Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan ridhoNya Pedoman
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien ini dapat dibuat. Pedoman Peningkatan Mutu
dan Keselamatan Pasien ini akan dijadikan pedoman dalam segenap Struktural maupun
pegawai RS Islam Jemursari dalam membuat dan mengelola mutu dan keselamatan pasien
di RS Islam Jemursari.
Pada Kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat
dalam penyusunan Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien RS Islam
Jemursari, sehingga dapat meningkatkan mutu Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
sesuai standar regulasi yang ada.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam Pedoman Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien RS Islam Jemursari ini, kami sampaikan terima kasih dan
penghargaan yang tinggi. Semoga amal kebaikan diterima oleh Allah SWT.
i
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 KEBIJAKAN
BAB 4 KEGIATAN
BAB 5 METODE
BAB 8 PENUTUP
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk untuk rumah sakit. Ada
lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu:
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan "bisnis" rumah sakit
yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek keselamatan
tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit.Namun harus
diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien.Karena itu
keselamatan pasien merupakan prioritas utauntuk dilaksanakan dan hal tersebut
terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan.
Sejak dahulu fungsi manajemen resiko untuk keselamatan pasien dan upaya
peningkatan mutu sering kali dilaksanakan secara terpisah dan ada penanggung
jawabnya dimasing-masing fungsi sehingga memiliki jalur pelaporan yang berbeda
serta struktur manajemen yang terpisah. IOM (Institute of Medicine) pada tahun
2001 melaporkan bahwa crossing the quality chasm dapat menggambarkan peran
manajemen resiko dan peningkatan mutu di dalam organisasi pelayanan kesehatan.
Sesuai rekomendasi IOM yaitu crossing the quality chasm, manajemen resiko dan
upaya peningkatan mutu di organisasi pelayanan kesehatan dapat dijadikan satu
untuk mengatasi problem keselamatan pasien sehingga menghasilkan pekerjaan
yang lebih efektif dan efisien untuk menjamin organisasi memberikan pelayanan
yang aman dan bermutu tinggi. Joint Commission standards untuk patient safety
bersama organisasi kebijakan kejadian sentinel pada tahun 2001 mendorong
1
organisasi untuk melakukan tindakan sesuai rekomendasi IOM dan membuat
penyatuan antara manajemen resiko dan mutu.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit secara
berkelanjutan
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Implementasi siklus PDSA dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
2. Peningkatan mutu klinis pelayanan rumah sakit secara berkelanjutan.
3. Peningkatan mutu manajemen rumah sakit secara berkelanjutan.
4. Meningkatkan pemenuhan sasaran keselamatan pasien.
1.3 Pengertian
1. Peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah pendekatan yang
digunakan untuk mendukung keselamatan pasien dan mencari jalan untuk
bekerja sama lebih efektif dan efisien, untuk menjamin asuhan pasien yg
diberikanan aman dan bermutu tinggi.
2. Upaya peningkatan mutu adalah upaya dengan menggunakan pendekatan
pendidikan (edukasi) berkelanjutan dan perbaikan proses-proses pemberian
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya
3. Keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal-
hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
4. Clinical Pathway adalah sebuah alat manajemen perawatan pasien yang
mengatur, mengurutkan, dan menggabungkan intervensi yang dilakukan
oleh perawat, dokter, dan lain-lain, untuk jenis kasus tertentu atau kondisi
tertentu.
5. Indikator klinis adalah ukuran di bidang klinis yang digunakan untuk
mengevaluasi peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit.
6. Indikator manajemen adalah ukuran di bidang manajemen yang digunakan
untuk mengevaluasi pemenuhan sasaran keselamatan pasien rumah sakit.
2
7. Indikator sasaran keselamatan pasien adalah ukuran yang digunakan untuk
mengevaluasi pemenuhan sasaran keselamatan pasien rumah sakit.
8. Sentinel adalah:
d. Penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang bukan
orang tuanya.
10. Kejadian Nyaris Cedera(KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
11. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak timbul cedera.
12. Kondisi Potensial Cedera(KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
13. RCA adalah proses terstruktur yang menggunakan metode analitik yang
dikenal untuk mengambil suatu tindakan pada titik awal dimana bila pada
titik tersebut diambil suatu tindakan (pencegahan) maka peluang terjadinya
insiden akan berkurang.
3
BAB 2
KEBIJAKAN
c. Dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien, Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya menetapkan prioritas kegiatannya sebagai berikut :
i. Mutu klinis
f. Direktur membentuk tim mutu dan tim keselamatan pasien rumah sakit melalui
surat keputusan Direktur yang diketahui oleh Yayasan Rumah Sakit Islam
Surabaya (YARSIS).
g. Tim mutu dan tim keselamatan pasien rumah sakit melakukan rapat evaluasi
hasil pelaksanaan atau pendataan informasi secara berkala dan memberikan
laporan kepada Direktur untuk dilaksanakan lebih lanjut.
h. Setiap peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang telah dipilih dan
dilaksanakan, akan dilakukan evaluasi dan revisi serta disampaikan kepada
Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YARSIS) setiap 1 (satu) tahun sekali.
Ruang lingkup program PMKP meliputi pemilik, para pimpinan rumah sakit dan unit
kerja, seluruh tenaga profesi dan staf rumah sakit beserta penilaian kinerjanya.
Peningkatan upaya peningkatan mutu: rumah sakit, klinis (termasuk implementasi,
monitoring dan evaluasiclinical pathway) dan manajerial serta pemenuhan standar
keselamatan pasien. Pencatatan, pelaporan, validasi, analisis, monitoring serta
evaluasi indikator mutu dan insiden keselamatan pasien termasuk perjanjian dan
kontrak lainnya.
4
BAB 3
Tim PMKP membawahi 4 tim yaitu Tim Mutu, Tim K3, Tim Pelayanan Kerjasa ma
dan Tim keselamatan pasien rumah sakit (KPRS).
Susunan tim PMKP :
Ketua : dr. Nurul Imaniati
Sekretaris : Andita Wardhana, SKM
Anggota :
1. Tim Mutu.
a. Ketua : Dra. Siti Yatimah, Ak. M.Kes
b. Wakil Ketua : dr. Sri Dharmawati
c. Sekretaris : Retno Astuti Kusuma Wardhani, SE
d. Anggota tim :
Uraian tugas
1) Komite medis dan staf medis melaksanakan membuat dan merevisi
panduan clinical pathway, melaksanakan minimal 5 clinical pathway dan
mengaudit pelaksanaan clinical pathway melalui rekam medis. Membuat
profil 5 indkator klinis Internasional (khusus akreditasi 2012 pertama).
2) Manajer dan Kepala Instalasi melakukan kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, evaluasi proses 5 langkah mutu, yaitu :
pemilihan data, pengumpulan data, analisis data, validasi data, publikasi 11
indikator mutu area klinis termasuk membuat panduannya.
5
3) Kepala bagian dan kepala sub bagian melakukan kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, evaluasi proses 5 langkah mutu, yaitu :
pemilihan data, pengumpulan data, analisis data, validasi data, publikasi 9
indikator mutu area manajerial termasuk membuat panduannya dan
publikasi indikator unit kerja.
