You are on page 1of 11

TEKNIK MENINGKATKAN DAN MEMPERLANCAR PRODUKSI ASI

PADA IBU POST SECTIO CAESARIA

Oleh

Masadah
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram
masadah_viky@yahoo.co.id

ABSTRACT

The delivery process through action section caesaria cause difficulties mothers initiate breastfeeding
early because of rooming in, weakness and abdominal incision in the mothers condition. Besides the feeling of
mother who does not believe can provide care to the baby because the condition will cause a decrease in the
hormone oxytocin that breast milk can not exit immediately after delivery. This can adversely affect a babys life
because it lost the opportunity to obtain the highest nutrition early in life that colostrum. Proper lactation
management can be applied if the nurse as care giver is able to understand the technique stimulates oxytocin
expenditure. Based on the results of research there are several alternative methods that can be done to stimulate
the hormne oxytocin t increase milk production after section caesaria. So that mothers can still provide breast
milk to their babies in quality among them is oxytocin massage methods, techniques marmet, warm
compresses, massase rolling, breast care and SPEOS methods.

Keyword :

Section caesaria, Lactation management , Hormone oxytocin

LATAR BELAKANG payudara. Permasalahan pengeluaran ASI dini bisa


terjadi pada ibu yang mengalami proses persalinan
Organisasi kesehatan Dunia (WHO)
melalui tindakan Sectio Caesaria (SC), hal ini
merekomendasikan agar bayi baru lahir mendapat
dapat menimbulkan dampak buruk untuk
ASI eksklusif selama enam bulan sebab ASI adalah
kehidupan bayi padahal justru nilai gizi tertinggi
nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan
ada dihari-hari pertama kehidupan bayi, yaitu
gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal
kolostrum. Ibu dengan SC akan mengalami
(Hegar, 2008). UNICEF menegaskan bahwa bayi
kesulitan inisiasi menyusui dini karena faktor
yang diberi susu formula memiliki kemungkinan
rooming-in, kondisi sayatan pada perut ibu,
meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya
kelemahan akibat pengaruh anestesi yang
dan kemungkinan bayi yang diberi susu formula
diberikan sebelumnya, oleh karena itu pasien
meninggal dunia adalah 25 kali lebih tinggi
dengan operasi Caesar baru bisa berhasil menyusui
daripada bayi yang disusui oleh ibunya secara
setelah lewat beberapa jam pasca melahirkan
eksklusif (Selasi, 2009).
(Roesli, 2008). Hasil penelitian yang pernah

Pengeluaran ASI merupakan suatu proses dilakukan di Indonesia terdapat beberapa metode

pelepasan hormon oksitosin untuk mengalirkan air yang dapat digunakan untuk membantu

