You are on page 1of 14

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Sentra Peternakan Rakyat

(SPR) Ternak Sapi Kuamang Abadi Kabupaten Bungo.

Analysis Of Factors That Affecting The Development Of Animal Husbandary Center


(SPR) Beef Cattle Kuamang Abadi Bungo District

Suci Dewi Wulandari1 , Firmansyah2 , Afriani H3

Abstract

Beef consumption needs in the Indonesian community tend to increase in line with the increasing population. So
to incease the production of beef the government developed a program of SPR. This resea rch aims to analyze the
factors affecting the development Of SPR cattle Kuamang Abadi Bungo District. The research had done on case
study on 81 respondent and analysis done with the method of EFE, IFE, IE, SWOT and QSPM. The results showed
that: (1) internal factors contained are the land, produce optimal weight, the existence of a mutual need between the
ranchers and the government, means of transport smoothly and plantation as a source of cattle feed, limitations of
capital, processing technology of green feed, low level education and professional yet breeders, recording syste has
not been good and theft of livestock; (2) external factors that may affect the preparation of the strategy, naely the
demand for cattle, public awareness of nutritional needs, increase in population growth, development of information
technology and livestock insurance, the entry of beef from outside, the disease, competition is increasingly
competitive, and over the function of the land;

Abstrak

Kebutuhan Konsumsi daging Sapi pada masyarakat Indonesia cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya
pertambahan penduduk. Sehingga untuk meningkatkan produksi sapi Pemerintah mengembangkan program SPR.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan SPR ternak sapi
Kuamang Abadi Kabupaten Bungo. Penelitian dilakukan secara studi kasus pada 81 responden dan analisis
dilakukan dengan metode EFE, IFE, IE, SWOT, dan QSPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Faktor
internal yang mempengaruhi adalah lahan, menghasilkan bobot optimal, adanya rasa saling membutuhkan antara
peternak dan pemerintah, sarana transportasi desa lancar dan lahan perkebunan sebagai sumber pakan ternak,
keterbatasan modal, teknologi pengolahan pakan hijauan, tingkat pendid ikan rendah dan peternak belum
professional, sistem pencatatan belum baik dan pencurian ternak; sedangkan (2) Faktor eksternal yaitu permintaan
ternak sapi, kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan gizi, peningkatan pertumbuhan penduduk, perkembangan
teknologi informasi dan asuransi ternak, masuknya daging sapi dari luar, penyakit, persaingan semakin kompetitif,
dan alih fungsi lahan;