Anggota tim
1. Rizal Yulia Wardhana, Amd. PK
2. Nike Yolanda, S.Farm, Apt
3. Wiwik Wijayanti, Amd. Kep
4. Haswiyah, Amd. Kep
5. Kurnia Kanthi Nastiti, Amd.Rad
6. Suwartiningsih, Amd. Gz
a. Uraian tugas
1) Membuat panduan keselamatan pasien
2) Melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi kegiatan dan
program enam Sasaran Keselamatan Pasien ( SKP ) dan Manajemen resiko.
3) Pencatatan dan pembuatan formulir serta pelaporan insiden keselamtan
pasien.
4) Melakukan RCA pada laporan KNC dan KTD dengan skor risk grading tinggi
atau merah.
5) Melakukan FMEA, manajemen risiko.
6
3. Tim K3 Rumah Sakit
a. Ketua : dr. Rochib Umar Zani
b. Wakil Ketua : Nurman Hermawan, STP
c. Sekretaris : Ari Burhan Bruari
d. Anggota Tim
I. Monitoring & Evaluasi :
a) Ignes Marsitaharjanti, SKM
b) Fitri Inayati, Amd.KL
c) Fajar Setiadi, Amd. KL
II. Implementasi :
d) Koordinator IPI
e) Koordinator IGD
f) Koordinator Instalasi Rawat Jalan
g) Koordinator Instalasi Bedah Sentral
h) Koordinator Hemodialisa
i) Koordinator R. Melati
j) Koordinator R. Azzara II
k) Koordinator R. Dahlia
l) Koordinator R. Teratai
m) Koordinator Zahira
n) Koordinator Azzara I
o) Koordinator R. Mawar
p) Koordinator R. Neonatus
q) Ka. Instalasi Laboratorium
r) Ka. Instalasi Radiologi
s) Ka. Instalasi Gizi
t) Ka. Instalasi Bank Darah
u) Koordinator Rekam Medis
v) Ka. Unit Informasi & Pelayanan Pelanggan
w) Ka. Unit Pemasaran & Kerjasama
x) Manajer Pelayanan BPJS
y) Ka. Unit Pemeliharaan Sarana
z) Ka. Unit Logistik & Rumah Tangga
aa) Ka. Unit Pengadaan
bb) Ka. Unit Kamtib
cc) Ka. Unit Driver & Ambulans
7
dd) Ka. Unit Anggaran
ee) Ka. Unit Keuangan
ff) Ka. Unit Akuntansi
gg) Ka. Unit Administrasi Kepegawaian
hh) Ka. Unit Pengembangan SDM
ii) Ka. Unit Pembinaan Rohani
jj) Manajer Teknologi Informasi
kk) Manajer Perencanaan & Pengembangan
ll) Manajer SPI
4. Tim Kerjasama
A. Bidang Administrasi :
a. Retno Astusti Kusuma Wardhani, SE
b. Rury Diah Puspita, SE
c. Wulan Susanti, SE
B. Bidang Kerjasama :
1. Dokter Mitra
a. Dr. Lea Maera Shanty, Sp.PD
b. Drg. Fenty Ayu Dewanty
2. Instansi & Asuransi
a. Dicky Dharma P, SE
b. Puji Suwarni, SE
3. Farmasi & Alat Kesehatan
a. Lutfiana Rachmawati, Apt
b. Andik Jatmiko, ST
4. Outsourcing & Pengadaan Barang & Jasa
a. Dra. Rahayu Setiasih, Apt
b. Nurman Hermawan, STP
c. Laili Maulida Abdiana, S. Sos
5. Tenaga Kerja Kontrak & Honorer
a. Wachyuni Aliyah, SKM
8
b. Eri Sulistianti, SE
6. Pendidikan & Pelatihan
a. Ibnu Hidayat, S.Kep, Ners
b. Aldia Rizki Anisa, SKM
9
BAB 4
KEGIATAN
Clinical pathway adalah sebuah alat manajemen perawatan pasien yang mengatur,
mengurutkan, dan menggabungkan intervensi yang dilakukan oleh perawat, dokter,
dan lain-lain, untuk jenis kasus tertentu atau kondisi kondisi tertentu.
b. Ruang lingkup
Clinical pathway (CP) atau alur klinis di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. CP
dibuat untuk memberikan rincian apa yang harus dilakukan pada kondisi klinis
tertentu. CP memberikan rencana tata laksana hari demi hari dengan standar
pelayanan yang dianggap sesuai. Pelayanan dalam CP bersifat multidisiplin
sehingga semua pihak yang terlibat dalam pelayanan (dokter/dokter gigi, perawat,
fisioterapist, dil) dapat menggunakan format yang sama sehinggga perkembangan
pasien dapat dimonitor setiap hari, baik intervensi maupun outcome-nya. Panduan
CP yang dibuat di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabayamemperhatikan hal-hal
berikut :
vii. Dibangun praktek klinis yang baik/lebih baik/sangat baik dari RS lain.
d. Tata laksana
10
CP RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI SURABAYA dilengkapi dengan format untuk
pasien dan keluarga, sehingga pihak pasien dan keluarga dapat melakukan kontrol
terhadap apa yang seharusnya diperoleh dan apa yang tidak, yaitu mencakup:
e. Dokumentasi
Panduan clinical pathway dibuat oleh tim PMKP dengan peran serta pemimpin
rumah sakit sebagai upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit
sedangkan clinical pathway dibuat oleh komite medis yang berkoordinasi dengan
tim PMKP. Implementasi CP harus terekam di rekam medis. Panitia rekam medis
menunjuk tim audit yang terdiri dari dokter, perawat, dan staf rekam medis untuk
mengaudit implementasi clinical pathway di rekam medis.
a. Assesmen pasien
b. Pelayanan laboratorium
c. Pelayanan radiologi
d. Prosedur Bedah
11
Tercapaianya 100% semua berkas Inform Consent terlengkapi.
Tercapainya 100% isi berkas rekam medis harus lengkap dan benar dalam waktu 24
jam sejakpasien pulang.
Indikator mutu klinis berdasarkan International Library di Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya adalah:
a. Nursing-Sensitive Care (NSC)
b. Perinatal Care (PC)
c. Heart Failure (HF)
d. Acute Myocardial Infarction (AMI)
e. Stroke
4.2.3 Manajemen
a. Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting untuk memenuhi
kebutuhan pasien; Ketersediaan obat pada saat kosong pabrik.
b. Pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan;
i. Laporan insiden keselamatan pasien sesuai standar pelaporan patient
safety dilaporkan tepat waktu sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
ii. Pelaporan rekam medis RS dilaporkan tepat waktu berdasarkan prosedur
yang telah ditetapkan.
c. Manajemen risiko;
Dilaksanakannya evaluasi analisa FMEA setahun sekali.
d. Manajemen penggunaan sumber daya;
Utilisasi pemakaian ruang VIP.
e. Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga.
Dilaksanakannya Survei Kepuasan Pasien satu bulan sekali.
f. Harapan dan kepuasan staf;
Dilaksanakanya Survei Tingkat Kepuasan perawat setahun sekali.
g. Demografi pasien dan diagnosis klinis
Adanya Laporan 10 Besar Penyakit (demografi pasien).
h. Manajemen keuangan
Analisa Kesehatan Keuangan Rumah Sakit satu bulan sekali.
i. Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan masalah bagi
keselamatan pasien, keluarga pasien dan staf.
12
j. Evaluasi dan analisa Ketaatan penggunaan Alat Pelindung Diri setiap
semesternya.
13
4.4 Analisa
Analisa adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah permasalahan guna meneliti
struktur masalah tersebut secara mendalam dengan cara memecah-mecah masalah
tersebut menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dipelajari, kemudian mempelajari
bagian-bagian kecil tersebut, lalu mengambil kesimpulannya.
