You are on page 1of 23

PRESENTASI KELOMPOK 11

SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN


Backflush Costing : Cost Accounting and Cost Management in a JIT
Environment

OLEH :

1. ROZI ULANDARI 1410532068


2. SUKMA FADSRI 1410532062

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
Backflush Costing : Cost Accounting and Cost Management in a JIT
Environment

Pengertian Just In Time

Just In Time (JIT) merupakan sistem produksi yang komprehensif dan sistem manajemen
persediaan dimana bahan baku dibeli dan diproduksi sebanyak yang dibutuhkan serta
digunakan pada saat yang tepat dalam setiap proses produksi (Blocher, dkk., 2002:113;
dalam Kuzatmono, 2008).

Dalam arti luas, JIT adalah filosofi yang berfokus pada tampilan aktivitas yang
dibutuhkan oleh segmen internal dari sebuah organisasi.Aspek fundamental JIT adalah :

 Semua kegiatan yang tidak memberi nilai tambah pada produk atau jasa, maka termasuk
pada kegiatan atau sumber daya yang akan menjadi sasaran pengurangan atau
penghapusan
 Adanya komitmen untuk meningkatkan kualitas tinggi, dan melakukan hal yang benar
dan sesuai standar agar tidak ada barang yang cacat dan tidak ada waktu untuk
pengerjaan ulang
 Perbaikan terus menerus dalam upaya kegiatan efisiensi
 Menyederhanakan dan meningkatkan visibilitas yang menekankan pada aktivitas
penambah nilai, ini akan membantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang tidak
menambah nilai

 Prinsip Dasar Just In Time (JIT)


Untuk menghasilkan metode Just In Time (JIT) maka harus ada delapan prinsip yang
harus dijadikan dasar pertimbangan di dalam menentukan sistem strategi produksi, yaitu (Jaelani,
2009):
1. Berproduksi sesuai dengan pesanan jadwal produksi induk
Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu setelah
diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk. Tujuan utamanya untuk
memproduksi finished goods tepat waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan
saja, untuk itu proses produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan secepatnya
dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari terjadinya stok serta untuk menekan
biaya penyimpanan.
2. Produksi dalam jumlah kecil
Produksi dilakukan dalam jumlah lot (lot size) yang kecil untuk menghindari perencanaan
dan jeda waktu yang kompleks seperti halnya dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas
aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena hal tersebut memudahkan untuk melakukan
penyesuaian-penyesuaian dalam rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan
pasar.
3. Mengurangi pemborosan (eliminate waste)
Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada. Semua
pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau orang, dan lain-lain)
tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan untuk mencapai target produksi.
Perbaikan aliran produk secara terus-menerus (continuous product flow improvement)
Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang tidak produktif yang bisa
menghambat kelancaran aliran produksi.
4. Penyempurnaan kualitas produk (product quality perfection)
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem produksi.
Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero Defect” dengan cara melakukan
pengendalian secara total dalam setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan
haruslah bisa diidentifikasi dan dikoreksi sedini mungkin.
5. Respek terhadap semua orang / karyawan (respect to people)
Dengan metode Just In Time (JIT) dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi
kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan apakah suatu aliran
operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu
stasiun kerja tertentu.
6. Mengurangi segala bentuk ketidak-pastian
Persediaan yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi permintaan yang
berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi waste bilamana
tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak
terkendali seperti halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan
terjadinya pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam
perencanaan dan penjadwalan produksi harus bisa dibuat dan dikendalikan secara teliti.Segala
bentuk yang memberi kesan ketidak-pastian harus bisa dieliminasi dan harus sudah dimasukkan
dalam pertimbangan.
7. Perhatian dalam jangka panjang
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just In Time (JIT) dalam sistem produksi di atas bukanlah
suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka waktu pendek. Melainkan harus
dibangun secara berkelanjutan dan merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang.
Dalam jangka pendek, ada kemungkinan aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem produksi justru
akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi proses terbentuknya kurva belajar.

JIT : A philosophy and a Set of Operating Methods

JIT adalah filosofi yang berfokus pada pengurangan biaya melalui eleminasi persediaan.
Filosofi ini meliputi :
 Penghapusan semua aktivitas yang tidak bernilai tambah
 Komitmen terhadap tingkat kualitas yang tinggi
 Komitmen terhadap perbaikan terus menerus
 Penekanan pada penyederhanaan dan meningkatkan visibilitas dari semua kegiatan
yang menambah nilai

JIT Purchasing JIT Production JIT Distribution JIT Retailing JIT


methode methode methode methode Administrative
methode

Tujuan dan Pilihan dalam Akuntansi Biaya

Sistem akuntansi biaya atau manajemen memiliki dua tujuan utama : biaya produk,
perencanaan dan pengedalian.Teknik akuntansi biaya untuk memenuhi tujuan ini meliputi :
1. Adanya tes biaya / manfaat untuk merancang dan mengubah system akuntansi
manajemen.Jika terdapat system yang rumit dan memakan waktu, maka manajer akan
memberikan otorisasi pemasangan dan adaptasi untuk memperbaiki operasi kolektif
2. Sistem penetapan biaya produk dan system control yang disesuaikan dengan operasi yang
mendasarinya, bukan sebaliknya
3. Kontrol perangkat di semua system biaya produk. Sistem ini mencakup analisis
akuntansi, penganggaran, dan varian
4. Sumber informasi manajemen disamping system akuntansi manajemen

