You are on page 1of 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAIN

DI RUANG ANAK RSUD ULIN BANJARMASN


Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Program Profesi Ners
Stase Keperawatan Anak

S T I K E S

Disusun Oleh:
Kelompok III
Dona Miranti, S. Kep ( 17.31.0969)

Muh Sadir, S. Kep (17.31.0988)

Nurjanah, S. Kep (17.31.0997)

Noormila, S. Kep (17.31.0094)

Rizal, S. Kep (17.31.1003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAIN


DI RUANG ANAK RSUD ULIN BANJARMASN

I I

S T I K E S

A
E

Disusun Oleh: Kelompok III


Dona Miranti, S. Kep ( 17.31.0969)

Muh Sadir, S. Kep (17.31.0988)

Nurjanah, S. Kep (17.31.0997)

Noormila, S. Kep (17.31.0094)

Rizal, S. Kep (17.31.1003)

Banjarmasin,

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik


(Adytia Suparna., S.Kep., Ns) (Hj. Ernie
Aprilia.,S.Kep.,Ns.,MM
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan.
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat
melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak
usia anak prasekolah (3-6 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak
pada usia prasekolah dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta senang
bermain dengan warna, oleh karena itu bermain dengan mewarnai gambar
menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan
tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Mewarnai gambar dapat menjadi
salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan
anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain
dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil
warna akan membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga
merangsang motorik halusnya. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan bermain
terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat
hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada anak usia prasekolah
dengan cara mewarnai gambar
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Anak dapat lebih mengenali warna
b. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak
c. Mengembangkan imajinasi pada anak

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bermain


Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua
yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak
menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena
beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan jiwa anak.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela
untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil
akhir (Suhendi, 2011).
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A,
2011). Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan
agar anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran, tanpa mempertimbangkan
hasil akhir.
2.2 Kategori Bermain
2.2.1 Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak
sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.
2.2.2 Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu
melakkan aktivitas (hanya melihat)
Contoh: Memberikan support.

2.3 Ciri-Ciri Bermain


a. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
b. Selalu ada timbal balik interaksi
c. Selalu dinamis
d. Ada aturan tertentu
e. Menuntut ruangan tertentu
2.4 Klasifikasi Bermain Menurut Isi
2.4.1 Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara
memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan
dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2.4.2 Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya,
dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya
bermain air atau pasir.
2.4.3 Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan
tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya
mengendarai sepeda.
2.4.4 Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah
atau ibu.

2.5 Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial


2.5.1 Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita
Toddler.
2.5.2 Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-
masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang
lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya
dilakukan oleh anak pre school.
Contoh : bermain balok, mewarnai
2.5.3 Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian
tugas, anak bermain sesukanya.
2.5.4 Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang
terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya
dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.
2.6 Fungsi Bermain
Anak dapat melangsungkan perkembangannya
2.6.1 Perkembangan sensorik motorik
membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,
misalnya meraih pensil.
2.6.2 Perkembangan kognitif
membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
2.6.3 Kreatifitas
mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun balok.

2.6.4 Perkembangan sosial


diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari
belajar dalam kelompok.
2.6.5 Kesadaran diri (self awareness)
bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku
terhadap orang lain
2.6.6 Perkembangan moral
interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok.
contoh : dapat menerapkan kejujuran
2.6.7 Terapi
bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang
tidak enak, misalnya : marah, takut, benci.
2.6.8 Komunikasi
bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat
mengatakan secara verbal, misalnya : melukis, menggambar, bermain
peran.
2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
2.7.1 Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2.7.2 Status kesehatan, anak sakit  perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
2.7.3 Jenis kelamin\
2.7.4 Lingkungan  lokasi, negara, kultur
2.7.5 Alat permainan  senang dapat menggunakan
2.7.6 Intelegensia dan status sosial ekonomi

2.8 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan


2.8.1 Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2.8.2 Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
2.8.3 Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
2.8.4 Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin
bermain. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau
sedikit.
2.9 Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia
2.9.1 Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam.
b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.
d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara.
f. Melatih kepekaan perabaan.
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2.8.1 Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b. Memperkenalkan sumber suara.
c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d. Melatih imajinasinya.
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam
bentuk kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan
a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir
yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air),
balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas
untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.
2.8.2 Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah ;
a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c. Melatih motorik halus dan kasar.
d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung,
mengenal dan membedakan warna).
e. Melatih kerjasama mata dan tangan.
f. Melatih daya imajinansi.
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat-alat untuk menggambar.
b. Lilin yang dapat dibentuk
c. Pasel (puzzel) sederhana.
d. Manik-manik ukuran besar.
e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang
berbeda.
f. Bola.
2.8.3 Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi.
d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-
pura (sandiwara).
e. Membedakan benda dengan permukaan.
f. Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari,
dll).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang
diluar rumahnya.
l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan,
misal : pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-
anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air,
dll.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar
rumah.
2.9 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
b. Status kesehatan, anak sakit, perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan, lokasi, negara, kultur
e. Intelegensia dan status sosial ekonomi
2.10 Tahap Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
c. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

2.11 Prinsip Bermain Di Rumah Sakit


a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
c. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
d. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
e. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
f. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan
2.12 Hambatan Yang Mungkin Muncul
a. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
b. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
c. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.

