Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Masadah
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram
masadah_viky@yahoo.co.id
ABSTRACT
The delivery process through action section caesaria cause difficulties mothers initiate breastfeeding
early because of rooming in, weakness and abdominal incision in the mothers condition. Besides the feeling of
mother who does not believe can provide care to the baby because the condition will cause a decrease in the
hormone oxytocin that breast milk can not exit immediately after delivery. This can adversely affect a babys life
because it lost the opportunity to obtain the highest nutrition early in life that colostrum. Proper lactation
management can be applied if the nurse as care giver is able to understand the technique stimulates oxytocin
expenditure. Based on the results of research there are several alternative methods that can be done to stimulate
the hormne oxytocin t increase milk production after section caesaria. So that mothers can still provide breast
milk to their babies in quality among them is oxytocin massage methods, techniques marmet, warm
compresses, massase rolling, breast care and SPEOS methods.
Keyword :
Pengeluaran ASI merupakan suatu proses dilakukan di Indonesia terdapat beberapa metode
pelepasan hormon oksitosin untuk mengalirkan air yang dapat digunakan untuk membantu
susu yang sudah diproduksi melalui saluran dalam memperlancar produksi ASI pasca melahirkan
diantaranya adalah metode Pijat Oksitosin, Teknik budaya dalam melakukan perawatan masa nifas,
Marmet, Kompres Hangat, Massase Rolling termasuk dalam hal menyusui, namun pada
(punggung), Breast Care, dan Metode SPEOS, sebagian ibu mungkin saja terjadi kesulitan
tetapi karena keterbatasan informasi di layanan pengeluaran ASI karena lebih banyak ibu
kesehatan tentang prosedur pelaksanaan maka terpengaruh mitos sehingga ibu tidak yakin bisa
metode- metode ini hanya dikenal saja tetapi jarang memberikan ASI pada bayinya.
diberikan oleh perawat sebagai care giver kepada
Faktor penghambat dalam pemberian ASI
pasien.
adalah produksi ASI itu sendiri. Produksi ASI yang
Secara nasional cakupan ASI eksklusif di kurang dan lambat keluar dapat menyebabkan ibu
Indonesia masih rendah, data Susenas 2010 tidak memberikan ASI pada bayinya dengan cukup.
menunjukkan baru 33,6% bayi di Indonesia yang Selain hormon prolaktin, proses laktasi juga
mendapatkan ASI eksklusif, hal ini berarti masih bergantung pada hormon oksitosin, yang dilepas
ada 2/3 bayi di Indonesia yang kurang dari hipofise posterior sebagai reaksi terhadap
mendapatkan ASI. Di Indonesia jumlah kelahiran penghisapan puting. Oksitosin mempengaruhi sel-
SC tergolong tinggi, data survey nasional tahun sel mioepitel yang mengelilingi alveoli mammae
2007 sekitar 22,8 % dari seluruh persalinan, sehingga alveoli berkontraksi dan mengeluarkan air
sementara di wilayah Mataram tercatat angka susu yang sudah disekresikan oleh kelenjar
sebesar 25-30 orang setiap bulannya pada tahun Mammae, refleks oksitosin ini dipengaruhi oleh
2014 yang dilakukan tindakan SC baik yang jiwa ibu. Jika ada rasa cemas, stress dan ragu yang
direncanakan ataupun Cito operasi. Penelitian yang terjadi, maka pengeluaran ASI bisa terhambat
dilakukan oleh Enok Nurliawati (2010) (Kodrat, 2010).