Perubahan Pada Akuntansi Biaya

Perubahan akuntansi biaya akan menghasilkan hal sebagai berikut :

a. Informasi biaya produk lebih akurat

b. Pengendalian yang lebih baik dari timbulnya biaya


Dalam lingkungan JIT, fokusnya adalah pada pengurangan biaya total untuk organisasi secara
keseluruhan. Perubahan terdiri atas dua bentuk :
 Minimalisasi atau meniadakan keputusan disfungsional yang dikaitkan dengan sistem
akuntansi biaya yang ada
 Menguntungkan perbandingan variabel akuntansi terhadap variabel non akuntansi dalam
control biaya
c. Mengurangi biaya system, banyak system akuntansi biaya yang ada mahal, rumit,
dan memakan waktu bagi manajer dan akuntan.Elemen kunci JIT adalah
menyederhankan semua aktivitas, termasuk system biaya dan area operasional
seperti pembelian dan produksi

Just In Time (JIT) Purchasing

Sistem pembelian Just In Time (JIT) dapat mengurangi waktu dan biaya yang behubungan
dengan aktivitas pembelian dengan cara sebagai berikut (Tjahjadi, 2001):
1. Mengurangi jumlah supplier, sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber
yang dicurahkan dalam negosiasi melalui dengan supplier.
2. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi melalui kontrak kerja jangka
panjang dengan supplier, menyangkut pembelian, kualitas bahan dan harga yang wajar.
3. Memiliki pembeli atau konsumen dengan program pembelian yang mapan. Rencana
pembelin yang mapan oleh pembeli atau konsumen, dapat memberikan informasi bagi
supplier mengenai persyaratan kualitas bahan dan saat penyerahan dengan tenggang
waktu tertentu sesuai rencana produksi.
4. Mengeliminasi dan mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak menambah nilai bagi
produk, seperti kegiatan dan biaya penyimpanan atau biaya pemindahan bahan dari
gudang ke pabrik.
5. Mengurangi waktu dan biaya program pemeriksaan kualitas, pemilihan supplier yang
dapat menjamin ketepatan waktu jumlah dan kualitas barang yang dibeli dapat
mengurangi waktu dan biaya pemeriksaan.

Karakteristik Aktivitas Operasi

Just in time dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian
dengan cara :
a. Mengurangi jumlah pemasokuntuk meminimalisir sumber daya yang dicurahkan untuk
negoisasi dengan pemasok.
b. Penetapan harga dan tingkat kualitas yang dapat disepakati dalam perjanjian jangka
panjang dengan pemasok, sehingga mengurangi biaya dalam setiap proses pembelian.
c. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
d. Mengeleminasi atau megurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
e. Mengurangi waktu dan biaya untuk program pemeriksaan mutu.

Implikasi untuk akuntansi biaya

Pembelian dengan just in time dapat mempengaruhi akuntansi biaya dalam beberapa cara :

a. Meningkatkan penelusuran biaya langsung


Dalam lingkungan pembelian tradisional, organisasi biasanya mengklasifikasikan biaya
dari operasi dan fasilitas sebagai biaya tidak langsung.akan tetapi pada just in time biaya
operasi tersebut dapat dikelompokkan sebagai biaya langsung. Sehingga akan terjadi
peningkatan penelusuran biaya langsung ke area ritel individu atau lini produksi.
b. Mengubah pool biaya yang digunakan untuk mengakumulsikan biaya
Pada proses pembelian tradisional, pemisahan pool biaya digunakan untuk kegiatan
seperti pembelian, material handling, pemeriksaan mutu, dan fasilitas gudang. biaya
tersebut dialokasikan untuk departemen produksi dengan cara :
1. Masing – masing biaya dialokasikan terhadap masing – masing departemen produksi
2. Pembelian, gudang, dan biaya terkait yang dikumpulkan dalam satu atau lebih pool
biaya agregat dialokasikan ke setiap departemen produksi.