Ruang lingkup
Untuk membuat kesimpulan dan membuat keputusan, data hams dikumpulkan, dianalisis
dan diubah menjadi informasi yang berguna. Analisa merupakan bagian dari kegiatan
peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP) Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya.PMKP meliputi upaya peningkatan mutu dan pengurangan risiko untuk
keselamatan pasien yang meliputi rumah sakit dan seluruh unit.
Tata laksana
Proses analisis program PMKP di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya dilakukan dengan
membandingkan melalui salahsatu cara berikut:
a. Internal yaitu dalam waktu tertentu, seperti dari bulan ke bulan atau satu tahun ke
tahun berikutnya. Proses membandingkan secara internal dilakukan dengan
membandingkan data yang didapat pada saat tersebut dengan data yang didapat
sebelumnya dalam waktu per satu bulan atau per satu tahun sebelumnya sesuai
dengan jenis dan ragam data yang digunakan. Proses ini membuat target dari standar
data yang diambil akan terus mengalami perubahan secara internal.
b. Membandingkan dengan rumah sakit lain yang memiliki kerja sama dengan Rumah
Sakit Islam Jemursari Surabaya yaitu menggunakan referensi berbasis data. Rumah
Sakit Islam Jemursari Surabaya merupakan salah satu amal usaha kesehatan milik
Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya. Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya
melakukan perbandingan data untuk analisa dengan rumah sakit lainnya yang bekerja
sama dengan Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya.
c. Dengan standar, seperti yang ditetapkan oleh badan akreditasi, ikatan profesional
atau menggunakan ketentuan yang ditetapkan dalam undang-undang atau peraturan.
Standar yang digunakan sebagai pembanding adalah standar akreditasi versi 2012 dan
atau menggunakan standar pelayanan minimal Kepmenkes No 129 tahun 2008 atau
peraturan perundang-undangan atau dari ikatan profesional yang berlaku
14
Pertimbangan pemilihan salah satu proses analisis tersebut berdasarkan pilihan yang
paling efektif dan efisien bagi Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. Analisa data
dilakukan oleh dan merupakan tanggung jawab tim PMKP.
Dokumentasi
Data hasil analisa data PMKP di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya berbentuk hardfile
dan softfile sesuai kebutuhan.
4.5 Validasi
Validasi data adalah alat penting untuk memahami mutu dari data dan untuk menetapkan
tingkat kepercayaan (confidence level) para pengambil keputusan terhadap data itu
sendiri.
Ruang lingkup
Validasi data menjadi salah satu langkah dalam proses menetapkan prioritas penilaian,
memilih apa yang harus dinilai, memilih dan mengetes indikator, mengumpulkan data,
validasi data dan menggunakan data untuk peningkatan. Program peningkatan mutu
dianggap valid jika sesuai data yang dikumpulkan.Penilaian terpercaya jadinya merupakan
inti dari semua program peningkatan.Untuk memastikan bahwa data yang benar,
bermanfaat telah dikumpulkan, validasi data secara internal harus ada.
Tata laksana
Proses validasi dilakukan dengan membandingkan melalui salah satu cara berikut:
a. Mengumpulkan ulang data oleh orang kedua yang tidak terlibat dalam pengumpulan
data sebelumnya.
b. Menggunakan sample statistik sahih dari catatan, kasus dan data lain. Sample 100 %
dibutuhkan hanya jika jumlah pencatatan, kasus atau data lainnya sangat kecil
jumlahnya.
d. Kalkulasi akurasi dengan membagi jumlah elemen data yang ditemukan dengan
total jumlah data elemen dikalikan dengan 100. Tingkat akurasi 90 % adalah
patokan yang baik.
e. Jika elemen data yang diketemukan ternyata tidak sama dengan catatan alasannya
(misalnya data tidak jelas definisinya) dan dilakukan tindakan koreksi.
f. Koleksi sample baru, setelah semua tindakan koreksi dilakukan untuk memastikan
tindakan menghasilkan tingkat akurasi yang diharapkan.
Pertimbangan pemilihan salah satu proses validasi berdasarkan pilihan yang paling efektif
dan efisien bagi Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. Validasi dikerjakan dan merupakan
tanggung jawab timRumah Sakit Islam Jemursari Surabaya.
Dokumentasi
Validasi data PMKP di RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI SURABAYA terdokumentasi melalui
hardfile dan softfile sesuai kebutuhan. Data hardfile dan atau softfile terdokumentasi dan
tersimpan oleh tim PMKP dan PIC/Penanggung jawab data.
15
4.6 Root Cause Analysis (RCA)
Root cause (akar masalah) adalah akar atau isu fundamental, adalah titik awal dimana
bila pada titik tersebut diambil suatu tindakan (pencegahan) maka peluang terjadinya
insiden akan berkurang.
Root Cause Analysis adalah proses terstruktur yang menggunakan metode analitik yang
dikenal sehingga memungkinkan kita untuk bertanya "bagaimana" dan "mengapa" dengan
cara yang obyektif untuk mengungkap faktor kausal yang menyebabkan insiden
keselamatan pasien serta belajar bagaimana mencegah insiden serupa terjadi lagi,
bukannya menerapkan sikap menyalahkan.
Ruang lingkup
Root Cause Analysis (RCA) adalah bagian dari program keselamatan pasien dan mutu.RCA
berdampingan dengan laporan insiden keselamatan pasien, pendidikan keselamatan
pasien dan pelatihan dalam rangka strategi manejemen risiko organisasi.Kepanitiaan RCA
harus dibentuk pada tingkat pimpinan rumah sakit dan dukungan direksi memberikan
pesan-pesan kuat terhadap keseluruhan organisasi rumah sakit.Penetapan kepanitiaan
RCA pada tingkat direksi memberikan berbagai kewenangan yang dibutuhkan oleh Tim
RCA untuk melakukan investigasi dan identifikasi akar penyebab dari kejadian yang
sebenarnya dapat dicegah (preventable events).
Root Cause Analysis (RCA) adalah bagian dari program keselamatan pasien dan mutu.RCA
berdampingan dengan laporan insiden keselamatan pasien, pendidikan keselamatan
pasien dan pelatihan dalam rangka strategi manejemen risiko organisasi.
RCA umumnya hanya diterapkan pada kejadian-kejadian risiko tinggi, berdampak luas,
kejadian fatal seperti kejadian sentinel. Setinel adalah suatu Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD) yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius dan biasanya dipakai untuk
kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, meliputi :
Kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan alamiah atau kondisi yang
mendasari penyakitnya. Contoh: bunuh diri.
Kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang tidak terkait dengan
perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya.
Penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan oleh orang yang bukan orang tuanya.
Tata laksana
RCA yang di panduan ini dari IMRK (Institut Manajemen Risiko Klinis).RCA umumnya hanya
diterapkan pada kejadian-kejadian risiko tinggi, berdampak luas, kejadian fatal seperti
kejadian sentinel sehingga perlu dilakukan skriining kasus menggunakan matriks grading
risiko.
16
a. Penilaian Dampak Klinis/Konsekuensi/Severity
b. Penilaian Probabilitas
17
d. Tindakan sesuai Tingkat dan bands resiko
Observasi
Dokumentasi
Interview
Narrative Chronology,
Timeline,
Tabular Timeline,
( Brainstorming, Brainwriting )
6. Analisis Informasi
5 Why's,
Analisis Perubahan
Analisis Penghalang
18
Dokumentasi
INSIDEN:
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
TIM
Ketua :
Anggota : 1. 4.
