Professional Documents
Culture Documents
Studi Morfometri Dan Tingkat Herbivori Daun Mangrove Di Segara Anakan Cilacap
Studi Morfometri Dan Tingkat Herbivori Daun Mangrove Di Segara Anakan Cilacap
438
ABSTRACT
Mangrove communities are part of the natural coastal ecosystems that have a vital role, such as the greatest source of organic material for
the surrounding aquatic environment. A variety of ecological phenomenon often happens recently, either directly or indirectly affects the
change of mangrove vegetations. Leaf is one of the plant organs that change shape according to the condition of the mangroves and the
aquatic environment where the plant lives. The common changes of the leaves are the symmetry (morphometry), the size, and the shape.
Mangrove leaves are also subjected to herbivory (predation), that will result in reduced leaf area of the photosynthesis and lowered the
production of organic matter to the surrounding waters. This research aimed to determine the morphometric variation and herbivory
rates of mangrove leaves at Segara Anakan Cilacap. Mangrove samples were Aegiceras corniculatum, Avicennia marina, Ceriops tagal,
Rhizophora apiculata, and Sonneratia caseolaris. The study used survey method with stratified random sampling technique. The results
showed morphometric variations of the five species were three variations, while the average herbivory rate from highest to lowest were:
Avicennia marina (7.46%), Sonneratia caseolaris (6.91%), Rhizophora apiculata (4.08%), Aegiceras corniculatum (3.42%) and Ceriops
tagal (3.00%). The difference of age and species of leves affected the herbivory level.
KEY WORDS: morphometry, herbivory, leaf age, mangrove, Segara Anakan Cilacap
| http://scri.bio.unsoed.ac.id 137
ERMA SEPTYANINGSIH, ERWIN RIYANTO ARDLI, ANI WIDYASTUTI
kerusakan, persentase herbivori. Sedangkan parameter Koefisien Variasi (CV) digunakan untuk melihat
pendukung dalam penelitian ini yaitu faktor lingkungan kompetisi individual dan daya adaptasi yang dimiliki
yang meliputi: suhu, nilai pH tanah, salinitas, jenis dan populasi mangrove berdasarkan pemencaran nilai-nilai
tekstur tanah, unsur hara, kandungan air dalam tanah, dan morfometri daunnya. Koefisian variasi dihitung dengan
kandungan bahan organik. menggunakan rumus (Nurakhman, 2002):
Pengambilan sampel daun dilakukan pada spesies A.
St. Dev
corniculatum, A. marina, C. tagal, R. apiculata, dan S. CV = x 100%
caseolaris. Titik pengambilan sampel dibuat pada tiap M
stasiun yang telah ditentukan sebanyak 3 titik mulai dari Keterangan:
tepi (perbatasan antara perairan dengan daratan), CV (Coefficient variety ) = koefisien keragaman
kemudian masuk 50 m ke tengah, dan 50 m ke dalam. Hal ini M (Mean) = nilai rata-rata rasio morfometri daun
St.Dev = simpangan baku dari rasio morfometri
dimaksudkan sebagai ulangan, sehingga tiap stasiun
pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 ulangan. Adapun Untuk mengetahui hubungan antara panjang kali lebar
langkah-langkah pengambilan sampel daun adalah sebagai dengan luas daun maka digunakan analisis regresi (Stowe,
berikut: 1995). Berikut adalah rumusannya:
a. Masing-masing spesies diambil sebanyak 5 tangkai yang
dianggap bisa mewakili. 𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑥
b. Seluruh daun dari 5 tangkai yang diambil kemudian Keterangan:
dipetik semua kecuali yang masih kuncup kemudian Y : luas daun (cm2)
dimasukkan ke dalam plastik, dibedakan tiap spesies. a : konstanta
c. Untuk pengukuran selanjutnya (pengukuran morfometri x : (panjang x lebar)
dan herbivori) diambil 5 daun secara acak dari tiap b : koefisien x
spesies per titik pada tiap stasiun.