Materials movement in traditional and JIT Purchasing Environment

Tradisional JIT Purchasing


Delivery
Delivery

Material Handling

Quality Inspection

Materials Handling

Warehouse

Material handling

Materials Handling

Retail/wholesale
Retail/wholesale floor floor production
production floor

c. JIT mengubah basis yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak lansung ke
departemen produksi
Survei metode alokasi biaya melaporkan bahwa ruang yang ditempati di gudang adalah
basis alokasi umum untuk biaya pembelian dan bahan baku pada lingkungan
tradisional.Di lingkungan JIT murni tidak ada gudang sehingga basis alokasi tidak
tersedia
d. Mengurangi penekanan pada informasi varians harga pembelian individu
Dalam lingkungan pembelian tradisional, banyak organisasi menekankan pada perbedaan
harga pembelian.Variabel harga pembelian yang menguntungkan tekadang dapat dicapai
dengan membeli dalam jumlah yang lebih besar untuk mengambil keuntungan dari
potongan harga atau dengan membeli bahan berkualitas rendah.Di lingkungan JIT,
penekananya adalah pada total biaya operasi, tidah hanya pada harga beli, faktor faktor
tersebut adalah kualitas dan ketersediaan yang diberi penekanan lebih besar, bahkan jika
disertai dengan harga beli yang lebih tinggi.
Seperti biasa, system akuntansi biaya harus disesuaikan dengan aktivitas operasi yang
mendasarinya.Dalam pembelian JIT, proses yang mendasarinya berfokus pada komitmen
jangka panjang yang mengurangi total biaya operasi.
e. JIT mengurangi frekuensi atau detail pelaporan pengiriman pembelian dalam akuntansi
internal
Dalam lingkungan pembelian JIT, jumlah pengiriman barang meningkat secara
substansial. Organisasi telah berusaha untuk mengurangi biaya pemrosesan informasi
dalam system akuntansi internal dalam satu atau beberapa cara berikut :
 Batching, atau meringkas, pengiriman pembelian individual untuk transaksi
terpisah untuk setiap pengiriman
 Dengan menggunakan system transfer elektronik dimana pesanan pembelian awal
secara otomatis mengatur transfer data elektronik pada tanggal pengiriman dan
transfer data elektronik pada tanggal pembayaran
 Reorganisasi bagian utang dagang.

JUST IN TIME PRODUCTION

Sasaran dari strategi produksi just in time (JIT) adalah mengurangi biaya dan
meningkatkan arus perputaran modal (Capital turnover ratio) dengan jalan menghilangkan
setiap pemborosan (waste). JIT harus dipandang sebagai suatu yang lebih luas dari pada sekedar
suatu program pengendalian inventori

Karakteristik aktivitas operasi

Dalam lingkungan produksi JIT, masing masing komponen diproduksi sesuai kebutuhan
pada langkah selajutnya. Elemen kunci produksi JIT meliputi:

1. Jalur produksi dijalakan berdasarkan permintaan, sehingga aktivitas di setiap workstation


disahkan oleh permintaan workstation hilir.
2. Penekanan ditempatkan pada pengurangan lead time produksi.Berkurangnya lead time
memungkinkan perusahaan untuk merespon perubahan permintaan dengan lebih baik,
namun juga mengurangi perubahan dalam pesanan pemasok
3. Jalur produksi dihentikan jika pemgerjaan barang dalam proses rusak.
4. Penekananya adalah pada penyederhanaan kegiatan pada jalur produksi sehingga area
dimana aktivitas tidak bernilai tambah dapat dihilangkan

Prinsip-Prinsip dalam Sistem Produksi JIT :

1. Produksi diorganisasikan dalam pola sel manufacturing dimana Sel manufaktur terdiri
dari mesin-mesin yang dikelompokkan dalam kumpulan, biasanya dalam bentuk setengah
lingkaran. Mesin-mesin diatur sehingga mereka dapat digunakan untuk melakukan
berbagai operasi secara berurutan. Tiap sel dipersiapkan untuk menghasilkan produk
atau kumpulan produk tertentu. Produk dipindah dari satu mesin ke yang lainnya dari
awal hingga selesai. Para pekerja ditugaskan pada sel-sel dan dilatih untuk
mengoperasikan semua mesin dalam sel.
2. Tenaga kerja terinterdisipliner (multitugas) melakukan berbagai tugas dari berbagai variasi
operasi, untuk minor operasi serta operasi rutin. Pekerja mampu melakukan pekerjaan
produksi langsung, para pekerja sel dapat melakukan tugas persiapan, memindahkan
barang setengah jadi dari bagian ke bagian lain dalam sel, melakukan perawatan
pencegahan dan perbaikan kecil, melakukan inspeksi kualitas, dan melakukan tugas
pembersihan.
3. Produksi demand-pull basis, sehingga aktivitas pada setiap workstation ditentukan
berdasarkan permintaan dari workstation selanjutnya.
4. Perhatian ditujukan pada pengurangan manufacturing lead time yaitu waktu tunggu sebuah
pesanan siap dimulai pada lini produksi sampai saat menjadi produk jadi. Berkurangnya
lead time akan membuat perusahaan mampu merespon perubahan permintaan lebih baik
lagi, dan juga dapat mengurangi perubahan pesanan supplier.
5. Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak
memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
6. Penekanan juga ada pada penyederhanaan aktivitas pada proses atau jalur produksi,
sehingga area dimana aktivitas yang tidak bernilai tambah terjadi akan terlihat jelas dan
bisa dieliminasi.
7. Supplier dipilih berdasarkan kemampuan untuk mengirimkan materials berkualitas dalam
waktu yang telah diatur. Perusahaan yang menerapkan JIT Produksi secara umum juga
menerapkan JIT Pembelian.

