You are on page 1of 14

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP PENINGKATAN

KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI

Choirun Nisak Aulina


Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammmadiyah Sidoarjo
email: aulina_14@yahoo.com

Abstract: Influences Play a Role in The Increase in Social Skills for Early Childhood. Many
parents, teachers and the public assume that kindergarten is the only institution to prepare children
entering elementary school. Thus, the learning process is limited to the development of the ability
to read, write, and count, so the chance of improving social skills neglected. Social skills in
children needs to be extracted and grown by improving materials and teaching methods provided
by the teacher. Playing the role of a learning method that provides opportunities for children to
develop imagination, as well as practicing socialize, communicate and empathize with other
children. Research aims: 1). To know the difference between a child social skill play a role given
treatment and children who were not given the treatment play a role; 2). To know how to play the
role and influence of not playing the role of the social skills of children. Quantitative approach to
the type of quasi-experimental study (quasi). The research sample of 40children TK B Aisyiyah 6
Tanggulangin. Results showed treatment play a role and given treatment without playing the role
Mann-Whitey U Value of 1000 and Wilcoxon W value of 211,00, significance value of 0,000.
Because the probability value is much smaller than the significance level of 0,05 or (0,000 < 0,05),
then the experimental group with treatment play a role much better than the untreated control
group plays the role of the social skills of early childhood.

Key words: Play a Role, Social Skills, Early Childhood

Abstrak : Pengaruh Bermain Peran Terhadap Peningkatan Kemampuan Sosial Anak Usia
Dini. Banyak orang tua, guru dan masyarakat menganggap bahwa Taman Kanak-kanak
merupakan lembaga yang hanya menyiapkan anak masuk Sekolah Dasar. Sehingga, proses
pembelajaran sebatas pengembangan kemampuan membaca, menulis dan menghitung, sehingga
kesempatan meningkatkan kemampuan sosial terabaikan. Kemampuan sosial pada anak perlu
digali dan ditumbuhkembangkan dengan cara memperbaiki materi dan metode pembelajaran yang
diberikan guru. Bermain peran merupakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan
anak untuk mengembangkan imajinasinya, serta berlatih bersosialisasi, berkomunikasi dan
berempati dengan anak-anak lain. Penelitian bertujuan: 1) Untuk mengetahui perbedaan
kemampuan sosial antara anak yang diberikan perlakuan bermain peran dan anak yang tidak
diberikan perlakuan bermain peran 2) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh bermain peran dan
tidak bermain peran terhadap kemampuan sosial anak. Pendekatan kuantitatif dengan jenis
penelitian eksperimen kuasi (semu). Sampel penelitian 40 anak TK B Aisyiyah 6 Tanggulangin.
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan bermain peran dan tanpa diberikan perlakuan bermain
peran nilai Mann-Whitney U sebesar 1.000 dan nilai Wilcoxon W sebesar 211.00, nilai
signifikansinya sebesar 0.000. Karena nilai probabilitas jauh lebih kecil dari taraf signifikan 0,05
atau (0.000 < 0.05), maka kelompok eksperimen dengan perlakuan bermain peran jauh lebih baik
dibanding kelompok kontrol yang tanpa perlakuan bermain peran terhadap kemampuan sosial anak
usia dini.

Kata kunci: Bermain Peran, Kemampuan Sosial, Anak Usia Dini


Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal. 14-27

15

Pendidikan adalah dasar utama pembangunan (2006), mengatakan bahwa pembelajaran yang
sumber daya manusia, dimana harus efektif bagi anak usia dini adalah melalui suatu
dilaksanakan secara konstruktif, komprehensif kegiatan yang berorientasi bermain. Melalui
dan berkesinambungan. Konstruktif berarti kegiatan bermain, anak dapat meningkatkan
berketetapan dan berkekuatan hukum dalam hal kemampuan motorik, kognitif, kreativitas,
pelaksanaannya. Komprehensif berarti proses bahasa dan sosial emosional. Sehubungan
pendidikan mencakup semua aspek dan dimensi dengan hal tersebut, Tintje (2004:71),
manusia, sehingga manusia yang dihasilkan mengatakan bahwa “Prinsip pembelajaran anak
adalah manusia yang cerdas secara intelektual, usia dini adalah belajar melalui bermain dengan
emosional dan spiritual. Sementara dasar berulang, bertahap dan terpadu”. Belajar
berkesinambungan berarti pendidikan harus melalui bermain artinya setiap anak diberi
dilaksanakan sepanjang hayat dikandung badan kesempatan melakukan kegiatan yang telah
(long life education) dan pendidikan untuk dicontohkan oleh guru, jadi mereka bukan
semua (education for all), mulai anak masih hanya menjadi penonton atau pendengar.
dalam kandungan, taraf usia dini hingga akhir Comenius (dalam Jamaris, 2006) menyatakan
hayatnya. pendidikan anak berlangsung sejalan dengan
bermain, karena bermain adalah realisasi dari
Banyak orang tua, guru dan masyarakat pengembangan diri dan kehidupan anak.
menganggap bahwa program pendidikan anak
usia dini di Taman Kanak-Kanak merupakan Semua anak senang bermain, setiap anak
lembaga yang hanya menyiapkan anak masuk tentu saja sangat menikmati permainannya,
Sekolah Dasar. Oleh karena itu, proses tanpa terkecuali. Bermain merupakan salah satu
pembelajaran yang dilakukan hanya sebatas kebutuhan dan wahana bagi anak untuk belajar.
pengembangan kemampuan membaca, menulis Akhir-akhir ini, para ahli menemukan bahwa
dan menghitung. Hal ini berarti hanya menggali bermain bukan saja memudah-kan anak-anak
kecerdasan linguistik dan logika matematika, untuk beradaptasi pada lingkungan sosial dan
sehingga kesempatan untuk meningkatkan fisik, tetapi juga memfasilitasi komunikasi
kemampuan sosial (interpersonal) yang dimiliki anak-anak dengan yang lainnya mengenai
anak terabaikan. pemikiran dan perasaan mereka yang
berhubungan dengan pemahaman mereka
Banyak upaya yang dapat dilakukan mengenai dunia (Kostelnik, 2007:380). Maka
untuk mengoptimalkan dan pemaksimalan pembelajaran yang efektif bagi anak usia dini
kemampuan sosial (interpersonal) pada anak. adalah melalui suatu kegiatan yang berorientasi
Menurut Tientje (2004) kemampuan sosial bermain. Melalui kegiatan bermain, anak dapat
(interpersonal) pada anak perlu digali dan meningkatkan kemampuan motorik, kognitif,
ditumbuhkembangkan dengan cara memberi kreativitas, bahasa dan sosial emosional.
kesempatan kepada anak untuk meningkatkan
secara optimal potensi-potensi yang dimiliki Bermain peran merupakan metode
atas upayanya sendiri. Lebih lanjut dikatakan pembelajaran yang memberikan kesempatan
bahwa hal yang perlu mendapat perhatian agar anak untuk mengembangkan imajinasinya
kemampuan sosial (interpersonal) anak dapat dalam memerankan seorang tokoh agar mereka
digali adalah memperbaiki materi dan metode menghayati sifat-sifat dari tokoh atau benda
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Oleh tersebut. Dengan bermain peran anak mampu
karena itu, peranan guru dalam upaya berlatih bersosialisasi, berkomunikasi dan
meningkatkan kemampuan sosial berempati dengan anak-anak lain.
(interpersonal) anak diyakini sangat penting,
mengingat guru adalah orang yang menjadi Berpedoman pada penjelasan yang ada di
tumpuan kedua bagi anak setelah orang tua di latar belakang, maka di rumuskanlah masalah
rumah. penelitian, sebagai berikut:

