You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan.


Tanpa penilaian, kita tidak mungkin dapat mengetahui dan mengidentifikasi
keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang telah direncanakan. Penilaian
program bimbingan merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan
program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain bahwa
keberhasilan program dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak
dilihat lewat kegiatan penilaian.

Sehubungan dengan penilaian ini, Shertzer dan Stone (1966) mengemukakan


pendapatnya: “Evaluation consist of making systematic judgements of the relative
effectiveness with which goals are attained in relation to special standards“.

Evaluasi ini dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data)
untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian) kegiatan-kegiatan
yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Pengertian lain dari
evaluasi ini adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap
dan perilaku, atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program kegiatan
yang telah dilaksanakan.

Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya, tindakan atau


proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau
patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.

Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan


program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi
atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan siswa dan pihak-pihak yang terlibat baik

1
langsung maupun tidak langsung berperan membantu siswa memperoleh perubahan
perilaku dan pribadi ke arah yang lebih baik.

Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, penilaian


diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektivan layanan bimbingan
yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat diketahui sampai sejauh mana
derajat keberhasilan kegiatan layanan bimbingan. Berdasarkan informasi ini dapat
ditetapkan langkah-langkah tindak lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan
program selanjutnya.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini dibahas bagaimana evaluasi layanan bimbingan belajar dan
konseling? Serta apa pengertian stress? dan bagaimana pengembangan keterampilan
pengelolaannya?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Memahami mengenai evaluasi layanan bimbingan belajar dan konseling serta
memahami tingkat ke stressan
2. Tujuan Khusus
 Membahas mengenai evaluasi bimbingan belajar dan konseling
 Membahas mengenai pengertian stress dan pengembangan keterampilan
pengelolaannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. EVALUASI LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DAN KONSELING


1. Pengertian
Evaluasi program bimbingan, menurut W.S Winkel (1991:135), adalah usaha

menilai efesiensi dan efektifitas pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan

mutu program bimbingan. Adapun menurut Dewa Ketut Sukardi (1990:47), evaluasi

program bimbingan adalah segala upaya tindakan atau proses untuk menentukan

derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program

bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-

patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan. Jadi, evaluasi

pelaksanaan program bimbingan merupakan suatu usaha untuk menilai efesiensidan

efektifitas pelayanan bimbingan konseling demi peningkatan mutu program bimbingan

dan konseling.

Evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses pengumpulan informasi untuk

mengetahui efektivitas kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya pengambilan

keputusan. Pengertian lain evaluasi adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai

informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil

dari perkembangan sikap dan perilaku atau tugas-tugas perkembangan para siswa

melalui kegiatan yang telah dilaksanakan.

2. Tujuan Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling

Secara umum penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan

konseling bertujuan untuk:

3
a. Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah

memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.

b. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan program

bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.

Secara operasional, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program

bimbingan dan konseling ditujukan untuk:

a. Meneliti secara berkala hasil pelaksanaan program bimbingan dan konseling.

b. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari layanan bimbingan dan

konseling.

c. Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan dan/atau perlu

diadakan perbaikan dan perkembangan.

d. Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha

menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling.

e. Memperoleh gambaran sampai sejauh mana peranan masyarakat terhadap

pelaksanaan program bimbingan dan konseling.

f. mengetahui sampai sejauh mana kontribusi program bimbingan dan konseling

terhadap pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya, TIK dan TIU pada

khususnya.

g. mendapatkan informasi yang akurat dalam rangka perencanaan langkah-langkah

pengembangan program bimbingan dan konseling.

3. Fungsi Evaluasi

Fungsi evaluasi antara lain, sebagai berikut

a. Memberikan umpan balik kepada pembimbing (konselor) untuk memperbaiki

atau mengembangkan program bimbingan dan konseling.

4
b. Memberikan informasi kepada semua pihak yang terkait untuk meningkatkan

kualitas program bimbingan dan konseling.

4. Jenis-jenis evaluasi

a. Evaluasi Peserta Didik

Untuk mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan

konseling di sekolah, maka pemahaman terhadap peserta didik yang mendapatkan

bimbingan dan konseling penting dan perlu.