Organiasi mengadopsi pendekatan produksi JIT,dalam rangka perubahan pada :

 Meningkatkan ketelusuran lansung pada beberapa biaya : Penelususran langsung


pada item-item biaya dapat ditingkatkan dengan dua cara, yaitu :
a. Perubahan pada dasar aktivitas operasi
Pemanufakturan JIT dapat mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubah
sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung. Contoh, pekerja produksi
pada pabrik JIT melakukan pemeliharaan dan set up pada pabrik. Sebelumnya aktivitas
seperti ini dilakukan oleh pekerja lain yang dikategorikan sebagai Tenaga Kerja Tidak
langsung.
b. Perubahan dalam ketelusuran langsung terhadap biaya.
JIT membuat Ketelusuran langsung terhadap biaya dapat ditingkatkan. Dengan Cost
effective untuk menulusuri biaya pada jalur produksi yang spesifik
 Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak
langsung
Perubahan ini terkait pada meningkatkan ketelusuran biaya dan bisa dicapai dengan
beberapa cara :
 Mengubah aktivitas produksi dasar
 Mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah
Target utama pada eliminasi di JIT adalah :

1. Tempat penyimpanan untuk persediaan barang dalam proses


2. Tempat penyimpanan untuk limbah, unit dikerjakan ulang dan lainnya
3. Fasilitas yang menangani bahan untuk transportasi dari jalur produksi ke tempat
penyimpanan. Mesin atau workstation dihubungkan sehingga barang dapat dipindahkan
oleh pekerja atau conveyor belts yang pendek. Penekanan juga dilakukan pada design
yang mengurangi kebutuhan akan kontainer yang besar.
 Pengurangan Penekanan pada Tenaga Kerja Individual dan Varian Biaya
Overhead
Pabrik yang mengimplementasikan JIT mengurangi penekanan pada penggunaan tenaga
kerja dan varian OH. Berbeda dengan pendekatan tradisional, akuntan internal khusus
berupaya membuat standar tenaga kerja dan overhead serta melaporkan varian dari
standar tersebut. Pada pabrik JIT, penekananya pada analisis varian di level pabrik
dengan fokus pada tren mengenai apa yang mungkin terjadi pada proses daripada fokus
pada besar absolut varian individual.
 Mengurangi tingkat rincian informasi tercatat pada work ticket
Aspek Kunci pada JIT adalah penyederhanaan semua aktivitas yang akan berpengaruh
pada informasi Work Ticket. Ada beberapa cara penyederhanaaan work ticket pada
produksi JIT.
 Proses produksi yang diganti sehingga lebih sedikit material per produk jadi
Dalam proses analisi aktivitas akan berpengaruh pada proses produksi seperti
adanya desain ulang terhadap produk sehingga lebih sedikit bagian yang
digunakan
 Hanya bahan baku langsung yang dicatat pada work ticket, semua biaya lain
dibebankan pada periode tersebut
 Tingkat informasi rinci yang tercatat mengenai biaya tenaga kerja berkurang yaitu
dengan mempertahankan tenaga kerja langsung pada kategori biaya langsung tapi
mengurangi klasifikasi individual tenaga kerja yng akan mempermudah
pencatatan informasinya.
 Sistem Job Costing diganti menjadi proses costing atau backflush prooduct
costing
Kebanyakan pabrik melakukan perubahan pada setiap costing dasar dengan
produksi JIT melalui pendekatan, yaitu:
a. Mengganti Job Costing menjadi proses costing
JIT mengadopsi jalur produksi pada basis konstan karena itulah proses costing
dipilih. Selain itu, proses costing dapat menekankan pada kualitas produk
sehingga JIT berperan besar dalam mengeliminasi barang rusak atau cacat.
b. Mengganti Job tau proses costing ke backflush costing

Reporting detail in product costing system

Job Operation Proces Backflush


Costing Costing Costing Costing

Most detailed Least detailed

Perubahan Akuntansi Biaya pada produksi JIT :


a. Informasi Biaya lebih akurat
Jalur produksi yang lebih efektif pada sel manufacturing meningkatkan ketelusuran
langsung pada beberapa biaya.
b. Adanya kontrol yang lebih baik dari timbulnya biaya
Penekanan pada tenaga kerja individual dan varian OH dapat dikurangi, dimana pada JIT
penekanannya terletak pada total kinerja pabrik sehingga dapat meminimalkan keputusan
operasi disfungsional.
c. Mengurangi Sistem Biaya
1. Pengurangan pada tingkat informasi rinci tercatat pada work tiket
2. Pengurangan pada tingkat informasi rinci tercatat mengenai biaya tenaga kerja.
Manajemen Biaya Pada Lingkungan Just In Time

