You are on page 1of 14

Kajian Pengaruh Predisposing... (M.

Rais, Priyadi NP, Baju W)

Kajian Pengaruh Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Factors


Terhadap Praktek Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat Yang Berisiko
Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang

Muhammad Rais*), Priyadi Nugraha Prabamurti **), Baju Widjasena***)


*)
Dinas Kesehatan Propinsi Bangka Belitung
**)
Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UNDIP Semarang
**)
Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM UNDIP Semarang

ABSTRACT

Background: Occupational Health and Safety aims to prevent, reduce and eliminate accidents.
By the year of 2007, number of loading-unloading laborers in Tanjung Emas Port reach 756
persons, 2.56% of them experienced working accidents in the last 4 years. This research is
aimed to analyze predisposing, enabling and reinforcing factors influencing loading-unloading
laborers risky working behavior at Tanjung Emas Semarang.
Method: It was a cross sectional study of 90 respondents from 756 laborers. Proportional
random sampling was employed to obtain number of samples required. Data were collected
using check list and questionnaires and were analyzed with logistic regression.
Result: This study revealed that laborers’ knowledge and attitudes, equipments, working
standard, support of the head of laborers’ group and laborers’ cooperation generally
categorized as good. Laborers’ knowledge of occupational health and safety, equipment
availability, working standard, equipment design, support of head of laborers’ group and
support laborers’ cooperation were correlated with laborers’ working practice. Knowledge
and support of laborers’ cooperation were simultaneously correlated to laborers’ working
practice.

Keywords : predisposing, enabling, reinforcing, risky behavior, working accident

36
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 1 / Januari 2009

PENDAHULUAN menunjukkan bahwa tingginya angka kecelakaan


Keselamatan kesehatan kerja (K3) tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tanjung
bertujuan mencegah, mengurangi dan menihilkan Emas Semarang kemungkinan karena
risiko kecelakaan kerja (zero accident, zero penanganan K3 masih sebatas pelayanan
defect, zero delay). Norma kesehatan kerja perawatan TKBM yang mengalami kecelakaan
merupakan instrumen untuk menciptakan dan dan K3 belum diintegrasikan dengan manajemen
memelihara derajat kesehatan pekerja setinggi- Koperasi TKBM sehingga belum ada program
tingginya dengan pencegahan paparan bahaya- kegiatan promotif dan preventif K3 dari koperasi
bahaya kecelakaan di tempat kerja seperti; TKBM terhadap TBKM. Seorang staf sudah
kebisingan, pencahayaan, getaran, kelembaban pernah diutus mengikuti pelatihan K3 yang
udara, ketidaksesuaian posisi kerja / alat bantu diadakan Depnakertrans tetapi di koperasi
kerja yang dapat menimbulkan penyakit dan atau TKBM belum ada program K3, sehingga perlu
kecelakaan akibat kerja (Joedoatmodjo, 2000). upaya-upaya kongkrit koperasi TKBM dan
Tenaga kerja bongkar muat (TKBM) pihak terkait membuat program K3 untuk
pelabuhan merupakan anggota dan non anggota mencegah terjadinya kecelakaan kerja TBKM
Koperasi TKBM Pelabuhan Tanjung Emas (Anonim, 2007).
Semarang dikelompokkan kedalam 7 (tujuh) Salah satu unsur penting dalam upaya
kelompok regu kerja (KRK), yaitu; KRK kapal pencegahan kecelakaan kerja adalah faktor-
(Stevedoring), KRK Gudang (Cargodoring), faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja dan
KRK Pelabuhan rakyat (Pelra), KRK Pelabuhan lingkungan kerja (Anonim, 2004). Hal itu tersebut
lokal (Pellok), KRK Unit pengantongan pupuk, mencegah potensi efek domino terjadinya
KRK TPKS kapal/TPKS CFS dan KRK Kapal kecelakaan kerja (teori domino kecelakaan).
penumpang. Keanggotaan koperasi TKBM Perilaku yang dimaksud adalah perilaku TKBM
terdiri dari unsur pegawai (pengurus, karyawan) ketika berada di areal pelabuhan untuk
dan tenaga kerja bongkar muat (ketua regu kerja/ melakukan kegiatan bongkar muat dan
KRK, tukang derek/TD dan anggota) Lingkungan kerja difokuskan pada desain alur
(Anonim, 2002). kerja kegiatan bongkar muat dan rambu-rambu
Jumlah tenaga kerja bongkar muat peringatan bahaya kecelakaan kerja.
Pelabuhan Tanjung Emas Semarang tahun 2004 Kejadian kecelakaan tenaga kerja bongkar muat
sebanyak 705 orang, tahun 2005 sebanyak 756 di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dapat
orang, tahun 2006 sebanyak 796 orang dan menyebabkan terhambatnya kegiatan pelabuhan
tahun 2007 sebanyak 756 orang. Data khususnya kegiatan bongkar muat dan beberapa
kecelakaan kerja (termasuk meninggal dunia) kegiatan lainnya di Pelabuhan Tanjung Emas
yang terjadi terhadap TKBM sejak tahun 2004 secara umum sebagai pintu gerbang arus barang,
sampai tahun 2007 sebanyak 110 orang. Rincian sehingga dapat berdampak buruk pada
kejadian kecelakaan kerja TKBM adalah; pada perekonomian Jawa Tengah. Masalah yang
tahun 2004 sebanyak 29 orang (4,11%), 2005 sangat penting mendapat perhatian yang berkaitan
sebanyak 44 orang (5,6%), tahun 2006 dengan kecelakaan kerja adalah faktor-faktor
sebanyak 17 orang (2,21%) dan tahun 2007 yang mempengaruhi perilaku pekerja dan
sebanyak 20 orang (2,65%). (Anonim, 2002). berisiko terjdinya kecelakaan kerja TKBM
Penulis merujuk pada tujuan Keselamatan (Anonim, 2006)
kerja adalah untuk mengurangi kecelakaan kerja, Blum berpendapat bahwa status kesehatan
mencapai Zero Accident, zero delay dan zero dipengaruhi oleh lingkungan (fisik, sosial
defect serta pengamatan dilapangan ekonomi, budaya), perilaku, keturunan dan

