Professional Documents
Culture Documents
Kesuksesan Atau Kegagalan Implementasi ERP Dan Contoh Studi Kasus PT Semen Gresik Fox Meyer PDF
Kesuksesan Atau Kegagalan Implementasi ERP Dan Contoh Studi Kasus PT Semen Gresik Fox Meyer PDF
Keywords : Enterprice Resource Planning, Best Practice, success factor, key users
i
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
Abstrak
Kata kunci : Enterprice Resource Planning, Best Practice, success factor, key users
ii
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
DAFTAR ISI
Hal
Abstract ....................................................................................................................................... i
Abstrak ........................................................................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................................................... iii
Daftar Gambar ............................................................................................................................ iv
Daftar Tabel ................................................................................................................................ v
iii
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Siklus Informasi ................................................................................................. 5
Gambar 2. Model Umum Suatu Sistem ................................................................................ 6
Gambar 3. Informasi dan SIM untuk semua tingkatan Manajemen ..................................... 8
Gambar 4. Enterprise Resource Planning ............................................................................. 10
iv
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Faktor Keberhasilan ERP (Nah, Islam & Tan) ....................................................... 12
Tabel 2. Faktor Keberhasilan ERP (Supramaniam & Kuppusamy) ...................................... 13
Tabel 3. Faktor Keberhasilan ERP (Fui-Hoon & Santiago).................................................. 14
v
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
BAB I
PENDAHULUAN
Efisiensi menjadi salah satu faktor yang cukup penting dalam setiap perusahaan.
Dengan adanya sistem informasi, diharapkan perusahaan yang menerapkannya mampu
masuk ke dalam persaingan dan unggul di dalamnya. Sistem informasi diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas, mencapai tujuan dan efisien dalam perusahaan.
1
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
1. Proses bisnis “Best Practice”
2. Integrasi dan real time
3. Fungsi Pengendalian
4. Proses lebih cepat dan efisien (tidak ada duplikasi)
5. Ketepatan posting jurnal akuntansi
6. Pencatatan dari sumber transaksi
7. Flexible dan mudah dalam pemakaian
8. Paperless
Terlepas dari semua manfaat yang dapat dirasakan dengan penggunaan ERP,
implementasi ERP merupakan permasalahan kompleks yang masih menjadi isu hingga saat
ini. Pada dasarnya keberhasilan sistem ERP terletak pada bagaimana sistem ERP yang telah
diimplementasikan dapat memenuhi kebutuhan bisnis perusahaan, mampu membantu
pemecahan masalah dan memberikan manfaat.
Sebuah sistem ERP akan membantu bagian-bagian dalam sebuah organisasi untuk
berbagi data dan informasi, pengurangan biaya, dan perbaikan manajemen dari bisnis proses.
Dengan keuntungan-keuntungan yang ditawarkan sistem tersebut, banyak perusahaan yang
tergiur untuk mengimplementasikan. Satu hal yang penting ketika mengimplementasikan
ERP adalah perlu mempertimbangkan 3 komponen penting dalam sistem informasi yaitu
business process, people dan IT.
Banyak juga sistem ERP yang mengalami kegagalan pada saat implementasi. Rata-
rata kegagalan implementasi software ERP didunia berdasarkan hasil survey adalah 50 persen
sampai 70 persen. Dalam banyak tulisan, angka 70% dapat dikatakan ”standar” kegagalan
yang dapat diterima bersama dalam proyek IT. Selanjutnya, Standish Group menyatakan
hanya 10 persen perusahaan yang berhasil menerapkan ERP, 35 persen proyek dibatalkan dan
55 persen mengalami keterlambatan. Kondisi tersebut dialami juga oleh perusahaan di
Indonesia, banyak yang bernasib sama dengan perusahaan di luar negeri yaitu mengalami
kegagalan implementasi ERP setelah berinvestasi besar-besaran. Namun kegagalan tersebut
jarang terungkap karena rata-rata perusahaan malu mengungkapkan detil kegagalan yang
akan menurunkan citra perusahaan dan mengecewakan para konsumen dan shareholdersnya
(Garside, 2004)
2
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
1.2. Tujuan Penulisan
2. Memberikan contoh studi kasus implementasi ERP pada PT Semen Gresik dan
Fox Meyer serta kendala yang terjadi pada saat penerapan ERP
3
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau
subsistem yang saling bekerjasama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu
sehingga membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi guna dalam mencapai
suatu tujuan.
Sistem menurut O’Brien (2005) adalah suatu kumpulan dari komponen yang saling
berhubungan tetapi memiliki batasan-batasan yang jelas, saling bekerjasama untuk mencapai
tujuan tertentu dengan cara menerima input dan menghasilkan output dalam proses
pengolahan yang terorganisir. Terdapat tiga komponen dengan fungsi berbeda yang
mendukung kelancaran kerja sistem yaitu:
Informasi merupakan bagian yang paling kritis dalam suatu operasi dan manajemen
dalam suatu organisasi. Kegiatan-kegiatan manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengontrolan membutuhkan informasi-informasi tertentu yang harus
didapatkan pada waktunya. Jika kebutuhan akan informasi ini dipenuhi dalam waktu yang
telah ditentukan, maka perusahaan atau organisasi akan mampu menjalankan kegiatan
operasinya dengan lebih baik dan dapat bertahan dalam lingkungan yang kompetitif.
Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti
bagi yang menerimanya.
4
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
Harus sesuai dengan kebutuhan yang ada dalam proses pembuatan / pengambilan
keputusan
Harus mempunyai nilai surprise, yaitu hal yang sudah diketahui hendaknya
jangan diberikan
Harus dapat menuntun pemakai untuk membuat keputusan. Suatu keputusan tidak
selalu menuntut adanya tindakan.
Informasi memiliki karakteristik yang relevan, timeliness, akurat, cost effective, dapat
diandalkan dan dapat diperbaharui dan dikumpulkan (Babu, 2000). Menurut McLeod (1995),
kegagalan dalam penerapan sistem informasi akan menyebabkan penurunan mutu pelayanan
5
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
perusahaan. Jika penurunan ini dirasakan oleh konsumen maka akan berakibat pada
menurunnya tingkat kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Kegagalan penerapan
sistem informasi ini juga dapat menurunkan produktivitas perusahaan. Keberhasilan dalam
penerapan sistem informasi akan meningkatkan kualitas perusahaan sehingga pada akhirnya
meningkatkan penerimaan perusahaan, menurunkan biaya, pertumbuhan perusahaan dan
tentu saja akan meningkatkan pandangan konsumen terhadap perusahaan.
Nilai sebuah informasi lebih berharga daripada nilai investasi. Oleh karena itu, dalam
membuat sebuah informasi diperlukan sebuah sistem yang dapat membuat sebuah informasi
yang tepat dan akurat. Sistem Informasi Manajemen perlu didefinisikan lebih detail untuk
mendapatkan informasi yang lebih spesifik. Model umum suatu sistem adalah terdiri atas
masukan (input), pengolah (process), dan keluaran (output), sebagaimana ditunjukkan oleh
gambar berikut:
6
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
Sistem Informasi manajemen dapat didefinisikan sebagai sekumpulan subsistem yang
saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling
berinteraksi dan bekerjasama antara bagian satu dengan bagian lainnya dengan cara-cara
tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan (input) berupa data-
data, kemudian mengolahnya (processing), dan menghasilkan keluaran (output) berupa
informasi denagai dasar bagi pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai
nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik saat ini maupun dimasa yang akan datang,
mendukung kegiatan operasional, menejerial, dan strategis organisasi, dengan memanfaatkan
berbagai sumberdaya yang ada dan tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan.
Sistem informasi menggunakan SDM (people), perangkat keras (hardwere), perangkat lunak
(softwere), data dan jaringan kerja (network) untuk menampilkan aktivitas input, processing,
output, storage, dan control yang mengubah sumberdaya data menjadi produk informasi.
Informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting
bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
yang dapat dirasakan akibatnya secara langsung maupun tidak langsung. Suatu informasi
dapat mempunyai beberapa fungsi antara lain:
Menambah pengetahuan
Mengurangi ketidakpastian
Mengurangi resiko kegagalan
Mengurangi keanekaragaman/variasi yang tidak diperlukan
Memberi standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran, dan keputusan-keputusan yang
menentukan pencapaian sasaran dan tujuan.
SIM yang baik akan mampu menyediakan data dan kemampuan analisis perhitungan
data-data. Dalam suatu organisasi, setiap tingkatan manajemen mempunyai kebutuhan-
kebutuhan rencana sendiri yang berbeda. SIM yang dikembangkan harus mampu mendukung
setiap kebutuhan tersebut. Dengan demikian suatu SIM manajemen yang baik harus mampu
memberikan dukungan pada proses-proses berikut:
Proses perencanaan
Proses pengendalian
Proses pengambilan keputusan
7
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
2.2 Peran Sistem Informasi dalam Bisnis
Sistem informasi, baik mulai pada tahap operasional (pemrosesan transaksi) hingga
penggunaan internet (e-commerce/e-business) mempunyai tiga peran utama:
Kebutuhan informasi di dalam suatu organisasi ditentukan oleh level manajemen dan
pihak non-manajemen yang akan menggunakan informasi. Oleh karena itu, sistem informasi
yang dibangun atau dipakai dalam sebuah organisasi perlu mengakomodasi kebutuhan
pemakai berdasarkan level manajemen. Namun sebelum membicarakan sistem informasi
seperti itu, berbagai level manajemen dalam suatu organisasi akan dibahas terlebih dulu.
Manajemen tingkat atas (atau sering disebut manajemen strategis) adalah manajemen
pada level paling atas yang menangani keputusan-keputusan strategis. Keputusan strategis
adalah keputusan yang sangat kompleks dan jarang sekali menggunakan prosedur yang telah
8
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
ditentukan. Manajemen tingkat menengah (atau disebut manajemen taktis) adalah
manajemen yang bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan taktis, yaitu keputusan-
keputusan yang mengimplementasikan sasaran-sasaran strategis suatu organisasi. Manajemen
tingkat bawah adalah manajemen yang bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan
operasional dalam suatu organisasi. Fokus utama kejadian-kejadian sehari-hari, dan
melakukan tindakan-tindakan koreksi jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Para pegawai non-
manajemen adalah semua pegawai yang tidak termasuk dalam manajemen.
