You are on page 1of 11

Volume 1 Nomor 2 Juni 2006 EPA, DHA, dengan Status Gizi

HUBUNGAN KECUKUPAN ASAM EIKOSAPENTANOAT


(EPA), ASAM DOKOSAHEKSANOAT (DHA) IKAN DAN
STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
Zulaihah(1), L. Widajanti(2)

ABSTRACT
Background: Fish contain of high protein, EPA, DHA needed for the formation of brain cell and improving
intelligence. Consuming fish and other sea food make healthy and improve the brain ability to reach
optimum study achievement. In 2003, fish consumption in Indonesia is still low 24,67kg/capita/year. Based
on BPS 2002, fish consumption in Semarang is 5,38%. The fish consumption has a big influence on
nutrition sufficiency especially EPA and DHA, nutrition status and attaining healthy and smart Indonesian
human resources.
Goal: To analyze the relationship between fish meal frequency, fish EPA and DHA recommended and
nutrition status with student's study achievement.
Method: The research used survey method, analytical research, and cross -sectional time approach. This
research was conducted on September-October 2004. Sample was 100 subject of SD Taqwiyatui Wathon
(grade IV are 54 person, grade V are 46 person) by using Stratified Random Sampling method. The data
preparation used NUTRISOFT.
Result: Fish frequently consumed by responden was bandeng (Chanos chanos) 5%, tongkol (Euthynnus
allitteratus rafmescue) 4%, kembung (Scomber kanoguria russei) 1% and mujair (Tilapia mossambica) 1
%. EPA, DHA % RDA defisit 62%, normal nutritional status 93% and average category of study
achievement 55%. There was relation between fish meal frequency and fish EPA, DHA % RDA (ρ=0,000),
there was no relation between fish meal frequency and nutritional status (ρ=0,213), there was relation
between fish meal frequency and study achievement (ρ=0,000), there was relation between fish EPA, DHA
recommendation and study achievement (ρ=0,000), and there was no relation between nutrition status and
study achievement (ρ=0.378). Based on Pearson correlation test, there was no relation between fish EPA,
DHA recommendation and nutritional status (ρ=0,000).
Conclution: Students with frequent fish consumption and high RDA of EPA, DHA % RDA showed better
study achievement.

Keywords: Omega 3, EPA. DHA, nutritional status, study archivement, student

ABSTRAK
Latar Belakang: Ikan mengandung protein, EPA, DHA tinggi, diperlukan untuk pembentukan sel otak
dalam meningkatkan intelegensia. Mengkonsumsi ikan dan makanan laut lainnya selain menyehatkan juga
meningkatkan kemampuan otak untuk mencapai prestasi belajar optimal. Tahun 2003 konsumsi ikan di
Indonesia masih rendah yaitu 24,67 kg/kapita/tahun. Menurut BPS 2002 konsumsi ikan di Semarang
5,38%. Konsumsi ikan tersebut berpengaruh besar terhadap kecukupan zat gizi terutama EPA dan DHA,
status gizi dan pencapaian sumberdaya manusia Indonesia yang sehat dan cerdas.
Tujuan: Untuk menganalisis hubungan frekuensi makan ikan, kecukupan EPA, DHA ikan dan status gizi
dengan prestasi belajar siswa.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode survei, jenis penelitian analitik, pendekatan waktu cross
sectional. Penelitian dilaksanakan bulan September-Oktober 2004, termasuk disiplin Ilmu Gizi
Masyarakat. Sampel penelitian 100 siswa SD Taqwiyatul Wathon (kelas IV 54 siswa dan kelas V 46 siswa).
Pengambilan sampel menggunakan metode Stratified random sampling. Pengolahan data dengan
NUTRISOFT dan software pengolah data.

1. Alumnus Prodi S1 Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.


2. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat/Magister Gizi Masyarakat
Universitas Diponegoro.

15
Zulaihah Jurnal Gizi Indonesia

Hasil: Ikan yang banyak dikonsumsi responden yaitu bandeng dengan kategori baik 5%, tongkol 4%,
kembung 1% dan mujair 1%. Kecukupan EPA, DHA termasuk defisit 62%, status gizi normal 93% dan
prestasi belajar kategori sedang 55%. Berdasar uji Spearman ada hubungan frekuensi makan dengan
kecukupan EPA, DHA ikan (ρ=0,000), tidak ada hubungan frekuensi makan ikan dengan status gizi
(ρ=0,213), ada hubungan frekuensi makan ikan dengan prestasi belajar (ρ=0,000), ada hubungan
kecukupan EPA, DHA dengan prestasi belajar (ρ=0,000) dan tidak ada hubungan status gizi dengan
prestasi belajar (ρ=0,378). Berdasar uji Pearson tidak ada hubungan kecukupan EPA, DHA ikan dengan
status gizi (ρ=0,408).
Simpulan: Siswa yang mengkonsumsi ikan dengan frekuensi dan kecukupan EPA dan DHA tinggi prestasi
belajar siswa baik.
Kata kunci: Omega 3, EPA, DHA, status gizi, prestasi belajar, siswa.

