Professional Documents
Culture Documents
Pembacaan Skala
No. Contoh Anting Anting Anting Anting Suhu (˚C)
I II III IV
1. Akuades 6 4 2 5 29
2. Metanol 6 7 5 3 29,5
3. Gliserol 4 8 9 6 27,2
Tabel 2. Piknometer
Bobot (gram)
Suhu
No. Contoh Piknometer Piknometer +
Contoh (oC)
Kosong Contoh
1. Akuades 19,1236 44,1029 24,9793 29
2. Metanol 19,1236 44,8195 25,6959 29,2
3. Gliserol 19,1236 38,9257 19,8021 28
4.2 Perhitungan
a. Akuades
Sgt = 0,6425
dtaq (29oC) = 0.995944 g.cm-3
= 0,6399 g.cm-3
b. Metanol
Sgt = 0,4896
= 0,4879 g.cm-3
c. Gliserol 10 %
Sgt = 0,6753
= 0,6725 g.cm-3
4.2.2 Perhitungan Kerapatan Dan Bobot Jenis Dengan Piknometer
a. Akuades
bobot akuades
Sgt contoh = bobot akuades
24,9793
=
24,9793
=1
= 1 x 0.995944 g.cm-3
= 0.995944 g.cm-3
b. Metanol
bobot metanol
Sgt contoh = bobot akuades
19,8021
=
24,9793
= 0,7927
c. Gliserol 10 %
bobot gliserol
Sgt contoh = bobot akuades
25,6959
=
24,9793
= 1,0286
= 1,0243 g.cm-3
4.4 Pembahasan
bobot jenis dengan menggunakan neraca Wesphalt dan pengukuran kerapatan dan
yang berbeda, tetapi menggunakan sampel yang sama yaitu akuades, metanol, dan
ditambahkannya sampel maupun anting pada lengan neraca. Hal ini digunakan
agar pada saat suatu sampel diukur dengan neraca ini, hasilnya dapat sesuai
sampel sehingga dapat diperoleh dtaq pada kondisi tersebut serta dapat digunakan
dibilas kembali dan dikeringkan sehingga tidak ada pengaruh dari sampel
sebelumnya baik melalui larutan yang masih melekat di penyelam atau pun
dibersihkan dan dikeringkan sampai benar-benar tidak nampak butiran air diselah-
selah permukaan dan di dalam alat. Hal ini bertujuan untuk memperoleh bobot
kosong yang akurat dari piknometer yang kosong. Oleh karena itu, apabila masih
terdapat butiran air di dalamnya, pasti akan mempengaruhi data yang akan
diperoleh. Pada saat sampel pertama yaitu air akan diisi ke dalam piknometer
diharuskan sampel tersebut diisi sampai penuh pada ruang alat ini dan bila perlu
sampai sampel dalam keadaan tertumpah. Hal ini harus diperhatikan baik-baik
agar di dalam alat tidak terdapat gelembung udara, sebab dengan adanya
gelembung udara akan mengurangi bobot sampel yang akan diperoleh. Setelah itu
ditimbang berat piknometer ketika terisi sampel pada neraca analitik. Hal yang
bobotnya jenisnya merupakan suatu zat baku pembanding dalam penentuan nilai
bobot jenis zat lain. Alat piknometer yang digunakan telah dilengkapi dengan
pada sampel tersebut. Setelah mendapatkan data dari sampel yang pertama, maka
harus dicuci hingga bersih dan diharuskan agar alat tersebut benar-benar bersih.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pengaruh dari sampel sebelumnya terhadap
hasil yang diperoleh. Pada sampel yang mudah menguap seperti metanol,
pengukuran harus segera dilakukan ketika piknometer telah diisi sampel, sebab
disebabkan adanya perbedaan suhu dalam pengerjaan dengan kedua metode ini.
Akan tetapi jika dibandingkan dengan teori dari segi kerapatan jenis maka gliserol
memiliki kerapatan paling besar diantara ketiga larutan ini. Setelah gliserol yaitu
air dan metanol yang memiliki kerapatan jenis yang paling kecil. Gliserol
memiliki kerapatan 1,1261 g.cm-3 dan suhu 25 oC, metanol memiliki kerapatan
0,7913 g.cm-3 pada suhu 20 oC, dan air memiliki kerapatan 1,000 g.cm-3 pada
suhu 4 oC.