Arus informasi dalam perusahaan mengalir secara vertikal dan horisontal. Arus
informasi vertikal dibedakan menjadi arus informasi vertikal ke atas dan vertikal ke bawah.
Arus informasi vertikal ke bawah berupa strategi, sasaran, dan pengarahan. Arus informasi
vertikal ke atas berupa ringkasan kinerja organisasi.
Dengan kata lain, “ERP” adalah sistem lintas fungsi perusahaan yang digerakkan oleh model
software suite terintegrasi yang mendukung proses bisnis dasar internal perusahaan”
(McGraw-Hill, 2002).
9
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
Gambar 4 Enterprise Resource Planning
Dari sisi production planning, ERP bisa dilihat sebagai suatu alat untuk memberikan tampilan
ataupun proses bisnis pada intinya dimana proses planning merupakan salah satu proses
bisnis yang sangat menentukan, misalnya pemrosesan pemesanan dan manajemen persediaan
yang disatukan oleh software aplikasi ERP dan database umum yang dipelihara oleh Data
Base Management System (DBMS). Lebih jauh, sistem ERP menelusuri sumberdaya bisnis
(seperti kas, bahan baku dan kapasitas produksi), serta status dari berbagai komitmen yang
dibuat perusahaan.
ERP dari sisi integrated logistics merupakan alat yang membantu dan berfungsi sebagai
mesin software penting yang dapat mengintegrasikan dan menyelesaikan proses lintas fungsi
yang dihasilkannya.
Terakhir, ERP dalam kaitannya dengan sales distribution dan order management merupakan
rangkaian yang sangat vital, mengingat dengan ERP menciptakan kerangka kerja untuk
mengintegrasikan dan meningkatkan proses bisnis internal perusahaan yang menghasilkan
peningkatan signifikan dalam kualitas serta efisiensi layanan pelanggan, produksi dan
distribusi.
10
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
2.3.2. Implementasi ERP
ERP merupakan suatu cara untuk mengelola sumber daya perusahaan dengan
menggunakan teknologi informasi. Penggunaan ERP yaang dilengkapi dengan hardware dan
software untuk mengkoordinasi dan mengintegrasikan data informasi pada setiap area
business process untuk menghasilkan pengambilan keputusan yang cepat karena
menyediakan analisa dan laporan keuangan yang cepat, laporan penjualan yang on time,
laporan produksi dan inventori. Program ERP sangat membantu perusahaan yang memiliki
bisnis proses yang luas, dengan menggunakan database dan reporting tools manajemen yang
terbagi. Business process merupakan sekelompok aktivitas yang memerlukan satu jenis atau
lebih input yang akan menghasilkan sebuah input dimana output ini merupakan value untuk
konsumen. Software ERP mendukung pengoperasian yang efsien dari business process dengn
cara mengintegrasikan aktivitas-aktivitas dari keseluruhan bisnis termasuk sales, marketing,
manufacturing, logistic, accounting, dan staffing.
11
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
merupakan masalah yang dihadapi antara lain pertama, manajemen tidak menyediakan
proyek tim yang terbaik pada proyek implementasi menyangkut kompetensi anggota tim,
kredibilitas, dan kreativitas tim proyek, kepemimpinan tim yang efektif, komitmen tim,
tanggung jawab tim, jumlah tim yang memadai, tanggung jawab yang tumpang tindih pada
tim, pendekatan kerja yang kurang jelas, tujuan yang tidak dipahami oleh tim proyek. Kedua,
manajmen tidak mampu membedakan bahwa ERP bukanlah sekedar investasi teknologi
informasi melainkan perbaikan proses bisnis atau peningkatan bisnis dengan didukung oleh
teknologi informasi. Akibatnya nilai investasi yang ditanamkan tidak bisa kembali, karena
banyak pimpinan perusahaan yang memiliki pengertian bahwa ERP adalah sekedar investasi
teknologi informasi, bukan investasi bisnis yang didukung teknologi informasi. Ketiga,
manajemen kurang memahami proses imlementasi yang benar, manajemen tidak memberikan
dukungan efektif terhadap impelementasi ERP di perusahaannya sendiri.
Rockart (1979) adalah orang pertama yang melakukan penelitian untuk implementasi
kesuksesan IT. Menurut Rockart faktor-faktor kesuksesan adalah jika hasil kerja memuaskan
maka akan menjamin kesuksesan kinerja kompetitif bagi organisasi.
