Professional Documents
Culture Documents
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Makassar
ABSTRACT
A research of system integrate crop of maize at lowland dry farming have been done in Sub-Province of
Takalar, South Sulawesi, since January up to December 2004 have been done in order to know exploiting of
maize crop for beef cattle’s feed and at the same time to study influence of exploiting of beef cattle livestock
dirt which is fermented for organic manure at maize crop. Results of research indicated that of old age maize
crop production 60−70 day after planting (fruit and bar) was 40.600 kg/ha and maize hay (fruit and bar) was
21.900 kg/ha crop dry. For the beef cattle of pedet (heavy early + 200 kg/tail) what isn't it show heavy
accretion of ADG and consumption. It were T1 (control) 0,367 kg/tail/day and 5,93 kg/tail/day, T2 (Silage)
0,450 kg/tail/day and 5,92 kg/tail/day, T3 ( Fermented Hay) 0,459 kg/tail/day dan 5,85 kg/tail/day. While
Analysis of financial was 6.834.722 rupiah/ha/year with B/C ratio c 1.8. It is concluded farming system
integrate maize-beef cattle is the potential model to be developed at lowland dry farming.
Key Words: Integration, Crop Maize, Beef Cattle
ABSTRAK
Suatu penelitian/pengkajian sistem integrasi tanaman jaging-sapi potong pada lahan kering dataran
rendah telah dilakukan di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, sejak Januari sampai dengan Desember 2004
untuk mengetahui pemanfaatan tanaman jagung sebagai pakan sapi potong dan sekaligus melihat pengaruh
pemanfaatan kotoran ternak sapi potong yang difermentasi (dikomposkan) sebagai pupuk organik pada
tanaman jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi tanaman jagung umur 60–70 hari sesudah
tanam (batang dan buah) adalah 40.600 kg/ha dan jerami jagung (brangkasan dan buah) adalah 21.900 kg/ha
kering panen.Untuk sapi bakalan (bobot awal ± 200 kg/ekor) yang digemukkan menunjukkan pertambahan
bobot hidup dan konsumsi pakan masing-masing adalah T1 (kontrol) 0,367 kg/ekor/hari dan 5,93
kg/ekor/hari, T2 (Silase) 0,450 kg/kor/hari dan 5,92 kg/ekor/hari, T3 (Fermentasi Jerami) 0,459 kg/ekor/hari
dan 5,85 kg/ekor/hari. Sedangkan analisis finansial masing-masing usahatani penggemukan sapi potong
adalah rata-rata Rp 6.834.722/ha/tahun dengan B/C ratio 1,8. Disimpulkan usahatani integrasi jagung-sapi
potong merupakan usahatani yang potensial untuk dikembangkan pada lahan kering dataran rendah.
Kata Kunci: Integrasi, Tanaman Jagung, Sapi Potong
285
285
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
dapat diusahakan pada agroekosistem lahan usahatani jagung pada lahan kering khususnya
kering (65–75%), lahan sawah irigasi (10– dataran rendah perlu ditangani secara hati-hati
15%) dan lahan sawah tadah hujan (20–30%). dengan mempertimbangkan usahatani
Pengembangan tanaman jagung pada lahan konservasi yang berwawasan ramah
sawah tadah hujan umumnya dilakukan dengan lingkungan.
pola: padi–jagung, padi–jagung–jagung, padi– Komoditi jagung dan sapi potong di
padi–jagung, padi–jagung/palawija. Di Sulawesi Selatan merupakan dua komoditi
Sulawesi Selatan luas panen tanaman jagung yang memiliki peluang bisnis bagi petani
pada lahan non intensif, khususnya pada lahan dalam upaya peningkatan pendapatan melalui
sawah tadah hujan adalah 30.589 ha, masing- usahatani integrasi tanaman jagung dan sapi
masing tersebar di 22 kabupaten, antara lain: potong melalui pemanfaatan limbah jagung
Jeneponto, Bulukumba, Bantaeng, Takalar dan menjadi “silase” maupun fermentasinya
Gowa. Luas panen jagung di Sulawesi Selatan dengan probiotik, sebagai pakan basal sapi dan
pada 2001 tercatat 191.593 Ha dengan total kotoran sapi difermentasi dengan probiotik
produksi 534.782 ton, atau rata-rata produksi untuk menghasilkan pupuk organik yang
2,79 ton/ha. Kemudian pada 2002 luas panen berkualitas untuk tanaman jagung, maupun
jagung meningkat menjadi 207.048 ha dengan tanaman lainnya dan tambak.