susu yang sudah diproduksi melalui saluran dalam memperlancar produksi ASI pasca melahirkan
diantaranya adalah metode Pijat Oksitosin, Teknik budaya dalam melakukan perawatan masa nifas,
Marmet, Kompres Hangat, Massase Rolling termasuk dalam hal menyusui, namun pada
(punggung), Breast Care, dan Metode SPEOS, sebagian ibu mungkin saja terjadi kesulitan
tetapi karena keterbatasan informasi di layanan pengeluaran ASI karena lebih banyak ibu
kesehatan tentang prosedur pelaksanaan maka terpengaruh mitos sehingga ibu tidak yakin bisa
metode- metode ini hanya dikenal saja tetapi jarang memberikan ASI pada bayinya.
diberikan oleh perawat sebagai care giver kepada
Faktor penghambat dalam pemberian ASI
pasien.
adalah produksi ASI itu sendiri. Produksi ASI yang
Secara nasional cakupan ASI eksklusif di kurang dan lambat keluar dapat menyebabkan ibu
Indonesia masih rendah, data Susenas 2010 tidak memberikan ASI pada bayinya dengan cukup.
menunjukkan baru 33,6% bayi di Indonesia yang Selain hormon prolaktin, proses laktasi juga
mendapatkan ASI eksklusif, hal ini berarti masih bergantung pada hormon oksitosin, yang dilepas
ada 2/3 bayi di Indonesia yang kurang dari hipofise posterior sebagai reaksi terhadap
mendapatkan ASI. Di Indonesia jumlah kelahiran penghisapan puting. Oksitosin mempengaruhi sel-
SC tergolong tinggi, data survey nasional tahun sel mioepitel yang mengelilingi alveoli mammae
2007 sekitar 22,8 % dari seluruh persalinan, sehingga alveoli berkontraksi dan mengeluarkan air
sementara di wilayah Mataram tercatat angka susu yang sudah disekresikan oleh kelenjar
sebesar 25-30 orang setiap bulannya pada tahun Mammae, refleks oksitosin ini dipengaruhi oleh
2014 yang dilakukan tindakan SC baik yang jiwa ibu. Jika ada rasa cemas, stress dan ragu yang
direncanakan ataupun Cito operasi. Penelitian yang terjadi, maka pengeluaran ASI bisa terhambat
dilakukan oleh Enok Nurliawati (2010) (Kodrat, 2010).
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
Berbagai macam cara dapat dilakukan
berhubungan dengan produksi ASI pada ibu post
untuk menstimulasi reflek oksitosin. Hasil
sectio caesaria adalah nyeri, kecemasan, motivasi,
penelitian yang dilakukan oleh Nurhanifah (2013)
status kesehatan bayi, dukungan suami.
tentang efektifitas massage rolling (punggung) dan
Ibu mengalami SC dengan pembiusan kompres hangat terhadap peningkatan produksi
tidak mungkin dapat menyusui bayinya dengan ASI menunjukkan bahwa keduanya cukup efektif
inten, karena ibu harus dipindahkan keruang dalam melancarkan produksi ASI. Sedangkan
Recovery Room . Walaupun saat ini pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh Ulfa (2013)
inisiasi menyusui dini (IMD) dapat juga dilakukan mengatakan bahwa tehnik marmet efektif terhadap
diruang operasi, namun tidak semua rumah sakit pengeluaran ASI pada ibu menyusi 0-6 bulan.
memiliki kebijakan yang serupa. Selain itu Sementara itu metode SPEOS yaitu melakukan
perasaan ibu yang tidak yakin bisa memberikan stimulasi untuk membantu pengeluaran hormon
ASI pada bayinya karena kondisinya akan oksitosin melalui pijat oksitosin, memberikan rasa
menyebabkan penurunan oksitosin sehingga ASI nyaman dan menumbuhkan keyakinan pada ibu
tidak dapat keluar segera setelah melahirkan dan bahwa ASI ibu pasti keluar dan ibu bisa
akhirnya ibu memutuskan untuk memberikan susu memberikan ASI eksklusif dengan pijat endorphin
formula. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, sugestif/afirmatif positif (Widayanti, 2014).
masyarakat di Indonesia banyak menganut adat
Penggunaan teknik terapi alternatif untuk dengan menggunakan pompa. Caranya memerah
meningkatkan produksi ASI sebagai bentuk ASI menggunakan cara Cloe Marmet yang disebut
manajemen laktasi untuk membantu ibu mencapai dengan Teknik Marmet yang merupakan perpaduan
keberhasilan dalam menyusui bayinya masih sering antara teknik memerah dan memijat. Memerah
terkendala pada satu metode saja sehingga ketika dengan menggunakan tangan dan jari mempunyai
metode yang dipilih tidak berhasil maka alternatif keuntungan selain tekanan negatif dapat diatur,
penggunaan susu formula menjadi pilihan terakhir, lebih praktis dan ekonomis karena cukup mencuci