ERP yang sukses didukung oleh beberapa model yang memiliki pandangan yang
berbeda untuk setiap modelnya. Berikut ini adalah beberapa contoh model kesuksesan ERP :
Strategic Tactical
12
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
Te Strategi implementasi ERP yang Konfigurasi perangkat lunak yang
ch memadai memadai
nol
og Avoid Customization Pengetahuan sistem
y
Versi ERP yang memadai
13
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
3. Komunikasi 4. Tim komposisi, ketrampilan, dan
kompensasi ERP
a. Target dan komunikasi efektif
a. Orang terbaik dalam ERP
b. Komunikasi antar stockholders
b. Fungsional tim yang seimbang
c. Harapan komunikasi di semua
level c. Anggota tim yang full time
14
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
7. Analisis Sistem, seleksi, dan teknis
pelaksanaan
a. Sistem legacy
b. Meminimum kustomisasi
e. Integrasi
j. Data konversi
l. Penyelesaian masalah
Budaya organisasi yaitu kumpulan asumsi yang diadakan, relatif sama dan diambil
untuk diberikan dalam sebuah organisasi. Itu termasuk pengalaman kolektif, nilai-nilai,
kepercayaan, dan norma-norma perilaku (Nah, Islam, & Tan, 2007). Budaya organisasi yang
mempromosikan pembelajaran dan inovasi dapat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
maupun kegagalan sebuah teknologi informasi dan strategi organisasi. Memberikan bukti
studi kasus untuk menunjukkan bahwa budaya organisasi dapat mempengaruhi keberhasilan
atau kegagalan implementasi ERP, budaya organisasi mendorong keterlibatan atau partisipasi
dan adaptasi. Mendukung bahwa budaya organisasi berguna dalam memahami kesuksesan
implementasi ERP. Melihat pentingnya budaya serta perubahan proses bisnis. Masalah ERP
umumnya terletak pada karyawan yang merasa tidak nyaman dengan perubahan yang terjadi,
dan yang mengikuti dari proses perubahan dalam implementasi ERP (Nah, Islam, & Tan,
2007). Dengan demikian, kecuali budaya organisasi mempromosikan keterbukaan dalam
komunikasi dan fasilitas belajar, mungkin para karyawan dapat berperilaku dengan cara yang
merugikan terhadap sistem ERP yang baru sehingga menyebabkan kegagalan.
15
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
Selama sepuluh tahun terakhir telah terjadi cukup banyak penelitian yang
dipublikasikan pada implementasi Enterprise Systems(ES), beberapa diantaranya telah
diekplorasi faktor budaya yang dapat mempengaruhi pelaksanaan dan keberhasilan relatif.
Hal ini termasuk dampak nilai – nilai budaya yang terlihat dalam proses bisnis dibentuk oleh
perangkat lunak, yang fungsinya untuk mendukung beberapa proses bisnis yang diperlukan
dalam budaya yang berbeda lingkungan dari orang – orang dari pengembang software
(Grainger & Mickey, 2007).
Top Management Support sebagai faktor utama dan yang paling penting dalam
implementasi ERP. Didukung oleh komitmen yang kuat dari pemimpin menjadi suatu kondisi
yang penting untuk implementasi kesuksesan ERP. Komitmen top management adalah
sebagian besar faktor yang dipelajari dalam kesuksesan implementasi sistem informasi dan
sekaligus sumber yang sulit dalam implementasi sistem informasi. Top Management Support
bahkan lebih penting dalam kasus ERP karena skala dari proyek dan jumlah sumber daya
yang dibutuhkan untuk enterprise-wide project (Nah, Islam, & Tan, 2007).
Anggota tim ERP harus terdiri dari orang-orang yang terbaik dalam organisasi untuk
memaksimalkan peluang keberhasilan proyek. Tim harus memiliki cross-functional atau
bersama-sama untuk mencapai tujuan dan memiliki ketrampilan teknis dan fungsional yang
diperlukan untuk desain, implementasi, asimilasi. Tim harus dapat mengintegrasikan fungsi
bisnis dengan kemapuan perangkat lunak serta perlu memiliki credentials atau surat
kepercayaan untuk mempengaruhi perubahan proses bisnis. Selain itu penggunaan konsultan
juga meningkatkan kemungkinan keberhasilan proyek. Kompensasi, insentif, dan tugas untuk
implementasi kesuksesan sistem, tepat waktu dan anggaran harus diberikan kepada tim untuk
membantu perkembangan kerja sama tim dalam proyek (Nah, Islam, & Tan, 2007).
Komunikasi diberbagai tingkat dan fungsi organisasi diperlukan untuk sukses dalam
implementasi ERP. Komunikasi merupakan faktor yang kompleks, namun tidak terbatas pada
spesifikasi peran individu dan tanggung jawab, definisi yang jelas dan penting dari proyek,
pra-implementasi, training, definisi dari time horizon sudah jelas. Komunikasi ini
membutuhkan dua cara untuk mengjindari kesenjangan desain yang dapat terjadi jika
kebutuhan bisnis yang tepat atau komentar dan persetujuan dari atasan. Juga mencatat bahwa
kedua komunikasi, terdiri dari komunikasi ke luar dan komunikasi ke dalam. Komunikasi ke
luar adalah komunikasi ke seluruh organisasi sedangkan komunikasi ke dalam adalah
16
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
komunikasi untuk tim proyek. Menjaga semangat yang tinggi dan meyakinkan pengguna
untuk manfaat sistem ERP, dan meyakinkan mereka untuk meninggalkan sistem yang lama
sehingga dibutuhkan sistem persuasif dan keahlian dari tim implementasi. Para pengguna
harus menegetahui bahwa feedback yang mereka berikan akan dipertimbangkan dan
ditindaklanjuti (Nah, Islam, & Tan, 2007).