Pengembangan kemampuan anak juga 1. Apakah ada perbedaan kemampuan sosial


sangat ditentukan oleh ketepatan dalam antara anak yang diberikan perlakuan
menerapkan strategi pembelajaran. Masitoh bermain peran dan anak yang tidak
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal. 14-28

16

diberikan perlakuan bermain peran di TK Bermain melibatkan keterlibatan aktif dari


Aisyiyah 6 Tanggulangin? anak, dan (5) Bermain mengandung unsur pura-
pura.
2. Bagaimana pengaruh bermain peran dan
tidak bermain peran terhadap kemampuan Pada aktivitas bermain, hampir semua
sosial anak usia dini di TK Aisyiyah 6 anak melakukan dengan bentuk kesenangan,
Tanggulangin? kegembiraan, kebebasan, kebahagiaan dan
kepura-puraan. Hurlock (1988), menyatakan
Bermain Peran bahwa bermain dapat dibagi dalam dua
kategori, yaitu bermain aktif dan bermain pasif.
Hurlock (1997) mengatakan bahwa Kedua jenis kegiatan bermain tersebut akan
bermain ialah kegiatan yang dilakukan atas memberi kesenangan dan kebahagiaan pada
dasar suatu kesenangan dan tanpa anak. Tedjasaputra (2001), memberi pengertian
mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan kegiatan bermain aktif sebagai kegiatan yang
tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa melibatkan banyak aktivitas gerakan-gerakan
paksaan atau tekanan dari pihak luar. tubuh, dengan membagi 8 macam kegiatan
Sedangkan menurut Schaller & Lazarus bermain yaitu, (1) Bermain bebas dan spontan,
(Kartono Kartini, 2007), menyatakan bermain (2) Bermain konstruktif, (3) Bermain peran, (4)
merupakan kesibukan rekreatif, sebagai lawan Bermain collecting/mengumpulkan benda-
dari kerja dan keseriusan hidup. Jadi bermain benda, (5) Bermain eksplorasi/melakukan
ialah aktifitas yang bebas dan menyenangkan penjelajahan, (6) Bermain games dan olahraga,
(sukarela, tanpa paksaan dan tekanan) (7) Bermain musik dan (8) Melamun.
dilakukan manusia sebagai upaya pemenuhan Sedangkan bermain pasif ialah suatu aktivitas
kebutuhan mendasar tanpa mempertimbangkan yang tidak terlalu banyak melibatkan aktivitas
hasil akhir. Semua manusia, dengan tidak fisik. Dalam kegiatan bermain pasif,
mempersoalkan tingkatan usia dan perbedaan kesenangan yang diperoleh anak bukan
waktu dan tempat, memerlukan kegiatan berdasarkan kegiatan yang dilakukannya
bermain dalam kehidupan dan yang sendiri, melainkan kesenangan yang diperoleh
membedakan hanyalah jenis dan orientasinya. dari aktivitas orang lain. Kegiatan bermain pasif
misalnya membaca, melihat komik, menonton
Menurut Groos (Kartono, 2007), film, mendengarkan radio dan mendengarkan
menyatakan bahwa bermain itu mempunyai musik.
tugas biologis, yaitu melatih macam-macam
fungsi jasmani dan rokhani. Waktu-waktu Melalui bermain anak diajak untuk
bermain merupakan kesempatan baik bagi anak bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan
untuk melakukan penyesuaian diri terhadap objek-objek yang ada disekitarnya, sehingga
lingkungan hidup. Bermain adalah salah satu pembelajaran menjadi bermakna bagi anak.
bentuk aktivitas sosial yang dominan pada awal Maka dari itu anak belajar melalui bermain di
masa anak-anak. Sebab, anak-anak TK haruslah didesain melalui pendekatan
menghabiskan lebih banyak waktunya di luar bermain sambil belajar seraya bermain,
rumah untuk bermain dengan teman-temannya sehingga guru dituntut mampu merancang,
dibanding terlibat dalam aktivitas lain. Karena merencanakan dan menetapkan model
itu, kebanyakan hubungan sosial dengan teman pembelajaran dalam konteks bermain.
sebaya dalam masa ini terjadi dalam bentuk
permainan. Bermain peran adalah sebuah kegiatan
yang spontan dan mandiri disaat anak -anak
Menurut Rubin (Hirsh, 2005), menguji, menjernihkan dan meningkatkan
menyebutkan bahwa: Bermain memiliki lima pemahaman atas diri dan dunianya sendiri.
unsur, ialah (1) Bermain haruslah Walaupun detil-detil dari setiap permainan
menyenangkan dan bisa dinikmati anak, (2) peran anak-anak sangat bervariasi diseluruh
Bermain seharusnya tidak boleh memiliki dunia dan di budaya yang berbeda, namun tema
tujuan yang ekstrinsik, (3) Bermain haruslah dari permainan perannya sama. Dalam
spontan dan atas kehendak sendiri anak, (4) permainan perannya, anak-anak menciptakan
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal. 14-27

