You are on page 1of 6

PERBANDINGAN PROMOSI KESEHATAN MELALUI MEDIA

AUDIOVISUAL DAN METODE CERAMAH TERHADAP TINGKAT


PENGETAHUAN ANAK SD MENGENAI PENYAKIT TB

Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian akhir kepaniteraan klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Oleh:

Oleh:

Monica Trifitriana, S.Ked 04084821719206

Pembimbing:
dr. Hj. Mariatul Fadilah, MARS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis atau yang lebih dikenal dengan TB merupakan suatu penyakit infeksi
menular disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis, ditularkan melalui droplet
nuclei dengan ukuran sangat kecil yang akan terhirup hingga mencapai alveolus dan
menyerang pertama kali pada organ paru.1 Tuberkulosis merupakan penyebab utama dari
sembilan kematian di seluruh dunia dan penyebab utama dari agen infeksius, dengan
peringkat diatas HIV/AIDS.2 Penyakit TB paru yang terjadi pada anak-anak secara umum
merupakan dampak dari kontak dengan penderita TB dewasa sehingga kasus TB pada anak
bukanlah penyebab penyebaran ke populasi melainkan kasus TB paru pada orang dewasa
merupakan sumber utama penularan ke anak-anak.3 Sumber penularan adalah pasien TB
dengan BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya, dimana pada saat batuk
atau bersin, pasien akan menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak dengan
sekali batuk menghasilkan 3000 percikan dahak.4 Faktor risiko terjadinya TB salah satunya
disebabkan daya tahan imun tubuh penderita yang rendah dimana dalam perspektif
epidemiologi melihat kejadian penyakit TB sebagai hasil interaksi antar tiga komponen
agent, host, dan enviromment yang pada sisi host terkait dengan sitem imun tubuh.5
Berdasarkan data WHO dalam global report tahun 2017, secara global kasus TB pada
tahun 2016 sebesar 10,4 juta penduduk yang setara dengan 140 kasus per 100.000 populasi.
Jumlah terbayak kasus TB pada tahun 2016 terdapat di regio Asia tenggara (45%), Afrika
(25%), dan pasifik barat (17%) dengan kasus terendah terdapat di regio mediterania timur
(7%), eropa (3%), dan Amerika (3%). Terdapat 5 negara dengan kasus Tb terbanyak, yaitu
India, Indonesia, China, Filiphina, dan Pakistan.2 Pada tahun 2014, terdapat 9,6 juta
penduduk yang terinfeksi TB dengan 1,5 juta penduduk yang terdiri dari Laki-
laki,Perempuan, dan anak-anak meninggal akibat penyakit TB, hubungan yang erat antara TB
dengan HIV dimana pada tahun 2014, terdapat 1,2 juta penduduk hidup dengan HIV-TB
yang disertai dengan 0,4 juta penduduk meninggal akibat HIV-TB.6
Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus baru terbanyak kedua di dunia
setelah India.7 Pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebesar 330.910 kasus,
mengalami peningkatan dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun
2014 sebesar 324.539 kasus. Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan pada perempuan sedangkan menurut umur
kasus tuberkulosis pada tahun 2015 paling banyak ditemukan pada kelompok umur 25-34
tahun yaitu sebesar 18,65%.8 Pada tahun 2016 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak
351.893 kasus dengan jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 1,4
kali dibandingkan pada perempuan dan berdasarkan umur kasus tuberkulosis terbanyak
ditemukan pada umur 25-34 tahun yaitu sebesar 18,07%.7
Tahun 2016, Provinsi Sumatera Selatan terdapat 9.549 kasus TB dengan BTA (+)
5.674 kasus dan angka notifikasi kasus TB sebesar 117/100.000 penduduk dengan BTA (+)
70/100.000 penduduk.7 Data dari Profil Kesehatan Kota Palembang tahun 2015 menunjukkan
angka notifikasi kasus TB BTA (+) sebesar 84 per 100.000 sedangkan untuk seluruh kasus
TB sebesar 150 per 100.000 pendudukPenemuan kasus baru TB Paru tertinggi Kota
Palembang tahun 2011 sebanyak 2.109 kasus dan terendah tahun 2015 sebanyak 1.305
kasus.9
Selain Imunosupresif, Faktor risiko yang penting dalam epidemiologi tuberkulosis
paru adalah status sosioekonomi dan pendapatan yang rendah, kepadatan penduduk,
banyaknya pengangguran, kurangnya dana untuk pelayanan kesehatan, dan rendahnya
pengetahuan akan TB.3 Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian kasus tuberkulosis,
WHO mengeluarkan program END-TB Strategy yang memiliki 3 pilar. Pilar nomor 2
mengenai pentingnya kerjasama dengan pemerintah, pemangku swasta, dan masyarakat
untuk pencegahan penyakit TB salah satunya dalam bentuk promosi kesehatan.6 Indonesia
sudah mulai mengadakan promosi kesehatan menganai TB yang tertuang dalam Strategi
Pengendalian Tuberkulosis tahun 2011-2014, akan tetapi tidak menunjukkan penurunan
kasus tuberkulosis di indonesia.4
Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986) Promosi Kesehatan adalah
upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Promosi kesehatan, seperti
penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan yang
disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan
tersebut sampai memahaminya sehingga mampu memutuskan untuk mengadopsinya ke
perilaku yang positif.10 Terdapat 3 Strategi dalam promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan,
bina suasana, dan advokasi. Pada bina suasana dapat dilakukan pemanfaatan media seperti
billboard di halaman, poster di dinding ruangan, pertunjukan film/video, pemuatan
makalah/berita di majalah dinding, serta penyelenggaraan diskusi, mengundang pakar atau
alim-ulama atau figur publik untuk berceramah, pemanfaatan halaman untuk taman
obat/taman gizi.11 Media dalam promosi kesehatan dikelompokkan menjadi media cetak,
elektronik, luar ruang, dan lainnya. Adapun metode yang digunakan dalam promosi
kesehatan dimana jenis metode yang digunakan harus disesuaikan dengan sasarannya, baik
individu, kelompok atau massa. Metode yang digunakan baik pada kelompok ataupun massa
yang paling sering digunakan adalah ceramah.10
Metode ceramah adalah penuturan bahan ajaran secara lisan, metode paling mudah
untuk menyampaikan informasi serta sangat efisien tanpa membutuhkan media. Pengetahuan
yang bisa didapat dari metode ceramah bisa sangat banyak namun tidak membuat orang yang
mendengarkan memahami dengan jelas apa yang disampaikan, hal ini juga disebabkan faktor
kebosanan dan tanpa bantuan peraga berperan dalam kurangnya pengetahuan dapat diingat
dengan metode ini.12 Media audiovisual memiliki kelebihan bisa membuat seseorang
mengingat informasi lebih lama dan memberikan gambaran yang lebih nyata sehingga media
audiovisual lebih efektif. Proses mengingat seseorang dengan teknik verbal+visual seperti
media audiovisual dapat meningkatan kemampuan daya ingat seseorang sebesar 85%
dibandingkan hanya dengan verbal (70%) dan visual (72%).11
Penggunaan media audiovisual dinilai lebih efektif dibandingkan metode ceramah
dalam hal kemampuan mengingat seseorang. Pada saat dilakukan promosi kesehatan terdapat
beberapa metode dan media untuk meningkatkan pengetahuan seseorang terkait hal yang
akan disampaikan. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menilai
efektivitas dari metode ceramah maupun media audiovisual terkait tingkat pengetahuan anak
mengenai penyakit TB sehingga nantinya metode atau media yang dinilai lebih baik akan
dapat diterapkan di masyarakat luas untuk memberikan cara penyampaian program kesehatan
atau penyuluhan yang tepat sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana perbandingan promosi kesehatan melalui media audiovisual dan metode
ceramah terhadap tingkat pengetahuan anak SD mengenai penyakit TB?