kemungkinan hal ini karena minimnya pedoman bersih tangan dan jari sebelum memeras ASI
yang pasti dalam pelaksanaan prosedur tindakan, (Roesli, 2010). Jika teknik ini dilakukan dengan
oleh karena itu penulis berharap perawat selaku efektif dan tepat maka tidak akan terjadi masalah
promotor dan care giver kesehatan mampu dalam produksi ASI maupun cara mengeluarkan
memahami metode alternatif yang dapat digunakan ASI sehingga bayi akan tetap mendapatkan ASI
dalam menangangi masalah produksi ASI bagi ibu dan penggunaan susu formula di hari-hari pertama
yang melahirkan post sectio caesaria agar dapat kelahiran bayi dapat dikurangi (Soraya, 2006).
memberikan ASI secara berkualitas kepada
A. Manfaat memerah ASI dengan teknik Marmet
bayinya.
yaitu
PEMBAHASAN 1) Penggunaan pompa untuk memerah ASI
relatif tidak nyaman dan tidak efektif
1.2 Tehnik Meningkatkan dan Memperlancar
mengosongkan payudara
Pengeluaran/Produksi ASI pada Ibu Post
Sectio Caesaria 2) Reflek keluarnya ASI lebih mudah
terstimulasi dengan skin to skin contact
1.2.1 Teknik Marmet
3) Ekonomis
Teknik ini merupakan kombinasi antara 4) Merangsang peningkatan produksi ASI
cara memerah ASI dan memijat payudara sehingga
reflek keluarnya ASI dapat optimal. Teknik B. Langkah Teknik Marmet
memerah ASI dengan cara marmet ini pada 1) Meletakkan ibu jari dan dua jari lainnya (jari
prinsipnya bertujuan untuk mengosongkan ASI dari telunjuk dan jari tengah sekitar 1 cm hingga
sinus laktiferus yang terletak dibawah areola 1,5 cm dari aerola pada posisi jam 12 dan jari
sehingga diharapkan dengan pengosongan ASI lainnya di posisi jam 6. Posisi jari seharusnya
pada daerah sinus laktiferus ini akan merangsang tidak berada di jam 12 dan jam 4.
pengeluaran hormone prolactin. Pengeluaran 2) Mendorong kearah dada dengan
hormone prolactin ini selanjutnya akan merangsang menggunakan ibu jari dan dua jari lainnya,
mammary alveoli untuk memproduksi ASI. Makin hindari meregangkan jari.
banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari 3) Menggulung menggunakan jari dan jari
payudara maka akan semakin banyak ASI akan lainnya secara bersamaan. Menggerakkan ibu
diproduksi (Roesli, 2005, Soraya, 2006). jari dan jari lainnya hingga menekan sinus
laktiferus hingga kosong. Jika dilakukan
Teknik memerah ASI yang dianjurkan
dengan tepat, maka ibu tidak akan kesakitan
adalah dengan mempergunakan tangan dan jari
saat memerah. Memperhatikan posisi dari ibu
karena praktis, efektif dan efesien dibandingkan
jari dan jari lainnya. Posisi jari berubah pada
tiap gerakan mulai dari posisi Push (jari memeras lagi tiap payudara selama 3-5 menit
terletak jauh dibelakang aerola) hingga posisi dilanjutkan gerakan stimulasi refleks
Roll (jari terletak di sekitar aerola). keluarnya ASI dan terakhir memeras ASI tiap
4) Mengulangi gerakan diatas secara teratur payudara selama 2-3 menit (Soraya, 2006:
hingga sinus laktiferus kosong. Memposisikan Roesli, 2008).
jari secara tepat, Push (dorong), Roll (gulung).
5) Memutar ibu jari dan jari lainnya ke titik sinus
laktiferus lainnya. Demikian juga saat
memerah payudara lainnya, gunakan kedua
tangan. Misalkan saat memerah payudara kiri,
gunakan tangan kiri dan saat memerah
payudara kanan gunakan tangan kanan. Saat
memerah ASI, jari-jari berputar seiring jarum Gambar 1. Tehnik Marmet
jam ataupun berlawanan agar semua sinus
C. Manfaat memerah ASI dengan teknik Marmet
laktiferus kosong. Selanjutnya memindahkan
yaitu
ibu jari dan jari lainnya pada posisi jam 6 dan
1. Penggunaan pompa untuk memerah ASI
jam 12, posisi jam 11 dan jam 5, posisi jam 2
relatif tidak nyaman dan tidak efektif
dan jam 8, kemudian jam 3 dan jam 9.
mengosongkan payudara
6) Menghindari gerakan menekan payudara,
2. Reflek keluarnya ASI lebih mudah
menarik putting dan mendrng payudara.
terstimulasi dengan skin to skin contact
7) Melanjutkan prosedur dengan gerakan untuk
3. Ekonomis
merangsang refleks keluarnya ASI yang
4. Merangsang peningkatan produksi ASI
terdiri dari massage (pemijatan), Stroke
(tekan) dan Shake (guncang). Memijat 1.2.2 Metode "SPEOS" (Stimulasi Pijat
alveolus dan duktus laktiferus mulai dari Oksitosin, Pijat Endorphin dan
bagian atas payudara. Dengan gerakan Sugestif)