17

ulang tempat dan pemandangan yang sudah pula diartikan sebagai proses belajar untuk
mereka kenal, meniru perilaku dari anggota menyesuaikan diri terhadap norma-norma
keluarga dan peran yang cocok dari berbagai kelompok, moral dan tradisi; meleburkan diri
banyak orang yang berada di dalam masyarakat menjadi satu kesatuan dan saling
mereka. Mereka menciptakan kembali dunia berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal
seolah-olah mereka memahaminya atau manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam
membingungkan atau menakutkan bagi mereka artian belum memiliki kemampuan dalam
(CRI Inc, 1997) berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan
sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan
Masa kanak-kanak yang paling dini dan pengalaman bergaul dengan orang-orang
adalah meniru suara-suara yang mereka dengar dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi
dan kegiatan-kegiatan yang mereka lihat. dengan orang lain telah dirasakan sejak usia 6
Kegembiraan dalam berpura-pura, anak-anak bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal
merespon ke situasi yang baru melalui manusia lain, terutama ibu dan anggota
pergerakan dan suara. Secara singkat, mereka keluarganya. Anak mulai mampu membedakan
bermain. Permainan ini apabila didorong, akan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti
mampu berkembang menjadi suatu drama; marah (tidak senang mendengar suara keras)
sebuah bentuk seni, kegiatan sosialisasi dan dan kasih sayang.
sebuah cara belajar (CRI Inc, 1997)
Menurut Ross-Krasnor (Denham dkk,
Melalui bermain peran, anak-anak belajar 2003) mendefinisikan kemampuan sosial
berkonsentrasi, melatih imajinasi, membaca sebagai keefektifan dalam berinteraksi, hasil
ide-ide baru, melatih perilaku orang-orang dari perilaku-perilaku yang teratur memenuhi
dewasa dan meningkatkan rasa kendali atas kebutuhan-kebutuhan pada masa perkembangan
dunianya sendiri. Anak-anak mendapatkan dalam jangka pendek maupun dalam jangka
kewaspadaan yang tinggi mengenai kecantikan, panjang. Bagi anak usia dini, perilaku yang
ritme, dan struktur lingkungannya dan sambil menunjukkan kemampuan sosial berkisar pada
tubuhnya mempelajari lebih banyak lagi tugas-tugas utama perkembangan yaitu
mengenai cara berkomunikasi dengan menjalin ikatan positif dan self regulations
pikirannya sendiri, perasaannya dan emosinya selama berinteraksi dengan teman sebaya.
(CRI Inc,1997). Bermain peran hampir selalu Dalam pandangan teoritis kemampuan sosial,
melibatkan anak-anak yang lain; sehingga dapat terdapat dua fokus pengukuran yaitu pada diri
memberikan kontribusi yang signifikan atau orang lain, dalam hal ini adalah mengukur
terhadap perkembangan sosial anak. Permainan kesuksesan anak dalam memenuhi tujuan
peran terkadang mengikutsertakan kerjasama pribadi atau hubungan interpersonal anak.
dan perencanaan dengan teman. Tujuan umum
bermain peran menurut Musfiroh (2008) adalah Menurut Buzan (1997), kemampuan
sebagai berikut: sosial adalah ukuran kemampuan diri seseorang
dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan
1. Merangsang kemampuan berinteraksi sosial dengan orang-orang di
mengidentifikasi peran orang lain. sekeliling atau sekitarnya. Orang dengan
2. Merangsang kemampuan empati anak. kemampuan sosial tinggi tidak akan menemui
3. Merangsang kemampuan mengenal orang kesulitan saat memulai suatu interaksi dangan
lain. seseorang atau sebuah kelompok baik
4. Mengasah kepekaan simpati pada kondisi kelompok kecil maupun besar. Ia dapat
orang lain. memanfaatkan dan menggunakan kemampuan
5. Mengasah kemampuan bekerja sama otak dan bahasa tubuhnya untuk “membaca”
dengan orang lain. teman bicaranya. Kemampuan sosial dibangun
antara lain atas kemampuan inti untuk
Kemampuan Sosial mengenali perbedaan, secara khusus perbedaan
Yusuf (2007) menyatakan bahwa besar dalam suasana hati, temperamen,
Perkembangan sosial merupakan pencapaian motivasi, dan kehendak. Kemampuan sosial ini
kematangan dalam hubungan social atau dapat juga mencakup kemampuan bernegoisasi,
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal. 14-28

18

mengatasi segala konflik, segala kesalahan, dan kemampuan belajar, memecahkan


situasi yang timbul dalam proses negoisasi. masalah, dan berbahasa. Perkembangan
emosi perpengaruh sekali terhadap
Dewasa ini mulai disadari betapa perkembangan sosial anak.
pentingnya peran kecerdasan sosial dan
kecerdasan emosi bagi seseorang dalam Cara meningkatkan keterampian sosial
usahanya meniti karier di masyarakat, lembaga,
atau perusahaan. Banyak orang sukses, kalau Buzan (1997), menyatakan tentang
kita cermati ternyata mereka memiliki beberapa cara yang bisa dicoba untuk
kemampuan bekerja sama, berempati, dan meningkatkan kemampuan sosial
pengendalian diri yang menonjol. Kesimpulan
bahwa kemampuan sosial adalah kapasitas
seseorang dalam berkomunikasi, bergaul,
bekerja sama, dan memberi kepada orang lain.

Jadi, kemampuan sosial adalah 1. Tubuh bicara lebih banyak


kemampuan anak untuk mengajak maupun 2. Tubuh lebih banyak bicara dari kata-
merespon teman-temannya dengan perasaan kata.
positif, tertarik untuk berteman dengan teman- 3.Tubuh dirancang untuk berkomunikasi
temannya serta diperhatikan dengan baik oleh dengan orang lain.
mereka, dapat memimpin dan juga mengikuti, 4. 55% makna yang akan disampaikan
mempertahankan sikap memberi dan menerima dalam aktivitas tercermin pada sikap
dalam berinteraksi. fisik.
5. Tanpa kata-kata tubuh dapat
Faktor – faktor yang Mempengaruhi mengkomunikasikan apakah
Kemampuan Sosial Anak seseorang sedang sedih, senang,
marah, kecewa, bahagia, malu, takut,
Nurfaizin (1997), menyatakan bahwa khawatir, gugup,antusias, percaya
kemampuan sosial anak dipengaruhi beberapa diri, minder, cemas dsb.
faktor, yaitu :
Buzan (1997), menyataan saat seseorang
1. Keluarga. Yakni lingkungan pertama yang menunjukan tanda-tanda ketertarikan dan ingin
memberikan pengaruh terhadap berbagai mengenal kita lebih dalam, kitapun dapat
aspek perkembangan anak, termasuk tertarik dan bersikap baik padanya. Cara
perkembangan sosialnya. terbaik, termudah, dan paling efektif untuk
2. Kematangan. Yakni fisik dan psikis menunjukan kita tertarik pada sesorang adalah
sehingga mampu mempertimbangkan bersedia ‘mendengarkan’ apapun yang
proses sosial, memberi dan menerima diucapkanya. Mendengarkan disini berbeda
nasehat orang lain, memerlukan dengan sekedar mendengar. Mendengarkan
kematangan intelektual dan emosional, artinya kita mendengarkan apa keluhannya, apa
disamping itu kematangan dalam ide-idenya, harapan-harapannya, perasaan-
berbahasa juga sangat menentukan. perasaan yang terlontarkan, bahkan juga bahasa
3. Status Sosial Ekonomi. Yakni kehidupan tubuhnya. Itulah yang dinamakan
sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi “mendengarkan aktif”. Ingatlah bahwa kita
sosial ekonomi keluarga dalam dikaruniai satu mulut dan dua telinga, kita perlu
masyarakat. cepat untuk mendengar dan lambat berkata-
4. Pendidikan. Yakni proses pengoperasian kata. Artinya, kita perlu lebih banyak
ilmu yang normatif, anak memberikan mendengar daripada berbicara.
warna kehidupan sosial anak didalam
masyarakat dan kehidupan mereka Amstrong (1993; 2002), kemampuan
dimasa yang akan datang. sosial melibatkan kemampuan untuk
5. Kapasitas Mental. Yakni emosi dan memahami dan bekerjasama dengan orang lain.
Intelegensi. Kemampuan berfikir dapat Kemampuan ini melibatkan banyak kecakapan,
mempengaruhi banyak hal, seperti yakni kemampuan berempati pada orang lain,
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal. 14-27