1. Perencanaan Biaya ( Cost Planning)


Sebelum produksi dilakukan, pada perusahaan yang menerapkan JIT juga melakukan
perencanaan biaya yang mana pada beberapa kasus ditemukan perencanaan biaya dilakukan
sebelum jalur produksi dibuat. Perancang produk dan insinyur pabrik terlibat penting dalam
tahap ini dalam merancang produk dan jalur produki dengan campuran biaya, kualitas, serta
fleksibilitas yang mencerminkan strategi manajemen. Pada tahap ini, sangat ditekankan pada
eliminasi aktivitas yangtidak bernilai tambah pada produk.
2. Pengurangan Biaya
Pengurangan biaya dilakuan pada saat pra-produksi dan tahap produksi. Pengurangan ini
dapat berupa :Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan, Persediaan bahan, barang dalam
proses, dan produk selesai, Waktu perpindahan, Tenaga kerja langsung dan tidak langsung,
Ruangan pabrik, dll.
3. Kontrol Biaya
Kontrol Biaya dilakukan pada saat produksi dimulai. Sumber informasi untuk aktivitas
kontrol biaya yaitu :
a. Pengamatan pribadi oleh pekerja jalur produksi
b. Pengukuran kinerja keuangan (seperti Inventory turnover ratio, varian berdasarkan biaya
standar untuk bahan baku, tenaga kerja dan OH).
c. Pengukuran kinerja nonkeuangan (Leadtime, waktu set-up dll

Perubahan Pada Pengukuran Kinerja Keuangan dan Nin keuangan dalam sistem produksi
JIT, antara lain :
a. Pengukuran keuangan (Financial) seperti rasio perputaran persediaan ( COGS :rata-rata
persediaan) yang diekspektsi meningkat
b. Pengukuran non keuangan terkait persediaan, kualitas, dan waktu, seperti :
- Jumlah hari Material on Hand, diekspektasi menurun
- Unit yang diproduksi dalam jam, diekspektasi meningkat
- Persentase unit barang rusak atau cacat/total unit yang diproduksi
diekspektasi menurun
- Manufacturing Cycle time atau Waktu siklus manufaktur (produksi)
diekspektasi menurun
- Total waktu set up diekspektasi menurun

SIMPLICATION (PENYEDERHANAAN) JIT

Penyederhanaan merupakan eliminasi dari hal-hal yang tidak perlu. Penyederhanaan dapat
berupa penyederhanaan produk, proses, maupun prosedur yang akan menghasilkan suatu
pengurangan dalam jumlah tertentu. Usaha penyederhanaan ini merujuk pada upaya pencapaian
hasil yang sama dengan cara yang lebih sederhana, lebih mendasar atau dengan menggunakan
lebih sedikit input. Selain itu, Simplification juga berarti membuang fitur-fitur yang tidak akan
memberikan nilai tambah bagi produk.

Ada variasi yang cukup besar dalam perubahan yang dibuat untuk kelompok biaya yang
digunakan, pemilihan basis alokasi, sistem biaya adopsi (pekerjaan, operasi, proses, atau
blackflush), dan jenis pengukuran kinerja yang digunakan dalam JIT. Aktivitas yang menambah
nilai dapat lebih ditingkatkan, dan aktivitas yang menambah nilai itu tidak bisa dihilangkan.
Namun demikian, metode JIT telah membuktikan bahwa perubahan yang berarti dalam operasi
yang mendasari kemungkinan untuk membenarkan perubahan yang sesuai dalam sistem
akuntansi. Semua biaya manufacturing pada periode akuntansi mengalir dengan cepat menjadi
cost of goods sold. Adanya perubahan yang cepat dari direct material menjadi finished goods
yang segera dijual sangat menyederhanakan sistem biaya.

BACKFLUSH COSTING

Backflush costing merupakan pendekatan yang dipersingkat atas akuntansi dari biaya
manufaktur. Backflush costing dapat diterapkan ke sistem just in time dimana diperlukan
kecepatan begitu tinggi sehingga akuntansi tradisional tidak lagi praktis. Sering sekali terjadi
ketika akuntansi tradisional akan mencatat kejadian bahan baku, tetapi pada saat yang hampir
bersamaan, produk yang sedang dicatat bahan bakunya tersebut sudah terjual di pasar sehingga
menimbulkan masalah dalam pencatatannya. Oleh karena itu, muncullah pendekatan akuntansi
terbaru berupa penyingkatan aliran biaya perusahaan manufaktur dan sangat tepat digunakan
bersamaan dengan Just In Time (JIT).
Sebuah sistem backflush costing berfokus kepada output dari sebuah organisasi dan
kemudian bekerja ke bagian belakang ketika menerapkan biaya untuk unit yang terjual dan
persediaan. Jangka waktu backflush bisa meningkat karena titik pemicu untuk entri perhitungan
biaya produk dapat ditunda sampai akhir penjualan, sampai akhirnya biaya menguat melalui
sistem akuntansi. Sebaliknya, sistem biaya produk yang umum melacak biaya melalui barang
dalam proses (WIP) sebagai akun yang difokuskan, dimulai dengan pengenalan bahan baku ke
dalam produksi.