37
Kajian Pengaruh Predisposing... (M. Rais, Priyadi NP, Baju W)

pelayanan kesehatan. Jika salah satu dari faktor- 2002). Desain penelitian tersebut dipilih untuk
faktor tersebut mengalami gangguan maka sta- menganalisa hubungan dan pengaruh variabel
tus kesehatan akan bergeser di bawah optimal independen (predispocing factors, enabling
atau menimbulkan masalah kesehatan. Perilaku factors dan reinforcing factors) sebagai faktor
terdiri dari 3 komponen penting yaitu; kognitif risiko terhadap variabel dependent (praktek
(pengetahuan), afektif (sikap atau tanggapan) kerja) bongkar muat.
dan psikomotor. Perilaku diukur melalui tindakan Populasi dalam penelitian ini adalah semua
yang dilakukan dalam proses pembentukan dan pekerja bongkar muat pelabuhan Tanjung Emas
perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh Semarang, yang masih aktif sampai tahun 2007
beberapa faktor yang berasal dari dalam sebanyak 756 orang. Metode pengambilan
(pengetahuan, persepsi, sikap, emosi dan sampel adalah simple random sampling dengan
motivasi). Faktor dari luar individu meliputi; teknik Proportional random sampling
lingkungan sekitar (fisik-non fisik), manusia, terhadap 7 (tujuh) kelompok regu kerja TKBM
sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya pelabuhan Tanjung Emas Semarang, didapatkan
(Notoatmodjo, 2003). total sampel berjumlah 90 responden (Sugiharto,
Angka kecelakaan kerja di Pelabuhan 2003).
Tanjung Emas Semarang tahun 2007 sebanyak Data penelitian yang diperoleh penulis adalah
20 orang atau sebesar 2,56% dari jumlah TKBM data primer yang diperoleh melalui wawancara
Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, sedangkan dan observasi langsung kepada kegiatan TKBM
tujuan program keselamatan kerja adalah untuk yang terpilih sebagai sampel penelitian atau
mencapai zero accident. Kenyataan dilapangan responden dan lingkungan kerjanya dengan
yang dilakukan oleh koperasi TKBM yang menggunakan lembaran wawancara dan
berkaitan dengan upaya K3 hanya sebatas dilakukan oleh peneliti beserta surveyor dan data
membayar ganti rugi biaya pengobatan/ sekunder tersebut bersumber dari dokumen-
perawatan, pemberian pakaian kerja alat dokumen Koperasi TKBM Pelabuhan Tanjung
pelindung diri (masker dan sepatu) dan telah Emas Semarang, PT.(Persero) Pelabuhan Indo-
mengirimkan satu orang staf koperasi TKBM nesia III cabang Semarang dan Kantor
mengikuti pelatihan K3 (Anonim, 2007). Administrasi Pelabuhan Tanjung Emas
Kecelakaan kerja dapat terjadi karena perilaku Semarang. Teknik pengumpulan data adalah
pekerja yang tidak mendukung, sesuai dengan wawancara, survei dokumen dan metode
teori perubahan perilaku Green meliputi predis- observasi.
posing, enabling dan renforcing factors Uji validitas dan reliabilitas kuesioner
(Green, 2000). Berdasarkan hal tersebut peneliti dilakukan terhadap 30 orang responden tenaga
ingin mengetahui bagaimana praktek kerja kerja bongkar muat di Pelabuhan Tegal. Data
TKBM Pelabuhan Tanjung Emas Semarang analisis statistik dengan program soft ware Sta-
yang berisiko terhadap kecelakaan kerja. tistic Program for Social Science (SPSS) versi
11.5 dengan 3 (tiga) tahapan analisis statistik yaitu
METODE PENELITIAN Analisis Univariat, Analisis bivariat dan Analisis
Penelitian ini menggunakan rancangan multivariat (Arikunto, 2006; Ghozali, 2006).
penelitian analitik dengan pendekatan penelitian
kuantitatif, menggunakan desain Cross Sectional HASIL PENELITIAN
Study, dimana variabel independent dan variabel 1. Analisis Univariat
dependent pada obyek penelitian diukur secara a. Pengetahuan TKBM
simultan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo,

38
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 1 / Januari 2009

Pengetahuan K3 responden umumnya baik pertanyaan tentang “ Pemakaian alat pelindung