1 Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Jambi


2 Dosen Fakultas Peternakan Universitas Jambi
3 Dosen Fakultas Peternakan Universitas Jambi
Pendahuluan tokoh lokal, untuk membentuk SPR di
lingkungan sekitarnya.
Menurut Dinas Peternakan dan
Populasi ternak sapi di Kabupaten
Kesehatan Hewan Provinsi Jambi (2016)
Bungo mencapai 29.712 ekor, yang tersebar
pembangunan SPR (Sentra Peternakan
di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten
Rakyat) merupakan pendekatan
Bungo. Dari 29.712 ekor ternak sapi, di
pembangunan peternakan dengan sasaran
kecamatan Pelepat Ilir yang paling banyak
untuk mencapai peningkatan agribisnis
memiliki ternak sapi tersebut sekitar 6.070
peternakan rakyat dan penyediaan bahan
ekor. Perkembangan teknologi yang pesat,
pangan asal hewan yang meliputi aspek
terutama di bidang peternakan, informasi,
kesehatan hewan, pembibitan, produksi,
telekomunikasi, dan transportasi merupakan
pakan, kesehatan masyarakat veteriner,
peluang yang harus dapat dimanfaatkan
pengolahan dan pemasaran hasil peternakan.
peternak dalam pengembangan ternak sapi,
SPR menjadi gerakan sosial yang
pemerintah daerah Kabupaten Bungo telah
saat ini masih dilakukan. Kegiatan ini dinilai
menetapkan ternak sapi sebagai produk
menjadi solusi tepat dalam mengatasi
unggulan, Keberadaan industri pengolahan
permasalahan peternak di Indonesia. Jika
hasil peternakan sapi yang komoditas utama
selama ini program yang ada cenderung
hasil peternakan adalah daging merupakan
hanya diperuntukkan untuk ternaknya saja,
peluang dalam usaha pengembangan sapi
SPR diperuntukkan untuk mengurusi
dan permintaan komoditas ternak sapi dari
peternak sebagai fokus utama (transfer
tahun ke tahun cenderung mengalami
pengetahuan dan penguatan kapasitas), dan
peningkatan. Tujuan utama dari penelitian
juga ternaknya. Merujuk pada hal tersebut,
ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor
diperlukan strategi akselerasi yang tepat
yang mempengaruhi pengembangan SPR
dalam mempercepat pembentukan SPR di
ternak sapi Kuamang Abadi Kabupaten
daerah. Strategi akselerasi yang dimaksud
Bungo.
adalah model Inisiatif Lokal.
Metode Penelitian
Model Inisiatif Lokal merupakan
metode dimana SPR dibentuk setelah Penelitian ini dilaksanakan dengan
adanya inisiatif dan kemauan dari metode survei. Responden penelitian ini
masyarakat lokal, baik peternak maupun adalah peternak yang mengikuti kegitan
SPR sebanyak 81 responden. Lokasi
penelitian dilaksanakan di SPR kuamang N
n=
abadi Kabupaten bungo. Pengambilan data Nd² + 1
dilakukan mulai 15 Desember 2016-15 Keterangan:
Januari 2017. Data yang terhimpun n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
diperoleh secara langsung dengan peternak
d = Presisi yang diinginkan
yang ada disana melalui wawancara dan (Al-Rasyid, 1994)
pengisian daftar pertanyaan serta
pengamatan secara langsung di lapangan Hasil dan Pembahasan