19

kemampuan berorganisasi sekelompok orang banyak teman. Mereka juga mudah


menuju ketujuan bersama, kemampuan bersosialisasi serta senang terlibat dalam
mengenali dan membaca pikiran orang lain, kegiatan atau kerja kelompok. Mereka
kemampuan berteman atau menjalin kontak. menikmati permainan-permainan yang
Sedangkan, Gardner (1993), kemampuan sosial dilakukan secara berpasangan atau
dibangun, antara lain, oleh kemampuan inti berkelompok. Mereka suka memberikan apa
untuk mengenali perbedaan, khususnya yang dimiliki dan diketahui kepada orang lain.
perbedaan besar dalam suasana hati, Mereka tampak menikmati ketika mengajari
temperamen, motivasi, dan intensi (maksud). teman sebaya mereka tentang sesuatu, seperti
membuat gambar, memilih warna, atau bahkan
Isenberg & Jalongo (1993), mengatakan cara bersikap.
bahwa kemampuan sosial dapat diasah melalui
bermain. Selama bermain itu, anak-anak Karl Albrecht (2001), menyebut adanya
berinteraksi dengan sebaya dan guru mereka. lima elemen kunci yang bisa mengasah
Pengasahan itu terjadi karena anak: kemampuan sosial yaitu (1) Situational
awareness, (2) Presense, (3) Authenticity, (4)
1. Mempraktekkan keterampilan clarity dan (5) empathy , yang ia singkat
berkomunikasi baik verbal maupun menjadi kata SPACE. Elemen pertama ialah
nonverbal dengan cara menegosiasikan kata S merujuk pada kata situational awareness
peran, mencoba memperoleh keuntungan (kesadaran situasional). Makna dari kesadaran
saat bermain atau mengapresiasikan ini adalah sebuah kehendak untuk bisa
perasaan teman lain; memahami dan peka akan kebutuhan serta hak
2. Merespon perasaan teman sepermainan orang lain. Orang yang tanpa rasa dosa
di samping menunggu giliran dan berbagi mengeluarkan merokok di ruang AC atau di
materi dan pengalaman; ruang terbuka dan menghembuskan asap secara
3. Bereksperimen dengan peran-peran di serampangan pada semua orang disekitarnya
rumah, sekolah dan komunitas dengan pastilah bukan tipe orang yang paham akan
menjalin kontak dengan kebutuhan dan makna kesadaran situasional.
kehendak orang lain;
4. Mencoba melihat sudut pandang orang Elemen yang kedua adalah presense
lain. dengan konflik tentang ruang, (kemampuan membawa diri). Bagaimana etika
waktu, materi, dan aturan, mereka penampilan Anda, tutur kata dan sapa yang
membangun strategi resolusi konflik Anda bentangkan, gerak tubuh ketika bicara
secara positif. dan mendengarkan adalah sejumlah aspek yang
tercakup dalam elemen ini. Setiap orang pasti
Anak yang cerdas dalam sosial pandai akan meninggalkan impresi yang berlainan
mengorganisasi teman-teman mereka dan tentang mutu presense yang dihadirkannya.
pandai mengkomunikasikan keinginannya pada Anda mungkin bisa mengingat siapa rekan atau
orang lain. Mereka sering menjadi pemimpin di atasan anda yang memiliki kualitas presense
antara teman-temannya. Mereka memiliki yang baik dan mana yang buruk.
kemahiran mendamaikan konflik dan
menyelaraskan perasaan orang-orang yang Elemen yang ketiga adalah authenticity
terlibat konflik. Mereka mudah mengerti sudut (autensitas) atau sinyal dari perilaku kita yang
pandang orang lain, dan dengan relatif akurat, akan membuat orang lain menilai kita sebagai
mampu menebak suasana hati dan motivasi orang yang layak dipercaya (trusted), jujur,
pribadi orang lain. Selain itu, menurut Schmidt terbuka, dan mampu menghadirkan sejumput
(2001), anak-anak yang cerdas secara ketulusan. Elemen ini amat penting sebab hanya
interpersonal merupakan individu yang cinta dengan aspek inilah kita bisa membentangkan
damai. Mereka adalah pengamat dan motivator berjejak relasi yang mulia nan bermartabat.
yang baik. Elemen yang keempat adalah clarity (kejelasan)
yakni sejauh mana kita dibekali kemampuan
Amstrong (1993), menyatakan anak-anak untuk menyampaikan gagasan dan ide kita
yang cerdas dalam sosial akan mempunyai secara renyah nan persuasif sehingga orang lain
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal. 14-28

20

bisa menerimanya dengan tangan terbuka. Acap dikenakan tes sebelum dan sesudah diberikan
kita memiliki gagasan yang baik, namun gagal perlakuan (treatmen), tapi hanya kelompok
mengkomunikasikannya secara cantik sehingga eksperimen yang mendapat pelakuan, Menurut
atasan atau rekan kerja kita tidak berhasil Sukmadinata (2006) dengan struktur desainnya
diyakinkan. Elemen yang terakhir adalah yang telah dimodifikasi oleh peneliti sehingga
empathy (empati). Aspek ini merujuk pada menjadi sebagai berikut:
sejauh mana kita bisa berempati pada
pandangan dan gagasan orang lain. Dan juga Tabel 1. Prates dan Pasca Tes Kelompok
sejauh mana kita memiliki ketrampilan untuk Eksperimen dan Kontrol
bisa mendengarkan dan memahami maksud
Kelompok Pra Perlakuan Pasca
pemikiran orang lain. Tes Tes
E (eksperimen) T1 X T2
Berikut paradigma kerangka pikir C (kontrol) T1 - T2
penelitian di bawah ini:
Dengan pola ini pengaruh perlakuan X
Keterampilan
diamati dalam situasi yang lebih terkontrol
Sosial
yaitu dengan membandingkan selisih T1 – T2
Kelompok Kelompok pada kelompok eksperimen dengan selisih T1 –
Kontrol Eksperimen T2 pada kelompok pembanding.
Keterampilan Post Test Populasi adalah keseluruhan atau totalitas
Sosial objek yang diteliti yang ciri-ciri (parameternya)
akan diduga atau ditaksir (estimated). Populasi
Diberi Perlakuan
dalam penelitian ini adalah anak usia dini di TK
Post Test
Aisyiyah 6 Tanggulangin, 40 anak yang terbagi
dalam dua kelas kelompom B.
Post Test
Keterampilan Sampel adalah bagian dari populasi yang
Sosial menjadi objek penelitian. Tujuan pengambilan
Tidak Meningkat Keterampilan Sosial
Meningkat sampel dapat dapat memberikan informasi yang
cukup untuk dapat mengestimasi jumlah
Gambar 1 . Kerangka pikir populasinya. Adapun teknik sampel yang
digunakan adalah teknik random sampling
sehingga ditarik sampel dengan cara undian
METODE didapatlah sebanyak 20 orang anak untuk
kelompok eksperimen (B1) dan 20 orang anak
Penelitian ini menggunakan pendekatan untuk kelompok kontrol (B2).
kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen
kuasi (semu), dimaksudkan untuk mengetahui Adapun definisi secara operasional
dan meneliti peningkatan kemampuan sosial terhadap penelitian di atas adalah sebagai
anak usia dini di TK Aisyiyah 6 Tanggulangin, berikut:
baik bagi mereka yang tidak diberikan
perlakuan maupun bagi mereka yang diberikan 1. Bermain peran adalah salah satu metode
perlakuan yakni perlakuan bermain peran. yang memberikan kesempatan anak
untuk mengembangkan imajinasinya
Rancangan eksperimen ini bertipe dalam memerankan seorang tokoh agar
kelompok paralel, yaitu eksperimen yang mereka menghayati sifat dari tokoh atau
mengenal dua kelompok, satu diantaranya benda.
diberikan perlakuan eksperimen. Dua kelompok 2. Kemampuan sosial adalah kemampuan
dianggap sama dalam semua aspek yang anak untuk mengajak maupun merespon
relevan dan perbedaan hanya terdapat dalam teman-temannya dengan perasaan positif,
perlakuan. Dalam pola ini baik kelompok tetarik untuk berteman dengan teman-
eksperimen maupun kelompok pembanding temannya serta diperhatikan dengan baik
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal. 14-27