Adapun jenis data yang dikumpulkan dari peserta didik dapat berupa : (1)

kemampuan sekolastik umum, (2) bakat, (3) minat, (4) kepribadian, (5) prestasi

belajar, (6) riwayat kependidikan, (7) riwayat hidup, (8) cita-cita pendidikan atau

jabatan, (9) hobi dan penggunaan waktu luang, (10) kebiasaan belajar, (11)

hubungan sosial, (12) keadaan fisik dan kesehatan, (13) kesulitan-kesuliitan yang

dihadapidan (14) minat terhadap mata pelajaran disekolah.

b. Evaluasi Program

Jenis evaluasi program ini dilakukan demi untuk peningkatan mutu

program bimbingan dan konseling disekolah. Penyusunan program bimbingan dan

konseling di sekolah dibagi menjadi beberapa kegiatan layanan, yaitu : (1)

layanan kepada peserta didik,(2) layanan kepada guru, (3) layanan kepada

sekolah, (4) layanan kepada orang tua siswa atau masyarakat

c. Evaluasi Proses

Untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam program bimbingan

dan konseling di sekolah, dituntut proses pelaksanaan program bimbingan yang

mengarah kepada tujuan yang diharapkan. Faktor-faktor yang perlu dievaluasi :

1) Organisasi dan administrasi program bimbingan dan konseling.

5
2) Petugas pelaksana atau personel (tenaga professional dan non profesional).

3) Fasilitas dan perlengkapan, meliputi :

a. Fasilitas teknis : tes, inventoriangket, format dansebagainya.

b. Fasilitas fisik, seperti : ruang konselor, ruang konseling, ruang tunggu,

ruang pertemuan, ruang administrasi bimbingan dan konseling, ruang

penyimpanan alat-alat, dan ruang penyimpanan data.

c. Perlengkapanseperti :meja, kursi, filling cabinet, files, lemari, rak, papan

media bimbingan, mesinketik, alat perekam pandang dengar, dan

sebagainya.

d. Anggaran biaya

Anggaran perlu dipersiapkan secara rinci untuk menunjang

pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. Anggaran yang

diperlukan adalah dalam pos-pos seperti berikut:

1. Honorarium pelaksana/ personel

2. Pengadaan dan atau pengembangan alat-alat teknis

3. Pengadaan dan pemeliharaan sarana fisik

4. Biayaoperasional :perjalanan, pertemuan, kunjungan rumah, dan

sebagainya.

5. Penilaian dan penelitian

e. Kegiatan pelaksanaan program bimbingan dan konseling

d. Evaluasi Hasil

Jenis evaluasi pelaksanaan program ini diadakan melalui peninjauan

terhadap hasil yang diperoleh seseorang yang berpartisipasi dalam kegiatan-

kegiatan bimbingan dan melalui peninjauan terhadap kegiatan itu sendiri dari

berbagai aspeknya.Peninjauanevaluatifitumemusatkanperhatianpadaefek-efek yang

6
dihasilkan sesuai dengan tujuan – tujuan bimbingan yang dikenal dengan nama

evaluasi produk atau evaluasi hasil. Jadi, untuk memperoleh gambaran tentang

keberhasilan dari pelaksanaan program bimbingan di sekolah dapat dilihat dari

hasil yang diperoleh dari pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.

Sedangkan untuk mendapatkan gambaran tentang hasil dari pelaksanaan layanan

bimbingan dan konseling di sekolah, maka harus dilihat dalam diri siswa yang

memperoleh layanan bimbingan itu sendiri. Penilaian terhadap hasil lebih

menekankan pada pengumpulan data atau informasi mengenai keberhasilan dan

pengaruh kegiatan layanan bimbingan yang telah diberikan.Dengan kata lain,

evaluasi terhadap hasil ditunjukan pada pencapaian tujuan program, baik dalam

jangka pendek, maupun jangka panjang.

5. Langkah - langkah Evaluasi

Dalam melaksanakan evaluasi program, ada beberapa hal yang harus ditempuh,

yaitu sebagai berikut:

a. Fase Persiapan

Pada fase persiapan ini terdiri dari kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi. Dalam

kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi ini yang dilalui adalah

1) Langkah pertama-penetapan aspek-aspek yang dievaluasi. Aspek-aspek yang

dievaluasi meliputi:

a) Penentuan dan perumusan masalah yang hendak dipecahkan atau tujuan yang

hendak dicapai

b) Program kegiatan bimbingan

c) Personel atau ketenagaan

d) Fasilitas teknis dan fisik

7
e) Pengelolaah dan administrasi bimbingan

f) Pembiayaan

g) Partisipasi personel

h) Proses kegiatan

i) Akibat sampingan

2) Langkah kedua-penetapan kriteria keberhasilan evaluasi. Misalnya bila aspek proses