tetapi yang mempunyai pengetahuan kurang diri” (55,6 %). Jawaban “Tidak” paling banyak
(46,7%). Jawaban “benar” paling banyak terhadap pertanyaan tentang “sanksi jika
terhadap pertanyaan tentang “Rambu-rambu melanggar tata tertib” (52,2 %) dan paling sedikit
keselamatan kerja / tanda peringatan adalah pertanyaan tentang “penyampaian tata
kecelakaan di tempat kerja” (92,2 %) dan pal- tertib TKBM” (2,2 %)
ing sedikit terhadap pertanyaan tentang e. Desain Tempat Kerja
“Penggunaan alat bantu angkat barang” (58,9 Desain tempat kerja umumnya baik tetapi
%). Jawaban “Salah” paling banyak terhadap desain tempat kerja tidak baik sebanyak 43,3
pertanyaan tentang penggunaan alat bantu %. Jawaban “Ya” paling banyak terhadap
angkat barang (41,1%) dan paling sedikit pertanyaan tentang “Tata letak barang” (72,2 %)
terhadap pertanyaan tentang “rambu-rambu dan paling sedikit terhadap pertanyaan tentang
keselamatan kerja” (7,8 %). “Tempat pegangan pada tangga” (64,4 %).
b. Sikap TKBM Terhadap Bahaya Jawaban “Tidak” paling banyak terhadap
Kecelakaan pertanyaan tentang “petunjuk penggunaan alat”
Sikap responden umumnya baik tetapi sikap (38,9 %) dan paling sedikit pada pertanyaan
tidak baik sebanyak 45,6%, Jawaban “Benar” tentang “tata letak barang” (27,8 %).
paling banyak terhadap pertanyaan tentang f. Dukungan Ketua Regu Kerja
“Perlunya hati-hati terhadap bahaya kecelakaan” Dukungan ketua regu kerja umumnya baik
(88,9%) dan paling sedikit terhadap pertanyaan tetapi dukungan ketua regu kerja tidak baik
tentang “Bahaya kecelakaan dapat dihindari” sebanyak 43,3 %. Jawaban “Ya” paling banyak
(47,8 %). Jawaban “Salah” paling banyak terhadap pertanyaan tentang “ sanksi ketua regu
terhadap pertanyaan tentang “Bahaya kerja kepada TKBM yang melanggar” (90,0%),
kecelakaan dapat dihindari” (52,2%). dan paling sedikit terhadap pertanyaan tentang
c. Ketersediaan Alat Bantu “Bantuan dana kecelakaan dari ketua regu kerja”
Ketersediaan alat bantu kerja TKBM (53,3 %). Jawaban “Tidak” paling banyak pada
umumnya baik tetapi ketersediaan alat tidak baik pertanyaan tentang “bantuan dana kecelakaan
sebanyak 34,4 %. Jawaban responden “Ya” dari ketua regu kerja” (46,7 %) dan paling sedikit
paling banyak terhadap pertanyaan tentang pada pertanyaan tentang sanksi ketua regu kerja
“Kenyamanan TKBM menggunakan alat bantu kepada TKBM” (10,0 %).
kerja” (88,9 %) dan palling sedikit terhadap g. Dukungan Koperasi TKBM
pertanyaan tentang “ Alat bantu kerja yang Dukungan koperasi TKBM umumnya baik,
disediakan sendiri” (47,8 %). Jawaban “Tidak” tetapi dukungan tidak baik sebanyak 44,4 %.
paling banyak terhadap pertanyaan tentang “alat Jawaban “Ya” paling banyak terhadap
bantu kerja yang disediakan sendiri” (52,2 %) pertanyaan tentang “Peringatan bahaya
dan paling sedikit pada pertanyaan tentang kecelakaan kerja” (90,0 %) dan paling sedikit
“Kenyamanan TKBM menggunakan alat bantu terhadap pertanyaan tentang “Bantuan makanan
kerja” (11,1 %). tambahan (10,0 %). Jawaban “Tidak” paling
d. Standar kerja TKBM banyak terhadap pertanyaan pada pertanyaan
Standar kerja TKBM umumnya baik tetapi tentang “bantuan makanan tambahan” (71,1%)
standar kerja tidak baik sebanyak 25,6 %. dan paling sedikit pada pertanyaan tentang
Jawaban “Ya” paling banyak terhadap “peringatan bahaya kecelakaan kerja” (10,0 %).
pertanyaan tentang “Penyampaian tata tertib h. Praktek kerja TKBM
TKBM” (97,8 %) dan paling sedikit terhadap Praktek kerja TKBM bahwa praktek kerja

39
Kajian Pengaruh Predisposing... (M. Rais, Priyadi NP, Baju W)

umumnya baik tetapi praktek kerja tidak baik berpengetahuan baik dan praktek kerja tidak
sebanyak 25,6%. Jawaban “Ya” paling banyak baik 14.6 % dan pengetahuan kurang, praktek
terhadap pertanyaan tentang “Posisi badan, kerja tidak baik sebanyak 38.1 %, nilai
mengangkat barang” (87,8 %) dan paling sedikit kemaknaan (p value=0,011), berarti bahwa ada
terhadap pertanyaan tentang “jam kerja hubungan bermakna antara pengetahuan tentang
TKBM” (43,3 %). Jawaban “Tidak” paling K3 dengan praktek TKBM. prevalence of ra-
banyak terhadap pertanyaan tentang “jam kerja tio (POR=1,380) dengan (CI.95%; 1.059-798).
TKBM” (56,7%) dan paling sedikit pada b. Sikap dengan Praktek Kerja TKBM
pertanyaan tentang “posisi badan mengangkat Hasil analisis statistik pada tabel 2
barang” (12,2 %). menunjukkan bahwa Responden dengan sikap
tidak baik dan praktek kerja tidak baik sebanyak
2. Analisis Bivariat 34,1% dan responden dengan sikap baik tapi
a. Pengetahuan K3 dengan Praktek Kerja praktek kerja tidak baik sebanyak 18,4%, nilai
TKBM kemaknaan (p value=0,087), berarti bahwa
Hasil analisis statistik pada tabel 1 tidak ada hubungan bermakna antara sikap
menunjukkan bahwa Responden yang dengan praktek kerja TKBM.

Tabel 1. Hasil Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Praktek Kerja TKBM
Praktek Kerja
Total
Baik Tidak Baik
n 41 7 48
Pengetahuan Baik
% Pengetahuan 85.4% 14.6% 100.0%
TKMB n 26 16 42
Kurang
% Pengetahuan 61.9% 38.1% 100.0%
n 67 23 90
Total
% Pengetahuan 74.4% 25.6% (100.0%)
p = 0,011 POR = 1,380 CI 95 % : 1.059 – 1,798