2. 5.
3. 6.
Apakah macam-macam & tingkat pengetahuan yang berbeda, sudah diwakili didalam Tim
tersebut? YA TIDAK
Observasi Langsung:
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
______
Dokumentasi:
1.
2.
3.
4.
5.
Interview (Dokter/Staf yang terlibat):
1.
2.
3.
4.
5.
19
LANGKAH 4 PETAKAN KRONOLOGI KEJADIAN
WAKTU /
KEJADIAN
KEJADIAN
INFORMASI
TAMBAHAN
Good
Practice
MASALAH
PELAYANAN
20
FORM TIME/PERSON GRID
WAKTU/STAF
YANG
TERLIBAT
21
LANGKAH 5: IDENTIFIKASI CMP (CARE MANAGEMENT PROBLEM)
MASALAH INSTRUMENT/TOOLS/INDIKATOR/STANDAR
22
LANGKAH 6: ANALISIS INFORMASI
MASALAH
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
23
FORM ANALISIS PERUBAHAN
24
FORM ANALISIS PENGHALANG
25
FAKTOR KONTRIBUTOR, KOMPONEN & SUBKOMPONEN DALAM INVESTIGASI INSIDEN
KLINIS
Komponen:
c. Peraturan Nasional
Komponen SubKomponen
Organisasi & Manajemen a. Struktur Organisasi
b. Pengawasan
c. Jenjang Pengambilan Keputusan
Kebijakan, Standar & Tujuan a. Tujuan & Misi
b. Penyusunan Fungsi Manajemen
c. Kontrak Service
d. Sumber Keuangan
e. Pelayanan Informasi
f. Kebijakan diklat
g. Prosedur & Kebijakan
h. Fasilitas & Perlengkapan
i. Manajemen Risiko
j. Manajemen K3
k. Quality Improvement
Administrasi Sistem Administrasi
Budaya Keselamatan a. Attitude Kerja
b. Dukungan manajemen oleh
seluruh staf
SDM a. Ketersediaan
b. Tingkat Pendidikan & Keterampilan
Staf yang Berbeda
c. Beban Kerja yang optimal
Diklat Manajemen
Training/Pelatihan/Refreshing
26
3. FAKTOR LINGKUNGAN KERJA
Komponen SubKomponen
Desain dan Bangunan a. Manajemen Pemeliharaan
b. Penilaian Ergonomik
c. Fungsionalitas
Lingkungan a. Housekeeping
b. Pengawasan Lingkungan Fisik
c. Perpindahan Pasien antar Ruangan
Perlengkapan a. Malfungsi Alat
b. Ketidaktersediaan
c. Manajemen Pemeliharaan
d. Fungsionalitas
e. Desain, Penggunaan & Maintenanace Peralatan
27
7. FAKTOR KONTRIBUTOR : PASIEN
Komponen SubKomponen
Kondisi Penyakit yang kompleks, berat, multikomplikasi
Personal a. Kepribadian
b. Bahasa
c. Kondisi Sosial
d. Keluarga
Pengobatan Mengetahui risiko yang berubungan dengan pengobatan
Riwayat Riwayat Medis
Riwayat Kepribadian
Riwayat Emosi
Hubungan Staf Hubungan yang baik
dan Pasien
28
LANGKAH 7 FORM REKOMENDASI & RENCANA TINDAKAN
TINGAKAT
REKOMENDASI
SUMBER
AKAR (Individu, PENANGGUNG BUKTI
TINDAKAN WAKTU DAYA YANG PARAF
MASALAH Tim, JAWAB PENYELESAIAN
DIBUTUHKAN
Direktorat,
RS)
29
4.7 Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
Failure Mode Effect Analysis adalah metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi
dan mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi.Hal tersebut didesain untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
Ruang lingkup
Manajemen risiko adalah analisis dari risiko, seperti sebuah proses untuk melakukan
evaluasi terhadap KNC dan proses risiko tinggi lainnya, yang kegagalannya dapat
berakibat terjadinya kejadian sentinel. Satu alat yang dapat digunakan secara proaktif
melakukan analisis terhadap konsekuensi suatu kejadian yang berujung pada proses
yang kritis dan risiko tinggi adalah FMEA (failure mode and effect analysis) yaitu proses
proaktif, dimana kesalahan dapat dicegah dan diprediksi serta mengantisipasi
kesalahan akan meminimalkan dampak buruk.
Tata laksana
Langkah-langkah FMEA
30
Dokumentasi
LANGKAH 1 & 2 PILIH PROSES YANG BERISIKO TINGGI DAN BENTUK TIM
Pilih Proses yang akan dianalisa. Tentukan salah satu Proses / Sub Proses bila prosesnya
kompleks.
Judul Proses :
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
________________
Bentuk Tim:
Ketua :
2. ________________ 5. ________________
3. ________________ 6. ________________
Apakah macam-macam & tingkat pengetahuan yang berbeda, sudah diwakili didalam Tim
tersebut? YA TIDAK
31
LANGKAH 3A: GAMBARKAN ALUR PROSES
Tahapan Proses:
Jelaskan proses setiap kegiatan sesuai kebijakan dan prosedur yang berlaku
Jika proses terlalu kompleks,anda dapat memilih satu proses atau sub proses untuk
ditindak lanjuti:
1 2 3 4
Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses
32
LANGKAH 3B: GAMBARKAN ALUR SUB PROSES
1 2 3 4
33
LANGKAH 4 ANALISIS HAZARD SCORE
34
SKOR HAZARD
35
Langkah 5 Tatalaksana dan Pengukuran Outcome
FORM FMEA
AMKD Langkah 5 Identifikasi Tindakan &
AMKD Langkah 4 Analisis Hazard
Outcome
Ukuran Outcome
Yang bertanggungjawab
Dukungan Manajemen
Decision Tree
SKORING
Analysis
Mode
Tingkat Bahaya
Tingkat Probabilitas
Skor Hazard
Poin Kelemahan?
Dapat dideteksi?
Proses
Kegagalan: Tipe
Evaluasi tindakan
POTENSI Tindakan/Alasan
awal modus (Kontrol,
PENYEBAB untuk mengakhiri
kegagalan Terima,
sebelum Eliminasi)
36
4.8 Penilaian Kinerja (RS, Unit Kerja, Pimpinan RS, Tenaga Profesi, Staf)
BAGAN PENILAIAN KINERJA RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI SURABAYA DENGAN AKUMULASI
TOTAL NILAI 100 YANG TERBAGI DALAM PROPORSI MASING-MASING:
Efektifitas
Pelayanan
2. Efisiensi Pelayanan
a. Ratio pasien Instalasi Rawat Jalan : Dokter
b. Ratio pasien Instalasi Rawat Jalan : Perawat
c. Ratio pasien Instalasi Gawat Darurat : Dokter
d. Ratio pasien Instalasi Gawat Darurat : Perawat
e. Ratio pasien Instalasi Rawat Inap : Dokter
f. Ratio pasien Instalasi Rawat Inap : Perawat
g. BOR
h. AvLOS
i. BTO
j. TOI
3. Pengembangan SDM
a. Program pendidikan dan pelatihan
b. Penghargaan dan Sanksi
4. Penelitian dan Pengembangan
a. Pengembangan produk baru
b. Pengembangan sistem manajemen
c. Penelitian
5. Administrasi
a. Rancangan RBA
b. Ketepatan laporan triwulan
c. Ketepatan laporan tahunan
C. Kinerja Pelayanan
1. Mutu Pelayanan
a. Emergency repon time
b. Angka kematian di IGD
c. Angka pasien lari
d. Angka pasien bunuh diri
e. Angka pasien yang dirujuk
f. Angka kematian post-operasi
g. Angka infeksi nosokomial
h. Angka cedera fisik
i. Kecepatan layanan resusitasi
j. Kecepatan layanan resep obat jadi
k. Waktu tunggu sebelum operasi
Penilaian kinerja pejabat Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya dapat diukur secara
bulanan terdiri 3 Standar dan 8 Parameter sebagai berikut:
1. Administrasi
39
( A ) Sangat Sesuai : bila laporan memenuhi 10 unsur laporan.
