Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
Just In Time (JIT) merupakan sistem produksi yang komprehensif dan sistem manajemen
persediaan dimana bahan baku dibeli dan diproduksi sebanyak yang dibutuhkan serta
digunakan pada saat yang tepat dalam setiap proses produksi (Blocher, dkk., 2002:113;
dalam Kuzatmono, 2008).
Dalam arti luas, JIT adalah filosofi yang berfokus pada tampilan aktivitas yang
dibutuhkan oleh segmen internal dari sebuah organisasi.Aspek fundamental JIT adalah :
Semua kegiatan yang tidak memberi nilai tambah pada produk atau jasa, maka termasuk
pada kegiatan atau sumber daya yang akan menjadi sasaran pengurangan atau
penghapusan
Adanya komitmen untuk meningkatkan kualitas tinggi, dan melakukan hal yang benar
dan sesuai standar agar tidak ada barang yang cacat dan tidak ada waktu untuk
pengerjaan ulang
Perbaikan terus menerus dalam upaya kegiatan efisiensi
Menyederhanakan dan meningkatkan visibilitas yang menekankan pada aktivitas
penambah nilai, ini akan membantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang tidak
menambah nilai
JIT adalah filosofi yang berfokus pada pengurangan biaya melalui eleminasi persediaan.
Filosofi ini meliputi :
Penghapusan semua aktivitas yang tidak bernilai tambah
Komitmen terhadap tingkat kualitas yang tinggi
Komitmen terhadap perbaikan terus menerus
Penekanan pada penyederhanaan dan meningkatkan visibilitas dari semua kegiatan
yang menambah nilai
Sistem akuntansi biaya atau manajemen memiliki dua tujuan utama : biaya produk,
perencanaan dan pengedalian.Teknik akuntansi biaya untuk memenuhi tujuan ini meliputi :
1. Adanya tes biaya / manfaat untuk merancang dan mengubah system akuntansi
manajemen.Jika terdapat system yang rumit dan memakan waktu, maka manajer akan
memberikan otorisasi pemasangan dan adaptasi untuk memperbaiki operasi kolektif
2. Sistem penetapan biaya produk dan system control yang disesuaikan dengan operasi yang
mendasarinya, bukan sebaliknya
3. Kontrol perangkat di semua system biaya produk. Sistem ini mencakup analisis
akuntansi, penganggaran, dan varian
4. Sumber informasi manajemen disamping system akuntansi manajemen
Sistem pembelian Just In Time (JIT) dapat mengurangi waktu dan biaya yang behubungan
dengan aktivitas pembelian dengan cara sebagai berikut (Tjahjadi, 2001):
1. Mengurangi jumlah supplier, sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber
yang dicurahkan dalam negosiasi melalui dengan supplier.
2. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi melalui kontrak kerja jangka
panjang dengan supplier, menyangkut pembelian, kualitas bahan dan harga yang wajar.
3. Memiliki pembeli atau konsumen dengan program pembelian yang mapan. Rencana
pembelin yang mapan oleh pembeli atau konsumen, dapat memberikan informasi bagi
supplier mengenai persyaratan kualitas bahan dan saat penyerahan dengan tenggang
waktu tertentu sesuai rencana produksi.
4. Mengeliminasi dan mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak menambah nilai bagi
produk, seperti kegiatan dan biaya penyimpanan atau biaya pemindahan bahan dari
gudang ke pabrik.
5. Mengurangi waktu dan biaya program pemeriksaan kualitas, pemilihan supplier yang
dapat menjamin ketepatan waktu jumlah dan kualitas barang yang dibeli dapat
mengurangi waktu dan biaya pemeriksaan.
Just in time dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian
dengan cara :
a. Mengurangi jumlah pemasokuntuk meminimalisir sumber daya yang dicurahkan untuk
negoisasi dengan pemasok.
b. Penetapan harga dan tingkat kualitas yang dapat disepakati dalam perjanjian jangka
panjang dengan pemasok, sehingga mengurangi biaya dalam setiap proses pembelian.
c. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
d. Mengeleminasi atau megurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
e. Mengurangi waktu dan biaya untuk program pemeriksaan mutu.