PENDAHULUAN lain karena kurangnya pemahaman manfaat


mengkonsumsi ikan, kurangnya daya beli
Ikan sebagai bahan makanan telah ikan dan masih mahalnya harga ikan bagi
diidentifikasikan sebagai pangan yang sebagian masyarakat yang mengkonsumsi
memiliki keunggulan tertentu. Di samping ikan (Badan Pusat Statistik, 2003) dan
menyediakan protein hewani yang relatif anggapan bahwa makan ikan menyebabkan
tinggi, ikan juga mengandung lemak kecacingan.
(minyak ikan) antara 0,2-24% yang juga
kaya dengan sumber-sumber asam lemak Dengan mengkonsumsi ikan dan makanan
esensial termasuk omega 3. Asam lemak laut lainnya (seafood) yang sehat tidak
esensial sangat diperlukan dalam tercemar oleh logam berat terutama merkuri,
pembentukan sel-sel otak untuk selain menyehatkan tubuh dengan status gizi
meningkatkan tingkat intelegensia (Danuri, baik juga akan meningkatkan kemampuan
2004). otak, karena mengandung banyak asam
dokosahexanoat (DHA) yang merupakan
Tingkat konsumsi ikan masyarakat asam lemak tidak jenuh ganda
Indonesia masih sangat rendah bila (Polyunsaturated fatty acid), dan EPA atau
dibandingkan dengan negara-negara seperti asam eikosapentanoat (Departemen
Jepang, USA, Korea dan Philipina. Kelautan & Perikanan 2002).
Konsumsi ikan di Indonesia Tahun 2003
mencapai 24,67 kg/kapita/tahun, sedang Dari hasil riset terhadap hewan percobaan
Jepang mencapai 110,00 kg/kapita/tahun (tikus) pada masa kritis yaitu umur 7-15
(Departemen Kelautan & Perikanan 2002). hari, malnutrisi PUFA dapat menyebabkan
Sedangkan berdasarkan Biro Pusat Statistik, terganggunya proses pertumbuhan otak dan
Tahun 2002, di Jateng pola konsumsi ikan berakibat permanen. Malnutrisi asam lemak
sebanyak 4,42% dan Semarang 5,38%, hal khususnya omega 3 dapat menyebabkan
ini masih rendah bila dibandingkan dengan hewan-hewan percobaan mengalami
protein hewani yang lain seperti daging penurunan kemampuan belajar, menurunnya
6,90%, telur dan susu 7,80% (Badan Pusat berat badan dan otak, serta rendahnya
Statistik, 2003). Ikan baru memberikan kandungan DHA dalam otak (Anderson &
sumbangan energi sekitar 2% dan protein Connor, 1994).
15% dari seluruh masukan energi dan Mengkonsumsi ikan antara 0,5-1,0 g DHA
protein setiap hari, hal ini bisa menyebabkan perhari atau paling tidak 3 kali dalam
prevalensi gizi kurang. Prevalensi gizi seminggu atau lebih dari 5 kali seminggu
kurang pada kelompok remaja di Jateng yang ideal, maka anak akan memiliki otak
pada Tahun 1992 menurut survei IMT yang baik (cerdas), daya ingat dan
(Indeks Massa Tubuh) sebesar 11,8% dan kemampuan belajar yang tinggi
pada Tahun 1995 prevalensinya meningkat (Departemen Kelautan & Perikanan, 2002).
sebesar 19,0%. Masih rendahnya tingkat Terutama pada usia anak sekolah dasar perlu
konsumsi ikan perkapita di Indonesia antara perhatian sungguh-sungguh karena termasuk