2. Manajerial
A. Kelengkapan Perencanaan
Bila rencana kegiatan dibuat lebih pendek, berjenjang dan detil terdiri dari :
1. Jenis Kegiatan
2. Target Kualitas
3. Target Kuantitas
4. Penanggung Jawab
5. Sasaran Kegiatan
6. Anggaran
7. Waktu Pelaksanaan
8. Ada TOR untuk kegiatan yang bersifat seremonial dan melibatkan orang lain.
Dengan penilaian:
( C ) Kurang Sesuai : Kegiatan direncanakan secara bulanan dan kurang dari <6 unsur.
Kehadiran dalam Rapat Pejabat Struktural secara terstruktur dan terjadual (Rapat
Bulanan) atau rapat lain yang memiliki kapasitas sebagai rapat Pejabat ( Rapat
Komite Medis, Rapat Komite Keperawatan, dan Rapat Akreditasi ) berdasarkan data
tertulis.
40
C. Pengawasan
Ada pengawasan kerja terhadap kegiatan jajaran dibawahnya secara (1) tertulis,
(2) periodik (minimal bulanan), (3) terstruktur atau berjenjang, (4) dilaporkan dan
dievaluasi, (5) ada tindak lanjut dari hasil evaluasi.
Ada kegiatan pertemuan formal yang terjadual dalam satu unit kerja dan
melibatkan semua jajaran dan/atau staf dalam unit kerja tersebut serta didukung
oleh administrasi yang yang lengkap yaitu
1) Daftar Hadir
2) Risalah rapat
Dengan penilaian:
( A ) Sangat Sesuai : Rapat >2 kali per bulan dengan peserta >80% dari total staf
dan administrasinya lengkap.
( B ) Sesuai : Rapat 1 kali per bulan dengan peserta 60% - 79% dari total staf dan
administrasi >2 unsur kelengkapan administrasi.
( C ) Kurang Sesuai : Rapat tidak dilaksanakan dan atau dilaksanakan tapi tidak
memenuhi kelengkapan administrasi.
Catatan :
- Apabila rapat dilaksanakan >2 kali per bulan dengan peserta <80%, atau rapat
diadakan 1 kali dalam sebulan dengan peserta >80%, maka penilaiannya
dimasukkan pada skor B.
- Apabila rapat diadakan 1 kali per bulan dengan peserta >79% tetap dianggap
masukkategori nilai B dan apabila peserta <60%, maka dapat ditoleransi jumlah
pesertanya sekurang-kurangnya 50% dari jumlah staf unit kerja tersebut.
( A ) Sangat Sesuai : Kegiatan dapat memenuhi 3 unsur dengan basil akumulasi nilai
>90%.
( B ) Sesuai : Kegiatan dapat memenuhi 2 unsur dengan hasil akumulasi nilai 70-89%.
41
( C ) Kurang Sesuai : Kegiatan dapat memenuhi <2 unsur dengan basil akumulasi nilai
<70%.
( D ) Tidak Sesuai : Kegiatan dapat memenuhi <2 unsur dengan basil akumulasi nilai
<40%.
B. Pembuatan Aturan Kerja (SOP, dll ) : Pejabat diharuskan memiliki kreatifitas dalam
bidang kerja sehingga menghasilkan aturan, standar kerja, SOP, Juldak, Juknis, dll
yang serupa setiap 1 bulan.
42
INSTRUMEN EVALUASI BULANAN KINERJA PEJABAT RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI
SURABAYA
Calon / Jabatan
A B C
1. Administrasi
2. Manajerial
d. Koordinasi Formal ( 2X+>80%+AL, 1X+60-79%+2 unsur, tidak ada dan atau ada
rapat tidak ada admin)
JUMLAH NILAI
Keterangan :
1. Skor penilaian masing-masing parameter ditentukan sebagai berikut :
A = 100 = Sangat Baik (= SS=Sangat Sesuai)
B = 90 = Baik (=S---Sesuai)
C = 80 = Cukup (=KS=Kurang Sesuai)
2. Skor
penilaian = >95 = Sangat Baik (= SS=Sangat Sesuai)
rata-rata /
B
jumlah = 85- = Baik (=S=Sesuai)
94
totalCnilai = <85 = Cukup (=KS=Kurang Sesuai)
ditentukan
Surabaya, ....................
berdasarkan
range
dengan
Nama Terang Penilai
kategori
sebagai
berikut :A
43
4.9 Evaluasi Kontrak dan Perjanjian Lainnya
2. Nilai tambah ekonomi bagi RS Islam Jemursari Surabaya (Economic Value Added)
Tujuan
Ruang lingkup
44
Persiapan evaluasi
2. Susunan Tim
Susunan tim yang akan dibentuk untuk melakukan evaluasi perjanjian kerjasama
IQL denganpihak ketiga disesuaikan dengan format penugasan yang akan dilakukan.
45
Metodologi evaluasi
1. Review dokumen
Apabila rumah sakit tidak mempersiapkan diri secara lebih baik dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan, maka sarana tersebut akan dijauhi masyarakat
dan masyarakat akan mencari sarana kesehatan alternatif. Untuk itu setiap rumah
sakit harus meningkatkan penampilannya secara terencana sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan masyarakat agar dapat terus berkembang.
46
Tujuan Umum :
Tujuan dari pada kegiatan ini adalah tersusunnya panduan penyelenggaraan pendidikandan
pelatihan jaminan mutu di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya.
Tujuan Khusus :
Penilaian kebutuhan adalah suatu diagnose untuk menentukan masalah yang dihadapi
saat ini dan tantangan di masa mendatang yang harus dapat dipenuhi oleh program
pelatihan dan pengembangan. Kebutuhan pelatihan dapat digali dengan berbagai cara
antara lain :
a. Observasi di lapangan
b. Mengumpulkan permintaan pelatihan dari para manajer
c. Mengadakan wawancara dengan target peserta, atasan karyawan yang
bersangkutan, bawahannya atau temannya
d. Diskusi kelompok
e. Kuesioner
f. Permintaan karyawan karena kebutuhan pekerjaan
g. Tes tertulis
h. Komentar pelanggan
Ada enam langkah sistematis untuk mengetahui/menilai kebutuhan pelatihan yaitu:
47
keterampilan teknik, dan pemanfaatan penuh potensi sumber daya manusia dalam
organisasi rumah sakit.