Pengukuran morfometri daun mangrove dilakukan Perhitungan persentase luas daun yang hilang menurut
dengan cara scan leaf area, yaitu pengukuran luas area daun Khusna (2008) adalah sebagai berikut:
dengan menggunakan scanner sebagai alat bantunya. Hasil (PLA − ALA)
scanning daun diolah dengan menggunakan software Compu × 100% = % Herbivori
PLA
Eye-Leaf & Symptom Area agar didapat hasil panjang dan
lebar daun (tanpa tangkai) mangrove yang lebih akurat, baik Keterangan:
yang utuh maupun daun yang rusak akibat herbivor. PLA = Luasan daun imaginer
Untuk pengukuran herbivori, maka daun dipisahkan ALA = Luasan daun yang tersisa
berdasarkan umur (tua atau muda) dan kondisi daun (utuh Taksiran luas daun yang dimangsa didapatkan dari
atau rusak). Kategori kerusakan daun dibatasi dengan selisih luas daun imaginer (PLA) dengan luas daun rusak
adanya bekas herbivori, yaitu hilangnya sebagian luasan yang tersisa (ALA). Persentase yang didapatkan kemudian
daun akibat gigitan atau pelubangan. Untuk selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan persentase luasan daun yang
sama dengan pengukuran morfometri, yaitu dilakukan scan hilang. Cooke, et al. (1984) dan Pribadi (1998) membagi
leaf area kemudian hasil scanning daun diolah dengan tingkat herbivori ke dalam delapan kelas kerusakan sebagai
menggunakan software Compu Eye-Leaf & Symptom Area berikut:
untuk mendapatkan luas area daun (tanpa tangkai)
mangrove yang lebih akurat, baik yang utuh maupun daun I = < 2,5% V = 20,1% ‒ 40,0%
yang rusak akibat herbivor. II = 2,5% ‒ 5,0% VI = 40,1% ‒ 60.0%
Populasi morfometri dilihat berdasarkan banyaknnya III = 5,1% ‒ 10,0% VII = 60,1% ‒ 80,0%
sebaran normal yang terbentuk pada grafik distribusi. IV = 10,1% ‒ 20,0% VIII = > 80%
Dalam penelitian ini grafik distribusi morfometri daun Untuk mengetahui hubungan pengaruh berbedaan stasiun
menggambarkan hubungan antara selang kelas morfometri pengambilan sampel terhadap tingkat herbivori daun maka
daun (titik-titik pada sumbu x) terhadap persentase dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji t untuk
kumulatif (titik-titik pada sumbu y) (Khusna, 2008). membandingkan dua kelompok dan uji F untuk
Panjang daun membandingkan tiga kelompok atau lebih.
Rasio morfometri =
Lebar daun HASIL DAN PEMBAHASAN
Fn
FR = × 100% Segara Anakan merupakan suatu ekosistem mangrove
F Total
dengan sebuah laguna pada bagian tengahnya. Segara
FK = FRn + FR Jumlah FR sebelumnya Anakan terletak di Pantai Selatan Pulau Jawa, secara
Keterangan: administratif masuk dalam wilayah Kecamatan
FR = Frekuensi Relatif Kampung Laut Kabupaten Cilacap. Segara Anakan
FK = Frekuensi Kumulatif mendapat pasokan air laut dari Samudera Hindia yang
Fn = Frekuensi rasio morfometri sampel ke n
masuk ke dalam lagunanya melalui Plawangan Barat,
Selang kelas dibagi menjadi sepuluh bagian dengan sedangkan pasokan air tawar didapat dari tiga sungai
kisaran nilainya di dapat dari nilai terendah sampai nilai utama yaitu Citanduy, Cibeureum, dan Cikonde serta
tertinggi hasil perhitungan rasio morfometri. Frekuensi sungai-sungai kecil di sekitarnya (Yuwono et al.,
relatif adalah perbandingan antara frekuensi masing-masing 2007).
kelas dengan jumlah frekuensi seluruhnya yang dinyatakan
Hasil pengamatan terhadap daun-daun yang
dalam persen. Frekuensi kumulatif merupakan penjumlahan
dari frekuensi relatif ke-n dengan frekuensi relatif mengalami pemangsaan terlihat bahwa tipe-tipe
sebelumnya. kerusakan daun yang ditemukan berupa bekas
pelubangan dan gigitan yang kerusakannya terletak
138
SCRIPTA BIOLOGICA | VOLUME 1 | NOMER 2 | JUNI 2014 | 137–140 | HTTPS://DOI.ORG/10.20884/1.SB.2014.1.2.438
pada pinggir daun, tengah daun maupun gabungan menunjukkan kecenderungan dalam 3 variasi semua
dari keduanya, dan pengelintingan daun. Ditemukan (Gambar 1). Variasi pertama ditunjukkan dengan
pula bekas pemangsaan yang bekas pelubangan dan garis putus-putus warna merah, variasi kedua
gigitan tersebut masih menyisakan lapisan tipis ditunjukkan dengan garis putus-putus warna hijau,
transparan pada permukaan atas daun. Selain itu dan variasi ketiga ditunjukkan dengan garis putus-
ditemukan pula beberapa herbivor di lokasi penelitian putus warna biru (Gambar 1).