Tujuan dari backflush costing adalah mengurangi jumlah kejadian yang diukur dan
dicatat dalam sistem akuntansi serta menunda pencatatan beberapa jurnal entry hingga akhir
masa produksi atau akhir siklus penjualan, sehingga biaya untuk penerapannya lebih rendah
dibandingka dua sistem costing lainnya (job order dan process costing). Perbedaan backflush
costing dengan job order costing dan process costing adalah kurangnya penelusuran terinci atas
biaya work in process (WIP), akun persediaan tidak lagi disesuaikan selama periode akuntansi,
tetapi saldonya dikoreksi menggunakan ayat jurnal pada akhir periode.

Metode Harga Pokok Backflush

Metode harga pokok backflush diterapkan di perusahaan yang telah menerapkan konsep
Just In Time ( JIT ) untuk persediaanya.Sasaran persediaan JIT adalah meminimalkan persediaan
bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi, bahkan jika memungkinkan persediaanya nol
( zero inventory ). Hal ini dilakukan dengan cara system tarik ( pull system ). Untuk me-nol-kan
persediaan barang jadi dan persediaan bahan baku, perusahaan hanya menghasilkan produk
sebanyak yang dipesan pelanggan dan membeli bahan baku sebanyak yang dibutuhkan untuk
produksi. Jika pelanggan memesan 1000 unit, perusahaan hanya memproduksi 1000 unit,tidak
lebih dan tidak kurang. Jika untuk menghasilkan satu unit produk diperlukan 3 kg bahan baku,
perusahaan hanya membeli bahan baku sebanyak 3kg.Agar semuanya dapat berjalan lancar,
kualitas proses produksi, kualitas bahan baku, dan kualitas pekerja harus bagus.Dengan system
tarik, perusahaan akan memungkinkan memiliki persediaan nol untuk persediaan bahan baku dan
persediaan barang jadi.Selanjutnya, untuk menolkan persediaan barang dalam proses, dilakukan
dengan pengurangan waktu proses. Semakin pendek waktu proses, semakin kecil persediaan
barang dalam proses yang dimiliki perusahaan.Jika waktu proses hanya dalam hitungan jam,
pada akhir periode akuntansi, perusahaan akan memiliki persediaan barang dalam proses yang
kecil atau tidak signifikan sehingga bisa dianggap nol.

Penerapan konsep JIT membawa pengaruh terhadap proses produksi yang menjadi lebih
cepat sehingga lama waktu proses mulai dari bahan baku diproses sampai dengan produk selesai
berkurang menjadi beberapa bulan, minggu, atau bahkan dalam hitungan jam.Dengan pendeknya
waktu proses, penggunaan metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses menjadi
tidak memadai lagi.

Backflush costing adalah metode pengumpulan biaya produksi dengan menghilangkan


sebagian ayat jurnal yang terkait dengan tahap tahap mulai dari pembelian bahan baku sampai
dengan penjualan barang jadi.Metode ini lebih sederhana dibandingkan metode pengumpulan
biaya produksi tradisional karena pencatatanya tidak mengikuti setiap proses produksi.

Urutan pencatatan metode pengumpulan biaya tradisional

Tahap A Tahap B Tahap C Tahap D

( Titik pemicu A) ( Titik Pemicu B) ( Titik Pemicu C ) ( Titik pemicu D )

Pembelian BB Pemakaian/ Dihasilkanya Penjualan


dan terjadinya pembebanan BB/biaya barang jadi barang jadi
biaya konversi konversi untuk menjadi ( BJ)
barang dalam proses
(BDP)

Penggunaan perhitungan harga pokok backflush, satu atau beberapa ayat jurnal
dihilangkan tergantung tingkat penerapan konsep JIT. Perhitungan harga pokok backflush
menyederhanakan system perhitungan biaya tanpa menghilangkan banyak informasi.Perhitungan
harga pokok backflush mirip dengan system fisik dalam system pencatatan persediaan. Dalam
system fisik, tidak ada ayat jurnal yang dibuat pada saat pemakaian bahan baku lansung dan saat
selesainya barang jadi. Selain itu, buku pembantu persediaan juga tidak dibuat.Pencatatan
persediaan dengan system fisik lebih sederhana dari pada perpetual.
Contoh Kasus Akuntansi Perhitungan Harga Pokok Backflush

PT Jakarta Solarlight menghasilkan lampu tenaga surya untuk penerangan jalan umum.
Berikut informasi yang diperoleh dari PT Jakarta Solarlight untuk bulan April 2016 :