Tatalaksana
a. Kompetensi Teknis
b. Akses
c. Efektifitas
d. Hubungan antar rekan kerja
e. Efisien
f. Kelangsungan Pelayanan
Program pendidikan dan pelatihan karyawan dalam jaminan mutu rumah sakit:
1. Direksi
a. Direktur Utama
Direktur Rumah Sakit mengikuti pelatihan perumahsakitan meliputi
Kepemimpinan, Kewirausahaan, Rencana Strategis Bisnis, Rencana Aksi
Strategis, Rencana Implementasi dan Rencana Tahunan, Tatakelola Rumah Sakit,
Standar Pelayanan Minimal, Sistem Akuntabilitas, Sistem Remunerasi Rumah
Sakit, Pengelolaan Sumber Daya Manusia.
48
f. Pelatihan Akreditasi Rumah Sakit.
3. Perawat
a. Keperawatan
1) Pelatihan Audit Keperawatan
b. Perawat IGD
Minimal telah mengikuti pelatihan PPGD/BLS/BTLS/BCLS
c. Perawat IPI/OK/UPPA
Minimal telah mengikuti pelatihan sesuai keilmuan unit ruangan yang ditempati
4. Laboratorium
5. Radiologi
6. Farmasi
7. Rekam Medis
a. Pelatihan ICD 10
b. Pelatihan Mutu Rekam Medis
8. Administrasi
49
c. Peserta membuat laporan setelah 2 minggu mengikuti pelatihan dan sertifikat
diserahkan ke diklat
d. Peserta mensosialisasikan hasil pelatihan/seminar
1. Kinerj a Unit
Sasaran Mutu / Indikator Mutu diambil berdasarkan indikator Unityang sudah dipilih
dan ada pada pedoman PMKP RS Islam Jemursari Surabaya(mengacu kepada Standar
Pelayanan Minimal Depkes (2008) dan dapat ditambah oleh unit demi peningkatan
mutu dan keselamatan pasien). Semua indikator kemudian dilakukan grading untuk
memilih prioritas utama yang akan dilakukan peningkatan melalui konsep PDSA.
A. Plan (P)
Sasaran Mutu / Indikator Mutu diambil berdasarkan indikator Unit yang sudah dipilih
dan ada pada pedoman PMKP RS Islam Jemursari Surabaya(mengacu kepada Standar
Pelayanan Minimal Depkes (2008) dan dapat ditambah oleh unit demi peningkatan
mutu dan keselamatan pasien).
B. Do (D)
Pengumpulan indikator menggunakan form pencatatan dan pelaporan.
Validasi indikator dengan menggunakan form pencatatan dan pelaporan yang
dibuat, sudah sekaligus melakukan validasi indikator melalui pengumpulan dan
pencatatan indikator oleh 2 pengambil data yang berbeda.
Unit Kerja :
Bulan :
Pengambil data 1: TTD :
Pengambil data 2: TTD :
Penanggung Jawab: TTD :
50
No Nama Indikator Sasaran Target Capaian Keterangan TTD
C. Study (S)
D. Action (A)
Indikator lain juga dilakukan PDSA setelah indikator prioritas memenuhi Target yang
mengacu kepada Standar.
METODE
Data Sasaran Metode WAKTU
Target Hasil PERBAIKAN PENANGUNG
No peningkatan untuk PELAKSANAAN
Sasaran Pencapaian (pelatihan dan JAWAB KETERANGAN
(Indikator mencapai PERBAIKAN
(P) (D) pendidikan diri) (A)
mutu) sasaran (A)
(S)
1. Langkah 1. Menentukan tujuan dan sasaran Plan (P) -9 Lihat indikator mutu unit
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan.
Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Direktur RS atau Kepala Divisi.Penetapan
sasaran didasarkan pada data pendukung dan analisis informasi.Sasaran ditetapkan
secara konkret dalam bentuk angka, harus pula diungkapkan dengan maksud tertentu
dan disebarkan kepada semua karyawan.Semakin rendah tingkat karyawan yang
hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi.
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa
disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus
rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk
menggunakannya. Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan
perlu pula diikuti dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti
oleh semua karyawan.
51
3. Langkah 3. Melaksanakan pekerjaan Do (D) Hasil Pencapaian
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan standar
kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah.Oleh karena
itu, ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal dasar untuk
mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena
ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan.
Manajer atau atasan perlu memeriksa dan mempelajari apakah pekerjaan dilaksanakan
dengan baik atau tidak.Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dan mengikuti standar kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan.
Hal yang harus disampaikan kepada karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu
dilakukan. Agar dapat dibedakan manakah penyimpangan dan manakah yang bukan
penyimpangan, maka kebijakan dasar, tujuan, metode (standar kerja) dan pendidikan
harus dipahami dengan jelas baik oleh karyawan maupun oleh manajer.Untuk
mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dan akibat yang timbul dari pelaksanaan
pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya.
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja.Agar dapat
dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk
memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
Konsep PDSA dengan kelima langkah tersebut merupakan sistem yang efektif untuk
meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang akan dicapai
diperlukan partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua proses. Partisipasi semua
karyawan dalam pengendalian kualitas pelayanan diperlukan kesungguhan (sincerety),
yaitu sikap yang menolak adanya tujuan yang semata-mata hanya berguna bagi diri sendiri
atau menolak cara berfikir dan berbuat yang semata-mata bersifat pragmatis. Dalam sikap
kesungguhan tersebut yang dipentingkan bukan hanya sasaran yang akan dicapai,
melainkan juga cara bertindak seseorang untuk mencapai sasaran tersebut.
Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan mencakup semua jenis
kelompok karyawan yang secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas kualitas
pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam pengendalian kualitas
pelayanan dimaksudkan adalah pengendalian tidak hanya terhadap output, tetapi
terhadap hasil setiap proses. Proses pelayanan akan menghasilkan suatu pelayanan
berkualitas tinggi, hanya mungkin dapat dicapai jika terdapat pengendalian kualitas dalam
setiap tahapan dad proses. Dimana dalam setiap tahapan proses dapat dijamin adanya
keterpaduan, kerjasama yang baik antara kelompok karyawan dengan manajemen, sebagai
tanggung jawab bersama untuk menghasilkan kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai
mata rantai dari suatu proses.
52
b. Hasil survei kepuasan pelanggan
Hasil survey kepuasan pelanggan dapat masuk kedalam salah satu sasaran mutu /
indikator mutu diatas atau dilaporkan terpisah sesuai unit.
Produktifitas unit dapat dimasukan kedalam salah satu indikator mutu atau sasaran
mutu. Contoh untuk produktifitas unit rawat inap : BOR untuk ruangan (data dapat
berkoordinasi dengan unit rekam medis). Produktifitas unit bertujuan untuk melihat
efektivitas dan efisiensi unit tersebut.
2. Kinerja Staf
Pimpinan unit mengevaluasi kinerja staff yang ada diunitnya termasuk didalamnya
evaluasi dokter, perawat, tenaga professional kesehatan lainnya (radiografer, analis,
farmasist, nutrisionist dip serta tenaga staf/pelaksana, dengan form penilaian kinerja
staf.Pengisian form kinerja staf dilakukan oleh pimpinan unit dengan berkoordinasi
dengan bagian Komite Medis, Komite Keperawatan, dan SDM.