memutar, memijat dengan menekan ke arah 1. Metode Pijat Oksitosin


dada. Kemudian menekan (stroke) daerah Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi
payudara dari bagian atas hingga sekitar untuk mengatasi ketidaklancaran produksi
putting dengan tekanan lembut dengan jari ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada
seperti menggelitik. Gerakan dilanjutkan sepanjang tulang belakang (vertebrae)
dengan mengguncang (shake) payudara sampai tulang costae kelima-keenam dan
dengan arah memutar. merupakan usaha untuk merangsang
8) Mengulangi seluruh proses memerah ASI hormone prolactin dan oksitosin setelah
pada tiap payudara dan teknik stimulasi melahirkan (Biancuzzo, 2003, Roesli,
refleks keluarnya ASI sekali atau dua kali. 2009).
9) Teknik ini umumnya membutuhkan waktu Pijat oksitsin ini dilakukan untuk
sekitar 20-30 menit , memeras tiap payudara merangsang refleks oksitosin atau reflex
selama 5 7 menit dilanjutkan dengan let down. Selain untuk merangsang refleks
gerakan stimulasi refleks keluarnya ASI, let down manfaat pijat oksitosin adalah
memberikan kenyamanan pada ibu, 2. Pijat Endorphin
mengurangi bengkak (engorgement), Endorphin massase merupakan suatu
mengurangi sumbatan ASI, merangsangn metode sentuhan ringan yang
pelepasan hormone oksitosin, dikembangkan pertama kali oleh Costance
mempertahankan produksi ASI ketika ibu Palinsky. Sentuhan ringan ini bertujuan
dan bayi sakit (Depkes RI, 2007). meningkatkan kadar endorphin (untuk
Langkah-langkah melakukan pijat membiarkan tubuh menghasilkan
oksitosin sebagai berikut (Depkes RI, endorphin).
2007) Tahapan melakukan pijat endorphin
a. Melepaskan baju ibu bagian atas adalah sebagai berikut
b. Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, a. Ambil posisi senyaman mungkin, bisa
lalu memeluk bantal dilakukan dengan duduk atau
c. Memasang handuk berbaring miring
d. Melumuri kedua telapak tangan b. Tarik napas dalam, lalu hembuskan
dengan minyak atau baby oil. dengan lembut sambil menutup mata.
e. Memijat sepanjang kedua sisi tulang Sementara itu, petugas atau suami
belakang ibu dengan menggunakan mengelus permukaan luar lengan
dua kepalan tangan, dengan ibu jari anda, mulai dari tangan sampi lengan
menunjuk ke depan. bawah. Lakukan belaian dengan
f. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang lembut menggunakan jari-jemari atau
belakang membentuk gerakan- hanya ujung-ujung jari.
gerakan melingkar kecil-kecil dengan c. Setelah sekitar 5 menit, minta suami
kedua ibu jarinya. untuk berpindah ke lengan/tangan
g. Pada saat bersamaan, memijat kedua yang lain.
sisi tulang belakang kearah bawah d. Sentuhan bias dilakukan di daerah
dari leher kearah tulang belikat, punggung, lakukan pijatan lembut dan
selama 2-3 menit. ringan arah bahu kiri dan kanan
h. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali. membentuk huruf V, ke arah tulang
i. Membersihkan punggung ibu dengan ekor
washlap air hangat dan dingin secara e. Terus lakukan pijatan berulang-ulang.
bergantian.
3. Sugestif
Sugestif / afirmasi positif dilakukan untuk
mempersiapkan agar ASI bisa mengalir
dengan lancar dan memenuhi
kebutuhan bayi sejak hari pertamanya
hadir di dunia. 14 Langkah
langkah nya adalah sebagai berikut :
a) Pada saat duduk pusatkan
Gambar 2. Pijat Oksitosin pandangan atau perhatian pada
satu titik atau benda terus cara stimulasi untuk merangsang hormon