1. Perusahaan tidak memiliki persediaan bahan baku lansung per 1 Mei 2016
2. Perusahaan tidak memiliki persediaan barang dalam proses per 1 Mei 2016 dan 31 Mei
2016
3. Perusahaan hanya memiki satu kategori biaya produksi lansung, yaitu biaya bahan baku
lansung, dan satu kategori baiay prosuksi tidak lansung, yaitu biaya konversi.Semua
biaya tenaga kerja pabrik merupakan biaya tidak lansung produk dan dimasukkan
kedalam kelompok biaya konversi
4. Perusahaan menggunakan metode perhitungan harga pokokproduk standar.Harga pokok
standar Solarlight Rp23.000 per unit yang terdiri atas biaya bahan baku lansung standar
Rp8.000 per unit (kualitas standar 2 kg dan harga standar Rp4.000 per kg), dan biaya
konversi standar Rp15.000 per unit (1,5 jam kerja standar dengan tariff upah Rp10.000
per jam)
5. Perusahaan memproduksi bola lampu solarlight sebanyak 2.000 unit dan telah terjual
1.500 unit dengan harga Rp30.000 per unit
6. Pembelian bahan baku secara kredit sebanyak 4.500 kg dengan harga per kg sebesar
Rp4.000
7. Biaya konversi yang terjadi selama bulan Mei 2016 sebesar Rp35.000.000.Selisih biaya
konversi ditutup kea kun Harga Pokok Penjualan

Pertanyaan:

a. Buatlah jurnal dengan alternative 1 jika digunakan tiga titik pemicu pencatatan, yaitu
pada saat pembelian bahan baku lansung dan terjadinya biaya konversi (Tahap A), pada
saat dihasilkanya barang jadi (Tahap C), dan pada saat penjualan barang jadi (Tahap D)
b. Buatlah ayat jurnal dengan alternative 2 jika digunakan dua titik pemicu pencatatan, yaitu
pada saat pembelian bahan baku lansung dan terjadinya biaya konversi (Tahap A) pada
saat penjualan barang jadi (Tahap D)
c. Buatlah ayat jurnal dengan alternative 3 jika digunakan dua titik pemicu pencatatn, yaitu
pada saat diahsilkanya barang jadi (Tahap C) dan pada saat penjualan barang jadi (Tahap
D)
d. Buatlah ayat jurnal dengan alternative 4 jika digunakan satu titik pemicu pencatatan,
yaitu pada saat penjualan barang jadi (Tahap D)

Jawab :

a. Jika titik pemicu pencatatan yang digunakan (alternattiv 1), perusahaan tidak perlu
membuat jurnal untuk mencatat pemakian bahan baku lansung dan pembebanan biaya
konversi ke produk (Tahap B). Persediaan bahan baku lansung digabung dengan
persediaan bahan baku dan barang dalam proses

Tahap A : Mencatat pembelian bahan baku lansung dan terjadinya biaya konversi
1. Mencatat Persediaan BB dan BDP Rp18.000.000
Pembelian Utang usaha Rp18.000.000
(4.500 kg x Rp4.000)
2. Mencatat Biaya konversi Rp35.000.000
terjadinya biaya Berbagai akun dikredit Rp35.000.000
konversi
Tahap C : Mencatat barang jadi
3. Mencatat barang Persediaan barang jadi Rp46.000.000
jadi Persediaan BB dan BDP Rp16.000.000
Biaya konversi Rp30.000.000
Persediaan BB dan BDP =
2000 unit x Rp8.000
Biaya konversi = 2.000 unit
x Rp 15.000
Tahap D : Mencatat penjualan barang jadi,menutup biaya konversi dan menutup selisih biaya
konversi
4. Mencatat Kas Rp45.000.000
penjualan barang Penjualan Rp45.000.000
HPP Rp34.500.000
Rp34.500.000
Persediaan barang jadi
Penjualan = 1.500 unit x
Rp30.000
Persediaan barang jadi =
1.500 unit x Rp23.000
5. Menutup biaya Selisih biaya konversi Rp5.000.000
konversi Biaya konversi Rp5.000.000
B.K sesungguhnya
Rp35.000.000
B.K dibebankan Rp30.000.000 Rugi
Rp 5.000.000
Selisih biaya konversi
6. Menutup selisih HPP Rp5.000.000
biaya konversi ke Selisih biaya konversi Rp5.000.000
HPP

b. Alternatif 2, yaitu menggunakan dua titik pemicu pencatatn.Pertama, pada saat pembelian
bahan baku lansung dan terjadinya biaya konversi (Tahap A).Kedua, pada saat penjualan
barang jadi (Tahap D).Dalam alternative ini, perusahaan tidak perlu membuat ayat jurnal
untuk mencatat pemakaian bahan baku lansung dan pembebanan biaya konversi ke
produk (Tahap B) dan dihasilkanya barang jadi (Tahap C).Dalam alternative
ini,perusahaan hanya menggunakan nama akun persediaan, baik untuk bahan baku
lansung, barang dalam proses, maupun barang jadi.Hal ini berbeda dengan alternative 1
yang menggunakan nama akun “ Persediaan bahan baku dan barang dalam proses”.

