You are on page 1of 34

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA


“Sediaan Krim Desonide 0,05%”

Disusun oleh:
Sadat Rizki S M P17335116004
Rizqia Anggianawati P17335116012
Desti Retno Palupi P17335116020
Yolanda Putri A P17335116030
Nurani Hafsyah P17335116032
Siti Robiatul A P17335116034
Dita Setiani Anwar P17335116042

Dosen pembimbing :
Hanifa Rahma, M.Si.,Apt.

KEMENTRIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN FARMASI
2017
SEDIAAN KRIM
Desonide 0,05%

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu memformulasikan, membuat sediaan dan mengevaluasi
sediaan semisolida krim Desonide 0,05%.

II. LATAR BELAKANG


Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak
atau minyak dalam air. Sekarang ini batas tersebut lebih diarahkan untuk produk
yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam
lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan
lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan
untuk pemberian obat melalui vaginal (Kemenkes RI, 2014).
Krim farmasetik adalah sediaan semisolida yang mengandung satu atau
lebih bahan aktif obat, terlarut ata terdispersi, baik dalam emulsi air dalam
minyak (A/M) maupun emulsi minyak dalam air ( M/A) atau dalam tipe lain
basis tercuci air.
Dalam perfomulasi yang kami buat adalah krim dengan tipe minyak
dalam air hal ini karena tipe minyak dalam air memiliki kelebihan yaitu mudah
tercuci dengan air. Penggunaan sediaan yang akan dibuat ditujukan untuk
sediaan topical. Penghantaran topical obat melalui bentuk sediaan semisolida
atau melalui pets dengan pelepasan terkendali dan bermacam bentuk sediaan
lainnya, memberikan keuntungan seperti mengurangi fluktuasi kadar darah obat,
meniadakan efek lintas pertama, serta proteksi dari pH salur cerna. Pada kasus
dimana efek/kerja terlokalisasi dibutuhkan, sediaan topikal memberikan peluang
yang besar. Hanya saja kulit adalah media yang buruk untuk menghantarkan
obat, karena sesuai dengan fungsi kulit tubuh, kulit akan mencegah masuknya
bahan kimia. Pada umumnya molekul polar yang besar tidak berpeneterasi
secara baik melewati stratum corneum. Sifat penting fisikokimia interinsik dari
calon obat yang diberikan secara transdermal melalui bobot molekul dan
volume, kelarutan dalam air, suhu lebur, dan log P ( Agoes, 2012).
Bahan aktif yang digunakan adalah Desonide 0,05% yang digunakan
untuk pengobatan penyakit kulit yang bersifat inflamasi, proliferatif
atauimunologis. merupakan golongan kortikosteroid yang digunakan untuk
aktivitas glukokortikoid dalam pengobatan berbagai kelainan kulit (Sean C
Sweetman, 2009).
Desonide dalam pengaplikasiaan untuk orang dewasa digunaan
secukupnya ke area yang terkena setiap 6-8 jam. Penggunaannya dihentikan dan
evaluasi ulang diagnosis jika tidak ada perbaikan dalam waktu 4 minggu namun
pada anak-anak usia kurang dari 3 tahun tidak dianjurkan keamanan dan
keefektifannya (Medscape).

III. PERHITUNGAN DOSIS


Untuk dewasa : Gunakan secukupnya ke area yang terkena setiap 6-8 jam.
Hentikan penggunaan dan evaluasi ulang diagnosis jika tidak
ada perbaikan dalam waktu 4 minggu.
Anak < 3 tahun : Keamanan dan keefektifan tidak dilanjutkan (Medscape).

Perhitungan FTU
1 FTU = 500 mg untuk pria dewasa
1 FTU = 400 mg untuk wanita dewasa
Pedoman FTU untk dewasa
Untuk Dewasa
Area Anatomi FTU yang Dibutuhkan
Muka dan Leher 2,5
Tubuh bagian atas dan bawah 7
Lengan 3
Tangan 1
Kaki (Bagian paha hingga mata kaki) 6
Kaki (Bagian mata kaki ke bawah) 2
1. Untuk Pria Dewasa (per hari)
a. Muka dan Leher = 2,5 x 500 mg = 1.250 x 4 = 5.000 mg = 5 gram
b. Badan bagian atas dan bawah = 7 x 500 mg = 3.500 x 4 = 14.000 mg =
14 gram
c. Lengan = 3 x 500 mg = 1.500 x 4 = 6.000 mg = 6 gram
d. Tangan = 1 x 500 mg = 500 x 4 = 2.000 mg = 2 gram
e. Kaki (bagian paha–mata kaki) = 6 x 500 mg = 3.000 x 4 = 12.000 mg =
12 gram
f. Kaki (bagian mata kaki ke bawah) = 2 x 500 mg = 1.000 x 4 = 4.000 mg
= 4 gram
2. Untuk Wanita Dewasa (per hari)
a. Muka dan Leher = 2,5 x 400 mg = 1.000 x 4 = 4.000 mg = 4 gram
b. Badan bagian atas dan bawah = 7 x 400 mg = 2.800 x 4 = 11.200 mg =
11,2 gram
c. Lengan = 3 x 400 mg = 1.200 x 4 = 4.800 mg = 4,8 gram
d. Tangan = 1 x 400 mg = 400 x 4 = 1600 mg = 1,6 gram
e. Kaki (bagian paha–mata kaki) = 6 x 400 mg = 2.400 x 4 = 9.600 mg =
9,6 gram
f. Kaki (bagian mata kaki ke bawah) = 2 x 400 mg = 800 x 4 = 3.200 mg =
3,2 gram
IV. TINJAUAN PUSTAKA