meliputi: data identitas peternak yang terdiri


Karakteristik Peternak Anggota SPR
dari umur peternak, tingkat pendidikan,
Identitas responden pada penelitian
pengalaman peternak, dan pekerjaan utama. ini meliputi jenis kelamin, umur,
Keadaan usaha peternakan ternak sapi pendidikan, anggota keluarga, status
melalui program SPR meliputi: jumlah
kepemilikan usaha, mulai beternak dan
ternak sapi yang ada disekitar lahan, cara
mengikuti SPR, pengalaman bekerja,
pemeliharaan, faktor yang menjadi kekuatan
pekerjaan utama selain beternak dan jumlah
dan kelemahan, dalam usaha peternakan tenaga kerja. Aspek tersebut dapat
ternak sapi berupa lahan untuk mempengaruhi keikutsertaan para responden
pengembangan usaha, komunikasi antar
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
peternak, modal usaha, kemampuan
mengenai komoditas sapi potong.
peternak bekerja dalam mencari peluang
Karakteristik tersebut dapat menjadi salah
usaha peternakan agar terus maju dan satu yang menyebabkan para responden
strategi apa saja yang dibutuhkan. Data mengadopsi kegiatan pembelajaran tersebut
sekunder diperoleh dari Kantor Dinas
agar tercapai tujuan yang seperti diinginkan
Peternakan Kabupaten Bungo yang meliputi:
yakni meningkatkan kesadaran dalam
gambaran umum wilayah Kabupaten Bungo,
mengembangkan komoditas ternak sapi
profil peternak, profil program SPR, potensi
potong dan hasil olahannya (Tabel 1).
wilayah dan data lain yang mendukung
penelitian.
Pada penelitian ini penentuan ukuran
sampel menggunakan rumus ukuran sampel
minimum sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Responden
No Uraian Peternak
Jumlah (orang %
1 Jenis Kelamin
a. Laki-laki 81 100
2 Umur
a. 31-44 18 22.22
b. > 44-57 51 62.96
c. > 57 12 14.81
3 Pendidikan
a. SD 79 97.53
b. SMP - -
c. SMA 2 2.46
4 Luas Lahan
a. 1 – 1.9 3 3.70
2 – 2.9 54 54.32
>2.9 34 41.97
5 Status Kepemilikan Lahan
a. Milik sendiri 81 100
6 Tanggungan Keluarga
a. 0-2 - -
b. > 3-4 47 58.02
c. > 4 34 41.97
7 Pengalaman Beternak
a. 13 – 28 27 33.33
b. > 28 – 43 52 64.19
c. > 43 2 2,46
8 Tahun Mengikuti SPR
a. 2015 81 100
9 Pekerjaan Utama
a. Petani kebun 81 100
10 Jumlah Tenaga Kerja
a. 0 76 93.82
b. 1 2 2.46
c. > 1 3 3.70
Sumber : Data olahan penelitian
Dari hasil penelitian yang didapat 93,53 persen dari total sampel peternak.
bahwa responden peternak sapi di SPR Peternak yang berpendidikan rendah
Kuamang Abadi mayoritas berjenis kelamin biasanya lebih sulit menerima inovasi
laki-laki berada pada kisaran umur > 44 – 57 teknologi baru yang berkaitan dengan usaha
(69,96 persen). Rata-rata responden peternak ternak, dan cenderung menekuni apa yang
berpendidikan SD dengan persentase sekitar
biasa dilakukan oleh nenek moyangnya cukup jumlah maupun kualitas dan
secara turun temurun (Wirdahayati, 2010). berkesinambungan (Kurniawan, 2012).
Pekerjaan utama peternak sapi
Identifikasi Faktor Kekuatan,
adalah 100 persen bekerja sebagai petani
Kelemahan, Peluang dan Ancaman
kebun. Soeharsono et al. (2010) menyatakan
Kekuatan
bahwa hal ini merupakan gambaran umum
Faktor kekuatan merupakan bagian
penduduk yang tinggal di kawasan
dari faktor strategis internal. Faktor-faktor
pedesaan, dimana sebagian besar
yang menjadi kekuatan harus digunakan
mengandalkan mata pencaharian mereka
semaksimal mungkin dalam upaya untuk
pada bidang pertanian dan didukung oleh
mencapai tujuan pengembangan usaha SPR
subsektor peternakan. Rata-rata responden
Kuamang Abadi, faktor-faktor itu terdiri
tidak memiliki karyawan, Pengalaman
dari:
beternak di Kuamang Abadi bervariasi yakni
a. Lahan
berkisar>28-43 tahun sebanyak 64,19 persen
Lahan yang luas di Pelepat ilir
Status kepemilikan lahan milik
sebagian telah dipergunakan sebagai lahan
sendiri, luas lahan yang dimiliki peternak 1
HMT. Berdasarkan data luas kepemilikan
(satu) hektar. Salah satu faktor yang
lahan yang paling banyak adalah 2 -2.9 ha
menentukan keberhasilan pengembangan
sebesar 54.3 persen. Lahan yang tersedia
ternak sapi yaitu ketersediaan hijauan yang
digunakan oleh peternak sebagai lahan