Tahap A : Mencatat pembelian bahan baku lansung dan terjadinya biaya konversi
1. Mencatat Persediaan Rp18.000.000
Pembelian Utang usaha Rp18.000.000
(4.500 kg x Rp4.000)
2. Mencatat Biaya konversi Rp35.000.000
terjadinya biaya Berbagai akun dikredit Rp35.000.000
konversi
Tahap D : Mencatat penjualan barang jadi,menutup biaya konversi dan menutup selisih biaya
konversi
3. Mencatat Kas Rp45.000.000
penjualan barang Penjualan Rp45.000.000
HPP
Rp34.500.000
Persediaan
Rp12.000.000
Biaya konversi Rp22.500.000
Penjualan =1.500 unit x
Rp30.000
Persediaan = 1.500 unit x
Rp8.000
Biaya konversi = 1.500 unit
x Rp15.000
4. Menutup biaya Selisih biaya konversi Rp12.500.000
konversi Biaya konversi Rp12.500.000
B.K sesungguhnya
Rp35.000.000
B.K dibebankan Rp22.500.000 Rugi
Rp12.500.000
Selisih biaya konversi
5. Menutup selisih HPP Rp12.500.000
biaya konversi ke Selisih biaya konversi Rp12.500.000
HPP

c. Alternatif 3 juga menggunakan dua titik pemicu pencatatan.Bedanya adalah pencatatn


dibuat untuk barang jadi ( Tahap C) dan penjualan barang jadi (Tahap D).Perusahaan
tidak membuat ayat jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku lansung (Tahap A).
Namun perusahaan masih tetap mencatat pembebanan biaya konversi ke produk (Tahap
B).Tidak adanya pencatatan pembelain bahan baku lansung dan barang dalam proses
dikarenakan perusahaan memiliki persediaan bahan baku lansung dan persediaan barang
dalam proses yang sangat kecil.
Tahap A : Mencatat pembelian bahan baku lansung dan terjadinya biaya konversi
1. Mencatat Biaya konversi Rp35.000.000
terjadinya biaya Berbagai akun dikredit Rp35.000.000
konversi
Tahap C : Mencatat barang jadi
2. Mencatat barang Persediaan barang jadi Rp46.000.000
jadi Utang Usaha Rp16.000.000
Biaya konversi Rp30.000.000
Utang usaha = 2000 unit x
Rp8.000
Biaya konversi = 2.000 unit
x Rp 15.000
Tahap D : Mencatat penjualan barang jadi,menutup biaya konversi dan menutup selisih biaya
konversi
3. Mencatat Kas Rp45.000.000
penjualan barang Penjualan Rp45.000.000
jadi HPP
Rp34.500.000
Rp34.500.000
Persediaan barang jadi
Penjualan = 1.500 unit x
Rp30.000
Persediaan barang jadi =
1.500 unit x Rp23.000
4. Menutup biaya Selisih biaya konversi Rp5.000.000
konversi Biaya konversi Rp5.000.000
B.K sesungguhnya
Rp35.000.000
B.K dibebankan Rp30.000.000 Rugi
Rp 5.000.000
Selisih biaya konversi
5. Menutup selisih HPP Rp5.000.000
biaya konversi ke Selisih biaya konversi Rp5.000.000
HPP
d. Alternatif 4 hanya menggunakan satu titi pemicu pencatatn,yaitu pada saat penjualan
barang jadi (Thap D).Alternatif 4 ini cocok digunakan untuk system JIT produksi yang
memiliki persediaan bahan baku lansung, persediaan barang dalam proses, dan
persediaan barang jadi yang kecil dan tidak sognifikan.Hal ini dikarenakan metode
perhitungan harga pokok backflush tidak memiliki akun persediaan.
Berdasarkan system JIT produksi yang ideal, lama waktu produksi sangat pendek dan
jumlah unit yang dijual sama dengan jumlah unit produksi sehingga perusahaan memiliki
persediaan yang sangat kecil bahkan nol untuk persediaan barang dalam proses dan
persediaan barang jadi.Selain itu, perusahaan juga memiliki persediaan nol untuk
persediaan bahan baku lansung.Karena perusahaan memiliki persediaan nol,perusahaan
tidak perlu lagi memiliki akun persediaan, baik persediaan bahan baku lansung, barang
dalam proses, maupun persediaan barang jadi.

Tahap A : Mencatat pembelian bahan baku lansung dan terjadinya biaya konversi
1. Mencatat Biaya konversi Rp35.000.000
terjadinya biaya Berbagai akun dikredit Rp35.000.000
konversi
Tahap D : Mencatat penjualan barang jadi,menutup biaya konversi dan menutup selisih biaya
konversi
2. Mencatat Kas Rp60.000.000
penjualan barang Penjualan Rp60.000.000
jadi HPP
Rp46.000.000
Rp16.000.000
Utang Usaha
Rp30.000.000
Biaya Konversi
Penjualan = 2.000 unit x
Rp30.000
Utang usaha = 2.000 unit x
Rp8.000
Biaya konversi = 2.000 unit
x Rp15.000
3. Menutup biaya Selisih biaya konversi Rp5.000.000
konversi Biaya konversi Rp5.000.000
B.K sesungguhnya
Rp35.000.000
B.K dibebankan Rp30.000.000 Rugi
Rp 5.000.000
Selisih biaya konversi
4. Menutup selisih HPP Rp5.000.000
biaya konversi ke Selisih biaya konversi Rp5.000.000
HPP

You might also like