total produksi yang dicapai sebesar 591.208 Permintaan jagung di negara-negara
ton. berkembang menjelang tahun 2000
Dari segi pengembangan ternak sapi diperkirakan melebihi beras dan terigu.
potong, Sulawesi Selatan dikenal sebagai Permintaan jagung dunia diprediksi meningkat
gudang ternak, karena menjadi penghasil dari 55,8 juta ton pada tahun 1995 menjadi
utama sapi potong di Indonesia setelah Jawa 83,7 juta ton pada tahun 2020 (PINGALI, 2001).
Timur. Jenis sapi potong yang banyak
dipelihara di Sulawesi Selatan adalah sapi Bali.
Dalam perkembangannya sangat akrab dengan MATERI DAN METODE
petani dan memiliki daya adaptasi yang baik
terhadap kondisi alam (agroekologi) Sulawesi Penelitian/pengkajian ini telah dilaksanakan
Selatan. Jumlah ternak sapi potong pada 2002 sejak Januari sampai dengan Desember 2004
sebesar 723.638 ekor Kedua komoditas pada kelompok tani “Maminasae” di
tersebut (jagung dan ternak sapi potong) sangat Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Adapun
strategis untuk disinergiskan dalam suatu materi yang digunakan adalah 10 ekor sapi
usahatani terintegrasi, sehingga peluangnya bakalan yang berumur kurang lebih 2 tahun
sangat besar untuk diadopsi petani, khususnya milik petani dibagi secara purposive
pada kawasan sawah semi intensif yang sesuai berdasarkan petani koperator sebagai ulangan
dengan pengembangan tanaman jagung. kedalam 3 sub kelompok masing 6 koperator
Di Indonesia pertanaman jagung di tegalan yaitu T1 (kontrol), T2 (silase) dan T3
memiliki proporsi terbesar yaitu 79% dan di (fermentasi dengan probiotik). Untuk sapi
lahan sawah tadah hujan sebesar 11% penggemukan, diberikan konsentrat 1% dari
(SUBANDI et al., 1988). Tipologi lahan kering bobot hidup dan tambahan mineral mix berupa
di bagi ke dalam dua kelompok yaitu (1) lahan pikuten 25 g/ekor/hari. Adapun campuran
kering berproduktivitas rendah dan (2) lahan konsentarat adalah sebagai berikut: dedak 60%,
kering berproduktivitas tinggi. Penanaman bungkil kelapa 30% dan tepung ikan 10%.
jagung yang terdapat pada lahan kering Pemeliharaan sapi bakalan dalam kandang
berproduktivitas tinggi sebesar 30% atau kelompok pada suatu tempat seluas ± 5000 m2
sekitar 1 juta ha (MINK dalam MARSUM et dan dikelolah secara individu maupun secara
al.,1993) berkelompok.
Potensi lahan kering di luar kawasan hutan Parameter yang diukur adalah pertambahan
Sulawesi Selatan tercatat 2.533.762 ha yang bobot hidup harian (PBHH), konsumsi pakan.
terdiri atas lahan pekarangan 176.030 ha, Analisis data berdasarkan statistik sederhana
tegalan/kebun 511.112 ha, ladang/hutan (RAL) dan analisis finansial berdasarkan R/C
156.912 ha, dan lain-lain 571.796 ha (KANWIL ratio cost, gross margin.
PERTANIAN SULSEL, 1996). Dengan demikian
286
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
287
287
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
dedak jagung. Penggunaan jerami jagung menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05),
sebagai silase dan fementasi dengan probiotik (Tabel 3). Hal ini mungkin disebabkan pakan
ternyata cukup menggembirakan (Tabel 2), pada perlakuan kontrol terdiri dari bahan pakan
dilahan kering yang rumputnya sedikit. Petani campuran seperti rumput gajah, rumput alam,
biasanya memanfaatkan dan menyimpan jerami padi segar, jerami jagung segar yang
jerami jagung untuk dipakai sebagai pakan, cukup disukai sapi sedangkan silase jagung dan
dan ternak dipakai mengolah lahan pertanian fermentasi jerami jagung baunya agak harum
(SUBANDI et al., 1988). dan dipotong-potong 2−5 cm sehingga juga
disukai sapi.