16
Volume 1 Nomor 2 Juni 2006 EPA, DHA, dengan Status Gizi

masa pertumbuhan yang cepat dan aktif menganalisis status gizi dengan prestasi
terutama perkembangan otaknya untuk belajar siswa. Dengan pendekatan waktu
mencapai prestasi belajar (Pari et al., 2001) . cross sectional karena variabel yang diteliti
Selain itu dengan terpenuhinya kecukupan diambil pada saat bersamaan .
asam lemak esensial EPA, DHA dan
kecukupan energi akan menyebabkan status Populasi target yaitu seluruh siswa SD
gizi baik. Taqwiyatul Wathon Tambak Lorok
Kecamatan Semarang Utara, sebanyak 667
Berdasarkan latar belakang masalah yaitu siswa. Populasi terjangkau siswa kelas IV
dengan rendahnya konsumsi ikan di dan V SD Taqwiyatul Wathon Tambak
Indonesia Tahun 2003 yaitu 24,67 Lorok Kecamatan Semarang Utara sebanyak
kg/kapita/tahun, di Jateng 4,42% dan di 211 siswa. Cara pengambilan sampel dengan
Semarang 5,38%. Dimana konsumsi ikan metode stratified random sampling dan
tersebut berpengaruh besar terhadap didapatkan besar sampel adalah 100 sampel
kecukupan zat gizi terutama EPA dan DHA, dengan pembagian perkelas untuk kelas IV
status gizi dan pencapaian sumberdaya 54 sampel dan kelas V 46 sampel.
manusia Indonesia yang sehat dan cerdas.
Dari observasi awal SD Taqwiyatul Wathon Definisi operasional untuk frekuensi makan
merupakan SD yang terletak di ikan adalah berapa kali siswa dalam
perkampungan nelayan dan hampir tiap hari mengkonsumsi berbagai jenis ikan dalam
mengkonsumsi ikan, selain itu prestasi sehari yang didapat melalui wawancara
belajar di SD tersebut sudah cukup di atas langsung oleh peneliti dengan bantuan Food
rata-rata (6,5). Sehingga penulis tertarik Frekuensi Questionnaire (FFQ)
mengadakan penelitian dengan judul semikuantitatif. Untuk kecukupan EPA,
hubungan kecukupan EPA, DHA ikan dan DHA ikan adalah jumlah zat gizi khususnya
status gizi dengan prestasi belajar siswa di EPA, DHA dalam ikan yang dikonsumsi
SD Taqwiyatul Wathon Tambak Lorok oleh siswa perhari yang diperoleh dari recall
Semarang Utara. 3x24 jam kemudian dibandingkan dengan
Recommended Dietary Allowances (RDA)
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis EPA, DHA Tahun 1999 dikali 100%. Untuk
hubungan frekuensi makan ikan, kecukupan status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
EPA, DHA ikan dan status gizi dengan akibat konsumsi zat-zat gizi yang didapat
prestasi belajar siswa sekolah dasar. dari pengukuran antropometri berdasarkan
indeks BB/TB, untuk pengukuran BB
METODE dengan timbangan injak elektrik merk seca
dengan ketepatan 0,01 kg dan TB dengan
Ruang lingkup penelitian di SD Taqwiyatul microtoise dengan ketelitian 0,1 cm,
Wathon Tambak Lorok Semarang Utara. dinyatakan dengan z-score, diolah
Penelitian dilakukan dari bulan September menggunakan software NUTRISOFT. Dan
sampai Oktober 2004 dan termasuk dalam prestasi belajar adalah keberhasilan siswa
disiplin Ilmu Gizi Masyarakat. dalam belajar tiap semester diukur dengan
nilai rapor rata-rata pelajaran Bahasa
Jenis penelitian analitik yaitu menganalisis Indonesia, Matematika, IPA dan IPS
variabel frekuensi makan ikan dengan semester 2 tahun ajaran 2003/ 2004.
kecukupan EPA, DHA ikan, menganalisis
frekuensi makan ikan dengan status gizi Instrumen pengumpulan data adalah buku
siswa, menganalisis kecukupan EPA, DHA rapor (nilai pelajaran Bahasa Indonesia,
ikan dengan status gizi siswa, menganalisis Matematika, IPA dan IPS) semester 2 tahun
frekuensi makan ikan dengan prestasi ajaran 2003/2004, kuesioner tentang faktor-
belajar siswa, menganalisis kecukupan EPA, faktor lain yang berhubungan dengan
DHA ikan dengan prestasi belajar siswa dan prestasi belajar yang akan dideskripsikan,

17
Zulaihah Jurnal Gizi Indonesia

food models, timbangan injak elektrik dan >0,05 berarti tidak terdapat hubungan antar
microtoise. variabel.