Tabel 2. Hasil Tabulasi Silang antara Sikap TKBM terhadap Bahaya K3 dengan Praktek Kerja
TKBM
Praktek Kerja
Total
Baik Tidak Baik
n 40 9 49
Baik % Sikap
81.6% 18.4% 100.0%
Sikap TKBM
TKBM n 27 14 41
Tidak
Baik % Sikap
65.9% 34.1% 100.0%
TKBM
n 67 23 90
Total % Sikap
74.4% 25.6% 100.0%
TKBM
p = 0,087
40
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 1 / Januari 2009

c. Ketersediaan Alat Bantu Kerja dengan tidak baik sebanyak 19.4%, nilai kemaknaan lebih
Praktek Kerja TKBM kecil dari 0,05 (p=0,022) berarti ada hubungan
Hasil uji tabulasi pada tabel 3. menunjukkan bermakna antara standar kerja dengan praktek
bahwa Ketersediaan alat bantu kerja tidak baik kerja TKBM dan Variabel standar kerja
dan praktek kerja juga tidak baik sebanyak merupakan faktor risiko ditunjukkan dengan nilai
38.7% dan Ketersediaan alat bantu baik tetapi prevalence of ratio (POR=1,426) dan tingkat
praktek kerja tidak baik sebanyak 18.6%, nilai kepercayaan (CI.95% 0,978–2,079)
kemaknaan (p value=0,038) berarti bahwa ada e. Desain Tempat Kerja dengan Praktek
hubungan bermakna antara ketersediaan alat Kerja TKBM
bantu kerja dengan praktek kerja TKBM dan Hasil analisis statistik pada tabel 5 menun-
nilai prevalence ratio prevalence of ratio jukkan Desain tempat kerja tidak baik dan
(POR=1,327) dengan tingkat kepercayaan praktek kerja juga tidak baik sebanyak 38.5%
(95%: 0,978-1,801). dan desain tempat kerja baik tetapi praktek kerja
d. Standar Kerja dengan Praktek Kerja tidak baik sebanyak 15.7%, nilai kemaknaan
TKBM (p=0,014) berarti bahwa ada hubungan
Hasil uji bivariat standar kerja secara ringkas bermakna antara desain tempat kerja dengan
terdapat pada tabel 4 bahwa Standar kerja tidak praktek kerja TKBM dengan nilai prevalence
baik dan praktek kerja juga tidak baik sebanyak of ratio (POR=1,370) dan tingkat kepercayaan
43,5% dan standar kerja baik tetapi praktek kerja (CI.95%; 1,041–1,804)

Tabel 3. Hasil Tabulasi Silang antara Alat Bantu Kerja dengan Praktek Kerja TKBM

Tabel 4. Hasil Tabulasi Silang antara Standar Kerja TKBM dengan Praktek Kerja TKBM

41
Kajian Pengaruh Predisposing... (M. Rais, Priyadi NP, Baju W)

f. Dukungan KRK dengan Praktek Kerja prevalence of ratio (POR=1,344) dengan


TKBM tingkat kepercayaan (CI.95%: 1,027–1,758).
Hasil uji bivariat pada tabel 6 menunjukkan Tabel 8 dibawah ini adalah ringkasan hasil
bahwa dukungan ketua regu kerja tidak baik dan uji tabulasi silang menunjukkan p value, preva-
praktek kerja juga tidak baik sebanyak 33.3% lence of ratio (POR) dan Confidence Intervale
dan dukungan baik KRK tetapi prakek kerja (CI.95%) terhadap seluruh variabel independent
tidak baik 19.6, nilai kemaknaan (p=0,139) dengan variabel dependent; ada 5 variabel in-
berarti bahwa tidak ada hubungan bermakna dependent yang berhubungan dengan variabel
antara dukungan ketua regu kerja (KRK) dengan dependent (Praktek Kerja TKBM) Pelabuhan
praktek kerja TKBM Tanjung Emas Semarang.
h. Dukungan Koperasi TKBM 3. Analisis Multivariat
Hasil uji bivariat pada tabel 7 menunjukkan Pada hasil uji regresi logistik penelitian pada
bahwa Dukungan koperasi TKBM tidak baik tabel 9 menunjukkan 2 variabel independent
dan praktek kerja juga tidak baik sebanyak yang mempunyai pengaruh terhadap variabel
37.5% dan dukungan koperasi TKBM baik dependent (praktek kerja TKBM) dengan p
tetapi praktek kerja tidak baik 16.0, nilai value < 0,05 yaitu; variabel pengetahuan TKBM
kemaknaan (p=0,020) berarti bahwa ada tentang K3 (p value=0,009) dengan (CI; 95%:
hubungan bermakna antara dukungan Koperasi 0,076–0,687) dan variabel dukungan koperasi
TKBM dengan praktek kerja TKBM dan nilai TKBM (p value=0,040). Berarti bahwa

Tabel 5. Hasil Tabulasi Silang antara Desain Tempat Kerja TKBM dengan Praktek Kerja TKBM

Tabel 6. Hasil Tabulasi Silang antara Dukungan KRK terhadap Praktek Kerja TKBM

42
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 1 / Januari 2009

Variabel dukungan koperasi TKBM berpengaruh PEMBAHASAN


paling besar terhadap praktek kerja TKBM 1. Pengetahuan TKBM
adalah (OR=3,059) dan (CI.95% : 1,051– Analisis univariat menunjukkan bahwa
8,904) dan variabel dukungan koperasi TKBM pengetahuan TKBM tentang K3 umumnya
tidak baik berpengaruh 3 kali lebih terhadap termasuk dalam kategori baik 53,3%.
praktek kerja TKBM yang tidak baik. Dukungan Berdasarkan observasi lapangan diperoleh
Koperasi TKBM mempunyai pengaruh terhadap informasi bahwa responden sudah pernah
praktek kerja TKBM mendengar dan mengetahui sepintas beberapa
Berdasarkan uji regresi logistik dihasilkan hal yang berkaitan dengan K3 dari pihak koperasi
probabilitas tingkat risiko tenaga kerja bongkar TKBM, KRK, teman kerja dan media massa
muat (TKBM) untuk melakukan praktek kerja seperti spanduk oleh beberapa perusahaan
tidak baik yang dapat mengakibatkan terjadinya dalam areal pelabuhan dan informasi dari radio
kecelakaan kerja karena pengaruh bersama dan televisi dikantin koperasi maupun dirumah.
variabel-vaiabel; pengetahuan TKBM tentang Analisis bivariat menunjukkan bahwa ada
K3, Alat bantu kerja, Standar kerja, Desain hubungan bermakna antara pengetahuan
tempat kerja dan Dukungan koperasi TKBM responden tentang K3 dengan praktek kerja
sebesar 79,59 %. TKBM (p value = 0,011). Terdapat 52,7% atau
lebih separuh dari jumlah TKBM yang

Tabel 7. Hasil Tabulasi Silang antara Dukungan Koperasi TKBM dengan praktek kerja TKBM

Tabel 8. p value, Prevalence of Ratio(POR) dan CI hasil Tabulasi Silang pada Analisis Bivariat.