kegiatan yang dievaluasi ditinjau dari:

a) Lingkunngan bimbingan

b) Sarana yang ada

c) Situasi daerah

3) Langkah ketiga-penetapan alat-alat atau instrumen evaluasi. Misalnya aspek proses

kegiatan yang hendak dievaluasi dengan kriteria pada bagian 2 diatas maka

instrumen yang harus digunakan adalah:

a) Cek list

b) Observasi kegiatan

c) Tes situasi

d) Wawancara

e) Angket

4) Langkah keempat-penetapan prosedur evaluasi seperti contoh pada butir 2 dan 3 di

atas, maka prosedur evaluasinya melalui: penelaahan→kegiatan→penelaahan hasil

kerja→konferensi kasus→lokakarya.

5) Langkah kelima-penetapan tim penilai atau evaluator. Yang harus menjadi

evaluator dalam penilaian proses kegiatan adalah:

a) Ketua tim bimbingan dan konseling

b) Kepala sekolah

8
c) Tim bimbingan dan konseling

d) Konselor

b. Fase persiapan atau instrumen evaluasi

Dalamfaseini, dilakukan kegiatan diantaranya:

1) Memilih alat-alat/ instrument evaluasi yang ada atau menyusun dan

mengembangkan alat – alat evaluasi yang diperlukan.

2) Penggandaan alat-alat/ instrument evaluasi yang akan digunakan.

c. Fase pelaksanaan kegiatan evaluasi

Dalam fase pelaksanaan evaluasi ini, evaluator melalui kegiatan, yaitu:

1) Persiapan pelaksanaan kegiatan evaluasi

2) Melaksanakan kegiatan evaluasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan

d. Fase menganalisis evaluasi

Dalam fase analisis hasil evaluasi atau pengolahan data hasil evaluasi ini

dilakukan mengacu pada jenis datanya. Langkah – langkah itu, diantaranya:

1) Abulasi data

2) Analisis hasil pengumpulan data melaluistatistikatau non statistik.

e. Fase penafsiran dan pelaporan hasil evaluasi

Pada fase ini dilakukan kegiatan membandingkan hasil analisis data dengan

criteria penilaian keberhasilan daily kemudian diinterpretasikan dengan memakai kode-

kode tertentu, untuk kemudian dilaporkan serta digunakan dalam rangka perbaikan dan

atau pengembangan program layanan bimbingan dan konseling.

Menurut Anas Salahudin, dalam melaksanakan evaluasi program ditempuh

langkah - langkah berikut.

a. Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan. Karena tujuan evaluasi adalah

untuk memperoleh data yang diperlukan untuk mengambil keputusan, maka

9
konselor perlu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan hal-hal

yang akan dievaluasi. Pertanyaan-pertanyaan itu pada dasarnya terkait dengan dua

aspek pokok yang dievaluasi yaitu : (1) tingkat keterlaksanaan program (aspek

proses), dan (2) tingkat ketercapaian tujuan program (aspek hasil).

b. Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data. Untuk memperoleh

data yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian

program, maka konselor perlu menyusun instrumen yang relevan dengan kedua

aspek tersebut. Instrumen itu diantaranya inventori, angket, pedoman wawancara,

pedoman observasi, dan studi dokumentasi.

c. Mengumpulkan dan menganalisis data. Setelah data diperoleh maka data itu

dianalisis, yaitu menelaah tentang program apa saja yang telah dan belum

dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum tercapai.

d. Melakukan tindak lanjut (Follow Up). Berdasarkan temuan yang diperoleh, maka

dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan,

yaitu (1) memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat, atau kurang

relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, dan (2) mengembangkan program,

dengan cara merubah atau menambah beberapa hal yang dipandang dapat

meningkatkan kualitas atau efektivitas program.

6. Metode atau Pendekatan Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan

Konseling

Ada beberapa metode yang digunakan untuk menyelenggarakan evaluasi

pelaksanaan program bimbingan dan konseling yaitu:

a. Metode survei

Metode survei merupakan suatu usaha untuk mengenal keadaan

sesungguhnya dari suatu sekolah secara menyeluruh sebagaimana adanya.