1.3 Tujuan Kajian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbandingan promosi kesehatan melalui media audiovisual dan metode
ceramah terhadap tingkat pengetahuan anak SD mengenai penyakit TB.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui hasil jawaban pretest pada anak SD yang belum mendapat
intervensi berupa media audiovisual mengenai penyakit TB.
2. Mengetahui hasil jawaban pretest pada anak SD yang belum mendapat
intervensi berupa metode ceramah mengenai penyakit TB.
3. Mengetahui hasil jawaban posttest pada anak SD yang sudah mendapat
intervensi berupa media audiovisual mengenai penyakit TB.
4. Mengetahui hasil jawaban posttest pada anak SD yang sudah mendapat
intervensi berupa metode ceramah mengenai penyakit TB
5. Membandingkan hasil jawaban pretest dan posttest anak SD yang telah
mendapat intervensi informasi dengan media audiovisual dan metode ceramah
mengenai penyakit TB.

1.4 Hipotesis
Media yang memanfaatkan audiovisaul lebih efektif dibandingkan dengan metode
ceramah dalam menyampaikan informasi kepada anak SD mengenai penyakit TB.

1.5 Manfaat Kajian


1.5.1 Manfaat Ilmiah
Sebagai landasan ilmiah untuk penelitian selanjutnya mengenai perbandingan promosi
kesehatan melalui media audiovisual dan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan anak
SD mengenai penyakit TB.

1.5.2 Manfaat Praktis


1. Sebagai sumber informasi mengenai perbandingan promosi kesehatan melalui
media audiovisual dan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan anak SD
mengenai penyakit TB
2. Sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan promosi kesehatan melalui media
audiovisual dan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan anak SD mengenai
penyakit TB.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. 2016. Petunjuk Teknis dan Manajemen Tatalaksana TB anak.
Jakarta, Kemenkes, hal. 3
2. World Health Organization. 2017. Global Tuberculosis Report 2017. Switzerland.
Jenewa: World Health Organization. hal. 188
3. A, Asyari. Childhood Tuberculosis: A Neglected Paradigm in Developing Countries.
Departement of Public Health Indonesia. 3(1) : 7-10.
4. Departemen Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta,
Kemenkes, hal. 3
5. Kemenkes RI. 2016. INFODATIN: Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI. Hal 2
6. World Health Organization. 2015. The End TB Strategy. Switzerland. Jenewa: World
Health Organization. hal. 2
7. Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Kemenkes RI. Hal
145-155
8. Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes RI. Hal
161
9. Dinas Kesehatan. 2016. Profil Kesehatan Kota Palembang 2015. Dinas Kesehatan Kota
Palembang. Hal 15 dan Tabel 8
10. Kemenkes RI. 2016. Promosi Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI, Hal 73.
11. Kemenkes RI. 2011. Promosi Kesehatan di daerah bermasalah kesehatan. Jakarta:
Kemenkes RI, hal 47
12. Direktorat Tenaga Pendidikan. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Jakarta:
Dinas pendidikan, hal 14
13.

You might also like