21

oleh mereka, dapat memimpin dan juga pembelajaran berlangsung, dengan melihat
mengikuti, mempertahankan sikap Statistik ukuran pemusatan yaitu rata-rata
memberi dan menerima dalam mean, dan ukuran penyebaran yaitu standar
berinteraksi. deviasi, nilai minimum dan maksimum
Teknik yang dipakai dalam pengumpulan kemudian dilanjutkan dengan distribusi
data penelitian ini adalah : frekuensi dan persentase. Untuk mengetahui
besarnya pengaruh antara metode pembelajaran
1. Observasi digunakan untuk mengamati bermain peran untuk kelompok eksperimen dan
secara langsung segala aktivitas anak usia metode pembelajaran tanpa bermain peran
dini selama proses penelitian berlangsung dengan hanya bermain sambil belajar sebagai
baik sebelum maupun sesudah pemberian kelompok kontrol terhadap kemampuan sosial
perlakuan bermain peran. anak usia dini di TK Aisyiyah 6 Tanggulangin.
2. Tes kemampuan sosial buatan peneliti Karena data ini tergolong sedikit dan hanya
digunakan untuk mendapatkan data berdistribusi bebas, maka digunakan uji non
tentang pengembangan kemampuan parametrik dengan teknik analisis uji Mann-
sosial anak usia dini, baik sebelum Whitney Test dengan melihat dua sisi pengaruh
maupun sesudah diberikan perlakuan antara anak usia dini yang diberikan perlakuan
berupa perlakuan bermain peran. bermain peran kemudian dibandingkan
3. Angket dimaksudkan adanya data dari kemampuan sosial anak usia dini yang tidak
beberapa pihak baik tentang signifikansi diberi perlakuan bermain peran, dengan asumsi
stimuli sebelum maupun sesudah bahwa jika terdapat perbedaan yang signifikan
pemberian perlakuan bermain peran. antara kemampuan sosial pada kelompok
Adapun angket ini menggunakan eksperimen yang diberikan perlakuan dan
pendekatan skala likert dengan lima kelompok kontrol yang tidak diberikan
ketegori dengan pemberian bobot nilai. perlakuan, maka perbedaaan itu dianggap
Penentuan kriteria/kategori tingkat sebagai pengaruh dari perlakuan yang
penguasaan atau kemampuan sosial anak diberikan. dan semua ini akan terangkum dalam
usia dini pada saat diberikan perlakuan program SPSS 15, dengan taraf signifikan
bermain peran dan tidak diberikan 0,05%.
perlakuan sebagai berikut:
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis
a. Nilai 0-3,4 kategori sangat rendah terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas
(SR) data menurut Santoso, 2006 (dalam Sujianto,
b. Nilai 3,5-5,4 kategori rendah (R) 2007: 72), normalitas data bisa dideteksi dari
c. Nilai 5,5-6,4 kategori sedang (S) rasio skewness, rasio kurtosis, histogram,
d. Nilai 6,5-8,4 kategori tinggi (T) Kolmogorov-Smirnov pada setiap variabel,
e. Nilai 8,5-10,0 kategori sangat tinggi sedangkan pengujian outokorelasi
(ST). menggunakan korelasi bivariate pearson, dan
4. Adapun instrumen tes yang digunakan jika kedua pengujian tersebut terpenuhi maka
terdiri dari tes perlakuan dengan selanjutnya pengujian linieritas data dengan
memberikan pembelajaran dengan menggunakan gambar linieritas dengan chart P-
bermain peran terhadap kemampuan Plot.
sosial anak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis deskriptif-kuantitatif dengan Penelitian ini berbentuk eksperimen
perhitungan distribusi frekuensi dan persentase dengan membagi dua kelompok. Responden
melalui tabel skor yang diperoleh responden terdiri dari 40 anak yang dibagi menjadi dua
selama penelitian dengan tujuan mengetahui kelompok yakni 20 anak yang diberikan
gambaran kemampuan sosial anak usia dini perlakuan bermain peran (E) dan 20 anak yang
melalui pembelajaran bermain peran dan tidak diberikan perlakuan bermain peran
metode pembelajaran tanpa bermain peran yang (K).Analisis ysng dilakukan untuk menguraikan
hanya bermain sambil belajar selama proses kecenderungan hasil kecakapan responden dari
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal. 14-28

22

pembelajaran bermain peran dengan 6.4625 berarti nilai menujukkan skor hasil post
pembelajaran tanpa bermain peran terhadap test dengan pembelajaran tanpa bermain peran
kemampuan sosial anak usia dini. Berikut nampak juga ada peningkatan dari nilai rata-
rangkuman tabel deskripsi masing-masing rata sebelumnya. Dan standar deviasi sebesar
variabel di bawah ini: 0,04734 berarti data yang diperoleh juga
menyebar atau tidak terpusat pada nilai tertentu.
Tabel 2. Rangkuman statistik deskriptif Jadi dapat ditegaskan bahwa kemampuan sosial
bermain peran dan tidak bermain peran anak usia dini di TK Aisyiyah 6 Tanggulangin
terhadap kemampuan social anak usia dini. memiliki peningkatan yang lebih baik dengan
pemberian perlakuan metode pembelajaran
Pre Post
test test Pre Post
bermain peran dibandingkan dengan tanpa
kelom kelom test test perlakuan bermain peran yang hanya bermain
pok pok kelom kelom sambil belajar, hal tersebut nampak perbedaan
eksperi eksperi pok pok nilai yang diperoleh pada rata-rata nilai mean
men men kontrol kontrol
masing-masing kelompok.
(E) (E) (C) (C)
N Valid 20 20 20 20 Selanjutnya untuk memperoleh gambaran
Missing 0 0 0 0 tentang bagaimana kemampuan sosial anak usia
Mean 6.4000 7.1105 6.4000 6.4625 dini di TK Aisyiyah 6 Tanggulangin setelah
Std. Deviation .12620 .32753 .12620 .04734 diberikan perlakuan bermain peran dan yang
Minimum 6.13 6.73 6.13 6.36 tidak diberikan perlakuan bermain peran yang
Maximum 6.56 7.73 6.56 6.56 hanya belajar sambil bermain dapat dilihat
Sumber: Olahan data SPSS 15 terlampir hasil distribusi frekuensi dan persentase
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan
Tabel 1 menyatakan bahwa anak usia pada tabel ini:
dini pada saat pretest, baik kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol terhadap Pada tabel 2 tampak bahwa anak usia dini
kemampuan sosial menunjukkan nilai minimum di TK Aisyiyah 6 Tanggulangin setelah
dan maksimum sebesar 6,13 dan 6,56 dengan diberikan perlakuan bermain peran
mean sebesar 6,400, nilai ini menunjukkan menunjukkan hasil skor kemampuan sosial
bahwa skor hasil pretest kelompok ekperimen dengan kategori tinggi sebanyak 20 orang
dan kelompok kontrol terhadap kemampuan (100,0%), dengan demikian bahwa kategori
sosialnya memiliki nilai di atas rata-rata, dan setelah diberikan perlakuan bermain peran
nilai standar deviasi sebesar 0.1262 ini berarti terhadap kemampuan sosial anak usia dini di
bahwa data yang diperoleh menyebar atau tidak TK Aisyiyah 6 Tanggulangin tergolong tinggi.
terpusat pada satu nilai tertentu. Nilai persentase tersebut menunjukkan bahwa
semua anak dalam kelompok eksperimen
Sementara analisis deskriptif kelompok memiliki kemampuan sosial dalam kategori
ekperimen dengan metode pembelajaran tinggi. Hasil tersebut telah melahirkan asumsi
bermain peran menujukkan nilai minimum dan bahwa bentuk pembelajaran denagn bermain
maksimum sebesar 6.73-7,73 dengan mean peran dapat meningkatkan kemampuan sosial
sebesar 7,1105 berarti nilai ini menunjukkan anak usia dini baik dari kemampuan sosialnya,
skor hasil post test setelah dilakukan perlakuan rasa empati dan kepercayaan dirinya pun akan
bermain peran nampak ada peningkatan nilai di semakin tinggi.
atas rata-rata, dan standar deviasi sebesar
0,32753 ini berarti data yang diperoleh juga
menyebar atau tidak terpusat pada nilai tertentu.