43
Kajian Pengaruh Predisposing... (M. Rais, Priyadi NP, Baju W)

berpengetahuan K3 baik dan pengetahuan K3 pengetahuan TKBM tentang K3 juga baik.


kurang yang berhubungan dengan praktek kerja Pengetahuan merupakan stimulus untuk
TKBM tidak baik. Hal tersebut diatas sejalan terbentuknya sikap baik. Menurut Notoatmodjo
penelitian Murtiningsih bahwa Ada hubungan (2003) bahwa mengetahui stimulus menimbulkan
positif dan korelasi kuat antara tingkat pengetahuan baru kemudian terbentuk sikap
pengetahuan pekerja dengan praktik penerapan terhadap objek tersebut.
prosedur K3 dan penelitian Kadir bahwa Analisis bivariat menunjukkan tidak ada
kurangnya pengetahuan K3 dapat berakibat hubungan bermakna antara sikap responden
kecelakaan kerja. TKBM yang berpengetahuan dengan praktek kerja. Uji regresi logistik tidak
K3 kurang mempunyai kecenderungan 1,4 kali dilakukan karena pada uji bivariat tidak
lebih besar melakukan praktek kerja tidak baik menunjukkan hubunagan bermakna dengan
(prevalence of ratio=1,380). praktek kerja TKBM. Hasil analisis bivariat sikap
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa penelitian ini tidak sesuai dengan penelitan
pengetahuan TKBM tentang K3 berpengaruh Murtiningsih yang menemukan bahwa ada
sendiri dan simultan bersama-sama dengan hubungan positif dan korelasi kuat antara sikap
dukungan koperasi TKBM terhadap praktek pekerja dengan praktek penerapan prosedur
kerja TKBM. Pengaruh pengetahuan lebih kecil keselamatan kerja (Riyadi, 2007).
dibanding dukungan koperasi. Menurut Green Hasil uji bivariat variabel sikap dan hasil
bahwa pengetahuan merupakan predisposing observasi lapangan penelitian ini tidak sejalan
factors terjadinya perubahan perilaku. dengan dengan teori beberapa ahli dan penelitian
Pengetahuan atau kognitive merupakan domain sebelumnya karena (Notoatmodjo, 2006) :
terbentuknya praktek (overt behaviour). 1. Menurut Green bahwa sikap dan
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih pengetahuan merupakan predisposing fac-
langgeng (Green, 2000). Menurut Rogers bahwa tors. sehingga pengetahuan mempengaruhi
sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, sikap yang terbentuk.
dalam dirinya terjadi proses-proses Awareness, 2. Stimulus dapat langsung menjadi tindakan
Interest, Evaluation, Trial dan Adoption sesuai tanpa mengetahui terlebih dahulu makna
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya stimulus dan tindakan tidak selalu didasari
terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003). pengetahuan atau sikap.
2. Sikap TKBM terhadap Bahaya 3. Sikap TKBM tersebut kemungkinan
Kecelakaan Kerja terbentuk dari pengetahuan TKBM tentang
Analisis univariat didapatkan bahwa sikap K3 yang sebatas pernah mendengar dan
responden termasuk baik (56,7%), karena mendapat informasi. TKBM belum pernah

Tabel 9. Hasil Uji Regresi Logistik antara Variabel Independent dengan Variabel Dependent