Pembelian dengan just in time dapat mempengaruhi akuntansi biaya dalam beberapa cara :
Material Handling
Quality Inspection
Materials Handling
Warehouse
Material handling
Materials Handling
Retail/wholesale
Retail/wholesale floor floor production
production floor
c. JIT mengubah basis yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak lansung ke
departemen produksi
Survei metode alokasi biaya melaporkan bahwa ruang yang ditempati di gudang adalah
basis alokasi umum untuk biaya pembelian dan bahan baku pada lingkungan
tradisional.Di lingkungan JIT murni tidak ada gudang sehingga basis alokasi tidak
tersedia
d. Mengurangi penekanan pada informasi varians harga pembelian individu
Dalam lingkungan pembelian tradisional, banyak organisasi menekankan pada perbedaan
harga pembelian.Variabel harga pembelian yang menguntungkan tekadang dapat dicapai
dengan membeli dalam jumlah yang lebih besar untuk mengambil keuntungan dari
potongan harga atau dengan membeli bahan berkualitas rendah.Di lingkungan JIT,
penekananya adalah pada total biaya operasi, tidah hanya pada harga beli, faktor faktor
tersebut adalah kualitas dan ketersediaan yang diberi penekanan lebih besar, bahkan jika
disertai dengan harga beli yang lebih tinggi.
Seperti biasa, system akuntansi biaya harus disesuaikan dengan aktivitas operasi yang
mendasarinya.Dalam pembelian JIT, proses yang mendasarinya berfokus pada komitmen
jangka panjang yang mengurangi total biaya operasi.
e. JIT mengurangi frekuensi atau detail pelaporan pengiriman pembelian dalam akuntansi
internal
Dalam lingkungan pembelian JIT, jumlah pengiriman barang meningkat secara
substansial. Organisasi telah berusaha untuk mengurangi biaya pemrosesan informasi
dalam system akuntansi internal dalam satu atau beberapa cara berikut :
Batching, atau meringkas, pengiriman pembelian individual untuk transaksi
terpisah untuk setiap pengiriman
Dengan menggunakan system transfer elektronik dimana pesanan pembelian awal
secara otomatis mengatur transfer data elektronik pada tanggal pengiriman dan
transfer data elektronik pada tanggal pembayaran
Reorganisasi bagian utang dagang.
Sasaran dari strategi produksi just in time (JIT) adalah mengurangi biaya dan
meningkatkan arus perputaran modal (Capital turnover ratio) dengan jalan menghilangkan
setiap pemborosan (waste). JIT harus dipandang sebagai suatu yang lebih luas dari pada sekedar
suatu program pengendalian inventori
Dalam lingkungan produksi JIT, masing masing komponen diproduksi sesuai kebutuhan
pada langkah selajutnya. Elemen kunci produksi JIT meliputi:
1. Produksi diorganisasikan dalam pola sel manufacturing dimana Sel manufaktur terdiri
dari mesin-mesin yang dikelompokkan dalam kumpulan, biasanya dalam bentuk setengah
lingkaran. Mesin-mesin diatur sehingga mereka dapat digunakan untuk melakukan
berbagai operasi secara berurutan. Tiap sel dipersiapkan untuk menghasilkan produk
atau kumpulan produk tertentu. Produk dipindah dari satu mesin ke yang lainnya dari
awal hingga selesai. Para pekerja ditugaskan pada sel-sel dan dilatih untuk
mengoperasikan semua mesin dalam sel.
2. Tenaga kerja terinterdisipliner (multitugas) melakukan berbagai tugas dari berbagai variasi
operasi, untuk minor operasi serta operasi rutin. Pekerja mampu melakukan pekerjaan
produksi langsung, para pekerja sel dapat melakukan tugas persiapan, memindahkan
barang setengah jadi dari bagian ke bagian lain dalam sel, melakukan perawatan
pencegahan dan perbaikan kecil, melakukan inspeksi kualitas, dan melakukan tugas
pembersihan.