Pengukur variabel frekuensi makan ikan HASIL PENELITIAN


dengan cara wawancara langsung
menggunakan FFQ semikuantitatif, Berdasarkan hasil kuesioner tentang faktor-
mendeskripsikannya dengan kategori : Baik: faktor lain yang mempengaruhi prestasi
>5x/minggu (0,71x/hari), cukup: 3- belajar temyata 87% sampel setelah pulang
sekolah belajar, 82% sampel belajar sendiri,
4x/minggu (0,43-0,57x/hari) dan kurang: 0-
65% sampel mempunyai meja belajar, 63%
2x/minggu (0,00-0,28x/hari) (Departemen
Kelautan & Perikanan 2002). Variabel tidak mempunyai lampu belajar, 45% tidak
kecukupan asam lemak esensial EPA, DHA punya LKS/buku paket, 60% belajar dengan
ikan dengan wawancara melalui recall duduk di atas meja belajar, 80% waktu
selama 3x24 jam, kemudian dihitung belajar ditemani orang tuanya, pendidikan
kandungan EPA, DHA-nya dengan daftar bapak dan ibu sebagian besar SD (46% dan
kandungan DHA, EPA ikan. Hasilnya 60%), pekerjaan orang tua 68% sebagai
nelayan, dari absensi siswa 88% masuk terus
dibandingkan dengan RDA (EPA, DHA),
kemudian dikalikan 100%, dan ada 1% yang pernah absen selama 15
mendeskripsikannya dengan kategori: Baik: hari, jumlah saudara rata-rata 5-6 orang 44%
100 %, sedang: 80-99%, kurang: 70-80% dan kebanyakan semua saudara siswa
sekolah.
dan defisif: <70% (Supariasa 2002).
Variabel status gizi dengan pengukuran
antropometri (BB/TB) siswa menggunakan Deskripsi Frekuensi Makan Ikan
software NUTRISOFT, mendeskripsikannya Untuk frekuensi makan ikan dilihat berapa
dengan kategori gemuk: >3 SD, normal: -2 sering ikan dikonsumsi selama 1 minggu
SD sampai 2 SD, kurus: >-2 SD dan sangat kemudian dikonversikan perhari dengan
kurus: >-3 SD dan untuk variabel prestasi menggunakan kategori, jika baik:
belajar diukur dengan tes sumatif yaitu >5x/minggu (0,71x/hari), cukup: 3-
menggunakan buku rapor dengan cara 4x/minggu (0,43-0,57x/hari) dan kurang: 0-
mengambil nilai rata-rata pelajaran Bahasa 2x/minggu (0-0,28x/hari) (Departemen
Indonesia, Matematika, IPA dan IPS Kelautan & Perikanan, 2002).
(termasuk sumber kognitif) semester 2 tahun
ajaran 2003/2004 (Daryanto, 1999), Ikan yang sering dikonsumsi adalah
mendeskripsikannya berdasarkan ketentuan bandeng dengan kategori baik 5% dan cukup
dari Diknas 2002 yaitu: baik sekali bila nilai sebanyak 40%, tongkol kategori baik 5%
>7,5, baik bila nilai 6,5-7,5 dan sedang bila dan cukup 34%, kembung kategori baik 1%
nilai 5,5-6,49. dan cukup 4% dan mujair kategori baik 1%
sedang kategori cukup sebanyak 24%. Jadi
Untuk pengolahan data menggunakan ternyata jenis ikan yang sering dikonsumsi
beberapa uji. Pertama dilakukan uji mengandung tinggi DHA, EPA dibanding
normalitas menggunakan KS (Kolmogorov yang lain.
Smirnov), apabila ρ >0,05 maka normal.
Data berdistribusi normal dianalisis dengan Deskripsi Kecukupan EPA, DHA
Korelasi Pearson (kecukupan EPA, DHA Ikan
ikan dan status gizi) (Murti, 1996) tidak Berdasarkan gambar 1 terlihat kebanyakan
normal dianalisis dengan Korelasi Spearman sampel (62%) masih dalam kategori defisit
(frekuensi makan ikan dan prestasi belajar) kecukupan EPA, DHA ikan.
(Susiloretni, 2000). Uji statistik dilakukan
dengan menggunakan software pengolah Status gizi adalah ekspresi dari keadaan
data. Interpretasi hasilnya: ρ <0,05 berarti keseimbangan variable tertentu atau
terdapat hubungan antar variabel dan ρ perwujudan dari nutriture dalam bentuk

18
Volume 1 Nomor 2 Juni 2006 EPA, DHA, dengan Status Gizi

variabel tertentu. Sampel yang diukur hanya keadaan sehat. Ternyata 93% sampel
sampel yang ketika pengukuran dalam mempunyai status gizi normal.