44
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 1 / Januari 2009

mendapat penyuluhan langsung atau pelatihan Pada analisis multivariat menunjukkan bahwa
K3. teori stimulus organisme respons bahwa tidak ada pengaruh ketersediaan alat terhadap
Penafsiran terhadap sikap dilakukan melalui praktek kerja. Faktor lain harus dipertimbangkan
perilaku tetapi penafsiran kemungkinan keliru seperti nilai ergonomis peralatan kerja dan
karena sikap bersifat tertutup. keterampilan pekerja menggunakan peralatan.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan Penggunaan peralatan bantu dianggap baik yang
sikap individu tidak selalu terwujud dalam jika peralatan kerja tersebut tidak menjadi
tindakan nyata adalah (Notoatmodjo, 2003): penghalang bagi TKBM melakukan pekerjaan.
1. Sikap yang akan terwujud dalam suatu Hal tersebut berbeda dengan penelitian
tindakan bergantung situasi dan kondisi. Mahardika bahwa ketersediaan bahan berupa
2. Sikap dapat mengacu pada pengalaman or- bubuk abate menunjukkan pengaruh sedang
ang lain dalam meningkatkan angka bebas jentik nyamuk
3. Sikap yang terbentu dapat berdasarkan pada aedes agepty (DBD) (Riyadi, 2007).
banyak atau sedikitnya pengalaman Menurut Green (2000) ketersediaan sarana
4. Nilai-nilai (value) dalam komunitas individu dan prasarana merupakan enabling factors
seperti lingkungan kerja terjadinya perilaku. Praktek kerja TKBM dalam
5. Menurut Leon Festinger dengan teori penelitian ini tidak dipengaruhi ketersediaan alat
Disonansi kognitif bahwa Disonansi bantu kerja dan enabling factor yang
berarti inkonsistensi (tidak konsisten) atau mendukung praktek kerja TKBM. Menurut Bird
ketidaksesuaian sikap yang mungkin bahwa Pemakaian alat / mesin yang tidak nor-
ditemukan pada oleh individu antarta dua atau mal dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan
lebih sikapnya. kerja. Seorang yang bekerja tidak ergonomis
3. Ketersediaan Alat Bantu cepat merasa lelah, sakit leher, sakit pinggang
Menurut pengamatan penulis bahwa dan rasa kesemutan serta pegal-pegal serta
peralatan yang disediakan adalah peralatan gangguan kesehatan lainnya. Pemindahan barang
standar dari pelabuhan dan perusahaan secara manual yang tidak ergonomis dapat
pengguna jasa TKBM, kecuali pada Pelra dan menimbulkan kecelakaan kerja (Industrial Ac-
Pellok dengan peralatan yang disesuaikan cident) atau kerusakan jaringan tubuh akibat
keadaan kapal dan pelabuhan. Hasil analisis beban angkut yang berlebihan over exertion-
bivariat menunjukkan bahwa variabel lifting and carring.
ketersediaan alat bantu mempunyai hubungan 4. Standar Kerja
bermakna dengan praktek kerja TKBM dan Menurut pengamatan penulis bahwa
memiliki kecenderungan terjadi 1,3 kali (preva- koperasi TKBM telah membuat dan
lence of ratio=1,327) lebih besar praktek kerja memberlakukan peraturan atau standar kerja.
TKBM. Identifikasi yang dilakukan aparat KPLP Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan
bahwa penyebab kecelakaan kerja di pelabuhan bermakna antara standar kerja dengan praktek
karena penggunaan alat-alat berat yang sudah kerja TKBM dengan nilai prevalence of ra-
tua dan pemakaian alat-alat berat yang tidak tio=1,426), berarti standar kerja tidak baik
dilakukan kalibrasi secara berkala. Ketersediaan mempunyai kecenderungan 1,4 kali lebih besar
alat bantu yang baik dan cukup maksudnya terjadi praktek TKBM. Hasil analisis tersebut
jumlah alat kerja sesuai dengan proporsi antara sejalan dengan penelitian Harkinto menemukan
jumlah TKBM yang menggunakan alat-alat kerja bahwa pekerja kayu olahan tidak peduli terhadap
tersebut dengan jumlah peralatan kerja yang standar kerja perusahaan dan pemakaian alat
tersedia. pelindung diri (Riyadi, 2007).

45
Kajian Pengaruh Predisposing... (M. Rais, Priyadi NP, Baju W)

Tidak ada pengaruh standar kerja terhadap akibat kerja TKBM di Pelabuhan Lembar dan
praktek kerja TKBM, pengaruh tersebut laporan PT.Terminal Peti Kemas Surabaya
kemungkinan karena kurangnya kapatuhan bahwa tidak ada kejadian yang berhubungan
TKBM terhadap peraturan atau standar kerja dengan masalah lingkungan yang terjadi (Riyadi,
yang telah diberlakukan oleh Koperasi TKBM. 2007). Teori Stimulus-Organisme-Respons
Faktor lain yang berperan adalah kurangnya (SOR) menerangkan bahwa salah satu faktor
dorongan dari ketua regu kerja untuk mematuhi terbentuknya perilaku adalah dukungan fasilitas
peraturan dan tidak ada ketentuan sanksi serta dorongan dari lingkungan (Notoatmodjo,
terhadap pelanggaran. Menurut pengamatan 2006).
penulis hanya sebagian kecil TKBM yang Analisis multivariat menunjukkan tidak ada
melaksanakan peraturan. Standar termasuk salah pengaruh desain tempat kerja terhadap praktek
satu enabling factor terjadinya praktek kerja kerja TKBM. Menurut pengamatan penulis
TKBM. Menurut Green (2000) ketersediaan bahwa desain tempat kerja, pengaturan posisi
sarana / prasarana dan peraturan merupakan peralatan kerja dan barang-barang telah diatur
enabling factors terhadap terbentuknya sedemikian rupa sesuai standar. Beberapa
perilaku.Teori Loss Caution Model Bird bahwa kelompok regu kerja TKBM di bagian pelabuhan
faktor manajemen perusahaan yang tidak rakyat dan pelabuhan lokal memiliki desain
mendukung merupakan latar belakang penyebab tempat yang tidak memiliki standar tetapi ditata
terjadinya kecelakaan kerja sebagai mata rantai sesuai dengan keadaan/fungsinya. Menurut Bird
sebab–akibat (Domino Squen). (1996) bahwa Desaign dan maintenance yang
5. Desain Tempat Kerja tidak baik serta pemakaian alat / mesin yang
Tempat kerja TKBM Pelabuhan Tanjung tidak normal dapat menjadi penyebab
Emas Semarang terdapat beberapa lokasi kecelakaan kerja.. Salah satu faktor yang
seperti; kapal, gudang dan areal atau lapangan mempengaruhi penyebab terjadinya kecelakaan
penampungan pelabuhan yang tersebar pada adalah faktor Lingkungan kerja.
tujuh bagian (Stevedoring, Cargodoring, TPKS 6. Dukungan Ketua Regu Kerja
kapal/ TPKS CFS, Unit pengantongan pupuk, Dukungan ketua regu kerja kepada TKBM
Kapal penumpang mempunyai desain khusus dan umumnya termasuk kategori baik karena terkait
standar kecuali Pelra dan Pellok, disesuaikan proses rekrutman TKBM secara keseluruhan
dengan tempat dan fungsinya masing-masing). sepenuhnya menjadi kewenangan para ketua regu
Ada hubungan bermakna antara desain tempat kerja. Prosedur seseorang untuk bekerja sebagai
kerja dengan praktek kerja TKBM. Desain TKBM di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
tempat kerja yang tidak baik mempunyai harus melalui para ketua regu kerja atau mandor.
kecenderungan terjadinya kecelakaan kerja 1,4 Analisis bivariat menunjukkan tidak ada
kali lebih besar (prevalence of ratio =1,370). hubungan bermakna antara dukungan ketua regu
Desain tempat kerja memberi stimulus yang kerja dengan praktek kerja TKBM. Hal
membuat pekerja merasa enak atau tidak enak tersebut berbeda dengan penelitian Mardi bahwa
bekerja dan mendorong terbentuknya perilaku ada hubungan bermakna antara gangguan
pekerja. Rasa enak dan nyaman bekerja dapat lingkungan sosial dengan kejadian kecelakaan
berhubungan dengan praktek kerja baik dan rasa akibat kerja pada para TKBM di Pelabuhan
tidak enak. Hasil analisis ini tidak sejalan dengan Lembar (Riyadi, 2007).
peneliltian Mardi yang menemukan bahwa tidak Dukungan moril atau bantuan materi ketua
ada hubungan bermakna antara gangguan regu kerja kepada TKBM sebagai faktor
lingkungan fisik dengan kejadian kecelakaan pendorong terhadap praktek kerja TKBM untuk