10
b. Metode observasi

Sebelum melaksanakan observasi dibutuhkan suatu rencana yang terinci,

yang mencakup perilaku-perilaku siswa yang akan diamati, kapan akan diamati,

siapa yang akan diamati, akan direkam dengan cara bagaimana, dan akan diberi

interprettasi seperti apa. Dengan demikian, perencanaan yang rinci, pembuatan

pedoman atau kriteria dan keterlibatan lebih dari satu orang dalam observasi akan

diperoleh data yang lebih terarah, tepat dan objektif.

c. Metode eksperimental

Metode eksperimental dimaksudkan untuk mempelajari suatu kelompok

atau lebih yang menyyangkuut apakah tujuan layanan yang diharapkanitu dapat

tercapai atau belum, apakah layanan tersebut efektif dan efesien atau tidak. Studi

eksperimental perlu menggunakan metode ilmiah yang mencakup suatu penetapan

sebelumnya, yaitu : (1) menentukan tujuan dan metode pencapaian

tujuan,(2)pengembangan cara untuk mengukur pencapaian tujuan ini,(3)seleksi satu

atau beberapa kelompok kontrol dan eksperimen,(4)proses untuk megadakan

langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan,dan (5)pengukuran hasil-

hasil eksperimentasi. Metode ini paling tepat memerlukan pembentukan dan

kelompok siswa yang satu dijadikan kelompok eksperimental dan kelompok

lainnya menjadi kelompok kontrol.

d. Metode skudi kasus

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan

seorang siswa yang dijadiak studi kasus. Metode ini cukup banyak memakan

waktu, akan tetapi memiliki beberapa keuntungan tertentu. Penekanannya pada

perkembangan individu dan perkembangan kepribadiannya, disamping itu metode

11
ini banyak manfaatnya bagi konselor dalam mengevaluasi efesiensi dan efektifitas

kegiatan-kegiatan bimbingan yang dilaksanakannya.

B. PENGERTIAN STRESS

Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang.
Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulusatau respon yang menuntut
individu untuk melakukan penyesuaian.
Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres adalah keadaan internal yang dapat
diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang
dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu
untuk mengatasinya.
Stres juga adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis
(Chapplin, 1999).
Stres juga diterangkan sebagai suatu istilah yang digunakan dalam ilmu
perilaku dan ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau kondisi fisik, biologis dan
psikologis organisme yang memberikan tekanan kepada organisme itu sehingga ia
berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya. (McGrath, dan Wedford dalam
Arend dkk, 1997).
Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
a. Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan
stres atau disebut juga dengan stressor.
b. Respon, yaitu stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul
karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat
secara psikologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing, serta respon
psikologis seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
c. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif
dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun
afeksi.
Rice (2002) mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus
lingkungan yang menyebabkan individu merasa tegang. Atkinson (2000)
mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan

12
kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai penyebab stres
dan reaksi individu terhadap situasi stres ini sebagai respon stres.
Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa stres
merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu. Stres merupakan mekanisme
yang kompleks dan menghasilkanrespon yang saling terkait baik fisiologis, psikologis,
maupun perilaku pada individu yang mengalaminya, dimana mekanisme tersebut
bersifat individual yang sifatnya berbeda antara individu yang satu dengan individu
yang lain.
Penyebab Stres atau Stressor
Stressoradalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan
terjadinya respon stres.Stressordapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi
fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam
kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya.

C. PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PENGELOLAAN STRESS

Istilah manajemen stres merujuk pada identifikasi dan analisis terhadap


permasalahan yang terkait dengan stres dan aplikasi berbagai alat teraupetik untuk
mengubah sumber stres atau pengalaman stres(Cotton dalam Intan 2012).Berbeda
dengan Cotton, Smith (dalam Riskha 2012) mendefinisikan manajemen stres
sebagaisuatu keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk mengantisipasi,
mencegah, mengelola dan memulihkan diri dari stresyang dirasakan karena adanya
ancaman dan ketidakmampuan dalam coping yang dilakukan.
Hal senada juga diungkapkan oleh Margiati (1999) bahwa manajemen stres
adalah membuat perubahan dalam cara anda berpikir dan merasa, dalam cara anda
berperilaku, dan sangat mungkin dalam lingkungan anda. Fadli (dalam Arum 2006)
menambahkan bahwa manajemen stres juga sebagaikecakapan menghadapi tantangan
dengan cara mengendalikantanggapan secara proporsional.
Munandar (2001) mendefinisikan manajemen stres sebagai usaha untuk
mencegah timbulnya stres, meningkatkan ambang stres dari individu dan menampung
akibat fisiologikal dari stress. Menurut Munandar, adabeberapa teknik yang digunakan
dalam manajemen stres yaitu:

13
1. Kerekayasaan Organisasi
Melalui analisis kerja dan kerekayasaan metode dapat dirancang pola
pekerjaan baru bagi pekerjaan yang dirasakan memiliki beban berlebihan. Secara
kuantitatif, banyaknya kegiatan dapat dikurangi, misalnya dengan penambahan
tenaga kerja , sedangkan secara kualitatif dapat dikurangi derajat kemajemukan
keterampilan yang diperlukandan dapat dikurangi tanggung jawabnya juga.
Sebaliknya bagi pekerjaan dengan beban terlalu sedikit dapat dilakukan
perluasaan pekerjaan (job enlargement) dan pemerkayaan pekerjaan (job
enrichment). Dapat pula dilakukan strategi yang diajukan oleh Everly dan
Girdano yaitu sasaran berdasarkan kerja (work by-Objectives) danmanajemen
waktu (timemanegement) yang khususberlaku untuk para manajer menengah
keatas.
Sasaran berdasarkan Kerja (SbK) ini merupakan salah satu teknik yang
termasuk dalam jenis manajemen berdasarkan sasaran (Manajement by
Objectives). SbK terdiri dari 4 langkah yaitu:
a. Menetapkan sasaran realistik bagi satuan kerjanya, yang dapat dicapai dalam
waktu yang dimiliki.
b. Merancang perangkat perencanaan, tindakan atau metode untuk dapat
mencapai sasaran.
c. Menciptakan strategi untuk dapat mengukur keberhasilannya mencapai
sasaran-sasaran pada akhir suatu periode tertentu.
d. Pada akhir waktu yang sudah ditentukan mengukur keberhasilan mencapai
sasaran-sasarannya.Manajemen waktu (MW) memiliki tiga tahap, yaitu:
1) Analisis waktu
Analisis waktu mencakup penaksiran, penyususan prioritas, dan
penjadwalan waktu dalam kaitan dengan tuntutan waktu terhadap
pekerjaan. Berdasarkan rencana kerja yang dibuat pada SbK dihitung
waktu yang diperlukan untuk melaksanakan rencana kerja tersebut. Waktu
yang diperlukan kemudian disesuaikan dengan waktu yang tersedia,
sedemikian rupa sehingga tugas - tugas dapat diselesaikan sesuai dengan
urutan kepentingannya dalam waktu yang tersedia.
2) Strategi untuk mengorganisasi
Tahap kedua ialah pelaksanaan strategi untuk mengatur beban kerja.
Manajer membagi tugas, mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab.

14
3) Strategi untuk follow up
Follow up mencakup penaksiran teratur tentang efisiensi dari analisis
waktu dan tahap - tahap pengaturan berikutnya. Dengan follow up
diperoleh peluang untuk menyesuaikan strategi - strategi yang cocok
anatara kepribadian manajer dengan pekerjaannya. SbK dan MW
khususnya dapat dilakukan untuk pekerjaan - pekerjaan yang dirasakan
memeiliki beban berlebihan.
2. Kerekayasaan Kepribadian
Strategi yang digunakan dalam kerekayasaan kepribadian ialah upaya untuk
menimbulkan perubahan - perubahan dalam kepribadian individu agar dapat dicegah
timbulnya stres dan agar ambang stres dapat ditingkatkan. Perubahan - perubahan
yang dituju ialah perubahan dalam hal pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan
nilai-nilai yang mempengaruhi persepsi dan sikap tenaga kerja terhadap
pekerjaannya.
Program pelatihan keterampilan merupakan salah satu strategi untuk
meningkatkan keterampilan tenaga kerja sehingga timbul rasa percaya diri akan
kemampuannya untuk melaksanakan pekerjaannya.Jika tenaga kerja telah mengalami
stres, sertastres berakibat teganggunya kesehatan mentalnya, maka psikoterapi dapat
diberikan agar ia dapat berfungsi optimal kembali.
3. Teknik Penenangan pikiran
Tujuan teknik - teknik penenangan pikiran ialah untuk mengurangi kegiatan
pikiran,yaitu proses berpikir dalam bentuk merencana, mengingat, berkhayal,
menalar yang secara bersinambung kita lakukan dalam keadaan bangun, dalam
keadaan sadar. Jika berhasil mengurangi kegiatan pikiran, rasa cemas dan khawatir
akan berkurang, kesigapan umum (general arousal) untuk beraksi akan berkurang,
sehingga pikiran menjadi tenang, stres berkurang.
Teknik-teknik penenang pikiran meliputi: meditasi, pelatihan relaksasi
autogenik, dan pelatihan relaksasi neuromuscular.
a. Meditasi
Meditasi dapat dianggap sebagai teknik, dapat pula dianggap sebagai
suatu keadaan pikiran (mind), keadaan mental. Berbagai teknik seperti yoga,
berfikir, relaksasi progresif, dapat menuju tercapainya keadaan mental
tersebut.konsentrasi merupakan aspek utama dari teknik - teknik meditasi.