Tabel 2. Jumlah Lahan Sebagai Basis Penyedia Pakan


No Luas Lahan (Ha) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 1 – 1.9 3 3.70
2 2 – 2.9 44 54.32
3 >2.9 34 41.97
Total 81 100
Sumber : Data Olahan Penelitian
penggembalaan dan sebagian yang Sukmawati (2010) bahwa ketersedian
digunakan sebagai lahan untuk mencari sumber daya berupa lahan sangat besar
pakan ternak yang dipelihara. manfaatnya untuk kegiatan pemeliharaan
Ketersedian lahan akan membantu ternak, misalnya digunakan sebagai lahan
peternak untuk memenuhi kebutuhan pakan penggembalaan atau dijadikan lahan untuk
ternak yang mereka pelihara. Menurut
ditanami dengan hijauan pakan ternak guna daging sapi yang dihasilkan dengan berat
memenuhi kebutuhan pakan hijauan. bobot ternak sapi mencapai ±250 – 300 kg
(Tabel 3).
b. Menghasilkan Bobot Optimal
Dalam penjualan hasil panen daging
sapi telah melakukan seleksi terhadap
Tabel 3. Bobot Ternak Sapi
No Bobot Ternak (kg) Jumlah Responden Persentase (%)
1 250 – 267 62 76,54
2 >267 – 284 6 7, 41
3 >284 13 16,05
Total 81 100
Sumber : Data Olahan Penelitian
Berdasarkan Tabel 3. Bobot badan atau peternak membeli maupun menjual
ternak sapi di SPR Kuamang Abadi tertinggi cukup lancar. Jarak tempuh dari Kecamatan
terdapat pada bobot 250 – 267 Kg dan Pelepat Ilir ke Kabupaten Bungo sekitar 30
paling kecil kisaran bobot >284 Kg. – 40 Km.
Menurut Bandini (1997) bahwa sapi bali e. Lahan Perkebunan sebagai Sumber
dapat mencapai bobot badan jantan dewasa Pakan Ternak
350 – 400 kg dan betina 250 – 300 kg. Tersedianya pakan di alam lebih
c. Adanya Rasa Saling Membutuhkan menguntungkan SPR Kuamang Abadi
Antara Peternak dan Pemerintah rumput lapang yang tersedia dan pelepah
Pemerintah Kabupaten telah sawit yang telah tersedia membuat
membantu peternak semaksimal mungkin peternakan tersebut dapat mengurangi atau
dalam pembebasan lahan yang seharusnya dapat juga tidak membeli penunjang pakan
milik peternak untuk beternak di areal yang lainnya.
pekarangan tersebut dan menjadikan areal f. Interaksi antar Masyarakat yang
tersebut menjadi ladang pakan HMT. Lebih Bersifat Kekeluargaan
d. Sarana Transportasi antar Desa Hubungan atau interaksi antar
Lancar peternak merupakan hubungan sosial yang
Sarana transportasi antar desa cukup terjalin antara peternak dengan peternak
lancar karena jalan yang dilalui untuk lain, peternak dengan anggota masyarakat
membawa ternak langsung ke peternakan dan antar peternak dengan pemerintahan.
Berdasarkan hasil penelitian, hubungan usaha pengembangan ternak sapi.
antar peternak yang terjadi di Kecamatan Pengolahan pakan hijauan sangat diperlukan
Pelepat Ilir menggunakan sistem untuk membantu peternak dalam upaya
kekeluargaan dan semangat gotong royong penyediaan pakan saat musim kemarau atau
yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari musim hujan.
kekompakan yang terjalin antar peternak, Berdasarkan hasil penelitian, di
sikap toleransi antar peternak dan rasa apangan belum terdapat pelatihan mengenai
empati yang tinggi antar peternak dan antar teknologi pengolahan pakan hijauan untuk
kelompok yang ada di Kecamatan Pelepat ternak sebagai pakan alternatif saat musim
Ilir. kemarau. Hal ini disebabkan karena pada
Kelemahan saat musim kemarau ketersediaan pakan
Faktor kelemahan adalah bagian dari hijauan segar sangat terbatas dan peternak
faktor internal. Faktor-faktor yang dianggap harus mencari pakan sampai ke kebun sawit
sebagai kelemahan akan menjadi kendala dengan jarak sangat jauh.
dalam upaya pengembangan Sentra c. Tingkat Pendidikan Rendah dan
Peternakan Rakyat (SPR). Peternak Belum Profesional
a. Keterbatasan Modal Salah satu kunci keberhasilan SPR
Dalam menjalani suatu usaha Kuamang Abadi ditunjang dengan kualitas
dibutuhkan modal yang tidak sedikit pula itu sumber daya manusia yang dimiliki. Karena
juga yang dirasakan oleh peternak di SPR itu penting bagi sebuah usaha menjaga
Kuamang Abadi karena dalam pemenuhan loyalitas pekerja sebab secara tidak langsung