Pengelolahan manajemen yang tepat dan efektif dari proyek ERP sangat penting untuk
keberhasilan implementasi ERP. Program manajemen proyek ERP memerlukan tugas-tugas,
akuntansi untuk sumber alokasi, mengontrol proyek yang merupakan kecenderungan proyek
untuk memperoleh persyaratan perangkat lunak tambahan dan kustomisasi dan untuk
mengungkap masalah tersembunyi seiring berjalannya waktu. Seorang manajer yang
berkompeten adalah faktor yang paling penting kedua dalam implementasi sistem informasi.
Ruang lingkup proyek harus jelas dan ditetapkan, dikelola, dan dikendalikan. Cakupan
program untuk membangun sistem adalah kunci untuk implementasi ERP yang sukses. Serta
perubahan yang diusulkan harus dievaluasi terhadap manfaat bisnis, dan ruang lingkup
permintaan ekspansi harus diberikan waktu tambahan dan biaya perubahan yang diusulkan.
Selain itu perubahan yang disetujui perlu dikoordinasikan ke semua pihak yang terkena
dampaknya. Mengusulkan agar implementasi sistem ERP dapat dilengkapi dengan Total
Quality Management (TQM) dan merancang proses bismis untuk mempersiapkan organisasi
untuk menjadi lebih reseptif terhadap sistem ERP yang baru (Nah, Islam, & Tan, 2007).
1. Tidak ada atau kuranngya support dan sponsorship dari Top Executive
Seperti diketahui bahwa instalasi dan implementasi ERP adalah suatu keputusan yang
harus diambil dan dimulai oleh para Top Executive, artinya keputusan harusnya adalah
Top Down. Apalagi dengan implementasi dan instalasi ini akan berakibat perubahan
terhadap proses business. ERP adalah crossfuction dalam satu perusahaan.
17
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
ini yang pada awalnya tentu kelihatan seperti hal yang tidak berguna sama sekali.
Disinilah dibutuhkan support dan sponsorship dari Top Executive.
Sudah disebutkan diawal bahwa implemntasi dan instalasi ERP adalah crossfunction,
artinya proyek tidak akan berjalan semestinya jika ada asumsi bahwa proyek ini hanya
milik satu bagian atau departemen saja, misalnya saat implementasi di Departemen
Finance, maka deparetemen lain merasa tidak berkepentingan dan jika terjadi fail,
dianggap adalah fail tersebut hanya milik depertemen yang bersangkutan. Padahal
dengan ERP ini nantinya akan terjadi keterkaitan yang erat antar departemen dan terjadi
transparansi dan juga sinergi antara satu bagian dengan bagian yang lain. Sebagai contoh
misalnya saat permintaan hasil produksi besar atau trendnya lagi meningkat maka
otomatis bagian produksi akan segera mengetahuinya dan kapasitas produksi bisa
ditingkatkan dan bagian raw material bisa menyediakan kabutuhan yang dibutuhkan
dengan tepat dan online.
3. Tidak ada yang diserahkan untuk menjadi Person In Charge (PIC) atau project Manager
yang full time
Untuk satu proyek seperti ini maka sangat dibutuhkan seseorang yang memang
ditugaskan untuk menjadi PIC atau project manager atau owner project. Hal ini untuk
meningkatkan komitmen dan mampunya terpenuhi semua pekerjaan sesuai dengan
schedule yang direncanakan. Implementasi dan instalasi ini membutuhkan biaya, waktu
dan resources yang tidak sedikit sehingga dibutuhkan seseorang yang bertanggung
jawab.
Hal ini sangat umum terjadi, dimana para anggota team yang terlibat di proyek
implementasi umunya suka menyerahkan saja untuk pengambilan keputusan atau
perubahan prosedur ke pihak IT dengan alasan mereka orang teknikal yang menguasai
secara baik bidang teknikal. Padahal yang mengetahui prosedur yang benar dibagian
masing-masing adalah pihak yang terlibat utama didalamnya, misalnya orang finance
untuk di bagian finance, orang produksi untuk dibagian produksi dan seterusnya.
18
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
5. Vendor yang melakukan implementasi kurang atau tidak memiliki kemampuan dan
kompetensi yang baik dalam melakukan implementasi dan instalasi.
Disini dibutuhkan vendor yang akan melakukan instalasi dan implementasi sudah
memiliki jam terbang yang baik sehingga sudah mengetahui kira-kira problem yang akan
muncul dan memiliki kemampuan untuk melakukan memecahkan permasalahan sesuai
dengan pengalaman yang telah didapat sebelumnya.