3. Produksi demand-pull basis, sehingga aktivitas pada setiap workstation ditentukan
berdasarkan permintaan dari workstation selanjutnya.
4. Perhatian ditujukan pada pengurangan manufacturing lead time yaitu waktu tunggu sebuah
pesanan siap dimulai pada lini produksi sampai saat menjadi produk jadi. Berkurangnya
lead time akan membuat perusahaan mampu merespon perubahan permintaan lebih baik
lagi, dan juga dapat mengurangi perubahan pesanan supplier.
5. Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak
memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
6. Penekanan juga ada pada penyederhanaan aktivitas pada proses atau jalur produksi,
sehingga area dimana aktivitas yang tidak bernilai tambah terjadi akan terlihat jelas dan
bisa dieliminasi.
7. Supplier dipilih berdasarkan kemampuan untuk mengirimkan materials berkualitas dalam
waktu yang telah diatur. Perusahaan yang menerapkan JIT Produksi secara umum juga
menerapkan JIT Pembelian.
Perubahan Pada Pengukuran Kinerja Keuangan dan Nin keuangan dalam sistem produksi
JIT, antara lain :
a. Pengukuran keuangan (Financial) seperti rasio perputaran persediaan ( COGS :rata-rata
persediaan) yang diekspektsi meningkat
b. Pengukuran non keuangan terkait persediaan, kualitas, dan waktu, seperti :
- Jumlah hari Material on Hand, diekspektasi menurun
- Unit yang diproduksi dalam jam, diekspektasi meningkat
- Persentase unit barang rusak atau cacat/total unit yang diproduksi
diekspektasi menurun
- Manufacturing Cycle time atau Waktu siklus manufaktur (produksi)
diekspektasi menurun
- Total waktu set up diekspektasi menurun
Penyederhanaan merupakan eliminasi dari hal-hal yang tidak perlu. Penyederhanaan dapat
berupa penyederhanaan produk, proses, maupun prosedur yang akan menghasilkan suatu
pengurangan dalam jumlah tertentu. Usaha penyederhanaan ini merujuk pada upaya pencapaian
hasil yang sama dengan cara yang lebih sederhana, lebih mendasar atau dengan menggunakan
lebih sedikit input. Selain itu, Simplification juga berarti membuang fitur-fitur yang tidak akan
memberikan nilai tambah bagi produk.
Ada variasi yang cukup besar dalam perubahan yang dibuat untuk kelompok biaya yang
digunakan, pemilihan basis alokasi, sistem biaya adopsi (pekerjaan, operasi, proses, atau
blackflush), dan jenis pengukuran kinerja yang digunakan dalam JIT. Aktivitas yang menambah
nilai dapat lebih ditingkatkan, dan aktivitas yang menambah nilai itu tidak bisa dihilangkan.
Namun demikian, metode JIT telah membuktikan bahwa perubahan yang berarti dalam operasi
yang mendasari kemungkinan untuk membenarkan perubahan yang sesuai dalam sistem
akuntansi. Semua biaya manufacturing pada periode akuntansi mengalir dengan cepat menjadi
cost of goods sold. Adanya perubahan yang cepat dari direct material menjadi finished goods
yang segera dijual sangat menyederhanakan sistem biaya.
BACKFLUSH COSTING
Backflush costing merupakan pendekatan yang dipersingkat atas akuntansi dari biaya
manufaktur. Backflush costing dapat diterapkan ke sistem just in time dimana diperlukan
kecepatan begitu tinggi sehingga akuntansi tradisional tidak lagi praktis. Sering sekali terjadi
ketika akuntansi tradisional akan mencatat kejadian bahan baku, tetapi pada saat yang hampir
bersamaan, produk yang sedang dicatat bahan bakunya tersebut sudah terjual di pasar sehingga
menimbulkan masalah dalam pencatatannya. Oleh karena itu, muncullah pendekatan akuntansi
terbaru berupa penyingkatan aliran biaya perusahaan manufaktur dan sangat tepat digunakan
bersamaan dengan Just In Time (JIT).