kebutuhan hidup ternak dan tata cara berperan dalam menentukan SPR.
beternak membutuhkan modal untuk Berdasarkan hasil penelitian diketahui
membeli ternak, kandang, vitamin dan bahwa rata-rata anggota kelompok SPR
vaksin untuk ternak agar tidak terserang Kuamang Abadi tamatan sekolah dasar
penyakit yang menular dan mematikan (SD).
disekitar kandang tentu modal yang
d. Sistem Pencatatan belum Baik
dibutuhkan tidak sedikit pula.
Anggota SPR Kuamang Abadi
b. Teknologi pengolahan pakan hijauan
belum melakukan pencatatan dengan baik
Pakan merupakan salah satu
karena rata-rata para peternak hanya
indikator yang perlu diperhatikan dalam
menghitung jumlah ternak yang dibeli dan di
jual kembali oleh peternak apabila ternak peternak sekarang lebih banyak
yang dijual lebih mahal dari harga beli menggunakan pemeliharaan intensif,
e. Pencurian Ternak padahal sebelum adanya kasus pencurian,
Tingkat pencurian pada SPR peternak lebih suka mengembalakan
Kuamang abadi cukup tinggi makanya ternaknya.
Akibat dari hal ini adalah peternak menjadi Daging sapi mempunyai kandungan
rugi dan populasi ternak sapi juga dapat gizi yang sangat baik dan bermanfaat dalam
berkurang. Pencurian ternak yang terjadi menjaga kesehatan tubuh manusia.
dapat menimbulkan kerugian ekonomis bagi Kandungan yang terdapat dalam daging sapi
peternak (Rendra, 2007) antara lain : zat besi, protein, selenium, seng
atau zinc, vitamin B kompleks dan omega 3.
Peluang
a. Permintaan Ternak Sapi c. Meningkatnya Pertumbuhan
Peningkatan permintaan daging sapi Penduduk
yang melonjak mengakibatkan kenaikan Berdasarkan hasil sensus penduduk
harga yang sangat signifikan dari harga Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
awal. Permintaan ternak sapi terus penduduk Kecamatan Pelepat Ilir tahun
meningkat setiap tahunnya dan intensitasnya 2014 mencapai 49.668 dan pada tahun 2015
tinggi pada hari-hari besar keagamaan meningkat menjadi 50.879 jiwa
seperti hari raya qurban. Menurut d. Perkembangan Teknologi dan
Sudarmono dan Bambang (2008) Setelah Informasi
selesai hari raya besar, biasanya permintaan Perkembangan teknologi sangat
akan daging sapi berangsur turun sehingga dibutuhkan oleh peternak guna
harga daging sapi akan mengalami pengembangan usaha peternakan yang
penurunan sedikit demi sedikit, hingga harga sedang mereka jalankan. Berdasarkan hasil
menjadi stabil. Peningkatan dan penurunan penelitian, saat ini peternak di Kecamatan
permintaan tersebut mengakibatkan harga Pelepat Ilir masih melakukan pengolahan
daging sapi menjadi fluktuatif. kotoran menjadi pupuk.
e. Asuransi Ternak
b. Kesadaran Masyarakat terhadap
SPR Kuamang Abadi mempunyai
Kebutuhan Gizi Bertambah Tinggi
asuransi ternak yang dibayar pertahun Rp
40.000 dan di subsidi oleh pemerintah Rp malnutrisi, sehingga mengakibatkan
160.000 pertahun untuk satu SPR. penurunan daya imunitas tubuh
(Natadisastra dan Agoes 2009). Salah satu
Ancaman
contoh endoparasit yang menginfeksi tubuh
a. Masuknya Daging Sapi dari Luar
hospes adalah cacing pada intestinum sapi
Daerah
(Sandjaja 2007).
Berdasarkan hasil penelitian, hampir
keseluruhan peternak kurang setuju dengan c. Alih Fungsi Lahan
kebijakan impor ternak sapi. Peternak
Di Pelepat Ilir lahan banyak disalah
menilai bahwa kebijakan impor sapi akan
gunakan oleh peternak yang seharusnya
kurang menguntungkan dan akan
untuk di jadikan lahan HMT malah mereka
memberikan kerugian bagi peternak lokal.
menjadikan lahan untuk kepentingan pribadi
Menurut Direktorat Jenderal Peternakan
masing-masing petani padahal mereka
(2009) Indonesia belum mandiri dalam
ketahui lahan yang mereka pergunakan
penyediaan kebutuhan daging sapi nasional
adalah lahan pemerintah dan lahan tersebut
karena baru mampu memproduksi 70% dari
untuk kepentingn bersama bukan untuk
kebutuhan daging sapi nasional dimana 30%
kepentingan perorangan.
kebutuhan lainnya dipenuhi melalui impor
dalam bentuk sapi bakalan untuk d. Persaingan Semakin Kompetitif