Dalam implementasi ERP, dokumentasi adalah salah satu kata kunci. Setiap pihak yang
terlibat didalamnya harus melakukan dokumentasi sehingga bisa diketahui sudah sampai
dimana proses dan prosedur implemnatsi yang dilakukan. Ibarat system ISO, maka
dokumtasi haruslah sesuatu yang utama dilakukan.
Training memberikan peran yang besar untuk menentukan sukses tidaknya implementasi
dan instalasi dari ERP. Karyawan yang selama ini bekerja dengan prosedur yang telah
ada dan akan berubah tentu sesuatu yang sulit, tapi perubahan bisa dilakukan dengan
meberikan training bagi para implementor dan user sehingga saat system dijalankan
maka para user sudah mengetahui kira-kira apa yang akan dilakukan.
Orang biasanya cenderung mempertahankan comfort zone, dimana jika sudah merasa
nyaman akan sangat sulit untuk melakukan perubahan, apalagi jika sampai saat tersebut
semua operasi dan prosedur dirasa sudah cukup baik tanpa perlu memakai suatu system
baru dalam hal ini ERP. Salah satu kendala terbesar dalam implementasi ini adalah
merubah cultur ini. Jika seseorang terlambat atau salah dalam melakukan entry data,
maka dampaknya akan sangat panjang kedepannya. Cultur ini yang mesti diubah dan
dijelaskan kesemua pihak yang terlibat didalamnya.
19
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Studi Kasus Implementasi ERP yang sukses (PT Semen Gresik)
3.1.1. Latar Belakang Implementasi ERP pada PT. Semen Gresik
PT. Semen Gresik adalah perusahaan bergerak di industri semen, yang didirikan sejak
tahun 1957. Bicara soal semen, orang mungkin langsung mengasosiasikannya dengan truk
pengangkut, adukan, dan tukang-tukang bangunan. Namun, bagi manajemen PT Semen
Gresik, urusan semen juga identik dengan sistem informasi yang kompleks dan rantai pasok
yang mesti terintegrasi. Dengan kata lain, bisnisnya perlu ditangani dengan bantuan teknologi
informasi (TI) yang memadai. Semuanya akan menjadi lebih simpel dengan diterapkannya
sistem TI yang terintegrasi dan mutakhir.
Pada bulan Juni tahun 2001, ERP mulai diaplikasikan untuk mendukung bisnis proses
yang ada di Semen Gresik dengan penerapan pertama kali dilakukan di bagian finansial.
Dengan berjalannya waktu, implementasi dilakukan di bagian penjualan dan kemudian di
bagian manufakturing.
Ada beberapa hal yang melatar belakangi Semen Gresik untuk mengimplementasikan
ERP (Garside, 2004), yaitu :
1. Kebutuhan ‘Back Bone System’ yang kuat dan mampu memberikan informasi yang
relevan dan tepat waktu.
2. Kebutuhan integrasi sistem informasi Semen Gresik Group (SSG) guna mendapatkan
sinergi yang lebih optimal. Faktor-faktor yang mendorong adanya kebutuhan integrasi
tersebut diantaranya adalah :
Bergabungnya Semen Tonasa dan Padang sebagai subsidiary Semen Gresik
(distributor) Semen Gresik tersebar di wilayah Jawa-Bali sehingga membutuhkan
sistem tersentralisasi untuk pengiriman ordernya agar order dapat segera diproses dan
dipenuhi.
Jaringan distribusi Semen Gresik memiliki dua pabrik, dua puluh tiga gudang
penyangga, seratus dua puluh distributor dan empat puluh Ekspeditur. Order dari
distributor dapat dipenuhi dari pabrik maupun gudang penyangga sehingga perlu
sistem informasi yang terintegrasi diantara pabrik, gudang dan distributor.
20
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
Jaringan pengiriman semen sangat kompleks dan melibatkan Ekspeditur untuk
menyelenggarakan jasa transportasi di Semen Gresik, menyebabkan kebutuhan untuk
mengintegrasikan informasi-informasi yang berkaitan dengan pengiriman barang
terutama dengan pihak Ekspeditur.
Berikut ini adalah tugas Tim Proyek Sistem Informasi Grup Semen Gresik :
21
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
Setelah melalui proses cukup panjang — memakan waktu hampir 1,5 tahun — Semen
Gresik akhirnya memutuskan memakai solusi ERP JD Edwards. Alasannya, solusi ini
merupakan solusi Best Practice, serta cukup fleksibel dan mudah diimplementasikan.
Bahkan, beberapa pemain semen terbesar di dunia menggunakan solusi ini, seperti Lafarge,
Cemplank, Argos, Cockburn Cement, Cruz Azul, Calme Cementi, Ferrobeton.
Sebelum diimplementasi, Tim Proyek meneliti lebih jauh calon user (stakeholder
analysis) selama hampir empat bulan. Salah satu tujuannya: mengetahui sejauh mana
tanggapan dan apresiasi mereka terhadap sistem baru yang akan segera diimplementasi.
Hasilnya, beberapa calon user di sejumlah departemen memang ada yang menunjukkan
resistensi terhadap perubahan, namun secara umum banyak yang menerima terhadap solusi
ini.
