hendaklah beriman secara keseluruhan
baik rasa, rasio maupun raga; (4) orang yang sudah beriman secara sempurna, maka hendaklah terus disempurnakan keimanannya sehingga tidak
lepas sedetikpun; (5) ahlul-kitab yang hanya mengimani sebagian rasul dan kitab, hendaklah beriman pada seluruh yang diutus dan diturunkan
Allah SWT.[3]

3. dan Rasul-Nya

Iman pada Allah, tidak bisa dipisahkan dengan iman pada Rasul SAW. Syahadat sebagai pintu masuk kembali pada al-Islam merupakan satu
kesatuan antara persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah yang tidak terpisahkan dengan bersaksi bahwa Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah.
Oleh karena itu siapa pun yang megaku beriman pada Allah, belum diakui keimananya kecuali kalau sudah mengakui kerasunan Nabi Muhammad
SAW.


4.
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya,

Beriman pula pada kitab yang ditrunkan kepada rasul-Nya, yaitu al-Qur`an. Setiap yang mengaku beriman pada rasul mesti mengimani pedoman
hidup yang dibawa oleh yang diimaninya itu. Bagaimana mungkin seeorang diakui iman pada rasul tanpa mengimani ajarannya.


5. serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.

Karena iman kepada kita juga mesti secara keseluruhan, maka kitab yang diturunkan pun mesti diimani. Semua kitab yang diturunkan Allah
mempunyai kedudukan yang sama, maka imannya pun tidak boleh berbeda. Adapun penggunaan kitab-kitab tersebut sebagai pedoman hidup, tentu
saja hanya berlaku pada zamannya. Oleh karena itu setelah Nabi Muhammad SAW diutus, maka yang berlaku adalah hanya al-Qur`an.


6.

Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya

Inilah yang mesti diimani dan tidak boleh dikufuri. Adapun secara keseluruhan yang mesti diimani itu berjumlah enam, sebagaimana Rasul SAW
menandaskan tatkala ditanya tentang apa itu iman:

Iman itu hendaklah mengimani Allah, mala`ikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir dan taqdir-Nya yang baik mapun buruk. Hr.
Ahmad.[4]

Iman kepada Allah, mala`ikat, kitab-kitab-Nya, para rasul dan hari akhir merupakan satu-satunya jalan yang benar. Maka orang yang tidak beriman
kepada semua itu termasuk jalan yang sesat. Orang yang kufur bakal jauh dari jalan yang benar. Pengunci ayat ini juga sekaligus sebagai penegasan
bahwa iman itu mesti bersih dari kufur.

E. Beberapa Ibrah

1. Orang yang sudah mengaku beriman, mesti terus menerus berusaha menjadi mu`min yang sejati. Mu`min yang sejati adalah yang benar beriman
pada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, rasul-Nya, taqdir-Nya dan hari akhir. Keimanan tersebut mesti dibuktikan dalam hati, ucap, sikap dan
perbuatan.

2. Orang yang sudah beriman baik dalam rasa, rasio maupun raga mesti tetap meningkatkan kualitasnya jangan sampai menurun. Menjaga stabilitas
iman dan meningkatkan kualitasnya merupakan cara agar terhindar dari kesesatan.

3. Orang yang tidak beriman alias kufur pasti jalan hidupnya akan tersesat. Oleh karena itu bila ingin menjadi mu`min yang kut iman mesti jauh
dari jalan kekufuran.

.
ASBABUN NUZUL

DiriwayatkandariIbnuAbbas,ayatiniditurunkanberkenaandenganAbduI-Lah bin
Salam, Asad dan Usaid yang keduanya putra Kaab, Tsalabah bin Qais, Salam bin
saudara perempuan Abdu I-Lah bin Salam, dan Yamin bin Yamin. Mereka datang
kepada Rasulullah saw. seraya berkata, Kami beriman kepadamu dan kitabmu,
kepada Musa dan Taurat, dan kepada Uzair; tetapi kami ingkar kepada selain
kitab-kitab dan rasul-rasulitu.Maka,Rasulullahsaw.bersabda,Bahkan,hendaknya
kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Muhammad, beserta kitab-Nya,
al-Quran, dan seluruh kitab yang diturunkan sebelum itu. Mereka berkata, Kami
tidakakanmelakukannya.Makaturunlahayatini,kemudianmerekasemuaberiman.
(Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi 5, hal. 301.)

Perlu diketahui, bahwa perintah beriman bisa tertuju kepada orang yang belum masuk dalam keimanan dan belum
memiliki sifat itu, seperti perintah kepada orang yang belum beriman, "Wahai orang-orang yang telah diberi Al Kitab,
berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Quran) yang membenarkan kitab yang ada pada
kamudst." (Terj. An Nisaa': 47), bisa juga tertuju kepada orang yang sudah masuk ke dalam keimanan, maka
perintah di sini untuk memperbaiki apa yang telah ada dari keimanan itu dan memunculkan apa yang belum ada,
seperti pada ayat di atas, di mana Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan kepada kaum mukmin untuk
beriman. Hal ini menghendaki agar mereka memperbaiki keimanan mereka, berupa keikhlasan dan kebenarannya,
serta menjauhkan imannya dari segala yang dapat merusak dan bertobat dari segala yang dapat mengurangi
keimanan. Demikian juga perintah untuk mewujudkan apa yang belum ada dalam diri seorang mukmin, berupa
pengetahuan keimanan dan pengamalannya. Kemudian dilanjutkan dengan istiqamah dan tetap terus di atasnya
sampai wafat, sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam."
(Terj. Ali Imran: 102).

Kesesatan apa yang lebih jauh daripada kesesatan orang yang meninggalkan jalan yang lurus dan malah menempuh
jalan yang mengarah kepada azab yang pedih. Perlu diketahui, bahwa mengingkari salah satu di antara yang
disebutkan dalam ayat di atas sama saja mengingkari semuanya, karena adanya talazum (terikat dan tidak dapat
dipisahkan yang satu dengan yang lain) dengan beriman kepada sebagiannya dan ingkar kepada sebagian yang lain.

You might also like