15
Penelitian menunjukan bahwa selma meditasi aktivitas dari kebanyakan
sistem fisik berkurang. Meditasi menyebabkan adanya relaksasi fisik. Pada saat
yang sama meditator mengendalikan secara penuh penghayatannya dan
mengendalikan emosi, perasaan dan ingatan. Pikiran menjadi tenang, badan
berada dalam keseimbangan.
b. Pelatihan Relaksasi Autogenik
Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang ditimbulkan sendiri (auto-
genis = ditimbulkan sendiri). Teknik ini berpusat pada gambaran - gambaran
berperasaan tertentu yang dihayati bersama dengan terjadinya peristiwa
tertentu yang kemudian terkait kuat dalam ingatan, sehingga timbulnya
kenangan tentang peristiwa akan menimbulkan pula penghayatan dari
gambaran perasaan yang sama.
Pelatihan relaksasi autogenik berusaha mengaitkan penghayatan yang
menenangkan dengan peristiwa yang menimbulkan ketegangan, sehingga
badan kita terkondisi untuk memberikan penghayatan yang tetap menenangkan
meskipun menghadapi peristiwa yang sebelumnya menimbulkan ketegangan.
c. Pelatihan Relaksasi Neuromuscular
Pelatihan relaksasi neuromuscular adalah satu program yang terdiri dari
latihan - latihan sistematis yang melatih otot dan komponen - komponen sistem
saraf yang mengendalikan aktivitas otot. Sasarannya ialah mengurangi
ketegangan dalam otot. Karena otot merupakan bagian yang begitu besar dari
badan kita, maka pengurangan ketegangan pada otot berarti pengurangan
ketegangan yang nyata dari seluruh badan kita.
Individu diajari untuk secara sadar mampu merelakskan otot sesuai
dengan kemauannya setiap saat.
d. Teknik Penenangan Melalui Aktivitas Fisik
Tujuan utama penggunaan teknik penenangan melalui aktivitas fisik ialah
untuk menghamburkan atau untuk menggunakan sampai habis hasil – hasil
stres yang diproduksi oleh ketakutan dan ancaman, atau yang mengubah sistem
hormon dan saraf kita kedalam sikap mempertahannkan. Kita dapat melakukan
aktivitas fisik sebelum dan sesudah stres. Kita semua merasakan bahwa, dalam
menghadapi situasi yang kita rasakan sebagai penuh Stres , timbul satu
kesigapan umum untuk melakukan sesuatu, timbul tambahan tenaga (untuk

16
‘melarikan diri’ atau untuk ‘melawan’) yang timbul sebagai akibat perubahan -
perubahan dalam sistem hormon dan sistem saraf kita.
Aktivitas yang sesuai dalam hal ini ialah latihan keseluruhan badan,
seperti berenang, lari, menari, bersepedaatau olahraga lain selama kurang lebih
satu jam.
Menurut Everly dan Girdano latihan fisik dapat paling baik manfaatnya
jika dilakukan dalam beberapa jam setelah timbulnya stres, tetapi setiap saat
dalam 24 jam masih akan tetap dapat menolong.
Aktivitas fisik dapat juga dilakukan sebelum stres timbul. Aktivitas fisik
memiliki sifat preventif (penghindaran). Selama melakukan aktivitas fisik
seluruh sistem badan dirangsang untuk beraksi, bergerak. Setelah kegiatan,
sistem - sistemnya memantul dengan cara makin melambat (by slowing down),
dengan demikian mendorong ke relaksasi dan ketenangan. Kurang lebih 90
menit setelah latihan fisik yang baik, timbul rasa dari relaksasi yang mendalam.
Relaksasi setelah latihan fisik membawa serta sesuatu rasa ‘dingin - tenang-‘
(imperturbabilty), satu reaktivitas terhadap lingkungan yang lebih rendah yang
membantu orang, yang secara kronis melakukan latihan - latihan fisik, untuk
bereaksi lebih sesuai terhadap rangsangan. Keadaan ini membuat orang
melangkah lebih ringan, bersikap lebih positif dan lebih sulit untuk menjadi
jengkel.