Perbedaan yang terjadi antara hasil percobaan dengan teori yang ada juga
kesalahan kecil juga dapat terjadi selama percobaan, seperti neraca Wesphalt yang
tidak tepat seimbang, pembacaan suhu yang kurang tepat, atau menguapnya
piknometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perbandingan antara salah satu besaran yang memiliki sifat ekstensif yakni
massa dengan besaran yang juga memiliki sifat ekstensif yakni volume
menghasilkan suatu besaran baru yang memiliki sifat intensif yang disebut dengan
Massa sampel tidak berubah jika suhu dinaikkan atau diturunkan. Akan
tetapi volume dari padatan atau cairan meningkat jika suhu dinaikkan. Volume
semua gas yang diadakan pada tekanan konstan meningkat dengan naikknya suhu,
jika penyebut dari fraksi meningkat dan pembilang konstan, maka nilai fraksi
kerapatan material diketahui, maka suhu dimana kerapatan diukur juga harus
massa (m)
(d) = (2.1)
volume (v)
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang
diselediki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat
ekstensif. Suatu sifat yang bergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif.
Rapatan yang merupakan perbandingan massa dan volume, adalah sifat intensif.
Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah
karena hal ini tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti
(Petrucci, 1996).
Sifat intensif tak tergantung pada ukuran sampel. Beberapa contoh adalah
sifat-sifat fisik seperti warna, titik leleh dan titik didih. Misalnya semua sampel
dari tembaga murni pada suhu kamar berbentuk padat, mempunyai warna yang
khas yang mudah dikenal dan akan meleleh pada suhu 1083 oC (Brady, 1999).
Sifat ekstensif adalah sifat yang tergantung dari ukuran dari sampel yang
diperiksa. Misalnya massa dan volume. Bila ukuran sampel naik maka massa dan
Massa 1000 cm3 air pada 4 oC dan tekanan atmosfer normal adalah hampir
tepat (tetapi hanya sedikit sekali kurang dari) 1 kg. rapatan dari air di bawah
keadaan ini adalah 1000 g/ 1000 cm3 = 1,000 g/cm3. Karena volume menutur suhu
sedangkan massa tetap, rapatan merupakan fungsi dari suhu. Pada 20 oC dari air
Salah satu yang menarik mengenai sifat ekstensif adalah bahwa rangka
bandingnya kerap kali tak tergantung dari ukuran sampel, sehingga sifat intensif
dapat dibuat dengan cara ini. Salah satu sifat intensif adalah rapatan yang dapat
(Brady, 1999).
Cairan air misalnya mempunyai rapatan 1,00 g/mL. ini berarti bahwa
bila kita mempunyai 1,00 g air, maka air ini akan menempati 1,00 mL. bila
kita mempunyai 20,0 g air, maka air akan menempati ruang 20,0 mL, tapi
perbandingan massa dari volumenya tetap sama 20,0 g/ 20,0 mL= 1,00 g/1,00 mL
(Brady, 1999).
akan mengembang atau mengkerut. Berarti massa pada zat tersebut ditempatkan
pada volume yang lebih besar atau lebih kecil, maka jelas berat jenis akan berubah
berat jenis air adalah 0,9970 g/mL. Sedangkan pada 35 oC berat jeninya adalah
0,9956 g/mL. Seperti terlihat perubahannya tak begitu besar dengan berubahnya
suhu dan sangatlah berguna untuk diingat bahwa dengan sedikit kesalahan, kita
dapat menganggap berat jenis air adalah 1,00 g/mL pada segala macam suhu.
Tetapi harus diingat bahwa untuk kerja yang memerlukan ketelitian yang tinggi,
Satuan yang dekat hubungannya dengan berat jenis adalah specific gravity
(disingkat sp.gr) atau bobot jenis. Definisinya adalah perbandingan antara berat
𝑑𝑧𝑎𝑡
sp.gr = (2.2)
𝑑𝑎𝑖𝑟
Dari definisi specific gravity, dapat dikatakan bahwa sp.gr adalah ukuran
yang tak mempunyai satuan. Merupakan gabungan bagaimana berat jenis zat
dibandingkan dengan berat jenis air. Jadi suatu zat yang mempunyai sp.gr 2
Kegunaan dari sp.gr adalah kita dapat menghitung berat jenis zat dalam
berbagai satuan hanya dengan mengalikan specific gravity-nya dengan berat jenis
air yang dinyatakan dalam satuan yang diminta. Dengan cara ini hanya dengan
dua tabel. Satu tabel berisi sp.gr zat-zat dan satu lagi tabel dari berat jenis air
Berat jenis adalah contoh laindari sifat fisik zat. Untuk menentukan berat
jenis dari air, kita ukur massa dari sejumlah volume tertentu dari cairan tersebut.
Pengukuran ini tak mengubah air menjadi bentuk zat lain, malah air tak berubah
dapat pula dinyatakan dalam g/ml atau untuk gas adalah g/L (Brady, 1999).
Seseorang menjawab bahwa batu bata lebih berat dari bulu adalah orang
yang bingung dari konsep massa dan rapatan. Materi dalam batu merah adalah
lebih padat dibandingkan dengan di dalam bulu, jadi batu bata memiliki volume
yang lebih kecil, atau batu bata lebih padat dibandingkan bulu (Petrucci, 1996).
dalam ilmu kimia, seperti menghitung bilangan Avogadro dari dimensi sel unit
kristal, penentuan berat molekul zat dari kerapatan gas, konversi tekanan
Kerapatan air adalah 1 g/mL pada suhu 4 oC. Bila kita mengukur 249,00 g
air murni, maka air tersebut akan memiliki volume 249,00 mL pada suhu 4,0 oC.