Sebuah sistem backflush costing berfokus kepada output dari sebuah organisasi dan
kemudian bekerja ke bagian belakang ketika menerapkan biaya untuk unit yang terjual dan
persediaan. Jangka waktu backflush bisa meningkat karena titik pemicu untuk entri perhitungan
biaya produk dapat ditunda sampai akhir penjualan, sampai akhirnya biaya menguat melalui
sistem akuntansi. Sebaliknya, sistem biaya produk yang umum melacak biaya melalui barang
dalam proses (WIP) sebagai akun yang difokuskan, dimulai dengan pengenalan bahan baku ke
dalam produksi.
Tujuan dari backflush costing adalah mengurangi jumlah kejadian yang diukur dan
dicatat dalam sistem akuntansi serta menunda pencatatan beberapa jurnal entry hingga akhir
masa produksi atau akhir siklus penjualan, sehingga biaya untuk penerapannya lebih rendah
dibandingka dua sistem costing lainnya (job order dan process costing). Perbedaan backflush
costing dengan job order costing dan process costing adalah kurangnya penelusuran terinci atas
biaya work in process (WIP), akun persediaan tidak lagi disesuaikan selama periode akuntansi,
tetapi saldonya dikoreksi menggunakan ayat jurnal pada akhir periode.
Metode harga pokok backflush diterapkan di perusahaan yang telah menerapkan konsep
Just In Time ( JIT ) untuk persediaanya.Sasaran persediaan JIT adalah meminimalkan persediaan
bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi, bahkan jika memungkinkan persediaanya nol
( zero inventory ). Hal ini dilakukan dengan cara system tarik ( pull system ). Untuk me-nol-kan
persediaan barang jadi dan persediaan bahan baku, perusahaan hanya menghasilkan produk
sebanyak yang dipesan pelanggan dan membeli bahan baku sebanyak yang dibutuhkan untuk
produksi. Jika pelanggan memesan 1000 unit, perusahaan hanya memproduksi 1000 unit,tidak
lebih dan tidak kurang. Jika untuk menghasilkan satu unit produk diperlukan 3 kg bahan baku,
perusahaan hanya membeli bahan baku sebanyak 3kg.Agar semuanya dapat berjalan lancar,
kualitas proses produksi, kualitas bahan baku, dan kualitas pekerja harus bagus.Dengan system
tarik, perusahaan akan memungkinkan memiliki persediaan nol untuk persediaan bahan baku dan
persediaan barang jadi.Selanjutnya, untuk menolkan persediaan barang dalam proses, dilakukan
dengan pengurangan waktu proses. Semakin pendek waktu proses, semakin kecil persediaan
barang dalam proses yang dimiliki perusahaan.Jika waktu proses hanya dalam hitungan jam,
pada akhir periode akuntansi, perusahaan akan memiliki persediaan barang dalam proses yang
kecil atau tidak signifikan sehingga bisa dianggap nol.
Penerapan konsep JIT membawa pengaruh terhadap proses produksi yang menjadi lebih
cepat sehingga lama waktu proses mulai dari bahan baku diproses sampai dengan produk selesai
berkurang menjadi beberapa bulan, minggu, atau bahkan dalam hitungan jam.Dengan pendeknya
waktu proses, penggunaan metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses menjadi
tidak memadai lagi.
Penggunaan perhitungan harga pokok backflush, satu atau beberapa ayat jurnal
dihilangkan tergantung tingkat penerapan konsep JIT. Perhitungan harga pokok backflush
menyederhanakan system perhitungan biaya tanpa menghilangkan banyak informasi.Perhitungan
harga pokok backflush mirip dengan system fisik dalam system pencatatan persediaan. Dalam
system fisik, tidak ada ayat jurnal yang dibuat pada saat pemakaian bahan baku lansung dan saat
selesainya barang jadi. Selain itu, buku pembantu persediaan juga tidak dibuat.Pencatatan
persediaan dengan system fisik lebih sederhana dari pada perpetual.