Persen (%)
70 62
60
50
40
Persentase
30
20 15 14
9
10
0
Baik Sedang Kurang Defisit

Gambar 1. Distribusi sampel berdasarkan kecukupan EPA, DHA ikan

Persen (%)
100 93

80
60
Presentase
40
20 5 2
0
Gemuk Normal Kurus

Gambar 2. Distribusi sampel berdasarkan status gizi

Persen (%)

70 62 59 59 59
60
50 Nilai 5
40 30 31 32 31 Nilai 6
30 Nilai 7
20 Nilai 8
7 7 6 7
10 1 3 3 3
0
Bhs Indon MTK IPA IPS

Gambar 3. Distribusi sampel berdasarkan nilai mata pelajaran

19
Zulaihah Jurnal Gizi Indonesia

Persen (%)
60 55
50
37
40
30 Persentase
20
8
10
0
Baik Sekali Baik Sedang

Gambar 4. Distribusi sampel berdasarkan kecukupan EPA, DHA ikan

Deskripsi Prestasi Belajar Responden Rata-rata frekuensi makan ikan perhari


adalah 95,2 gram dan rata-rata kecukupan
Berdasarkan gambar 3 terlihat untuk mata
EPA, DHA ikan adalah 65,2%. Sedangkan
pelajaran Bahasa Indonesia rata-rata nilainya
analisis hubungan menggunakan korelasi
7 (62%), sedangkan IPA, IPS dan
Spearman. Diperoleh hasil rs=0,772 dan
Matematika rata-rata nilainya 6 (59%).
ρ=0,000. Jadi secara statistik ada hubungan
Data prestasi belajar diambil dari nilai rapor frekuensi makan dengan kecukupan EPA,
pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, DHA ikan siswa.
IPA dan IPS semester 2. Ternyata 55%
prestasi belajar siswa dalam kategori Hubungan Frekuensi Makan Ikan dengan
sedang. Status Gizi Siswa
Rata-rata frekuensi makan ikan perhari
Hubungan Frekuensi Makan Ikan dengan adalah 95,2 gram dan rata-rata status gizi
Kecukupan EPA, DHA Ikan dengan indeks BB/TB adalah 0,1 SD.
Pada gambar 5 terlihat hubungan variabel Sedangkan analisis hubungan menggunakan
frekuensi makan dengan kecukupan EPA, korelasi Spearman. Diperoleh hasil rs=-
DHA ikan. 0,126 dan ρ=0,213. Jadi secara statistik
tidak ada hubungan frekuensi makan ikan
120
dengan status gizi siswa.

100 5

4
zscore berat badan menurut tinggi badan
kecukupan epa dha ikan (dalam %)

3
80

1
60
0

-1
40
-2

-3
%)

20 60 80 100 120 140 160 180


60 80 100 120 140 160 180
frekuensi makan ikan (dalam gr/hari)
Frekuensi makan ikan (dalam gr/hari)

Gambar 5. Frekuensi makan dengan kecukupan Gambar 6. Frekuensi makan dengan zscore
EPA, DHA ikan siswa berat badan menurut tinggi badan

20
Volume 1 Nomor 2 Juni 2006 EPA, DHA, dengan Status Gizi

Hubungan Frekuensi Makan Ikan dengan gizi siswa. Kecukupan EPA, DHA ikan
Prestasi Belajar Siswa (dalam %)
Pada gambar 7 terlihat hubungan frekuensi 5

makan ikan dengan prestasi belajar siswa.


4

zscore berat badan menurut tinggi badan


8.5
3

8.0 2

1
7.5
0

7.0
-1

6.5 -2
prestasi belajar anak

-3
6.0 20 40 60 80 100 120

kecukupan epa dha ikan (dalam %)


5.5

5.0 Gambar 8. Kecukupan EPA, DHA ikan (dalam


60 80 100 120 140 160 180 %) dengan zscore berat badan menurut tinggi
badan
frekuensi makan ikan (dalam gr/hari)

Hubungan Kecukupan EPA, DHA Ikan


dengan Prestasi Belajar Siswa
Gambar 7. Frekuensi makan dengan prestasi
belajar anak Pada gambar 9 terlihat hubungan kecukupan
EPA, DHA ikan dengan prestasi belajar
Rata-rata frekuensi makan ikan perhari siswa.
adalah 95,2 gram dan rata-rata prestasi 8.5
belajar adalah 6,5. Sedangkan analisis
hubungan menggunakan korelasi Spearman. 8.0

Diperoleh hasil rs=0,908 dan ρ=0,000. Jadi 7.5

secara statistik ada hubungan frekuensi 7.0


makan ikan dengan prestasi belajar siswa.
Hubungan kedua variabel terlihat pada 6.5
prestasi belajar anak

gambar 7. 6.0

5.5
Hubungan Kecukupan EPA, DHA Ikan
5.0
dengan Status Gizi Siswa 20 40 60 80 100 120

kecukupan epa dha ikan (dalam %)