46
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 1 / Januari 2009

menjadi baik. menurut Green (2000) bahwa dengan kegiatan bongkar muat di Pelabuhan
reinfocing mendorong untuk terjadinya suatu Tanjung Emas Semarang seluruhnya dibawah
perubahan perilaku individu. Dukungan fasilitas kendali kebijakan Koperasi TKBM.
serta dorongan dari lingkungan menyebabkan Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan
stimulus mempunyai efek tindakan individu. bermakna antara dukungan Koperasi TKBM
Menurut Fidler bahwa gaya kepemimpinan indi- dengan praktek kerja TKBM. Dukungan
vidual bersifat tetap. Tiga dimensi kontijensi koperasi TKBM tidak baik mempunyai
mendefinisikan faktor situasi utama yang kecenderungan terjadi praktek kerja TKBM
menentukan efektifitas kepemimpinan. tidak baik 1,3 kali (prevalence of ratio=1,344).
Kepemimpinan tergantung pada kemampuan Dukungan koperasi TKBM merupakan faktor
untuk mendapatkan kepercayaan dari risiko terhadap praktek kerja. Hal tersebut
pengikutnya (Robbin, 2006). sejalan dengan penelitian Mardi bahwa ada
Kultur keselamatan bernilai positif jika para hubungan bermakna antara gangguan lingkungan
pekerja percaya bahwa keselamatan memiliki sosial dengan kejadian kecelakaan akibat kerja
nilai tinggi sebagai kunci dan perioritas organisasi. pada para TKBM di Pelabuhan Lembar.
Persepsi ini dapat dicapai jika pekerja Dukungan kebijakan koperasi yang baik
mempunyai peran dalam memecahkan masalah terhadap keselamatan kerja dapat menjadi
dan pengambilan keputusan dan kepercayaan arahan bagi TKBM untuk melakukan praktek
tinggi antara manajemen dan para pekerja, ada kerja baik sedangkan dukungan tidak dari
komunikasi terbuka dan pekerja menerima kultur koperasi TKBM akan mengarahkan TKBM
keselamatan sebagai hal positif sebagai bagian melakukan praktek kerja tidak baik pula.
dari proses manajemen. Praktek kerja yang dilakukan TKBM (perilaku)
Kepemimpinan lebih penting dibanding bergantung pada persepsi dan penilaian TKBM
dengan kebijakan karena pemimpin dapat terhadap kebijakan koperasi yang akan
mengambil keputusan atau tindakan dan dilaksanakan oleh TKBM apakah mendukung
menentukan kebijakan organisasi. Organisasi atau tidak mendukung keselamatan kerja.
mempromosikan nilai-nilai, ukuran dan struktur Hasil analisis multivariat didapatkan bahwa
penghargaan kebijakan keselamatan dan dukungan Koperasi TKBM mempunyai
kesehatan sedangkan kepemimpinan dengan pengaruh paling kuat terhadap praktek kerja
jelas menentukan tindakan sistem, alat ukur dan TKBM. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
penghargaan dan menentukan program Mahardika bahwa faktor manajemen
keselamatan kerja organisasi dapat telaksana. mempunyai pengaruh sedang dalam
Kultur kepemimpinan menentukan apakah meningkatkan angka bebas jentik nyamuk dan
seseorang yang bekerja melakukan upaya menurunkan angka insiden kejadian penyakit
keselamatan kerja atau tidak. demam berdarah dangue (DBD).
7. Dukungan Koperasi TKBM Manajemen koperasi dapat berfungsi
Dukungan Koperasi TKBM umumnya sebagai pengawasan, terutama dalam fungsi
termasuk kategori baik terlihat dalam anggaran manajerial yang berkaitan dengan keselamaan
dasar dan anggaran rumah tangga Koperasi kerja (Suma’mur, 1995) seperti: Perencanaan,
TKBM bahwa tugas Koperasi TKBM antara Organisasi, Pimpinan dan Pengawasan / Con-
lain menyediakan dan menyiapkan regu kerja trolling terhadap TKBM pelabuhan Tanjung
TKBM sesuai permintaan pemakai jasa dan Emas semarang. Dukungan moril atau bantuan
meningkatkan kesejahteraan bagi anggotanya. materi Koperasi TKBM kepada tenaga kerja
Aktifitas TKBM dan KRK yang berkaitan bongkar muat sebagai faktor pendorong