2.13 Antisipasi hambatan


a. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
b. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
c. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
d. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
e. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya.
2.14 Bermain Mewarnai Gambar
2.14.1 Definisi
Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media.
Mewarnai gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada
media yang sudah bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi
permainan yang kreatif untuk mengurangi stress dan kecemasan
serta meningkatkan komunikasi pada anak.
2.14.2 Manfaat
1. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan
sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh/”therapeutic
play”).
2. Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat
membentuk, mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan
ketrampilan motorik halus.
3. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena
menggunakan media kertas gambar dan crayon.
4. Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada
anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.
5. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena
proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress,
kognitifnya tidak akurat dan negative.
6. Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk
meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang
aman dari rasa marah dan benci.
7. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan
metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak
selama dirawat di rumah sakit
BAB III
SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit


Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 3-6 Tahun
Tujuan : Mengurangi dampak hospitalisasi Pada Anak
Hari/Tanggal : Jum’at, 4 Mei 2018
Jam / Durasi : Pkl. 10.00 sd selesai
Tempat Bermain : Ruang Anak RSUD ULIN BANJARMASIN
Peserta : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di
Ruang Anak yang memenuhi kriteria :
 Anak usia 3-6 tahun
 Tidak mempunyai keterbatasan fisik
 Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
 Pasien kooperatif
 Anak yang dapat memegang crayon
Peserta terdiri dari :
 Anak usia 3-6 tahun sebanyak 4 orang dan
didampingi keluarga
Target : 4 orang

3.1 Sarana dan Media


Sarana:
 Ruangan tempat bermain
 Tikar untuk duduk

Media:
 Pensil warna
 Karpet
 Kertas bergambar
 Meja

3.2 Pengorganisasian
Leader : Nurjanah, S.Kep
Co Leader : Rizal, S.Kep
Observer : Muh Sadir, S.Kep dan Noormila, S.Kep
Fasilitator : Dona Miranti, S.Kep
Pembagian Tugas
Peran Leader:
o Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan
jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya
o Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
o Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian
tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat
dalam kegiatan
Peran Co Leader :
 Mengidentifikasi issue penting dalam proses, mengidentifikasi strategi
yang digunakan Leader,
 mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok
yang akan datang,
 memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya

Peran Fasilitator
 Mempertahankan kehadiran peserta
 mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta, mencegah
gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari
dalam kelompok
Peran Observer
 Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy, memperhatikan
tingkah laku peserta selama kegiatan, memperhatikan ketepatan waktu
jalannya kegiatan play therapy, menilai performa dari setiap tim terapis
dalam memberikan terapi.
3.3 Setting Tempat

: Co Leader

: Leader

: Peserta

: Observer

: Fasilitator

: Keluarga anak
3.4 Susunan Kegiatan
No Waktu Terapy Anak Ket
1 5 menit Pembukaan :
1. Co-Leader membuka dan mengucapkan Menjawab salam
salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan
4. Memperkenalkan anak satu persatu dan anak Mendengarkan dan saling
saling berkenalan dengan temannya berkenalan
5. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
6. Mempersilahkan Leader Mendengarkan
2 20 menit Kegiatan bermain :
1. Leader menjelaskan cara permainan Mendengarkan
2. Menanyakan pada anak, anak mau bermain Menjawab pertanyaan
atau tidak
3. Menbagikan permainan Menerima permainan
4. Leader ,co-leader, dan Fasilitator memotivasi Bermain
anak
5. Fasilitator mengobservasi anak Bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan

3 5 menit Penutup :
1. Leader Menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Memberikan hadiah pada anak yang cepat Senang
menyelesaikan gambarnya dan bagus
5. Membagikan souvenir/kenang-kenanganSenang
pada semua anak yang bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
7. Co-leader menutup acara Mendengarkan
8. Mengucapkan salam Menjawab salam
3.5 Kriteria evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 3 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di Ruang Anak Alexandri
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya

2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai gambar
3. Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Mewarnai gambar sesuai dengan contoh
d. Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut,
Salah satunya adalah mewarnai. Anak-anak pada usia toddler dapat memainkan
sesuatu dengan tangannya serta senang bermain dengan warna, oleh karena itu
bermain dengan mewarnai gambar menjadi alernatif untuk mengembangkan
kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama
dirawat. Mewarnai gambar dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk
mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain
dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil
warna akan membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga
merangsang motorik halusnya.
4.2 Saran
4.2.1 Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak
agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat
dapat menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan
tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap
diperhatikan.
4.2.2 Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
4.2.3 Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap
tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka
anak dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah
sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Wong. 2009. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Supartini, Yupi. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

http://belajarbarengrizalyuk.blogspot.com/2013/10/terapi-bermain-mewarnai.html
diakses pada hari Senin, 30 Mei 2018
http://belajarbarengrizalyuk.blogspot.com/2013/10/terapi-bermain-mewarnai.html
diakses pada hari Senin, 30 Mei 2018

You might also like