Rata-rata kecukupan EPA, DHA ikan adalah
65,2 % dan rata-rata status gizi dengan Gambar 9. Kecukupan EPA, DHA ikan (dalam
indeks BB/TB adalah 0,1 SD. Sedangkan %) dengan prestasi belajar anak
analisis hubungan menggunakan korelasi
Rata-rata kecukupan EPA DHA ikan adalah
Pearson.
65,2% dan rata-rata prestasi belajar adalah
Diperoleh hasil rs=-0,084 dan ρ=0,408. Hal 6,5. Sedangkan analisis hubungan
ini berarti secara statistik tidak ada menggunakan korelasi Spearman. Diperoleh
hubungan kecukupan EPA, DHA ikan hasil rs=0,860 dan ρ=0,000. Hal ini berarti
dengan status gizi anak sekolah dasar. secara statistik ada hubungan kecukupan
Hasil pada gambar 8 terlihat hubungan EPA, DHA ikan dengan prestasi belajar
kecukupan EPA, DHA ikan dengan status anak sekolah dasar.

21
Zulaihah Jurnal Gizi Indonesia

Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Hal ini sesuai dengan tujuan survei
Belajar Siswa konsumsi makanan khususnya konsumsi
makan ikan yang dimaksudkan untuk
Rata-rata status gizi dengan indeks BB/TB
mengetahui kebiasaan makan ikan dan
adalah 0,1 SD dan rata-rata prestasi belajar
gambaran tingkat kecukupan bahan
adalah 6,5.
makanan (ikan) dan zat gizi (EPA, DHA)
8.5 pada tingkat kelompok, rumah tangga dan
perorangan.
8.0

Serta faktor-faktor yang berpengaruh


7.5 terhadap konsumsi ikan tersebut. Jadi
dengan frekuensi makan ikan yang baik
7.0
akan terpenuhi kecukupan zat gizi
khususnya EPA dan DHA-nya (Khumaidi,
6.5
1994).
prestasi belajar anak

6.0
Hubungan Frekuensi Makan Ikan dengan
5.5 Status Gizi Siswa.
5.0 Dari hasil analisa data statistik dengan
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 menggunakan uji korelasi Spearman
diperoleh hasil nilai rs -0,126 dengan taraf
zscore berat badan menurut tinggi badan
signifikan ρ=0,213. Maka dapat disimpulkan
Gambar 10. zscore berat badan menurut tinggi frekuensi makan ikan dengan status gizi
badan dengan prestasi belajar anak tidak ada hubungan yang signifikan.
Sedangkan analisis hubungan menggunakan Mengacu pada nilai koefisien korelasi (rs)
korelasi Spearman. Diperoleh hasil rs=- yang kurang dari 0,5 dapat dikatakan bahwa
0,089 dan ρ=0,378. Hal ini berarti secara hubungan kedua variabel tergolong lemah.
statistik tidak ada hubungan status gizi
dengan prestasi belajar siswa. Kebiasaan makan ikan yang baik umumnya
dapat membentuk status gizi yang baik dan
demikian pula sebaliknya, karena ikan
PEMBAHASAN mempunyai nilai tambah yaitu tinggi EPA
dan DHA yang bisa mengatasi masalah gizi
Hubungan Frekuensi Makan Ikan dengan kurang (Pudjadi, 1990; Karyadi, 1994).
Kecukupan EPA, DHA Ikan Apabila dihubungkan dengan hasil
penelitian, teori tersebut tidak sesuai karena
Dari hasil analisis data statistik
siswa dengan kebiasaan/frekuensi makan
menggunakan uji korelasi Spearman
ikan yang rendah/tinggi sama-sama lebih
diperoleh hasil nilai rs=0,772 dengan taraf
banyak yang memiliki status gizi normal.
signifikan ρ=0,000. Maka disimpulkan
Jika dikaitkan dengan pernyataan tadi
frekuensi makan dengan kecukupan EPA,
seharusnya siswa yang mempunyai
DHA ikan ada hubungan yang signifikan.
kebiasaan makan ikan yang tinggi akan
Mengacu pada nilai koefisien korelasi (rs)
mempunyai status gizi normal dan
yang melebihi 0,5 dapat dikatakan bahwa
sebaliknya.
hubungan frekuensi makan ikan dengan
kecukupan EPA, DHA ikan siswa tergolong Kebiasaan/frekuensi makan ikan tidak
kuat. Sedang nilai rs positif artinya setiap mempunyai hubungan dengan status gizi
peningkatan yang terjadi pada frekuensi karena data hasil survei konsumsi tidak
makan ikan maka meningkat pula lengkap, hanya dari sumber ikan saja,
kecukupan EPA, DHA-nya (Santoso, 2003). padahal seseorang untuk mencapai status