Tabel 1. Rata-rata jumlah curah hujan dan hari Pada Tabel 3 terlihat rata-rata konsumsi
hujan di Kabupaten Takalar tahun 2000 silase 5,92 kg/ekor/hari dan kontrol 5,93
Bulan Hari hujan Curah hujan (mm)
kg/ekor/hari menunjukkan bahwa palatalibitas
sapi akan jerami segar dan silase jerami jagung
Januari 23 843
tidak ada perbedaan nyata (P< 0,05). Hal ini
Februari 16 605 kemungkinan kedua jenis perlakuan palatabel
Maret 14 310 untuk sapi potong seperti sapi Bali tetapi tidak
April 11 133 untuk jenis sapi yang lain (TALIB et al.,
Mei 2 57 1994). Demikian juga dikemukakan
Juni 10 108 WAHYONO et al. (2003) bahwa palatabilitas
Juli 2 77 berkaitan erat dengan faktor kebiasaan ternak
Agustus - - dalam mengkonsumsi pakan, baik dalam
September 3 14 keadaan kering, segar dan comboran.
Oktober 6 96
November 17 281 Tabel 4. Konsumsi bahan kering (BK) pakan/ekor/
hari pada penggemukan sapi bakalan
Desember 15 384
Sumber: BPS (2000) Perlakuan (kg/ekor/hari)
Ulangan (T3)
Tabel 2 menunjukkan kandungan protein (T1) (T2) Fermentasi
kasar masih lebih rendah dibandingkan dengan Kontrol Silase dengan
hasil pengamatan DARMINTO (1993) dan probiotik
SUBANDI et al. (1988) yaitu masing-masing 1 6,3 5,8 6,1
12–16% dan 11–15%. Hal ini mungkin 2 5,9 6,2 5,7
disebabkan umur panen panen jagung dan 3 5,6 5,4 5,5
varietas jagung yang digunakan. 4 6,1 5,9 6,2
5 6,4 6,0 5,9
Penggemukan sapi potong 6 6,0 6,1 5,4
7 5,4 5,6 5,6
Konsumsi pakan 8 5,6 5,9 6,2
9 6,1 6,2 6,2
Pemberian pakan basal silase jerami jagung 10 5,9 6,1 5,7
dan jerami jagung fermentasi pada Total 59,3 59,2 58,5
penggemukan sapi potong bakalan dengan Rata- 5,93 5,92 5,85
bobot hidup awal ± 197,4 kg/ekor tidak rata
288
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
289
289
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 5. Analisis keuntungan penggemukan sapi COLE, H.H. 1966. Introduction to Livestock
Bali bakalan selama 3 bulan Production 2nd Ed. W.H. Foreman and
Company, San Fransisco.
Uraian Kontrol Silase Fermentasi
(Rp) (Rp) (Rp) DARMIANTO. 1993. Tatalaksana Usaha Sapi
Kreman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Input
DIREKTORAT SEREALIA. 2001. Hasil Pengumpulan
dedak 450.000 450.000 450.000 Data Base Tanaman Jagung. Direktorat
pikuten 76.000 76.000 76.000 Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan.
probiotik - - 720.000 Departemen Pertanian.
BPS. 2003. Kabupaten Takalar dalam Angka. TILLMAN, A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO,
Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar. S. PRAWIROKUSUM DAN S. LEBDOSOEKOJO.
1989. Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
290
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
DISKUSI
Pertanyaan:
1. Apakah dengan pemberian jerami jagung, silase dan jerami jagung fermentasi penggunaan
dalam pakan sampai 100% sudah mencukupi kebutuhan untuk sapi penggemukan?
2. Bagaimana sistem pemberian perlakuan?
Jawaban:
1. Untuk mencukupi kekurangan zat-zat gizi pada jerami jagung, silase dan jerami jagung
fermentasi perlu tambahan konsentrat sebanyak 1% dari bobot hidup dan pemberian pikuten
untuk mencukupi kebutuhan mineral.
2. Pertama-tama ternak diberikan pembiasaan (preliminary) terhadap formulasi pakan selama
dua minggu, baru tahap pengambilan data setiap periode (2 minggu) selama tiga bulan,
sistem pemberian terlebih dahulu pemberian konsentrat setelah habis baru diberi pakan
berupa jerami jagung, silase, jerami fermentasi (tergantung dari jenis perlakuan).
291