menerus hingga terasa kelopak oksitosin sehingga selanjutnya
mata semakin santai, mulai keberhasilan pemberian ASI eksklusif bias
berkedip perlahan untuk kemudian tercapai. Konsep dari metode "SPEOS" ini
biarkan kedua mata terpejam. adalah seorang ibu yang menyusui tidak
Nikmati santainya raga dan jiwa. hanya dipandang/dibantu dari aspek fisik
Teknik ini disebut fiksasi mata. saja tetapi proses adaptasi psikologis juga
b) Jika ada pikiran datang, menjadi kajian, terlebih hormone oksitosin
sementara biarkan saja, tetap ini sangat sensitive dengan kondisi
pusatkan perhatian pada musik dan psikologis ibu.
panduan. Langkah-langkah metode ini adalah
c) Saat ini, bisa lakukan teknik sebagai berikut
isolasi diri dengan berulang a. Tahap persiapan
ulang niatkan: suara apa pun 1) Persiapan alat
yang ada tetap membuat diriku a) Kursi (jika ada) / tempat
semakin tenang/rileks. duduk dan tempat bersandar
d) Berikan sugesti relaksasi ini b) Minyak aromaterapi sesuai
membuat saya merasa tenang, keinginan pasien
damai, dan kelembutan yang terasa di c) Handuk
seluruh tubuh serta pikiran. Saya akan d) Foto bayi (jika ada) atau
mampu menyusui bayi saya video
dengan lancar, lebih mudah 2) Persiapan penolong
dan berbahagia. a) Menyiapkan alat dan
e) Ulangi relaksasi setiap hari atau dua mendekatkannya ke pasien
hari sekali. Cari waktu saat bayi b) Mencuci tangan
sedang tidur agar ibu bisa 3) Persiapan lingkungan
melakukan relaksasi dengan a) Menutup gorden
baik. Rasakan bahwa ASI ibu b) Pastikan privasi pasien
semakin lancar dan si bayi semakin terjaga
sehat. Tidak ada yang dapat b. Pelaksanaan
menghalangi ibu dalam memberikan 1) Bantu ibu secara psikologis
ASI. a) Bangkitkan rasa percaya diri
b) Cobalah membantu
4. Metode "SPEOS" mengurangi rasa sakit dan
Metode ini dilakukan dengan rasa takut dengan tehnik
mengkombinasikan antara pijat relaksasi
endorphin, pijat oksitosin dan c) Bantu pasien agar mempunyai
sugestif/afirmasi positif pikiran dan perasaan baik
Tujuan dari metode "SPEOS" adalah tentang bayinya dengan
untuk membantu ibu nifas (menyusui) mengimajinasikan bahwa
memperlancar pengeluaran ASI dengan
bayinya menanti ASI dari 7) Seiring perubahan tangan maka sugesti
ibunya dengan dekapan. mulai dilakukan dengan kata-kata
2) Bantu kenyamanan posisi ibu. ralkasasi ini membuat saya merasa
3) Pada saat duduk minta ibu pusatkan tenang, damai, dan kelembutan yang
pandangan atau perhatian pada satu terasa diseluruh tubuh serta pikiran.
titik atau benda terus-menerus hingga Saya akan mampu menyusui bayi saya
terasa kelopak mata semakin santai, dengan lancer, lebih mudah dan
mulai berkedip perlahan untuk berbahagia, ASI saya akan keluar
kemudian biarkan kedua mata 8) Sambil terus memberikan sugesti
terpejam. Nikmati santainya raga dan positif, Lakukan hal yang sama
jiwa. Tehnik ini disebut fiksasi mata. dengan mengganti pijatan ibu jari
4) Sambil proses mata relaksasi, dengan menggunakan ruas buku jari
penolong mulai melakukan pijatan telunjuk yang ke dua.
dimulai dari leher ke punggung (kiri 9) Terakhir lakukan dengan
dan kanan) secara bersamaan dimulai menggunakan kepalan tangan dengan
dari atas kemudian kebawah, keatas 10) arah keatas dan kebawah secara
lagi kesamping lengan dan tangan kiri berlawanan antara tangan kiri dan
dan kanan. kanan.
5) Lakukan berulang kurang lebih 3 -4 11) Amati respon ibu selama tindakan