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
Berbagai macam cara dapat dilakukan
berhubungan dengan produksi ASI pada ibu post
untuk menstimulasi reflek oksitosin. Hasil
sectio caesaria adalah nyeri, kecemasan, motivasi,
penelitian yang dilakukan oleh Nurhanifah (2013)
status kesehatan bayi, dukungan suami.
tentang efektifitas massage rolling (punggung) dan
Ibu mengalami SC dengan pembiusan kompres hangat terhadap peningkatan produksi
tidak mungkin dapat menyusui bayinya dengan ASI menunjukkan bahwa keduanya cukup efektif
inten, karena ibu harus dipindahkan keruang dalam melancarkan produksi ASI. Sedangkan
Recovery Room . Walaupun saat ini pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh Ulfa (2013)
inisiasi menyusui dini (IMD) dapat juga dilakukan mengatakan bahwa tehnik marmet efektif terhadap
diruang operasi, namun tidak semua rumah sakit pengeluaran ASI pada ibu menyusi 0-6 bulan.
memiliki kebijakan yang serupa. Selain itu Sementara itu metode SPEOS yaitu melakukan
perasaan ibu yang tidak yakin bisa memberikan stimulasi untuk membantu pengeluaran hormon
ASI pada bayinya karena kondisinya akan oksitosin melalui pijat oksitosin, memberikan rasa
menyebabkan penurunan oksitosin sehingga ASI nyaman dan menumbuhkan keyakinan pada ibu
tidak dapat keluar segera setelah melahirkan dan bahwa ASI ibu pasti keluar dan ibu bisa
akhirnya ibu memutuskan untuk memberikan susu memberikan ASI eksklusif dengan pijat endorphin
formula. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, sugestif/afirmatif positif (Widayanti, 2014).
masyarakat di Indonesia banyak menganut adat
Penggunaan teknik terapi alternatif untuk dengan menggunakan pompa. Caranya memerah
meningkatkan produksi ASI sebagai bentuk ASI menggunakan cara Cloe Marmet yang disebut
manajemen laktasi untuk membantu ibu mencapai dengan Teknik Marmet yang merupakan perpaduan
keberhasilan dalam menyusui bayinya masih sering antara teknik memerah dan memijat. Memerah
terkendala pada satu metode saja sehingga ketika dengan menggunakan tangan dan jari mempunyai
metode yang dipilih tidak berhasil maka alternatif keuntungan selain tekanan negatif dapat diatur,
penggunaan susu formula menjadi pilihan terakhir, lebih praktis dan ekonomis karena cukup mencuci
kemungkinan hal ini karena minimnya pedoman bersih tangan dan jari sebelum memeras ASI
yang pasti dalam pelaksanaan prosedur tindakan, (Roesli, 2010). Jika teknik ini dilakukan dengan
oleh karena itu penulis berharap perawat selaku efektif dan tepat maka tidak akan terjadi masalah
promotor dan care giver kesehatan mampu dalam produksi ASI maupun cara mengeluarkan
memahami metode alternatif yang dapat digunakan ASI sehingga bayi akan tetap mendapatkan ASI
dalam menangangi masalah produksi ASI bagi ibu dan penggunaan susu formula di hari-hari pertama
yang melahirkan post sectio caesaria agar dapat kelahiran bayi dapat dikurangi (Soraya, 2006).
memberikan ASI secara berkualitas kepada
A. Manfaat memerah ASI dengan teknik Marmet
bayinya.
yaitu
PEMBAHASAN 1) Penggunaan pompa untuk memerah ASI
relatif tidak nyaman dan tidak efektif
1.2 Tehnik Meningkatkan dan Memperlancar
mengosongkan payudara
Pengeluaran/Produksi ASI pada Ibu Post
Sectio Caesaria 2) Reflek keluarnya ASI lebih mudah
terstimulasi dengan skin to skin contact
1.2.1 Teknik Marmet
3) Ekonomis
Teknik ini merupakan kombinasi antara 4) Merangsang peningkatan produksi ASI
cara memerah ASI dan memijat payudara sehingga
reflek keluarnya ASI dapat optimal. Teknik B. Langkah Teknik Marmet
memerah ASI dengan cara marmet ini pada 1) Meletakkan ibu jari dan dua jari lainnya (jari
prinsipnya bertujuan untuk mengosongkan ASI dari telunjuk dan jari tengah sekitar 1 cm hingga
sinus laktiferus yang terletak dibawah areola 1,5 cm dari aerola pada posisi jam 12 dan jari
sehingga diharapkan dengan pengosongan ASI lainnya di posisi jam 6. Posisi jari seharusnya
pada daerah sinus laktiferus ini akan merangsang tidak berada di jam 12 dan jam 4.