Sedangkan kelompok kontrol yang tidak


diberikan perlakuan bermain peran yang hanya
belajar sambil bermain menunjukkan nilai
minimum dan maksimum yang diperoleh
sebesar 6.36 dan 6,56 dengan mean sebesar
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal. 14-27

23

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase peningkatan dan pemberian metode


skor bermain peran terhadap kemampuan pembelajaran seperti bermain peran, agar
sosial anak usia dini di TK Aisyiyah 6 kemampuan sosial anak usia dini di TK
Tanggulangin Aisyiyah 6 Tanggulangin menjadi lebih baik.
No Interval Kategori Frekuen Persenta Pengujian hipotesis
skor si se
1 8.5 – 10.0 Sangat tinggi 0 0 Berdasarkan hasil analisis statistik
2 6.5 – 8.4 Tinggi 20 100,0 deskriptif tentang kemampuan sosial anak usia
3 5.5 – 6.4 Sedang 0 0
4 3.5 – 5.4 Rendah 0 0 dini melalui Metode pembelajaran bermain
5 0 – 3.4 Sangat rendah 0 0 peran sebagai kelompok eksperimen
Jumlah 20 100 menunjukkan hasil yang jauh lebih baik dari
Sumber: Olahan data SPSS 15 terlampir metode pembelajaran tanpa perlakuan bermain
peran yang hanya belajar sambil bermain
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase sebagai kelompok kontrol, diperoleh hasil nilai
skor tanpa bermain peran terhadap rata-rata (mean) sebesar 7.1105 artinya skor
kemampuan sosial anak usia dini di taman nilai yang diperoleh setelah diberikan perlakuan
kanak-kanak TK Aisyiyah 6 Tanggulangin bermain peran pada umumnya memiliki
No Interval Kategori Frekuen Persenta kemampuan sosial yang terdiri dari
skor si se
pengetahuan sosial, empati dan rasa percaya
1 8.5 – 10.0 Sangat tinggi 0 0
2 6.5 – 8.4 Tinggi 9 45.0 diri menjadi lebih tinggi dibanding nilai rata-
3 5.5 – 6.4 Sedang 11 55,0 rata (mean) yang tidak diberikan perlakuan
4 3.5 – 5.4 Rendah 0 0 bermain peran sebesar 6.4625.
5 0 – 3.4 Sangat rendah 0 0
Jumlah 100 Sedangkan dalam distribusi frekuensi dan
Sumber: Olahan data SPSS 15 terlampir persentase kemampuan sosial anak usia dini
setelah diberikan perlakuan bermain peran
Selanjutnya untuk memperoleh gambaran diperoleh sebanyak 20 orang dengan persentase
tentang bagaimana kemampuan sosial anak usia 100,0% kategori tinggi. Artinya semua anak
dini di TK Aisyiyah 6 Tanggulangin yang tidak usia dini di TK Aisyiyah 6 Tanggulangin
diberikan perlakuan bermain peran dapat memiliki kemampuan sosial yang tinggi setelah
dikategorikan seperti pada tabel di bawah ini: diberikan perlakuan bermain peran. Berbeda
Pada tabel di atas tampak bahwa anak dengan kemampuan sosial anak usia dini yang
usia dini di TK Aisyiyah 6 Tanggulangin tanpa tidak diberikan perlakuan bermain peran yang
diberikan perlakuan bermain peran atau hanya hanya bermain sambil belajar diperoleh
sebanyak 9 anak dengan persentase 45%
belajar sambil bermain menunjukkan hasil skor
kemampuan sosial dengan kategori tinggi kategori tinggi, dan 11 anak dengan persentase
sebanyak 9 orang (45,0%), dan kategori sedang 55% kategori sedang. Dengan demikian dapat
ditegaskan bahwa kelompok eksperimen
sebanyak 11 orang (55,0%) dengan demikian
bahwa kategori kelompok yang tidak diberikan dengan perlakuan bermain peran lebih baik
perlakuan bermain peran yang hanya belajar dibanding dengan kelompok yang tidak
sambil bermain terhadap kemampuan sosial diberikan perlakuan bermain peran terhadap
anak usia dini di TK Aisyiyah 6 Tanggulangin kemampuan sosial anak usia dini di TK
tergolong sedang. Nilai persentase tersebut Aisyiyah 6 Tanggulangin.
menunjukkan bahwa kategori sedang lebih Selanjutnya hasil analisis statistik dengan
diatas dari persentase kategori tinggi. Hasil uji Mann-Whitney Test dengan menguji dua sisi
tersebut telah melahirkan asumsi bahwa bentuk tentang kemampuan sosial anak usia dini
pembelajaran dengan hanya belajar sambil melalui kelompok eksperimen dengan
bermain atau tanpa metode pembelajaran perlakuan bermain peran menunjukkan nilai
bermain peran cukup dapat meningkatkan mean rank sebesar 30.45 dengan sum of rank
kemampuan sosial anak usia dini dari segi sebesar 609.0, sedangkan kemampuan sosial
kemampuan sosialnya, rasa empati dan anak usia dini melalui kelompok kontrol yang
keprcayaan dirinya, sehingga perlu diupayakan
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal. 14-28

