Professional Documents
Culture Documents
BAB III
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Tabel III.1.1.2 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru muda
Energi Loss, hf (J/kg)
f f
Nre Sudden Sudden bend bend bend Hg
percobaan korelasi
expansion contraction 50mm 100mm 150mm globe
1744,15 1,1753 0,0367 0,0279 0,0098 0,0196 0,0196 0,0196 0
1647,26 2,5159 0,0389 0,1153 0,0195 0,0196 0,0196 0,0196 2,3633
Tabel III.1.1.3 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru tua
L eq (m) Ε
Nre
Hg gate Straight 13.6 90 mitre Elbow 90 (m)
1744,15 0 0,2634 0,4391 0,0878 0,0229
1647,26 0,7413 0,5058 0,2810 0,1124 0,0291
Tabel III.1.1.4 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru muda
L eq (m)
Nre Sudden Sudden Bend Bend Bend 50 ε
Hg globe
Expansion Contraction 100 mm 150 mm mm (m)
1744,15 0,0025 0,00088 0,0878 0,0878 0,0878 0 0,01733
1647,26 0,0066 0,00112 0,0562 0,0562 0,0562 0,37067 0,02430
Tabel III.1.2.2 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru muda
Energi Loss, hf (J/kg)
f
Nre f korelasi Sudden Sudden bend bend bend Hg
percobaan
expansion contraction 100mm 150mm 50mm globe
2713,13 0,2501 0,0438 0,0010 0,0098 0,0588 0,0392 0,0196 0
2519,34 0,8089 0,0446 0,0775 0,0098 0,0588 0,0588 0,0392 0,2586
Tabel III.1.2.3 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pipa pada pipa biru tua
L eq (m) ε
Nre
Hg gate Straight 13.6 90 mitre Elbow 90 (m)
2713,13 0 0,0421 0,0702 0,0702 0,0097
2519,34 0,1532 0,0464 0,0232 0,0348 0,0169
Tabel III.1.2.4 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pipa pada pipa biru muda
L eq (m)
Nre Sudden Sudden Bend 100 Bend 150 Bend 50 ε
Hg globe (m)
Expansion Contraction mm mm mm
2713,13 0,00001 0,00014 0,04215 0,02810 0,01405 0 0,0049
2519,34 0,00092 0,00012 0,03483 0,03483 0,02322 0,15317 0,0139
Tabel III.1.3.2 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru muda
Tabel III.1.3.3 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru tua
L eq (m) ε
Nre
Hg gate Straight 26.6 90 mitre Elbow 90 (m)
11821,51 - 0,11676 0,15568 0,15568 0,0173
9302,17 0,1622 0,04917 0,08781 0,10537 0,0167
Tabel III.1.3.4 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru muda
L eq (m)
Nre Sudden Sudden Bend Bend Bend 50 ε
Hg globe
Expansion Contraction 110 mm 150 mm mm (m)
11821,51 0,00005 0,00078 0,07784 0,11676 0,07784 0,25669 0,01986
9302,17 0,00002 0,00060 0,04215 0,05269 0,05269 0,25483 0,01735
III.2 Pembahasan
Percobaan Energy Losses in Pipe and Bends bertujuan mempelajari variasi faktor friksi,
f, terhadap bilangan Reynold pada aliran laminer, transisi, maupun turbulen; mengukur
kehilangan energi pada fitting dan menghitung panjang ekuivalennya; dan menaksir kekasaran
(roughness) permukaan pipa dengan persamaan Colebrook.
Pada percobaan terdapat dua jalur aliran yang digunakan, ditandai dengan perbedaan
warna pada pipa. Adapun jalur yang digunakan adalah jalur pada pipa biru tua dan jalur pada
pipa biru muda. Pada jalur biru tua terdapat fitting berupa gate valve, 90 elbow, straight pipe
diameter 26.6 mm, dan 90 mitre. Sedangkan pada jalur biru muda terdapat fitting berupa globe
valve, pipe bend 50 mm, pipe bend 100 mm, pipe bend 150 mm, sudden expansion, dan sudden
contraction. Untuk pengukuran energy losses digunakan dua macam manometer, yaitu
manometer air-udara dan manometer air-raksa. Manometer air-raksa digunakan untuk
mengukur energy losses pada globe valve dan gate valve, sedangkan manometer air-udara
digunakan untuk mengukur fitting selain globe valve dan gate valve.
Gambar III.2.1. Grafik Faktor Friksi vs Bilangan Reynold untuk Jalur Pipa Biru Muda
Gambar III.2.2. Grafik Faktor Friksi vs Bilangan Reynold untuk Jalur Pipa Biru Tua
Berdasarkan gambar III.2.1, terlihat bahwa pada aliran pipa biru muda terdapat ketidak
sesuaian antara faktor friksi yang didapatkan berdasarkan percobaan dengan faktor friksi
korelasi. Hasil yang sama ditunjukkan juga pada gambar III.2.2 yaitu pada jalur pipa biru tua.