Laporan Penilaian
Dokter
Nama Lengkap
Spesialisasi
PELAYANAN PASIEN
Jumlah Pasien Jumlah Keseluruhan Kontribusi
Rawat Jalan
Rawat Inap
AvLOS
COSTUMER VOICE
Jumlah Komplain Pasien
Jumlah Compliment Pasien
LAPORAN KLINIS
Pasien Meninggal Pasien
Dalam 24 jam Pasien
Dalam 48 jam Pasien
Infeksi Nosokomial Pasien
53
FORMULIR REKAMAN PROSES EVALUASI TENAGA STAF ADMINISTRASI
Nama Tanggal Ijin, Dokumen Tanggung Evaluasi Paling sedikit 1 Anggota Potensi Perilaku
atau diangkat pendidikan, memuat jawab kemampuan tahun sekali staf yang ketera
kategori pengalaman salinan ditetapkan melaksanakan evaluasi memberikan mpilan
staf , (copy) ij in di uraian uraian tugas dilakukan dan layanan
terdokumen pendidikan, tugas saat diangkat terdokumentasi kepada
tasi: pengalaman pasien
Informasi dilatih dan
diverifikasi mempunyai
dari kompetensi
sumbernya melakukan
teknik
resusitasi
54
FORMULIR KAJIAN PROSES EVALUASI TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAINNYA
(Radiografer, Analis, Nutrisionis, Farmasis, Psikolog dll)
Nama Tanggal ljin terbaru, Dokumen Tanggung Evaluasi Paling sedikit 1 Anggota Jumlah
atau diangkat kompetensi memuat jawab kemampuan tahun sekali staf yang komplain
katego terbaru, salinan ditetapka melaksanak evaluasi memberik dari
ri staf pendidikan, (copy) Ij in n di an uraian dilakukan dan an layanan pasien
pengalaman, terbaru, uraian tugas saat terdokumentasi kepada
terdokumentasi kompetens tugas diangkat pasien
: Informasi i terbaru,
utama (seperti pendidikan dilatih dan
: STR) , mempunyai
diverifikasi dari pengalama kompetensi
sumbernya n, melakukan
teknik
resusitasi
55
56
57
Formulir Rekapitulasi IKP Unit
No Nama Insiden Unit/Departemen
Tindak
KPC KNC KTC KTD SENTINEL STANDAR Lokasi Keterangan
lanjut
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
1. KPC dilakukan investigasi sederhana oleh pimpinan unit kemudian dilakukan perbaikan
(bila buntu makaakan dilanjutkan ke tim KPRS).
58
4.12 Program-Program Spesifik
59
Nama Program Keterangan Unit
Program keamanan Program pengelolaan keamanan radiasi Radiologi-K3
radiasi yang sesuai
termasuk : a). Kebijakan dan prosedur tertulis
dengan risiko dan
antisipasi bahaya yang menunjang kesesuaian dengan standar,
undang-- undang dan peraturan yang berlaku.
Program pengelolaan b). Kebijakan dan prosedur tertulis untuk Radiologi-
Program pengelolaan peralatan radiologi dan
peralatan radiologi dan penanganan dan pembuangan bahan infeksius - Logistik
diagnostik imajing berisi : a). Pemilihan dan
diagnostik imajing dan berbahaya. c). Ketersediaan alat pelindung
pengadaan peralatan. b),Identifikasi dan
diri yang sesuai dengan praktek dan antisipasi
inventarisasi peralatan.-
bahaya yang - dihadapi. d). Ada orientasi bagi
Program pengelolaan Asesmen
Program penggunaan
pengelolaan peralatan melalui
laboratorium
peralatan laboratorium staf radiologi dan diagnostik imajing untuk
inspeksi,
prosedur :testing,
meliputi a). praktek
dan Seleksi dan pengadaan kerja.
- keselamatan peralatan.
e).
b).
AdaIdentifikasi dan Inventarisasi
pendidikan/pelatihan peralatan.
inhouse untuk c).
Asesmen
prosedur penggunaan peralatan
baru atau adanya melalui
bahan berbahaya -
Program kontrol mutu inspeksi,
yang barutes, kalibrasi
diketahui dandan pemeliharaan. d).
digunakan.
Prosedur kontrol mutu termasuk : a). Validasi
laboratorium klinik Monitoring dan melaksanakan catatan bahaya di
metode tes untuk akurasi, presisi, rentang yang
peralatan, penarikan peralatan, insiden - yang
dapat dilaporkan. b). Surveilens harian atas
harus dilaporkan, problem dan kegagalan-
hasil oleh staf laboratorium yang kompeten. c).
kegagalan. e). Mendokumentasikan program
Program keamanan Langkah koreksi yang cepat bila dijumpai ada Radiologi-K3
Program pengelolaan
pengelolaan. Frekuensikeamanan radiasi
tes, pemeliharaan, dan
radiasi yang sesuai kekurangan. d). Pengetesan reagensia
termasuk : a). Kebijakan dan prosedur
kalibrasi berhubungan dengan penggunaan tertulis
dengan risiko dan Dokumentasi dari hasil dan langkah-langkah
antisipasi bahaya yang menunjang
peralatan kesesuaian
laboratorium dengan standar,
dan pencatatan riwayat
koreksi
undang--
pemakaian undang dan peraturan yang berlaku.
Program pengelolaan b). Kebijakan dan prosedur tertulis untuk Radiologi-
Program pengelolaan peralatan radiologi dan
peralatan radiologi dan penanganan dan pembuangan bahan infeksius - Logistik
diagnostik imajing berisi : a). Pemilihan dan
diagnostik imajing dan berbahaya. c). Ketersediaan alat pelindung
pengadaan peralatan. b),Identifikasi dan
diri yang sesuai dengan praktek dan antisipasi
inventarisasi peralatan.-
bahaya yang - dihadapi. d). Ada orientasi bagi
Asesmen
kalibrasi, penggunaan
perawatan.
staf radiologi peralatan melalui
c).Monitoring
dan diagnostik imajingdan
untuk
inspeksi,
prosedur testing,
bertindak terhadap
dan laporan
praktek peralatankerja.
- keselamatan bila ada
e).
peringatan bahaya, - penarikan
Ada pendidikan/pelatihan kembali,
inhouse untuk
laporan
prosedurinsiden, masalah
baru atau adanya dan kegagalan.
bahan d). -
berbahaya
Program kontrol mutu Mendokumentasi
yang barukontrol program
diketahui pengelolaan
dantermasuk:
digunakan. Radiologi
Prosedur mutu 1. Validasi -
pelayanan radiologi dan
metode tes yang digunakan untuk akurasi dan
diagnostik imajing
presisi. 2. Pengawasan harian hasil pemeriksaan
imajing oleh staf radiologi yang kompeten. 3.
Langkah perbaikan cepat bila ditemukan
kekurangan - (deficiency) teridentifikasi. 4.
Pengetesan reagensia dan larutan 5.
60
Pendokumentasian hasil dan langkah-langkah
perbaikan.
Nama Program Keterangan Unit
Program manajemen komponen : Tim KPRS
risiko
a). identifikasi risiko
b).menetapkan prioritas risiko
c). pelaporan tentang risiko
Program manajemen d).manajemen
Keselamatanrisiko (RCA & FMEA)
& keamanan IPS-K3
risiko fasilitas e).investigasi KTD
Bahan berbahaya
Manajemen klaim-klaim
f). Manajemen emergensi yang terkait
Pengamanan kebakaran
Program pencegahan dan Peralatan medis Tim PPI
Mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi
pengendalian infeksi Sistem utilitas
yang didapat dan ditularkan diantara pasien,
Penggunaan APD
staf, tenaga profesional kesehatan, tenaga
kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa dan
Program orientasi bagi pengunjung. Program akan efektif apabila Diklat
Orientasi itu meliputi isi organisasi, misi
staf di Departemen mempunyai pimpinan yang ditetapkan,
Departemen atau pelayanan klinik, cakupan
pelatihan staf yang baik, metode untuk
pelayanan yang tersedia, kebijakan dan
mengidentifikasi dan proaktif pada tempat
prosedur terkait dengan penyediaan pelayanan
berisiko infeksi, kebijakan dan prosedur yang
Program hand hygiene Mengikuti SKP-
yang efektif memadai, standar WHOstaf dan melakukan
pendidikan Keperawatan-
koordinasi ke seluruh rumah sakit. Komdis
62
Program harus diuraikan dalam bentuk Kerangka AcuanProgram (TOR) dan
tidakhanya berbentuk time table.