penggemukan, daging beku dan jeroan yang Persaingan dalam dunia bisnis
didominasi oleh hati dan jantung beku. peternakan memasuki fase baru dimana
persaingan menjadi semakin kompetitif.
b. Penyakit yang Menyerang Ternak
Perkembangan teknologi informasi menjadi
Sapi
salah satu faktor yang menyebabkan
Penyakit ternak sapi menjadi hal
perubahan pada fase tersebut. Teknologi
yang sangat menentukan dalam keberhasilan
informasi membuat arus atau pergerakan
karena ternak yang dijual harus dalam
informasi semakin cepat. Persaingan ini
keadaan sehat. Dari hasil penelitian
menuntut para pelaku bisnis menjadi lebih
diketahui bahwa penyakit cacingan
kreatif untuk melakukan inovasi dalam
memperoleh paling banyak di derita ternak
pemasarannya agar dapat terus bisa
di SPR Kumang Abadi yaitu Endoparasit
bersaing.
bisa bersifat patogen saat hospes mengalami
Peternak merespon adanya mengembangkan strategi pemasarannya
persaingan yang semakin kompetitif akibat untuk menarik dan mempertahankan
dampak dari semakin terbukanya pasar dan konsumen.
berkembangnya teknologi. Menurut
Analisis Matriks IFE (Internal Faktor
pendapat Bustanul Arifin (2004) yang
Evaluation)
mengemukakan bahwa agrobisnis berbasis
peternakan adalah salah satu fenomena yang Matriks IFE berfungsi untuk
tumbuh pesat ketika basis lahan menjadi mengetahui seberapa besar peranan faktor
terbatas. Tuntutan sistem usaha tani terpadu internal yang terdapat pada usaha
pun menjadi semakin rasional seiring pengembangan SPR di Kuamang Abadi
dengan tuntutan efisiensi dan efektifitas Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo.
penggunaan lahan, tenaga kerja, modal dan Adapun analisis mengenai faktor kekuatan
faktor produksi lain yang amat terbatas. dan kelemahan dapat dilihat pada Tabel 5.
Hasil analisis matriks IFE untuk
e. Pasar Semakin Selektif
kekuatan dan kelemahan diperoleh total nilai
Beragamnya produk yang memasuki
2.542106 yang mengidentifikasikan posisi
pasar membuat konsumen semakin selektif
internal SPR Kuamang Abadi berada di rata-
di dalam memilih produk untuk digunakan
rata dari keseluruhan total intervalnya.
atau dikonsumsi termasuk pemasaran
dengan kondisi demikian seharusnya mampu
produk hasil ternak sapi. Pertumbuhan di
memanfaatkan kekuatan yang ada untuk
sektor konsumen tentunya menjadi indikasi
mengurangi kelemahan yang dimiliki. Hal
dari potensi pasar dari suatu sektor yang
ini sesuai dengan pendapat david dan fred
terus tumbuh dan berkembang. Ini
(2002), jika total skor IFE (3,0 – 4,0) berarti
merupakan peluang bagi perusahaan untuk
kondisi internal usaha tinggi/kuat, (2,00 –
berlomba-lomba mendapatkan konsumen
2,99) berarti kondisi internal usaha rata-rata
sebanyak-banyaknya dan menimbulkan
sedang dan (1,0 -1,99) berarti kondisi
persaingan yang ketat. Menurut pendapat
internal usaha rendah/lemah.
Jaeil et al, (2013) Pertumbuhan dan
perubahan ekonomi serta kegiatan bisnis
yang semakin pesat menuntut perusahaan
Tabel 4. Kekuatan dan kelemahan Kelemahan
1 Keterbatasan modal 0.242106
No Faktor-faktor internal Rata-rata
2 Teknologi pengolahan 0.168422
Kekuatan Bobot x
pakan hijauan
Rating
3 Tingkat pendidikan 0.073684
1 Lahan 0.505264 rendah dan peternak
2 Menghasilkan bobot 0.347367
belum profesional
optimal 4 Sistem pencatatan belum 0.078947
3 Adanya rasa saling 0.331578
baik
membutuhkan antara
5 Pencurian ternak 0.147368
peternak dan pemerintah
Total 2.542106
4 Sarana transportasi antar 0.363159
Sumber : Data Olahan Penelitian
desa lancar
5 Lahan pertanian sebagai 0.284211
sumber pakan ternak
Analisis Matriks EFE Menurut David (2004) bahwa Matriks EFE
Hasil analisis matriks EFE pada SPR merupakan sebuah daftar yang membuat
Kuamang Abadi. Matriks EFE digunakan serangkaian faktor strategis eksternal yang
untuk menggolongkan faktor-faktor terdiri atas peluang dan ancaman. Total
lingkungan eksternal yang digolongkan Nilai faktor peluang dan faktor ancaman
kedalam faktor peluang dan ancaman. dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut :

Tabel 5. Peluang dan Ancaman


No Faktor-faktor eksternal Rata-rata
Peluang Bobot x Rating
1 Permintaan ternak sapi 0.383721
2 Kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan gizi bertambah 0.366279
tinggi
3 Meningkatnya pertumbuhan penduduk 0.313953
4 Perkembangan teknologi dan informasi 0.366279
5 Asuransi ternak sapi 0.296511
Ancaman
1 Masuknya daging sapi dari luar daerah 0.186046
2 Penyakit yang menyerang ternak sapi 0.174418
3 Alih fungsi lahan 0.186046
4 Persaingan semakin kompetitif 0.075581
5 Pasar semakin selektif 0.151162
Total 2.499996
Sumber : Data Olahan Penelitian
Total skor bobot EFE yang diperoleh faktor ancaman sebesar 0,773253. Maka,
dari faktor peluang sebesar 1.726743 dan diketahui bahwa total skor EFE (Eksternal
Factor Evaluation) sebesar 2.499996. Hasil dari tahap pengolahan data menggunakan
perhitungan menunjukkan bahwa respon analisis matriks IFE dan EFE, maka
SPR Kuamang Abadi mampu memanfaatkan diketahui nilai total matriks IFE yang
peluang dan menghadapi ancaman yang ada dimiliki oleh SPR Kuamang Abadi adalah
termasuk dalam kategori rata-rata sedang. sebesar 2.54 dan nilai total matriks EFE
Sentra Peternakan Rakyat Kuamang Abadi
4.8. Matriks IE (Internal dan Eksternal)
adalah sebesar 2.49 yang artinya respon
Matriks IE merupakan pemetaan
usaha SPR termasuk dalam strategi
skor total matriks IFE dan EFE yang telah
mempertahankan dan memelihara (V) dapat
dihasilkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh
dilihat di gambar 1.