kali sambil terus memastikan ibu focus c. Evaluasi
dan relaks sebelum kita memasukkan 1) Evaluasi perasaan dan reaksi ibu,
sugestif positif. Bantu dengan kata- melalui lembar observasi yang meliputi
kata "jika ada pikiran dating, tingling sensation atau gelenyar,
sementara biarkan saja. Suara apapun ASI yang dirasa mengalir, dan adanya
yang ada tetap membuat diriku nyeri yang berasal dari kontraksi rahim.
semakin tenang/rileks. 2) Evaluasi pengeluaran ASI, dengan
6) Ganti gerakan tangan petugas dengan teknik memerah
mengimajinasikan garis sepanjang 3) Simpulkan hasil kegiatan, hasil
tulang belakang kemudaian tarik garis kegiatan di informasikan pada ibu
imajiner ke kiri dank e kanan masing- nifas dengan ketentuan :
masing kurang lebih 1 cm. mulai dari 4) Lakukan kontrak kegiatan selanjutnya,
atas (dibawah os serviks) dengan sampai maksimal hari ke tiga
menggunakan kedua ibu jari yang a) Jika ASI sudah keluar maka metode
diposisikan pada garis imajiner tadi, SPEOS dihentikan dan ibu
lakukan pemijatan dengan arah dimotivasi untuk terus
memutar/sirkuler. Secara memberikan ASI untuk
berkesinambungan dan sinergis sampai mempertahankan kelancaran
pinggang. Kemudian pijat kearah atas pengeluaran ASI.
dengan teknik yang sama. Lakukan
sebanyak 2 kali atau dirasa cukup.
b) Jika ASI belum keluar, maka
di lanjutkan pada tahap
selanjutnya (point 4)
5) Akhiri kegiatan apabila ASI sudah
keluar atau maksimal sampai hari
ketiga
6) Cuci tangan dengan prosedur
Gambar 3. Kompres Hangat Payudara
1.2.3 KOMPRES HANGAT
1.2.4 Breast Care (Perawatan Payudara)
Kompres hangat pada payudara akan
Breast care adalah pemeliharaan payudara
memberikan sinyal ke hipotalamus melalui
yang dilakukan untuk memperlancar ASI dan
sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang
menghindari kesulitan pada saat menyusui dengan
peka terhadap panas di hipotalamus di rangsang,
melakukan pemijatan (Welford, 2009). Perawatan
sistem efektor mengeluarkan sinyal dengan
payudara sangat penting dilakukan selama hamil
vasodilatasi perifer (Potter, 2005). Kompres hangat
sampai menyusui. Hal ini karena payudara
payudara selama pemberian ASI akan dapat
merupakan satu-satu penghasil ASI yang
meningkatkan aliran ASI dari kelenjar-kelenjar
merupakan makanan pokok bayi baru lahir
penghasil ASI. Manfaat lain dari kompres hangat
sehingga harus dilakukan sedini mungkin (Azwar,
payudara antara lain
2008). Perawatan payudara adalah merupakan
- Stimulasi refleks let down suatu tindakan yang dilaksanakan baik oleh pasien
- Mencegah bendungan pada payudara yang maupun dibantu orang lain yang dilaksanakan
bisa menyebabkan payudara bengkak mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan.
- Memperlancar peredaran darah pada Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan
daerah payudara (Saryono & Roicha, sirkulasi dan mencegah tersumbatnya aliran susu
2009). sehingga memperlancar pengeluaran ASI serta
menghindari terjadinya pembengkakan dan
Menurut Huang et al (2007), beberapa
kesulitan menyusui, selain itu juga menjaga
efek fisiologis dari kompres hangat antara lain efek
kebersihan payudara agar tidak mudah terkena
vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler,
infeksi. Adapun langkah-langkah perawatan
meningkatkan metabolisme seluler, merelaksasi
payudara (Depkes RI, 2007) :
otot, meningkatkan aliran darah ke suatu area.