Contoh Kasus Akuntansi Perhitungan Harga Pokok Backflush
PT Jakarta Solarlight menghasilkan lampu tenaga surya untuk penerangan jalan umum.
Berikut informasi yang diperoleh dari PT Jakarta Solarlight untuk bulan April 2016 :
1. Perusahaan tidak memiliki persediaan bahan baku lansung per 1 Mei 2016
2. Perusahaan tidak memiliki persediaan barang dalam proses per 1 Mei 2016 dan 31 Mei
2016
3. Perusahaan hanya memiki satu kategori biaya produksi lansung, yaitu biaya bahan baku
lansung, dan satu kategori baiay prosuksi tidak lansung, yaitu biaya konversi.Semua
biaya tenaga kerja pabrik merupakan biaya tidak lansung produk dan dimasukkan
kedalam kelompok biaya konversi
4. Perusahaan menggunakan metode perhitungan harga pokokproduk standar.Harga pokok
standar Solarlight Rp23.000 per unit yang terdiri atas biaya bahan baku lansung standar
Rp8.000 per unit (kualitas standar 2 kg dan harga standar Rp4.000 per kg), dan biaya
konversi standar Rp15.000 per unit (1,5 jam kerja standar dengan tariff upah Rp10.000
per jam)
5. Perusahaan memproduksi bola lampu solarlight sebanyak 2.000 unit dan telah terjual
1.500 unit dengan harga Rp30.000 per unit
6. Pembelian bahan baku secara kredit sebanyak 4.500 kg dengan harga per kg sebesar
Rp4.000
7. Biaya konversi yang terjadi selama bulan Mei 2016 sebesar Rp35.000.000.Selisih biaya
konversi ditutup kea kun Harga Pokok Penjualan
Pertanyaan:
a. Buatlah jurnal dengan alternative 1 jika digunakan tiga titik pemicu pencatatan, yaitu
pada saat pembelian bahan baku lansung dan terjadinya biaya konversi (Tahap A), pada
saat dihasilkanya barang jadi (Tahap C), dan pada saat penjualan barang jadi (Tahap D)
b. Buatlah ayat jurnal dengan alternative 2 jika digunakan dua titik pemicu pencatatan, yaitu
pada saat pembelian bahan baku lansung dan terjadinya biaya konversi (Tahap A) pada
saat penjualan barang jadi (Tahap D)
c. Buatlah ayat jurnal dengan alternative 3 jika digunakan dua titik pemicu pencatatn, yaitu
pada saat diahsilkanya barang jadi (Tahap C) dan pada saat penjualan barang jadi (Tahap
D)
d. Buatlah ayat jurnal dengan alternative 4 jika digunakan satu titik pemicu pencatatan,
yaitu pada saat penjualan barang jadi (Tahap D)
Jawab :
a. Jika titik pemicu pencatatan yang digunakan (alternattiv 1), perusahaan tidak perlu
membuat jurnal untuk mencatat pemakian bahan baku lansung dan pembebanan biaya
konversi ke produk (Tahap B). Persediaan bahan baku lansung digabung dengan
persediaan bahan baku dan barang dalam proses
Tahap A : Mencatat pembelian bahan baku lansung dan terjadinya biaya konversi
1. Mencatat Persediaan BB dan BDP Rp18.000.000
Pembelian Utang usaha Rp18.000.000
(4.500 kg x Rp4.000)
2. Mencatat Biaya konversi Rp35.000.000
terjadinya biaya Berbagai akun dikredit Rp35.000.000
konversi
Tahap C : Mencatat barang jadi
3. Mencatat barang Persediaan barang jadi Rp46.000.000
jadi Persediaan BB dan BDP Rp16.000.000
Biaya konversi Rp30.000.000
Persediaan BB dan BDP =
2000 unit x Rp8.000