TOTAL SKOR IFE

Kuat Sedang Lemah


3,0 - 4,0 2,0 - 2,99 1,0 - 1,99
Kuat
3,0 - 4,0 I II III

TOTAL Sedang
SKOR 2,0 - 2,99 IV V VI
EFE
Lemah
1,0 -1,99 VII VIII XI

Gambar 6. Matriks I-E SPR Kuamang Abadi

Analisis Matriks SWOT (Strength, antar desa lancar dan lahan pertanian
Weakness, Opportunities, Threaths) sebagai sumber pakan ternak dan faktor
Berdasarkan hasil analisis SWOT kelemahan internal juga ada 5 faktor, yaitu
(Strenghts, Weaknesses, Opportunities, modal, teknologi pengolahan hijauan,
Threats) pada penelitian ini terdapat 5 faktor tingkat pendidikan rendah dan peternakan
kekuatan internal yaitu lahan, bobot yang belum profesional, sistem pencatatan belum
optimal, rasa saling membutuhkan antara baik dan jarak kandang dari pemukiman.
peternak dan pemerintah, sarana transportasi
Matriks QSPM (Quantitative Strategic beberapa alternatif strategi yang dapat
Planning Matriks) dilaksanakan untuk pengembangan usaha
Matriks QSPM adalah alat analisis yaitu strategi yang terpilih dari total nilai
yang digunakan untuk tahap pemilihan daya tarik terbesar. QSPM merupakan
strategi. Pemilihan strategi dilakukan matriks tahap akhir dalam kerangka kerja
berdasarkan alternatif – alternatif strategi analisis formulasi strategi. Teknik ini secara
yang diperoleh dari analisis matriks I-E dan jelas menunjukkan strategi alternatif yang
matriks SWOT sebelumnya. Matriks ini paling baik untuk dipilih (Purwanto, 2008).
akan menentukan daya tarik relatif dari
Kesimpulan menyerang ternak sapi, persaingan semakin
Faktor internal yang terdapat pada kompetitif, dan alih fungsi lahan)
Sentra Peternakan Rakyat Kuamang Abadi
terbagi menjadi dua, yaitu kekuatan (lahan, Daftar Pustaka
menghasilkan bobot optimal, adanya rasa
Al-Rasyid, Harun. 1994. Teknik Penarikan
saling membutuhkan antara peternak dan
Sampel dan Penyusunan Skala.
pemerintah, sarana transportasi desa lancar Bandung: Universitas Padjajaran.
dan lahan perkebunan sebagai sumber pakan Kurniawan. 2012. Analisis Pengembangan
ternak) dan kelemahan (keterbatasan modal, Potensi Peternakan Sapi Potong di
Kecamatan Bungkal Kabupaten
teknologi pengolahan pakan hijauan, tingkat
Ponorogo. Skripsi. Fakultas Pertanian
pendidikan rendah dan peternak belum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
professional, sistem pencatatan belum baik Surakarta.
dan pencurian ternak). Sedangkan Faktor Soeharsono, RA. Saptati dan K. Dwiiyanto.
2010. Kinerja Reproduksi Sapi Potong
eksternal Sentra Peternakan Rakyat Kuamang
Lokal dan Sapi Persilangan Hasil
Abadi yang dapat mempengaruhi penyusunan Inseminasi Buatan di Daerah Istimewa
strategi terbagi menjadi dua, yaitu peluang Yogyakarta. Prosiding Seminar
(permintaan ternak sapi, kesadaran masyarakat Nasional dan Veteriner. Bogor 3-4
Agustus 2010. Pusat Penelitian dan
terhadap kebutuhan gizi bertambah tinggi,
Pengembangan Peternakan Bogor.
meningkatnya pertumbuhan penduduk, Hlm 89-99.
perkembangan teknologi informasi dan Sudarmono dan Bambang. 2008. Panduan
asuransi ternak) dan ancaman (masuknya Beternak Sapi Potong. Jakarta:
Penebar Swadaya.
daging sapi dari luar, penyakit yang
Wirdahayati, R.B. 2010. Kajian Kelayakan
dan Adopsi Inovasi Teknologi Sapi
Potong mendukung Program PSDS:
Kasus Jawa Timur dan Jawa Barat.
Prosiding Seminar Nasional dan
Veteriner. Bogor 3-4 Agustus 2010.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan Bogor. Hlm 339-346.

You might also like