pengeluaran hormone prolactin. Pengeluaran 2) Mendorong kearah dada dengan
hormone prolactin ini selanjutnya akan merangsang menggunakan ibu jari dan dua jari lainnya,
mammary alveoli untuk memproduksi ASI. Makin hindari meregangkan jari.
banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari 3) Menggulung menggunakan jari dan jari
payudara maka akan semakin banyak ASI akan lainnya secara bersamaan. Menggerakkan ibu
diproduksi (Roesli, 2005, Soraya, 2006). jari dan jari lainnya hingga menekan sinus
laktiferus hingga kosong. Jika dilakukan
Teknik memerah ASI yang dianjurkan
dengan tepat, maka ibu tidak akan kesakitan
adalah dengan mempergunakan tangan dan jari
saat memerah. Memperhatikan posisi dari ibu
karena praktis, efektif dan efesien dibandingkan
jari dan jari lainnya. Posisi jari berubah pada
tiap gerakan mulai dari posisi Push (jari memeras lagi tiap payudara selama 3-5 menit
terletak jauh dibelakang aerola) hingga posisi dilanjutkan gerakan stimulasi refleks
Roll (jari terletak di sekitar aerola). keluarnya ASI dan terakhir memeras ASI tiap
4) Mengulangi gerakan diatas secara teratur payudara selama 2-3 menit (Soraya, 2006:
hingga sinus laktiferus kosong. Memposisikan Roesli, 2008).
jari secara tepat, Push (dorong), Roll (gulung).
5) Memutar ibu jari dan jari lainnya ke titik sinus
laktiferus lainnya. Demikian juga saat
memerah payudara lainnya, gunakan kedua
tangan. Misalkan saat memerah payudara kiri,
gunakan tangan kiri dan saat memerah
payudara kanan gunakan tangan kanan. Saat
memerah ASI, jari-jari berputar seiring jarum Gambar 1. Tehnik Marmet
jam ataupun berlawanan agar semua sinus
C. Manfaat memerah ASI dengan teknik Marmet
laktiferus kosong. Selanjutnya memindahkan
yaitu
ibu jari dan jari lainnya pada posisi jam 6 dan
1. Penggunaan pompa untuk memerah ASI
jam 12, posisi jam 11 dan jam 5, posisi jam 2
relatif tidak nyaman dan tidak efektif
dan jam 8, kemudian jam 3 dan jam 9.
mengosongkan payudara
6) Menghindari gerakan menekan payudara,
2. Reflek keluarnya ASI lebih mudah
menarik putting dan mendrng payudara.
terstimulasi dengan skin to skin contact
7) Melanjutkan prosedur dengan gerakan untuk
3. Ekonomis
merangsang refleks keluarnya ASI yang
4. Merangsang peningkatan produksi ASI
terdiri dari massage (pemijatan), Stroke
(tekan) dan Shake (guncang). Memijat 1.2.2 Metode "SPEOS" (Stimulasi Pijat
alveolus dan duktus laktiferus mulai dari Oksitosin, Pijat Endorphin dan
bagian atas payudara. Dengan gerakan Sugestif)
DAFTAR PUSTAKA
Hasil penelitian Suryani (2013) terdapat perbedaan frekuensi menyusu pada bay baru lahir dan sesudah satu
minggu pasca pijat oksitosin, pijat oksitosin mempengaruhi peningkatan berat badan, frekwensi BAK bayi,
frekwensi menyusui bayi dan lama tidur bayi setelah menyusui hal ini menggambarkan bahwa pijat oksitosin
mempengaruhi kelancaran ASI bila dilihat dari indicator bayi. Bila bayi menyusu semakin sering maka ASI yang
diproduksi semakin banyak karena semakin banyak kadar oksitosin pada peredaran darah yang akan merangsang
prolaktin untuk terus memproduksi ASI (Roesli, 2008)