24

tidak diberikan perlakuan bermain peran yang Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa
hanya bermain sambil belajar menunjukkan pada kolom asymp. Sig. (2-tailed) untuk uji
nilai mean rank sebesar 10.55 dengan sum of dua sisi yang terdiri dari kelompok eksperimen
rank sebesar 211.0, Artinya nilai ini dengan perlakuan bermain peran dan kelompok
menunjukkan bahwa pengujian yang dilakukan kontrol tanpa diberikan perlakuan bermain
dengan menggunakan Mann-Whitney Test peran menunjukkan nilai Mann-Whitney U
memiliki tingkat keberartian yang nyata bahwa sebesar 1.000 dan nilai Wilcoxon W sebesar
kemampuan sosial anak usia dini akan semakin 211.00 dengan nilai signifikansinya sebesar
tinggi jika diberikan metode pembelajaran 0.000. Karena nilai probabilitas jauh lebih kecil
bermain peran. Dengan kata lain metode dari taraf signifikan 0,05 atau (0.000 < 0.05),
pembelajaran bermain peran jauh lebih baik maka hipotesis yang diajukan dapat diterima
dari pada tidak bermain peran yang hanya atau ada pengaruh yang signifikan kelompok
belajar sambil bermain terhadap kemampuan eksperimen dengan perlakuan bermain peran
sosial anak usia dini. Hasil perhitungan nilai jauh lebih baik terhadap kemampuan sosial
Ranks disajikan dalam tabel berikut ini: anak usia dini di TK Aisyiyah 6 Tanggulangin.

Pembahasan
Tabel 5. Hasil perhitungan nilai Ranks
kemampuan sosial anak dengan perlakuan Hasil analisis deskriptif dan analisis uji
bermain peran dan tidak diberikan Mann-Whitney Test tersebut di atas dapat
perlakuan ditelusuri beberapa permasalahan sehingga
KELOMPOK N Mean Sum of
olahan data yang tersedia dan dihubungkan
Rank Ranks dengan teori melalui analisis kuantitatif, maka
Kemamp kelompok kontrol 20 10.55 211.00 dapat ditemukan solusi secara menyeluruh dari
uan sosial yang tidak diberikan permasalahan yang telah dikemukakan pada
perlakuan bab-bab sebelumnya.
kelompok 20 30.45 609.00
eksperimen dengan
bermain peran Kemampuan sosial yang diberikan
Total 40 perlakuan bermain peran lebih tinggi dari
Sumber: Olahan data SPSS 15 terlampir pada anak yang tidak bermain peran di TK
Aisyiyah 6 Tanggulangin.
Selain tabel nilai Ranks di atas, pengaruh
dan derajat signifikansi uji dua sisi antara Dari hasil olahan data seperti yang
kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dikemukakan pada bagian sebelumnya,
bermain peran dengan kelompok kontrol yang diperoleh informasi bahwa metode
tidak diberikan perlakuan bermain peran pembelajaran bermain peran yang dilakukan
terhadap kemampuan sosial anak usia dini di anak usia dini terhadap kemampuan sosialnya
TK Aisyiyah 6 Tanggulangin dapat dilihat di sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari skor
tabel bawah ini: analisis deskriptif dan distribusi frekuensi dan
persentase, dimana terlihat kelompok
Tabel 6. Test Statistik pengaruh dan derajat eksperimen yang diberikan perlakuan bermain
signifikansi uji dua sisi peran pada umumnya memiliki nilai mean di
atas rata-rata. Tidak hanya itu skor perolehan
Kemampuan sosial nilai hasil kemampuan sosial yang telah
Mann-Whitney U 1.000 diinterpretasi dalam interval skor frekuensi dan
Wilcoxon W 211.000 persentase tergolong tinggi.
Z -5.403
Asymp. Sig. (2- Hasil post tes yang dijalankan anak-anak
.000
tailed) dengan belajar bermain peran menunjukkan
Exact Sig. [2*(1- hasil yang positif, artinya pengetahuan sosial
tailed Sig.)] .000(a)
yang dimiliki menjadi lebih baik misalnya
Sumber: Olahan data SPSS 15 terlampir Anak-anak akan mempelajari bahwa bekerja
dan bermain bersama anak-anak yang lain
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal. 14-27

25

adalah penghargaan dan pengalaman berharga. cara bersikap sehingga nampak kepercayaan
Sejalan dengan teori Ross-Krasnor (Denham diri anakpun semakin lebih baik.
dkk, 2003) mendefinisikan kemampuan sosial
sebagai keefektifan dalam berinteraksi, hasil Pengaruh bermain peran terhadap
dari perilaku-perilaku yang teratur memenuhi kemampuan sosial anak usia dini di TK
kebutuhan-kebutuhan pada masa perkembangan Aisyiyah 6 Tanggulangin
dalam jangka pendek maupun dalam jangka
panjang. Bagi anak usia dini, perilaku yang Berdasarkan hasil analisis data uji dua
menunjukkan kemampuan sosial berkisar pada sisi dengan pendekatan Mann-Whitney Test
tugas-tugas utama perkembangan yaitu diperoleh informasi bahwa ada pengaruh yang
menjalin ikatan positif dan self regulations signifikan kelompok eksperimen dengan
selama berinteraksi dengan teman sebaya. perlakuan bermain peran jauh lebih baik dengan
Dalam pandangan teoritis kemampuan sosial, kelompok kontrol yang tidak diberikan
terdapat dua fokus pengukuran yaitu pada diri perlakuan bermain peran terhadap kemampuan
atau orang lain, dalam hal ini adalah mengukur sosial anak usia dini. Hal ini berarti bahwa
kesuksesan anak dalam memenuhi tujuan kemampuan sosial anak usia dini di TK
pribadi atau hubungan interpersonal anak. Aisyiyah 6 Tanggulangin mempunyai
kemampuan sosial yang tinggi setelah diberikan
Berdasarkan teori tersebut di atas dapat perlakuan bermain peran.
melahirkan implikasi teoritis bahwa
pengetahuan sosial, rasa empati dan rasa Realitas yang terjadi bahwa metode
percaya diri anak-anak menjadi terukur. Anak- pembelajaran dengan bermain peran sangat baik
anak yang memiliki pengetahuan sosial yang karena bentuk pembelajarannya selalu
tinggi cenderung mudah memahami perasaan melibatkan anak-anak yang lain; sehingga dapat
orang lain. Mereka sering menjadi pemimpin di memberikan kontribusi dan pengaruh yang
antara teman-temannya. Anak yang cerdas signifikan terhadap perkembangan sosial anak.
dalam sosial pandai mengorganisasi teman- Menurut CRI Inc, (1997) bahwa permainan
teman mereka dan pandai mengkomunikasikan peran terkadang mengikutsertakan kerjasama
keinginannya pada orang lain. Mereka memiliki dan perencanaan gabungan. Walaupun anak-
kemahiran mendamaikan konflik dan anak bisa berdebat dan kesal terhadap sesama,
menyelaraskan perasaan orang-orang yang namun perjuangan yang demikian membawa
terlibat konflik. Mereka mudah mengerti sudut keperkembangan teknik dalam menghadapi
pandang orang lain, dan dengan relatif akurat, orang lain. Anak-anak akan mempelajari bahwa
mampu menebak suasana hati dan motivasi bekerja dan bermain bersama anak-anak yang
pribadi orang lain. Sejalan dengan teori lain adalah penghargaan dan pengalaman
Schmidt (2001), anak-anak yang cerdas secara berharga.
interpersonal merupakan individu yang cinta Hasil penelitian ini relevan dengan teori
damai. Mereka adalah pengamat dan motivator yang telah dikemukakan pada landasan teori.
yang baik. Sebagaimana dikemukakan oleh Musfiroh
Selanjutnya pendapat Amstrong (1993), (2008, 213) bahwa tujuan bermain peran
anak-anak yang cerdas dalam sosial mempunyai adalah: Merangsang kemampuan
banyak teman. Mereka juga mudah mengidentifikasi peran orang lain, merangsang
bersosialisasi serta senang terlibat dalam kemampuan empati anak, merangsang
kegiatan atau kerja kelompok. Mereka kemampuan mengenal orang lain, mengasah
menikmati permainan-permainan yang kepekaan simpati pada kondisi orang lain, dan
dilakukan secara berpasangan atau mengasah kemampuan bekerja sama dengan
berkelompok. Mereka suka memberikan apa orang lain.
yang dimiliki dan diketahui kepada orang lain, Bermain peran, anak-anak cenderung
termasuk masalah ilmu dan informasi. Mereka secara spontan mengambil peran atau perilaku
tampak menikmati ketika mengajari teman orang lain. Bagi anak usia dini, ini adalah arena
sebaya mereka tentang sesuatu, seperti yang ideal untuk pembelajaran yang asyik dan
membuat gambar, memilih warna, atau bahkan menarik. Semua area perkembangan anak
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal. 14-28