Proses implementasi modul-modul ERP ini, dimulai pada November 2000. Modul
Maintenance, Inventory dan Purchasing bisa go live Oktober 2001. Menyusul kemudian
modul Finance pada Januari 2002, dan terakhir modul Sales Order & Transportation bisa
diselesaikan pada Juli 2002.
22
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
PT. Semen Gresik harus mengeluarkan dana sekitar Rp 46 miliar lebih. Namun, biaya
sebesar itu tidak hanya diperuntukkan bagi pembangunan sistem dan infrastruktur di Semen
Gresik, tapi juga mencakup Semen Padang dan Semen Tonasa.
Dalam mengimplementasikan ERP di Semen Gresik, beberapa aspek teknis yang dilakukan
oleh departemen Information Technology (IT) diantaranya :
Sedangkan aspek non teknis yang dipertimbangkan oleh departemen IT pada khususnya serta
perusahaan pada umumnya dalam menyongsong implementasi ERP adalah :
23
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
4. Aplikasi ”Change Management” untuk mengelola perubahan-perubahan yang terjadi
dengan adanya implementasi ERP.
24
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
Untuk mengatasi kendala tersebut, ada beberapa hal yang telah dilakukan pihak Semen
Gresik :
Dengan implementasi yang telah dilaksanakan di Semen Gresik ada beberapa perbaikan yang
diperoleh diantaranya :
25
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
Karena kompetisi yang ketat, FMD membutuhkan solusi bisnis yang mampu
mengakomodasi segala macam kebutuhan bisnisnya. Dengan solusi ini juga diharapkan
perusahaan akan mampu mengelola pesanan, persediaan, dan aktivitas penjualan di dalam
satu streamline operation serta menyediakan distribusi yang efektif dan efisien dari resep
obat yang merupakan sebuah komponen penting di dalam sebuah industry farmasi.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan dalam implementasi
ERP :
Hal-hal yang menjadi penyebab kegagalan di dalam implementasi ERP ini adalah
tidak adanya keterlibatan dari pengguna akhir atau end user. Perencanaan tentang
pengimplementasian hanya dilakukan oleh manajemen tingkat atas (upper management) dari
FMD, Andersen Consulting, serta orang-orang teknis yang berkepentingan lainnya.Orang-
orang yang menjadi end user tidak dilibatkan sehingga terjadi gap yang besar antara
pengguna dengan perencana sistem.Kurangnya kerjasama diantara end user juga menjadi
salah satu penyebab lainnya.Tidak ada pelatihan khusus untuk para pengguna SAP di FMD.
Project team yang ada tidak dapat bekerja dengan optimal karena tidak adanya
komunikasi antara pihak manajemen, tim proyek, dengan pengguna akhir. Hal pertama yang
menyebabkanproject team tidak bekerja maksimal adalah kesalahan dalam memilih jenis
software. SAP R/3 didesain untuk perusahaan manufaktur, bukan untuk perusahaan
26
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
wholesalers terutama yang membutuhkan banyak transaksi dalam proses bisnisnya. Hal lain
dari kegagalan project team ini adalah tidak adanya restrukturisasi proses bisnis yang
dikerjakan (change management). SAP tidak terintegrasi karena ketidakmampuan dari FMD
untuk merestrukturisasi proses bisnis yang mereka jalankan dengan adanya SAP.
Perusahaan menginginkan solusi yang tepat yang bisa membantu untuk membuat
rantai keputusan yang rumit dan meningkatkan penekanan cost. Berdasarkan analisis pada
aktivitas Supply Chain, ERP akan memberikan solusi terbaik pada FMD untuk menyediakan
informasi yang up-to-date, otomatis, dan mampu untuk mengintegrasikan sistem persediaan
barang (inventory). Idealnya adalah perusahaan mampu untuk mengelola pesanan,
persediaan, dan aktivitas penjualan ke dalam satu sistem serta menyediakan distribusi yang
efektif dan efisien. Kenyataan yang terjadi adalah aplikasi SAP R/3 tidak mampu untuk
mengakomodir semua yang menjadi tuntutan dari proses bisnis FMD karena aplikasi SAP
R/3 hanya cocok untuk perusahaan murni manufaktur, bukan perusahaan yang juga bertindak
sebagai wholesalers dimana banyak terjadi transaksi disana.
Ekspektasi yang tinggi dihadapi oleh para manajer bisnis di FMD sehingga
penggunaan SAP R/3 (yang pada masa itu merupakan suatu software yang paling populer)
menjadi sedikit dipaksakan. Seiring dengan kebutuhan bisnis yang semakin meningkat, ada
semacam keterpaksaan bagi pihak pengembang Sistem Informasi untuk
mengimplementasikan SAP R/3 di FMD yang tidak terencana dengan baik. Seharusnya
sebelum pengimplementasian dilakukan semacam blueprint bagi rencana yang nantinya akan
dilaksanakan.
27
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
BAB IV
4.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, ada satu faktor penting lagi yang membawa kesuksesan
implementasi ERP di Semen Gresik yaitu komitmen manajemen, dimana dari awal pihak
manajemen sudah mempunyai inisiatif untuk menerapkan sistem ini.