Penggunaan kompres hangat untuk area yang a. Ibu berbaring
tegang dan nyeri dapat meredakan nyeri dengan b. Memasang handuk pada bagian perut
mengurangi nyeri otot yang disebabkan oleh bawah dan bahu sambil melepaskan
iskemia pakaian atas, handul dikaitkan dengan
peniti.
c. Mengmpreskan kedua putting dengan
kapas yang dibasahi minyak kelapa atau
baby oil selama 2-3 menit.
d. Mengangkat kapas sambil membersihkan Gambar 4. Teknik Breast Care
putting dengan melakukan gerakan
memutar dari dalam keluar.
1.2.5 Tehnik Massase Rolling (Punggung)
e. Dengan kapas yang baru, bersihkan bagian
tengah putting dari sentral keluar, Tehnik Massase Rolling (Punggung)
melakukan penarikan billa putting adalah tindakan yang memberikan sensasi relaks
inverted. pada ibu dan melancarkan aliran syaraf serta
f. Membasahi kedua telapak tangan dengan saluran ASI kedua payudara (Perinasia, 2010).
minyak atau baby oil dan melakukan Massage rolling (punggung) akan memberikan
pengurutan dengan telapak tangan berada kenyamanan dan membuat rileks ibu karena
diantara kedua payudara dengan gerakan massage dapat merangsang pengeluaran hormone
keatas, kesamping, kebawah dan kedepan endorphin serta dapat menstimulasi refleks
sambil menghentakkan payudara. oksitosin. Tehnik pemijatan pada titik tertentu
Pengurutan dilakukan sebanyak 20 30 dapat menghilangkan sumbatan dalam darah dan
kali. energy di dalam tubuh akan kembali lancar
g. Setelah itu melakukan terapi ketuk (Dalimartha, 2008). Punggung merupakan titik
mengelilingi payudara dari luar kearah akupresur untuk memperlancar proses laktasi.
puting sebanyak 20 30 kali. Selain itu saraf pada payudara dipersyarafi oleh
h. Meletakkan Waskom dibawah payudara syaraf punggung atau dorsal yang menyebar
dan menggunakan waslap yang dibasahi disepanjang tulang belakang (Cooper, Bart, 2005).
air hangat. Mengguyur payudara sebanyak Penelitian oleh Mulyati (2009) Massase merupakan
5 kali, kemudian dilap dengan waslap salah satu terapi pendukung yang efektif untuk
bergantian dengan air dingin, masing- mengurangi ketidaknyamanan fisik serta
masing 5x guyuran kemudian diakhiri memperbaiki mood. Pengurangan ketidaknyaman
dengan air hangat. pada ibu menyusui akan membantu lancarnya
i. Mengeringkan payudara dengan handuk pengurangan ASI. Massase rolling (punggung)
yang dipasang di bahu. memberikan efek rileks pada ibu secara tidak
j. Lalu membersihkan lagi dengan kapas, langsung dapat menstimulasi hormon oksitosin
jangan membiarkan payudara dalam yang dapat membantu proses kelancaran produksi
keadaan basah. ASI.
k. Memakai BH dan pakaian atas ibu dan
KESIMPULAN
menganjurkan klien memakai BH yang
menopang payudara. Tehnik meningkatkan dan memperlancar
produksi ASI terbukti mudah dilakukan oleh
siapapun terutama oleh perawat sebagai pemberi
asuhan pasca persalinan. Metode terapi yang
dipaparkan penulis semuanya bertujuan
mengurangi ketidaknyamanan fisik serta membantu
memperbaiki emosional ibu yang secara tidak
langsung merangsang pengeluaran hormon
oksitosin dan prolaktin sehingga mampu menjadi Nurhanifah (2013).
alternatif dalam menurunkan angka
Perinasia (2010). Program Manajemen Laktasi,
ketidakberhasilan ibu post sectio caesaria untuk Bina Rupa Aksara; Jakarta
dapat menyusui bayinya di awal-awal kelahiran
Roesli, Utami (2008). Inisiasi Menyusui Dini Plus
sampai 6 bulan. ASI Eksklusif. Jakarta: EGC