22
Volume 1 Nomor 2 Juni 2006 EPA, DHA, dengan Status Gizi

gizi yang baik harus mengkonsumsi data berdistribusi normal >0,05), diperoleh
makanan yang lengkap. Berdasarkan teori hasil nilai rs=-0,084 dengan taraf signifikan
Almatsier bahwa kebiasaan makan (ikan) ρ=-0,408. Maka dapat disimpulkan
tidak mempengaruhi status gizi secara kecukupan EPA DHA ikan dengan status
langsung, tetapi mempengaruhi utilisasi gizi tidak ada hubungan yang signifikan.
makanan terlebih dahulu yang meliputi
Dan hubungannya tergolong lemah karena
pencernaan dan penyerapan serta
nilai rs kurang dan 0,5. Hal ini disebabkan
metabolisme zat gizi (Almatsier, 2002). Hal
karena status gizi seseorang terbentuk dari
ini mendukung penelitian Nunuk Ashifatin
apa yang dikonsumsi dalam waktu yang
2001, bahwa tidak ada hubungan kebiasaan
cukup lama, sehingga asupan EPA, DHA
makan dengan status gizi anak SD
yang di recall selama 3 hari belum bisa
(Ashifatin, 2001) .
menggambarkan kebiasaan makan
responden yang telah membentuk status
Hubungan Frekuensi Makan Ikan dengan
gizinya sekarang. Hal ini sesuai dengan teori
Prestasi Belajar Siswa
yang menyatakan bahwa keadaan gizi
Dari hasil analisis statistik menggunakan uji seseorang merupakan gambaran apa yang
korelasi Spearman, diperoleh hasil nilai dikonsumsinya dalam waktu yang lama.
rs=0,908 dengan taraf signifikan ρ=0,000. Berdasar penelitian Erni Berdiwati (2002)
Maka dapat disimpulkan frekuensi makan ternyata tidak ada hubungan yang signifikan
ikan dengan prestasi belajar ada hubungan kecukupan energi protein dengan status gizi
yang signifikan. Dan hubungannya (Berdiwati, 2002).
tergolong kuat karena nilai r lebih dan 0,5.
Sedang nilai rs positif artinya setiap Hubungan Kecukupan EPA, DHA Ikan
peningkatan yang terjadi pada frekuensi dengan Prestasi Belajar Siswa
makan ikan maka meningkat pula prestasi
Berdasarkan hasil analisa data statistik
belajarnya (Karyadi, 1996).
dengan menggunakan uji korelasi
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang Spearman, diperoleh hasil nilai rs=0,860
ditulis oleh Departemen Kelautan dan dengan taraf signifikan ρ=0,000. Maka
Perikanan yang menyatakan bahwa dapat disimpulkan kecukupan EPA, DHA
seseorang yang mengkonsumsi ikan dan ikan dengan prestasi belajar ada hubungan
makanan laut lainnya 3 kali dalam seminggu yang signifikan. Dan hubungannya
bisa mempertahankan kesehatan tubuhnya tergolong kuat. Sedang nilai rs yang positif
dan secara tidak langsung akan mengandung arti setiap peningkatan yang
meningkatkan daya ingat dan kemampuan terjadi pada kecukupan EPA, DHA ikan
belanjanya (Departemen Kelautan & berakibat meningkatnya prestasi belajar.
Perikanan, 2002). Sehingga dengan Demikian sebaliknya, semakin rendah
frekuensi makan ikan yang baik atau tinggi kecukupan EPA, DHA ikan, makin rendah
akan meningkatkan prestasi belajar anak pula prestasi belajarnya. Jadi dapat
sekolah. Terutama untuk usia anak sekolah disimpulkan bahwa ada hubungan
dasar perlu mendapat perhatian sungguh- kecukupan EPA, DHA ikan dengan prestasi
sungguh karena termasuk masa belajar anak sekolah dasar.
pertumbuhan yang cepat dan aktif,
khususnya perkembangan otak untuk Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
meningkatkan prestasi belajarnya (Pari, dengan mengkonsumsi DHA, EPA yang
2001). cukup yaitu 0,5% energi sangat berperan
penting pada perkembangan otak (Hadju,
Hubungan Kecukupan EPA, DHA Ikan 1998). Dari berbagai penelitian
dengan Status Gizi Siswa menunjukkan asupan DHA yang cukup
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan yaitu 0,5% Energi akan membantu anak
menggunakan uji korelasi Pearson (karena berkonsentrasi dalam belajar sehingga bisa