47
Kajian Pengaruh Predisposing... (M. Rais, Priyadi NP, Baju W)

terhadap praktek kerja TKBM yang baik. a. Pengetahuan TKBM tentang K3


Menurut Green bahwa reinfocing factor kategori baik sebanyak 53,3%, tetapi
mendorong terjadinya perubahan perilaku terdapat jawaban responden salah
individu. Faktor lingkungan merupakan kondisi sebanyak 41,1 % termasuk
atau lahan untuk pembentukan dan berpengetahuan K3 kurang.
perkembangan perilaku individu tersebut. b. Sikap TKBM kategori baik sebanyak
Dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan 54,4%, tetapi terdapat jawban
menjadi stimulus mempunyai efek tindakan dari responden yang salah sebanyak 52,2
individu. Menurut Bird (1996) bahwa tahap % termasuk sikap tidak baik.
pertama penyebab terjadinya kecelakaan kerja c. Ketersediaan alat kerja kategori baik
adalah manajemen perusahaan. sebanyak 65,5 %, tetapi terdapat
Kebijakan dan praktek yang dianggap responden menjawab tidak sebanyak
obyektif dan adil oleh manajemen atau pemimpin 52,2 % termasuk kategori ketersediaan
kemungkinan dipandang tidak adil oleh pekerja alat tidak baik.
secara umum atau oleh kelompok-kelompok d. Standar kerja kategori baik sebanyak
pekerja tertentu. Perilaku didasari oleh persepsi 74,4 %, tetapi terdapat responden
bukan kenyataan sehingga persepsi-persepsi menjawab tidak sebanyak 52,2 %
tersebut dapat terdistorsi dan membuahkan termasuk standar kerja tidak baik.
sikap negatif pekerja terhadap pekerjaan dan e. Desain tempat kerja kategori baik
organisasi. Kultur menentukan apakah program sebanyak 56,7%, tetapi terdapat
keselamatan efektif atau tidak. Kultur tidak responden menjawab tidak sebanyak
dibentuk oleh kebijakan tertulis tetapi oleh 38,9 % termasuk desain tempat kerja
keputusan kepemimpinan, tindakan dan system tidak baik.
yang sesuai dengan performa, aktivitas f. Dukungan ketua regu kerja kategori baik
keselamatan kerja dari para manajer, penyelia sebanyak 56,7 %, tetapi terdapat
dan regu kerja. Kultur dapat dibangun secara responden menjawab tidak sebanyak
positif melalui sistem yang bertanggung jawab 46,7 % termasuk dukungan ketua regu
memastikan tercapainya tujuan melalui sistem kerja tidak baik.
yang mendorong keterlibatan pekerja. Kultur g. Dukungan koperasi TKBM kategori
dapat ditaksir melalui survei persepsi. baik sebanyak 55,6%, tetapi terdapat
Konsep keselamatan kerja secara parsial responden menjawab tidak sebanyak
dapat didokumentasikan, seperti sikap dan 71,1% termasuk dukungan tidak baik.
perilaku para manajer atau para pekerja ke arah h. Praktek kerja kategori baik sebanyak
keselamatan dan resiko. Konsep iklim 74,4 %, tetapi terdapat responden
keselamatan kerja mengacu pada persepsi para menjawab tidak sebanyak 56,7 %
pekerja mengenai lingkungan kerja mereka, termasuk praktek kerja tidak baik.
terutama aktivitas dan konsep keselamatan 2. Analisis Bivariat, terdapat hubungan
tingkatan manajemen dan keterlibatan mereka bermakna antara:
dalam kendali resiko di tempat kerja. a. Pengetahuan pengetahuan TKBM
tentang K3 dengan praktek kerja
SIMPULAN TKBM.
1. Analisis Univariat didapatkan bahwa Proporsi b. Ketersediaan alat bantu kerja dengan
jawaban responden terhadap pertanyaan- praktek kerja TKBM
pertanyaan kuesioner penelitian ini adalah: c. Standar kerja dengan praktek TKBM.

48
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 1 / Januari 2009

d. Desain tempat kerja dengan praktek Notoatmodjo, S. 2003. Pengantar Pendidikan


kerja TKBM. Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT.Rineka
e. Dukungan Koperasi TKBM dengan Cipta. Jakarta.
praktek kerja TKBM. Riyadi Slamet. 2007. Konsep Tentang
3. Variabel yang paling besar pengaruhnya Penyebab Incident. Bina Kesehatan Kerja,
terhadap praktek kerja TKBM adalah Pusat Kesehatan Kerja Departemen
Dukungan koperasi TKBM. Kesehatan RI. Jakarta. Diakses melalui
www.binakesehatankerja.com.
KEPUSTAKAAN Robbins. 2006. Perilaku Organisasi, Edisi
Anonim. 2004. Profil Kesehatan Jawa Tengah. Kesepuluh, Pearson Education International,
Dinas Kesehatan Propinsi Jateng. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.
Anonim. 2002. Profil Koperasi Tenaga Kerja Sugiharto, et.el. 2003. Teknik Sampling.
Bongkar Muat, Pelabuhan Tanjung Emas Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Semarang. Semarang.
Suma’mur. 1995. Higiene Perusahaan dan
Anonim, 2006. Selayang pandang Koperasi Kesehatan Kerja. CV. Gunung Agung.
Tenaga Kerja Bongkar Muat, Pelabuhan Jakarta.
Tanjung Emas Semarang, Semarang 2006
Anonim, 2007. Informasi Sekilas Koperasi
Tenaga Kerja Bongkar Muat, Pelabuhan
Tanjung Emas Semarang. Semarang.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu
Pendekatan praktik. Edisi Revisi VI. CV.
Rineka Cipta, Jakarta.
Bird, Frank E. Germain, George L. 1996. Prac-
tical Loss Control. Revised Edition. Det
Norske Veritas (USA), Inc.
Dinas Kesehatan Propinsi Jateng. Profil
Kesehatan Jawa Tengah. 2005.
Ghozali,I, Aplikasi Analisis Multivariate dengan
Program SPSS, setakan IV, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2006
Green, Lawrence W and Kreuter Marshall W,
Health Promotion Planning an Education and
Environmental Approach, Second Edition,
Mayfield Publishing Company, 2000
Joedoatmodjo, S, Pembinaan K3 terhadap
Pekerja Informal dalam Satu Abad K3,
Dewan Keselamatan Kesehatan Kerja
Nasional, Jakarta, 2000
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian
Kesehatan, PT.Rineka Cipta, Jakarta.

49

You might also like