Dengan menerapkan ERP, maka perusahaan harus memilih antara merubah bisnis
proses yang dimilikinya untuk menyesuaikan dengan sistem ERP atau sebaliknya. Agar dapat
memilih, perusahaan yang akan mengimplementasikan ERP tentunya harus sudah
mempunyai bisnis proses sehingga dapat membandingkan dengan bisnis proses dari sistem
ERP. Dari perbandingan tersebut, jika bisnis proses yang dimiliki perusahaan sudah matang
maka tidak banyak perubahan yang dilakukan. Semen Gresik memutuskan untuk beberapa
bisnis proses ada yang mengikuti sistem J.D.Edwards dan ada yang tidak.
Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa faktor kunci
kesuksesan implementasi ERP di Semen Gresik, yaitu : bisnis proses yang matang,
manajemen perubahan yang baik, komitmen mulai dari level manajemen sampai ke user, dan
perubahan budaya organisasi. PT. Semen Gresik berhasil mengintegrasikan perubahan
dengan mempertimbangkan business process, people dan IT.
28
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
Keputusan yang dilakukan oleh Fox Meyer Drug untuk mengimplementasikan SAP
R/3 perlu dikaji ulang agar segala sesuatunya dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
kebutuhan bisnisnya.Perusahaan perlu untuk melibatkan end user secara lebih mendalam
karena perusahaan tidak boleh melupakan B2E atau business to employment.People perlu
dikelola untuk dapat mengerti IS. Perencanaan yang baik akan menghindari perusahaan dari
sebuah kegagalan implementasi sistem informas.
4.2. Saran
Ketika akan mengadopsi sebuah aplikasi pasti terjadi discrepancy sehingga ada tiga
alternatif pilihan solusi yaitu mengubah/memodifikasi aplikasi, mengikuti aplikasi yang ada
dan merubah prosedur atau hidup dalam perbedaan. Idealnya memang mengikuti aplikasi
yang ada karena sesuai dengan best practice (desain yang terbaik dalam industri) dan
mengubah prosedur yang ada dalam perusahaan. Hal ini akan lebih praktis dan mudah untuk
diimplementasikan, kecuali jika business process-nya unik.
Evaluasi vendor sangat dibutuhkan mulai dari review vendor, proses demo, adanya
referensi (testimony dari perusahaan lain), dan ada tim yang berfungsi untuk mengevaluasi
kemampuan teknis atau fungsi-fungsinya (perlu dicoba dulu). Selain itu, pertimbangkan
adanya beberapa penyesuaian dan pahami akan membutuhkan biaya berapa seberapa besar,
sehingga hal ini sudah jelas di awal. Baru kemudian mengambil keputusan yang tepat.
Vendor yang dipilih adalah yang memiliki track record yang baik dan expert di bidangnya.
RFP yang dibuat oleh perusahaan kepada vendor merupakan formal document untuk
mengarahkan vendor apa yang dibutuhkan secara detail.
29
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
Yang paling penting adalah bagaimana implementasi ERP diterima oleh user dan user
merasa nyaman atas hal baru ini, sehingga dibutuhkan training secukupnya kepada mereka.
Alangkah lebih jika user diikutsertakan dalam proses uji coba dengan vendor sehingga
mereka juga bisa melakukan assessment. Peranan SDM disini menjadi salah satu faktor kritis,
karena berbicara tentang ERP adalah tentang sebuah sistem yang terintegrasi sehingga jika
terjadi kesalahan di berbagai titik akan berdampak signifikan bagi proses bisnis perusahaan.
Sehingga, fasilitas TI ini tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu semata, tapi juga bisa
sebagai business enabler.
30
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48
DAFTAR PUSTAKA
McLeod, Raymond Jr,. 1995. Management Information System, sixth edition. Prentice-Hall
Inc, New Jersey.
O’Brien JA, Marakas G. 2005. Management Information sistem. Ninth edition. Boston: Mc
Graw Hill, Inc.
Martin, E. Wainright, et al., 2005. Managing Information Technology. Pearson Prentice Hall.
USA.
Nah, Fiona Fuihoon, Zahidul Islam, Metthew Tan, 2007, Empirical Investment of Factors
Influencing of Success of Enterprise Resource Planning Implementation, Journal of
Database Management, 18 (4)
Fiona Fui-Hoon Nah, dkk, 2011. ERP Implementation : Chief Information Officers
Perceptions of Critical Success Factors. International Journal of Human-Computer
Interaction, vol 6 No 1 pp. 5-22
Sugiarsono, Joko. 2003. Sajian Utama, Potret Kebingungan Investasi TI. SWA Edisi
02/XIX/23 Januari – 5 Februari 2003. P. 24 – 31.
Humaedi, Dedi. 21 Agustus 2003. Ketika Sang Juragan Semen Ingin Naik Kelas.
http://www.swa.co.id/swamajalah/swadigital/details.php?cid=1&id=1973
http://andrie07.wordpress.com/2011/11/16/implementasi-erp-pada-pt-semen-gresik/
31
Dewi Margareth L Toruan, MB-IPB, E-48