penelitian diantarannya serangga yang termasuk Barret dan Rosenberg (1981) menyatakan bahwa
dalam ordo Coleoptera, Lepidoptera, Diptera, dan jumlah variasi morfometri daun untuk kondisi
Hemiptera, serta berbagai macam gastropoda. lingkungan yang baik berkisar antara 1 dan 2 variasi.
Dilihat dari hasil rata-rata rasio morfometri yang Semakin banyak jumlah variasi yang terbentuk
didapat masing-masing spesies R. apiculata memiliki mengindikasikan kondisi lingkungan yang kurang
nilai tertinggi yaitu 3,38, kemudian diikuti oleh A. baik. Variasi morfometri daun daun digunakan
marina (2,25), C. tagal (1,99), S. caseolaris (1,83), dan sebagai parameter untuk melihat kondisi kesehatan
nilai terkecil pada A. corniculatum (1,44) (Tabel 3.5). mangrove. Jumlah variasi morfometri daun yang
Sedangkan untuk nilai koefisen variasi yang memiliki terbentuk menggambarkan tekanan lingkungan yang
nilai tertinggi yaitu A. marina (24,60%), yang diterima oleh suati populasi mangrove. Semakin
kemudian dibawahnya diikuti oleh S. caseolaris sedikit variasi morfometri yang terbentuk maka suatu
(17,21%), A. corniculatum (16,72%), R. apiculata populasi mangrove semakin sehat dan memiliki
(14,13%), dan yang terkecil yaitu C. tagal (12,58%). adaptasi dan ketahanan yang tinggi terhadap kondisi
Nilai koefisien variasi yang semakin besar lingkungan yang kurang mendukung. keeratan
menunjukkan bahwa suatu populasi memiliki nilai- korelasi antara luas daun dengan panjang kali lebar
nilai morfometri daun yang memencar dan dengan daun menurut Sudjana (1982) dalam Khusna (2008)
pemencaran tersebut, kompetisi antar individu dalam menunjukkan korelasi tersebut sangat kuat karena
suatu populasi berkurang serta menunjukkan adanya nilai koefisien korelasi dari masing-masing spesies
daya adaptasi yang luas. Pada populasi yang bernilai menunjukkan nilai antara 0,80–1,00.
koefisien variasi rendah menunjukkan suatu populasi Diduga sifat morfologi dan fisiologi tumbuhan
memiliki nilai-nilai morfometri yang mengelompok. akan mempengaruhi tingkat herbivori dan jenis
Pengelompokkan tersebut menyebabkan tingginya pemangsa. Hadi et al. (2003) menjelaskan bahwa
kompetisi antar individu dalam populasi tersebut dan morfologi tanaman seperti ukuran daun, bentuk,
menunjukkan daya adaptasi yang rendah dalam warna, kekerasan jaringan tumbuhan dan adanya
menghadapi lingkungannya. Nilai koefisien variasi rambut menentukan seberapa jauh derajat
dipengaruhi oleh letak suatu populasi dalam suatu penerimaan serangga terhadap tumbuhan tertentu.
zonasi, apakah di zona bagian dalam atau pada zona Tabel 1. Rata-rata Tingkat Herbivori (%) Per Satuan Luas
bagian luar (Khusna, 2008). Daun dan Rata-Rata Total Tingkat Herbivori Spesies Di
Untuk melihat variasi morfometri yang terbentuk Lokasi Penelitian Segara Anakan Cilacap
maka distribusi morfometri daun dari ke lima spesies
Spesies Daun Tua Daun Muda Rata-rata
dimasukkan ke dalam grafik berikut (Gambar 1).
A. corniculatum 2,52% 4,35% 3,42%
120 A. marina 6,20% 8,73% 7,46%
C. tagal 2,59% 3,42% 3,00%
100 R. apiculata 2,81% 5,35% 4,08%
Frekwensi Kumulatif (%)
| http://scri.bio.unsoed.ac.id 139
ERMA SEPTYANINGSIH, ERWIN RIYANTO ARDLI, ANI WIDYASTUTI
140