Senada dengan Munandar, Robbins (2002) mengemukakan bahwa adadua cara


dalam mengelola streskerja,yaitu:
1. Pendekatan Individual
Seorang karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk
mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah terbukti efektif mencakup
pelaksanaan teknik - teknik manajemen waktu, meningkatkan latihan fisik,
pelatihan pengenduran (relaksasi) dan perluasan jaringan dukungan sosial.
2. Pendekatan Organisasional
Beberapa faktor yang menyebabkan stres terutama tuntutan tugas dan peran
serta struktur organisasi telah dikendalikan oleh manajemen. Dengan demikian,
faktor - faktor ini dapat dimodifikasi atau diubah. Strategi yang mungkin
diinginkan oleh manajemen untuk dipertimbangkan antara lain perbaikan seleksi
personil dan penempatan kerja, penggunaan penetapan tujuan yang realistis,

17
perancangan ulang pekerjaan, peningkatan keterlibatan karyawan, perbaikan
komunikasi organisasi dan penegakan program kesejahteraan korporasi.

Sedangkan menurut Yusuf (2004) pengelolaan stres disebut juga dengan istilah
coping. Coping adalah proses mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang ditaksir
sebagai beban karena diluar kemampuan diri individu. Coping terdiri atas upaya - upaya
yang berorientasi kegiatan dan intrapsikis untuk mengelola tuntutan internal atau eksternal
dan konflik.
Faktor - faktor yang mempengaruhi coping sebagai upaya mereduksi atau
mengatasi stres adalah dukungan sosial dan kepribadian. Karena dukungan sosial dapat
diartikan sebagai pemberian bantuan atau pertolongan terhadap seseorang yang mengalami
stres dari orang lain yang memiliki hubungan dekat. Sedangkan kepribadian seseorang
tersebut juga sangat berpengaruh dalam upaya coping ini. Karena setiap individu
mempunyai tipe dan karakteristik berbeda - beda.

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Evaluasi pelaksanaan program bimbingan merupakan suatu usaha untuk

menilai efesiensidan efektifitas pelayanan bimbingan konseling demi peningkatan

mutu program bimbingan dan konseling.

Stres merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu. Stres merupakan
mekanisme yang kompleks dan menghasilkanrespon yang saling terkait baik fisiologis,
psikologis, maupun perilaku pada individu yang mengalaminya, dimana mekanisme
tersebut bersifat individual yang sifatnya berbeda antara individu yang satu dengan
individu yang lain.
Istilah manajemen stres merujuk pada identifikasi dan analisis terhadap
permasalahan yang terkait dengan stres dan aplikasi berbagai alat teraupetik untuk
mengubah sumber stres atau pengalaman stres (Cotton dalam Intan 2012).Berbeda
dengan Cotton, Smith (dalam Riskha 2012) mendefinisikan manajemen stres
sebagaisuatu keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk mengantisipasi,
mencegah, mengelola dan memulihkan diri dari stresyang dirasakan karena adanya
ancaman dan ketidakmampuan dalam coping yang dilakukan.

B. SARAN
Profesi tenaga kesehatan adalah sebuah profesi yang tidak lepas dari berbagai
macam masalah dan dapat menimbulkan stress. Untuk itu disarankan agar setiap
individu memahami dan mampu melaksanakan manejemen pengelolaan stress.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dewa Ketut Sukardi.2008. Proses Bimbingan dan Konseling di sekolah. Jakarta: Rineka

Cipta

Sudijono, anas. 2011.pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling.

Jakarta: Rineka Cipta. Hlm:249-250

Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia. Hlm: 220

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/03/evaluasi-program-bimbingan-dan-

konseling-di-sekolah/

http://sumut.kemenag.go.id/

http://pikremajakawat50.blogspot.co.id/2012/03/keterampilan-mengatasi-stress-

copyng.html

http://digilib.uinsby.ac.id/276/5/Bab%202.pdf

20

You might also like