Namun, pada suhu normal volume hanya mendekati 249 mL. Hal tersebut dapat
Kerapatan dari minyak goreng yang paling kecil yaitu pada minyak goreng
yang sudah dipakai dua kali, dan nilai kerapatan yang paling besar yaitu pada
minyak goreng yang belum pernah terpakai. Minyak goreng yang sudah dipakai
dua kali mempunyai nilai kerapatan paling kecil karena telah mengalami
mengakibatkan nilai indeks biasnya lebih kecil. Minyak goreng yang belum
dipakai mempunyai nilai indeks bias yang paling besar karena minyak tersebut
rantai lurus seperti kitosan akan menunjukkan peningkatan densitas jika derajat
Bobot jenis adalah rasio atau perbandingan massa zat dengan massa
volume yang sama dari air pada kondisi yang sama. Perbandingan ini setara
dengan kerapatan dari zat dibagi dengan kerapatan air. Bobot jenis air itu sendiri
adalah 1. Bobot jenis merupakan angka atau nilai tanpa satuan. Hal ini karena dua
nilai dengan satuan yang sama dibagi untuk memberikan nilai tanpa satuan
(Burns, 1995).
Probabilitas kerapatan suatu fungsi (PDF) dalam hal ini juga perlu
terdiskret untuk dapat menghasilkan distribusi berat atas bobot rata-rata (OWA).
Oleh karena itu, normalisasi diperlukan untuk memperoleh berat vektor : w = (w1,
w2,....,wn)T. PDF normal yang berkisaran 0,5 menyediakan sebuah distribusi berat
dari OWA yaitu bagian yang mendekati posisi minimum dan maksimum untuk
mendapatkan nilai yang lebih rendah dari bobot OWA. Dalam kasus positif
terhadap fungsi penurunan yang monoton terhadap bobot rata-rata ini, sedangkan
dalam kasus yang secara negatif terhadap pendistribusian bobot OWA, distribusi
bobot rata-rata juga menjadi sama dengan fungsi penurunan yang monoton
horisontal dari neraca. Meletakkan tabung kaca dimana termometer tertutup oleh
kawat ke ujung lengan neraca. Memasukkan tabung ke dalam silinder atau gelas
dan membaca bobot jenis pada skala dimana anting tersebut diletakkan. Hal yang
perlu dilakukan yaitu menambah panjang kawat yang direndam dalam sampel
agar sama dengan panjang kawat yang direndam dalam air dengan mengubah
2.3 Piknometer
massa jenis zat cair. Ukuran piknometer tersedia dalam berbagai ukuran. Ukuran
10 mL. Piknometer disertai dengan penutup yang terdapat rongga kapiler. Rongga
sangat mungkin berada dalam botol pada saat pengisian dengan zat cair pada
korelasi dan kerapatannya. Gravitas spesifik dan tes antibakteri yang dilakukan
pada 20 sampel yang umum digunakan di Nigeria Utara yaitu sintesis minyak
varian antar sampel. Uji aktivitas antimikroba menunjukkan hasil yang terdiri dari
5.1. Kesimpulan
bobot jenis dengan menggunakan alat neraca Wesphalt, diperoleh hasil sebagai
berikut: akuades memiliki kerapatan 0,6399 g.cm-3 dan bobot jenis 0,6425 ;
metanol memiliki kerapatan 0,4879 g.cm-3 dan bobot jenis 0,4896 ; dan gliserol
memiliki kerapatan 0.6725 g.cm-3 dan bobot jenis 0.6753, sedangkan dengan
0,7897 g.cm-3 dan bobot jenis 0,7927; dan gliserol memiliki kerapatan 1,0243
dapat disebabkan adanya perbedaan suhu dalam pengerjaan dengan kedua alat ini.
Namun jika dibandingkan dengan teori, gliserol memiliki kerapatan 1,1261 g.cm-3
dan suhu 25 oC, metanol memiliki kerapatan 0,7913 g.cm-3 pada suhu 20 oC, dan
air memiliki kerapatan 1,0000 g.cm-3 pada suhu 4 oC. Perbedaan yang terjadi
antara hasil percobaan dengan teori yang ada juga dapat disebabkan oleh
selama percobaan, seperti neraca Wesphalt yang tidak tepat seimbang, pembacaan
suhu yang kurang tepat, atau menguapnya sampel pada percobaan piknometer,
menggunakan alat yang lebih memadai lagi agar memudahkan praktikan dalam
tidak mondar-mandir terlalu jauh dalam proses praktikum. Selain itu diharapkan