Roesli, U.& Yohwi E (2009). Manajemen Laktasi.


Jakarta ; IDAI

Siregar, A (2004). Pemberian ASI eksklusif dan


factor-faktor yang mempengaruhinya. Medan
SARAN
FKM USU
Manajemen laktasi sebagai upaya Widayanti, Wiwin (2014). Efektivitas metode
peningkatan produksi ASI pada masa post sectio SPEOS (Stimulasi Pijat Endorphin,
caesaria dapat dilaksanakan dengan baik melalui Oksitosin, dan Sugestif) terhadap
Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas di Wilayah
beberapa metode alternatif yang dapat diterapkan
Kabupaten Cirebon. Tesis. Depok. FIK.UI
oleh perawat sebagai bentuk pelayanan kesehatan
promotif dan preventif baik di tatanan klinik
maupun Rumah Sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, LM, Lowdermilk, DL, & Jensen, M.D


(2005). Buku ajar keperawatan maternitas
(Maria A. Wijayanti & Peter Anugrah,
penerjemah), Jakarta ; EGC.

Cohen, S.M, Kenner, C.A & Andrea O (1991).


Maternal, Neonatal, and Womens health
nursing. USA Holling Sworth Spring House.

Dalimartha, et al (2008), Care YourSelf Hipertensi.


Jakarta

Desmawati, (2008). Efektifitas kombinasi areola


massage dan rolling massage terhadap
pengeluaran ASI secara dini pada ibu post
partum di Puskesmas Pamulang dan Cikupa
Banten, Tesis. Depok.FIK. UI

Mardiningsih, Eko (2010). Efektifitas kombinasi


teknik marmet dan pijat oxytocin terhadap
produksi ASI ibu post section caesaria di
wilayah rumah sakit wilayah jawa tengah.
Tesis. Universitas Indonesia: Jakarta

Marlina, W. Novitasari, D. & Trisnasari, A (2013).


Pengaruh teknik Marmet terhadap Produksi
ASI pada Ibu Post Sectio Caesarea dii RSUD
Ambarawa tahun 2013. Kepustakaan Ungaran
23.
Menyusui dini di jam-jam pertama kelahiran jika tidak dapat dilakukan oleh ibu akan menyebabkan proses
menyusui tertunda, maka alternatif yang dapat dilakukan adalah memerah atau memompa ASI selama 10-20 menit
hingga bayi dapat menyusu. Tindakan tersebut dapat membantu memaksimalkan reseptor prolactin dan
meminimalkan efek samping dari tertundanya proses menyusui oleh bayi (Evariny, 2008). Tehnik memerah ASI
yang dianjurkan adalah dengan mempergunakan tangan dan jari karena praktis, efektif dan efisien (Cloe Marmet0
yaitu perpaduan antara teknik memerah dan memijat. Memerah menggunakan tangan dan jari mempunyai
keuntungan selain tekanan negative dan dapat diatur lebih praktis dan ekonmis karena cukup mencuci tangan bersih
dan jari sebelum memerah ASI (Roesli, 2010)

Hasil penelitian Suryani (2013) terdapat perbedaan frekuensi menyusu pada bay baru lahir dan sesudah satu
minggu pasca pijat oksitosin, pijat oksitosin mempengaruhi peningkatan berat badan, frekwensi BAK bayi,
frekwensi menyusui bayi dan lama tidur bayi setelah menyusui hal ini menggambarkan bahwa pijat oksitosin
mempengaruhi kelancaran ASI bila dilihat dari indicator bayi. Bila bayi menyusu semakin sering maka ASI yang
diproduksi semakin banyak karena semakin banyak kadar oksitosin pada peredaran darah yang akan merangsang
prolaktin untuk terus memproduksi ASI (Roesli, 2008)

You might also like