63
BAB 5
METODE
Deming memodifikasi lagi Shewhart cycle pada tahun 1993 dan menyebutnya
Shewhart cycle untuk pembelajaran dan peningkatan — PDSA cycle. Deming menjelaskan
hal tersebut sebagai alur diagram untuk pembelajaran dan peningkatan dari sebuah
produk atau sebuah proses dan diilustrasikan di figure 8.
Pada tahun 1987 Moen dan Nolan mempresentasikan semua strategi peningkatan proses
menggunakan cycle modifikasi Deming tahun 1986. Tahap planning dan cycle peningkatan
memerlukan perdiksi dan teori yang berhubungan.Tahap ketiga membandingkan data
observasi dengan prediksi sebagai dasar untuk pembelajaran. Langley, Nolan, and Nolan
memperhalus cycle peningkatan dan menyebutnya cycle PDSA, hal ini tergambar pada
figure 9. Penggunaan kata Study di fase ketiga menekankan bahwa tujuan dari fase ini
adalah untuk membangun pengetahuan baru.Ini tidak cukup untuk menentukan bahwa
perubahan dihasilkan di peningkatan selama tes tertentu. Selama pengetahuan dibangun,
maka dibutuhkan untuk dapat memprediksi apakah perubahan akan didapat di
peningkatan pada kondisi-kondisi yang berbeda yang akan ditemui dimasa depan. Mereka
menambahkan tiga pertanyaan dasar untuk menunjang cycle PDSA :
1. Apa yang akan kita capai ?.
2. Bagaimana kita tahu bahwa perubahan yang kita inginkan ada di proses peningkatan ?.
3. Perubahan apa yang dapat kita buat yang akan memberikan hasil di proses
peningkatan?.
Langley, Moen, Nolan, Nolan, Norman, and Provost mengkombinasikan tiga pertanyaan
dengan cycle PDSA untuk membentuk model API untuk peningkatan (lihat figure 10). Tiga
pertanyaan menjelaskan tujuan, pengukuran dan kemungkinan perubahan-perubahan.72
konsep perubahan diberikan untuk menunjukan titik awal menggunakan cycle PDSA untuk
mengembangkan, menguji, mengimplementasi dan menyebarkan perubahan didalam
peningkatan. Model tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan proses, produk dan
jasa pelayanan dibanyak organisasi, sebaik dengan peningkatan aspek salah satu upaya
secara personal. Model tersebut bertujuan untuk menyeimbangkan hasrat dan
penghargaan dari mengambil timdakan dengan bijaksana dari pembelajaran yang hati-hati
sebelum mengambil tindakan.
64
Figure 9 — PDSA Cycle, 1994
Model ini sangat luas aplikasinya dan mudah untuk dipelajari serta digunakan.Model
ini mendukung usaha peningkatan didalam jangkauan penuh dari yang sangat tidak formal
sampai ke yang paling kompleks.
Kesimpulannya bahwa PDCA, PDSA dan model untuk peningkatan memiliki metode
akar ilmiahnya masing-masing dan filosofi pengetahuan yang telah berkembang lebih dari
400 tahun. Model untuk peningkatan dipercaya merupakan evolusi dari cycle PDCA.
Pengalaman model tersebut sejak dikembangkan dari tahun 1994 menunjukkan bahwa
model tersebut :
Dapat diaplikasi untuk semua tipe organisasi dan semua grup serta tingkatan
disdalam organisasi.
Memperlihatkan kerangka kerja untuk aplikasi ddari metode peningkatan dan alat
penunjuk dari teori pengetahuan.
Memperkuat perencanaan yang bersumber kepada teori.
Teori mengarahkan kepada pertanyaan yang sesuai yang menjelaskan dasar
pembelajaran.
Pertanyaan mengarahkan kepada prediksi yang menuntun pengguna dalam
mengidentifikasi data penting, metode dan alat untuk menjawab pertanyaan relatif
dari teori yang digunakan.
Mengembangkan dan memperkuat proses pembelajaran deduktif dan induktif yang
berulang
Membiarkan rencana rancangan beradaptasi sebagai pembelajaran yang terjadi.
Menampilkan cara sederhana seseorang untuk memperkuat diri mereka sendiri dalam
mengambil tindakan yang menuju hasil yang berguna didalam pembelajaran tradisi
pragmatic.
Memfasilitasi penggunaan kerja tim untuk membuat peningkatan.
65
BAB 6
Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa ada
pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan
terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan
informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan
benar.Jadi, data dan informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah
peningkatan mutu, karena data dan informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau
perkembangan program mutu.
Inti dari manajemen mutu adalah ketersedian data yang sahih dan dievaluasi sesuai
standar keilmuan yang ada, sehingga diharapakan terciptanya sebuah informasi yang
akurat, representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan
perencanaan peningkatan mutu pelayanan. Setiap penilaian indikator mutu akan
menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis dan dibuat laporan.Data
yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan penilaian indikator mutu dan
perkembangan masalah penilaian mutu.Informasi yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan,
diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf.
Sistem pencatatan dan pelaporan peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah
kegiatan pencatatan dan pelaporan indikator mutu rumah sakit, indikator mutu unit kerja
dan indikator keselamatan pasien.Tujuan sistem pencatatan dan pelaporan peningkatan
mutu dan keselamatan pasien adalah agar semua data hasil kegiatan peningkatan mutu
dan keselamatan pasien dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang diatasnya sesuai
kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya
kesehatan masyarakat.
Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas manajemen Rumah Sakit secara lebih berhasil guna dan
berdaya guna melalui pemanfaatan secara optimal data SIM RS dan informasi lain yg
menunjang.
Tujan Khusus
1.Sebagai dasar penyusunan perencanaan rumah sakit.
2.Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok rumah sakit
3.Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu
dan keselamatan pasien di rumah sakit
Jenis pencatatan dan pelaporan mutu dan keselamatan pasien di Rumah Sakit Islam
Jemursari, pada dasarnya dapat dibedakan menjadi :
66
2. Berdasarakan lingkup pelaksanaannya, dibedakan menjadi :
Tujuan Khusus :
a) Siapa saja atau semua staf RS Islam Jemursari Surabaya yang pertama
menemukan kejadian.
b) Siapa saja atau semua staf RS Islam Jemursari Surabaya yang terlibat dalam
67
kejadian.
g. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( KPRS ) RS Islam Jemursari Surabaya
membuat laporan insiden keselamatan pasien dan rekomendasi untuk perbaikan
serta " pembelajaran " berupa petunjuk / " safety alert " untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali.
68
BAB 7
MONITORING DAN EVALUASI
69
BAB 8
PENUTUP
70
LAMPIRAN
I. Profil Indikator
II. Clinical Pathway
III. Indikator Mutu Unit Kerja
IV. Form IKP
71