23
Zulaihah Jurnal Gizi Indonesia

meningkatkan prestasi belajar di sekolah Makan dan Status Gizi pada Kasus Obesitas di
(DMA, 2004). Kelas 1 dan 2 SD H. Isriati Baiturrahman
Semarang, dalam KT1. Semarang. AKZI
Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Depkes.
Belajar Siswa. Badan Pusat Statistik 2003. Produksi dan Nilai
Produksi Perikanan Laut Jateng 2002. BPS
Berdasarkan hasil analisa data statistik Jateng.
menggunakan uji korelasi Spearman,
diperoleh hasil nilai rs=-0,089 dengan taraf Berdiwati E. 2002. Hubungan antara Kecukupan
signifikan ρ=0,378. Maka dapat disimpulkan Energi Protein dan Status Gizi dengan
status gizi dengan prestasi belajar tidak ada Produktifitas Kerja Wanita Pemecah Batu di
Desa Gunung Tawang Kecamatan Selomerto
hubungan yang signifikan. Dan
Kabupaten Wonosobo, dalam KTI. Semarang.
hubungannya tergolong lemah. AKZI Depkes.
Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan status gizi yang normal akan Danuri R. 2004. Sambutan Pengarahan Menteri
meningkatkan prestasi belajar dan Kelautan dan Perikanan: Peran Pengembangan
Kelautan dan Perikanan dalam mewujudkan
sebaliknya kesehatan yang kurang baik
Ketahanan Pangan dan Gizi, dalam sumbangan
karena kurang gizi akan menjadi penyebab pemikiran untuk WNPG VIII.
terjadinya kesulitan belajar pada anak didik
(Djamarah, 2002). Daryanto H. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
SIMPULAN Departemen Kelautan & Perikanan 2002.
Direktorat Pemasaran Hasil Laut dan Ikan.
Siswa yang mengkonsumsi ikan dengan Jakarta.
frekuensi dan kecukupan EPA dan DHA Djamarah S.B 2002. Psikologi Belajar. Jakarta.
tinggi prestasi belajar siswa baik. Penerbit Rineka Cipta.

DMA, Asam Lemak Untuk Segala Umur.


SARAN Dimuat dalam : http://www.kompas.com/
Perlu adanya penyuluhan gizi dengan cara kompascetak/0210/06/1PTEK/DHAA22. HTML.
ceramah oleh gurunya di kelas tentang (diambil tanggal 4 juli 2004).
manfaat ikan sebagai sumber asam lemak
Hadju, V, Metusalach dan D. Karyadi. 1998.
omega 3 (EPA, DHA) yang bisa Pangan Potensial untuk Meningkatkan
meningkatkan kecerdasan otak (prestasi Pertumbuhan Fisik, Daya Fikir, dan
belajar), sehingga mau mengkonsumsi ikan Produktivitas serta Mencegah Penyakit
yang tersedia cukup banyak (68% orang tua Degeneratif. Prosiding Widya Karya Nasional
responden bekerja sebagai nelayan) dan Pangan dan Gizi VI. Jakarta: LIPI.
perlu dilakukan penelitian lain dengan Karyadi D. Muhilal. 1996. Kecukupan Gizi yang
faktor-faktor lain yang lebih kompleks. Dianjurkan. Jakarta. PT Gramedia.
Karyadi D, Susilowati, Sudiman H. 1994.
Potensi Hasil Laut Untuk Menghadapi Masalah
DAFTAR PUSTAKA Gizi Ganda, dalam WNPG V. LIPI. Jakarta.
Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Khumaidi M. 1994. Gizi Masyarakat. Jakarta:
Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. BPK Gunung Mulia.
Anderson GJ, Connor WE 1994. Acreation of Murti B. 1996. Penerapan Metode Statistik Non
fatty acid diet supplemented with DHA. The Pararnetrik dalam Ilmu - Ilmu Kesehatan.
American Journal of Clinical Nutrition. 59 : Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
1338 -1346.
Pari M.H. 2001. Dampak PMT AS terhadap
Ashifatin N. 2001. Hubungan Pengetahuan dan Status gizi, Kesehatan dan Prestasi belajar Siswa
Sikap Ibu Mengenai Obesitas dengan Kebiasaan Sekolah Dasar di Kab. Bandung, dalam Majalah

24
Volume 1 Nomor 2 Juni 2006 EPA, DHA, dengan Status Gizi

Gizi Journal of The Indonesian Nutrition Supariasa, I.D.N, Bakri, B dan Fajar, I 2002.
Association. Bogor: Puslitbang Gizi Depkes RI. Penilaian Status Gizi. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Pudjadi S 1990. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak.
Jakarta. Gaya Bam.
Susiloretni KA 2000. SPSS for Windows Base
Santoso S 2003. Mengatasi Berbagai Masalah System User's Guide Release 6.0. Akademi Gizi
Statistik dengan SPSS versi 11.5. Jakarta. PT Depkes RI Semarang.
Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

25

You might also like