26

dipengaruhi. Apabila guru membuat sosial anak usia dini di taman kanak-
kegiatannya terstruktur dengan benar, baik kanak TK Aisyiyah 6 Tanggulangin.
pikiran dan badan akan mendapatkan yang 2. Ada pengaruh kelompok eksperimen
sesuai. Sejalan dengan teori Ruth Hartley dengan perlakuan bermain peran jauh
(1964), bahwa bermain peran itu merupakan lebih baik dengan kelompok kontrol yang
bentuk permainan bebas dari anak-anak yang tidak diberikan perlakuan bermain peran
masih muda. Ialah salah satu cara bagi mereka terhadap kemampuan sosial anak usia
untuk menelusuri dunianya, dengan meniru dini di taman kanak-kanak TK Aisyiyah
tindakan dan karakter dari orang-orang yang 6 Tanggulangin.
berada disekitarnya. Ini adalah ekspresi paling
awal dari bentuk permainan peran, namun tidak Saran
boleh disamakan dengan permainan peran atau
ditafsirkan sebagai penampilan. Permainan Dari kesimpulan di atas, maka dapat
peran ialah sangat sementara, hanya berlaku disarankan sebagai berikut:
sesaat. Bisa berlangsung selama beberapa menit
atau terus berlangsung untuk beberapa waktu. 1. Metode pembelajaran bermain peran
Bisa juga dimainkan berulang kali bila banyak memberikan pengaruh positif
ketertarikan si anak cukup kuat; tetapi bila ini terhadap kemampuan sosial anak usia
terjadi, maka pengulangannya tersebut dini, untuk itu diharapkan para pembina
bukanlah sebagai bentuk latihan. Melainkan dan para guru taman kanak-kanak dapat
adalah pengulangan pengalaman yang kreatif menerapkan metode pembelajaran
untuk kesenangan murni dalam melakukannya. bermain peran dalam mengaplikasikan
Ia tidak memiliki awalan dan akhiran dan tidak saat proses pembelajaran.
memiliki perkembangan dalam arti permainan 2. Diharapkan penelitian ini dapat
peran. memberikan informasi sebagai wujud
nyata dalam pengembangan keilmuan
Menyadari hal tersebut bahwa pengaruh khususnya dalam bidang pendidikan anak
metoe pembelajaran bermain peran terhadap usia dini sebagai bahan referensi ilmiah
kemampuan sosial anak-anak usia dini telah untuk penelitian selanjutnya.
banyak membentuk karakteristik anak melalui
cara belajar lebih dapat berkonsentrasi, melatih
imajinasi, membaca ide-ide baru, melatih DAFTAR RUJUKAN
perilaku orang-orang dewasa dan meningkatkan Amstrong, T. (2002). Menerapkan Multiple
rasa kendali atas dunianya sendiri. Anak-anak Intelligences di Sekolah, (alih bahasa
mendapatkan kewaspadaan yang tinggi Yudhi Murtanto). Batam Center:
mengenai kecantikan, ritme, dan struktur Interaksara.
lingkungannya dan sambil tubuhnya
mempelajari lebih banyak lagi mengenai cara Amstrong, T. (2004). Kamu itu Lebih Cerdas
berkomunikasi dengan pikirannya sendiri, daripada yang Kamu Duga; Panduan
perasaan dan emosinya menjadi stabil sehingga Menuju Multipel Intelinjensi Bagi Anak-
pembelajaran yang diberikan dapat terlaksana Anak, (alih bahasa Arvin Saputra),
lebih efektif . Bandung: Kaifa.
SIMPULAN Dariyo, A., (2007). Psikologi Perkembangan;
Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung:
Berdasarkan hasil analisis data dan Refika Aditama.
pembahasan hasil penelitian, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut: Gardner, H. (2003). Multiple Intelligences;
Kecerdasan Majemuk Teori dalam
1. Kelompok eksperimen dengan perlakuan Praktek, (alih bahasa Alexander Sinroro).
bermain peran jauh lebih baik dibanding Batam Center: Interaksara
kelompok kontrol yang tanpa perlakuan
bermain peran terhadap kemampuan
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal. 14-27

27

Goleman, D. (2005). Working With Emotional


Intelligence; Kecerdasan Emosi untuk
Mencapai Puncak Prestasi. (alih bahasa
Alex Tri Kantjono Widodo). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Hirsh, K., (2005). Einstein Never Used Flash


Cards. Bandung: Kaifa.

Hurlock, E. B. (1988). Perkembangan Anak.


Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B. (1988). Perkembangan Anak.


Jilid 2. Jakarta; Erlangga.

Jamaris, M. (2006). Perkembangan dan


Pengembangan Anak Usia Taman
Kanak-Kanak; Pedoman Bagi Orang Tua
dan Guru. Jakarta: Grasindo.

Kostelnik, M.J, dkk. (2007). Developmentally


Appropriate Curriculum Best Practices In
Early Chilhood Education. United States:
Pearson Prentice Hall.

Masitoh. (2006). Strategi Pembelajaran TK.


Jakarta: Universitas Terbuka.

Moeslichatoen, R .(2004). Metode Pengajaran


Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka
Cipta.

Montolalu, B.E.F. (2007). Bermain dan


Permainan Anak. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Schmidt, L. (2003). Jalan Pintas Menjadi 7


Kali Lebih Cerdas; 50 Aktivitas,
Permainan dan Prakarya untuk
Mengasuh 7 Kecerdasan Mendasar Pada
Anak. Bandung: Kaifa

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian


Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Musfiroh, T. (2008). Cerdas Melalui Bermain


(Cara mengasah Multiple Inteligence
pada Anak Sejak Usia Dini). Jakarta: PT.
Grasindo.

Tedjasaputra, M.S. (2001). Bermain, Mainan


dan Permainan. Jakarta: Grasindo

You might also like