Biaya konversi = 2.000 unit
x Rp 15.000
Tahap D : Mencatat penjualan barang jadi,menutup biaya konversi dan menutup selisih biaya
konversi
4. Mencatat Kas Rp45.000.000
penjualan barang Penjualan Rp45.000.000
HPP Rp34.500.000
Rp34.500.000
Persediaan barang jadi
Penjualan = 1.500 unit x
Rp30.000
Persediaan barang jadi =
1.500 unit x Rp23.000
5. Menutup biaya Selisih biaya konversi Rp5.000.000
konversi Biaya konversi Rp5.000.000
B.K sesungguhnya
Rp35.000.000
B.K dibebankan Rp30.000.000 Rugi
Rp 5.000.000
Selisih biaya konversi
6. Menutup selisih HPP Rp5.000.000
biaya konversi ke Selisih biaya konversi Rp5.000.000
HPP
b. Alternatif 2, yaitu menggunakan dua titik pemicu pencatatn.Pertama, pada saat pembelian
bahan baku lansung dan terjadinya biaya konversi (Tahap A).Kedua, pada saat penjualan
barang jadi (Tahap D).Dalam alternative ini, perusahaan tidak perlu membuat ayat jurnal
untuk mencatat pemakaian bahan baku lansung dan pembebanan biaya konversi ke
produk (Tahap B) dan dihasilkanya barang jadi (Tahap C).Dalam alternative
ini,perusahaan hanya menggunakan nama akun persediaan, baik untuk bahan baku
lansung, barang dalam proses, maupun barang jadi.Hal ini berbeda dengan alternative 1
yang menggunakan nama akun “ Persediaan bahan baku dan barang dalam proses”.
Tahap A : Mencatat pembelian bahan baku lansung dan terjadinya biaya konversi
1. Mencatat Persediaan Rp18.000.000
Pembelian Utang usaha Rp18.000.000
(4.500 kg x Rp4.000)
2. Mencatat Biaya konversi Rp35.000.000
terjadinya biaya Berbagai akun dikredit Rp35.000.000
konversi
Tahap D : Mencatat penjualan barang jadi,menutup biaya konversi dan menutup selisih biaya
konversi
3. Mencatat Kas Rp45.000.000
penjualan barang Penjualan Rp45.000.000
HPP
Rp34.500.000
Persediaan
Rp12.000.000
Biaya konversi Rp22.500.000
Penjualan =1.500 unit x
Rp30.000
Persediaan = 1.500 unit x
Rp8.000
Biaya konversi = 1.500 unit
x Rp15.000
4. Menutup biaya Selisih biaya konversi Rp12.500.000
konversi Biaya konversi Rp12.500.000
B.K sesungguhnya
Rp35.000.000
B.K dibebankan Rp22.500.000 Rugi
Rp12.500.000
Selisih biaya konversi
5. Menutup selisih HPP Rp12.500.000
biaya konversi ke Selisih biaya konversi Rp12.500.000
HPP
Tahap A : Mencatat pembelian bahan baku lansung dan terjadinya biaya konversi
1. Mencatat Biaya konversi Rp35.000.000
terjadinya biaya Berbagai akun dikredit Rp35.000.000
konversi
Tahap D : Mencatat penjualan barang jadi,menutup biaya konversi dan menutup selisih biaya
konversi
2. Mencatat Kas Rp60.000.000
penjualan barang Penjualan Rp60.000.000
jadi HPP
Rp46.000.000
Rp16.000.000
Utang Usaha
Rp30.000.000
Biaya Konversi
Penjualan = 2.000 unit x
Rp30.000
Utang usaha = 2.000 unit x
Rp8.000
Biaya konversi = 2.000 unit
x Rp15.000
3. Menutup biaya Selisih biaya konversi Rp5.000.000
konversi Biaya konversi Rp5.000.000
B.K sesungguhnya
Rp35.000.000
B.K dibebankan Rp30.000.000 Rugi
Rp 5.000.000
Selisih biaya konversi
4. Menutup selisih HPP Rp5.000.000
biaya konversi ke Selisih biaya konversi Rp5.000.000
HPP