Pada kedua gambar, terlihat bahwa pada aliran turbulen didapatkan bahwa harga f secara
korelasi maupun percobaan, menurun seiring dengan bertambahnya nilai bilangan Reynoldnya.
Hal ini ditunjukkan dengan kemiringan garis (slope) yang sangat kecil hingga mendekati nol.
Penurunan nilai f mengindikasikan bahwa nilai bilang Reynold hanya sedikit mempengaruhi
harga f atau friction factor-nya. Hasil yang sama juga terlihat untuk aliran laminer dan transisi.
Hasil tersebut juga sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin besar nilai bilangan
Reynoldnya, maka nila f akan semakin kecil. Dengan kata lain, harga f untuk aliran laminer,
transisi, turbulen akan semakin kecil.
Harga f pada grafik didapatkan dengan dua persamaan, yaitu persamaan Darcy dan juga
persamaan korelasi, dimana untuk aliran laminer digunakan korelasi persamaan Hagen-
Poiseulle, aliran transisi digunakan korelasi persamaan Blasius, dan aliran turbulen digunakan
korelasi persamaan von Karman. Pada kedua grafik, dapat terlihat bahwa nilai f hasil percobaan,
atau perhitungan Darcy, dengan hasil korelasi sangatlah berbeda jauh. Sebagai contoh, pada
grafik untuk jalur biru muda (Gambar III.2.1) didapatkan bahwa untuk aliran turbulen, grafik f
hasil percobaan semakin menurun dan membentuk kurva, sedangkan grafik f berdasarkan
korelasi cenderung membentuk garis linier dan mendekati nol. Hal yang sama juga terjadi untuk
aliran laminer dan transisi, dan juga untuk jalur pipa biru tua. Adanya perbedaan antara harga f
percobaan dengan harga f korelasi disebabkan oleh pembacaan manometer yang tidak akurat
dikarenakan manometer belum menunjukkan hasil yang konstan maupun karena pada saat
pengamatan selang manometer terdapat gelembung udara.
Gambar III.2.3 Grafik antara f dengan Bilangan Reynold untuk aliran turbulen
Gambar III.2.3 merupakan grafik antara f dengan bilangan Reynold untuk aliran turbulen
pada jalur pipa biru muda dan pipa biru muda. Pada saat bilangan Reynold sangat tinggi, atau
kondisi aliran sangat turbulen, maka harga f menjadi tidak dipengaruhi oleh bilangan Reynold
1 3.7𝐷
tetapi menjadi asimptotik pada nilai = 2log( ). Namun, pada gambar III.2.3, terlihat
√𝑓 𝜀
bahwa hasil faktor friksi percobaan atau dengan perhitungan Darcy tidak menunjukkan
kesesuaian dengan faktor friksi hasil korelasi persamaan von Karman. Pada perhitungan Darcy,
harga f cenderung membentuk kurva turun. Hal ini nampak pada harga f perhitungan Darcy
untuk jalur pipa biru tua dan pipa biru muda. Sedangkan pada harga f korelasi von Karman,
didapatkan bahwa kurva f korelasi von Karman cenderung membentuk garis linier, dimana garis
1 3.7𝐷
linier ini menandakan bahwa nilai f menjadi asimptotik pada = 2log( ) . Adanya
√𝑓 𝜀
perbedaan nilai f ini dapat disebabkan oleh adanya pengamatan yang tidak akurat pada saat
pembacaan manometer.
Seperti yang sudah dijelaskan bawha semakin tinggi nilai bilangan Reynold, maka harga
faktor friksi tidak dipengaruhi oleh bilangan Reynold lagi, tetapi dipengaruhi oleh kekasaran
1 3.7𝐷
pipa. Harga faktor friksi yang asimptotik dengan = 2log( ) dapat digunakan untuk
√𝑓 𝜀
menghitung kekasaran pipa. Nilai kekasaran pipa (ε) berdasarkan percobaan dan korelasi von
Karman adalah sebagai berikut :
f von f
Nre ε percobaan ε von Karman
Karman percobaan
11821,52 0,0296 1,16 0,0173 0.02
9302,17 0,0296 1,10 0,0168 0.02
Berdasarkan percobaan, didapatkan rata-rata kekasaran pipa (ε) untuk jalur pipa biru tua
adalah 0.01705 dan untuk jalur pipa biru muda adalah 0.0186. Sedangkan berdasarkan
persaman von Karman, didapatkan rata-rata kekasaran pipa (ε) adalah 0.01956 untuk jalur pipa
biru tua dan (ε) adalah 0.01796 . Berdasarkan hasil tersebut, dapat terlihat bahwa kekasaran
pipa (ε) biru muda dan pipa (ε) biru tua nilainya mendekati nilai dengan perhitungan von
Karman.