1. Preformulasi Bahan Aktif


Zat Desonide
Sinonim -
Struktur

Rumus Molekul C24H32O6


(NCBI)

Titik Lebur -
Pemerian Serbuk putih sampai putih pucat dan tidak berbau.
(NCBI)

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air (NCBI)


Larut dalam metanol (Daily med. US National Library Of Medicine.
Online)
Agak sukar larut dalam etanol dan aseton, lart dalam kloroform (FDA)
Stabilitas
 Log P 1-4
 Panas Batas penyimpanan
 Cahaya Terlindung dari cahaya (NCBI)
 Air Tidak ditemukan (Martindale; FI edisi V; Japanese Pharmacopeia;
British Pharmacopeia; USP)
 pH Tidak ditemukan (Martindale; FI edisi V; Japanese Pharmacopeia;
British Pharmacopeia; USP)
Inkompatibilitas Asam-asam, asam klorid, asam anhidrid, agen pengoksidasi.
(MSDS)

Keterangan Lain -
Penyimpanan -
Kadar Penggunaan 0,05%
2. Preformulasi Eksipien
a. Gliserin
Zat Gliserin
Sinonim Croderol; E422; glicerol; gliserin; gliserolum; Glycon G-100;
Kemstrene; Optimal; Pricerine; 1,2,3-propanetriol; trihydroxypropane
gllycerol.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P283.pdf)
Struktur

Berat Molekul : 92.09


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P283.pdf)
Rumus Molekul C3H8O3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P283.pdf)

Titik Lebur 17,8oC


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P283.pdf)
Pemerian Tidak berwarna, tidak berbau, kental higroskopik, rasanya manis. Lebih
manis 0,6 kali dari sukrosa.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P284.pdf)
Kelarutan Aseton sedikit larut, benzene praktis tidak larut, kloroform praktis tidak
larut, etanol (95%) larut, metanol larut, minyak praktis tidak larut, air
mudah larut.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P284.pdf)
Stabilitas Zat higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasi terhadap
kondisi dibawah penyimpanan biasa, tetapi dapat terurai pada
pemanasan dengan evolusi aurelion beracun, campuran gliserin dengan
air, etanol (95%) dan PPG stabil secara kimia.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P284.pdf)
Inkompatibilitas Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat perubahan
warna hitam pada gliserin terjadi di hadapan cahaya atau kontak
dengan ZnO atau Bismuth. Kontaminasi besi dalam gkiserin
menyebabkan penggelapan warna campuran yang mengandung fenol,
salisilat dan tanin.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P285.pdf)
Keterangan Lain Gliserin digunakan dalam berbagai macam formulasi farmasi
termasuk sediaan oral, otic, ophthalmic, topical, dan parenteral;
Dalam formulasi farmasi dan kosmetik topikal, gliserin adalah
digunakan terutama untuk sifat humektan dan emolien. Gliserin
digunakan sebagai pelarut atau pelarut dalam krim dan emulsi.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P285.pdf)

Penyimpanan Gliserin harus disimpan dalam wadah kedap udara, sejuk dan tempat
kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P285.pdf)
Kadar Penggunaan 15%
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P283.pdf)

b. Butylated Hydoxytoluene
Zat Butylated Hydoxytoluene
Sinonim Agidol; BHT; 2,6-bis (1,1-dimethylethyl) -4-methylphenol;
butylhydroxytoluene; butylhydroxytoluenum; Dalpac; dibutylated
hidroksioluena; 2,6-di-tert-butil-p-kresol; 3,5-di-tert-butil-4-
hidroksioluena; E321; Embanox BHT; Impruvol; Ionol CP; Nipanox
BHT; OHS28890; Sustane; Tenox BHT; Topanol; Vianol.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P75.pdf)
Struktur

BM : 220.35
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P75.pdf)
Rumus Molekul C15H24O
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P75.pdf)

Titik Lebur 70oC


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P75.pdf)
Pemerian Warna kuning putih atau kuning pucat dengan bau khas fenol yang
lemah.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P76.pdf)
Kelarutan Tidak larut dalam air dan propilenglikol; mudah larut dalam etanol;
kloroform dan eter.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P75.pdf)
Stabilitas Paparan cahaya, kelembapan, dan panas menyebabkan hilangnya
aktivitas.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P76.pdf)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan oskidator kulit seperti peroksida dan
permanganat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P76.pdf)
Keterangan Lain Butylated hydroxytoluene digunakan sebagai antioksidan di kosmetik,
makanan, dan obat-obatan. Hal ini terutama digunakan untuk menunda
atau mencegah tengik oksidatif lemak dan minyak, mencegah
hilangnya aktivitas vitamin yang larut dalam minyak. Butylated
hydroxytoluene juga digunakan pada 0,5-1,0% b/b konsentrasi karet
alam atau sintetis untuk memberikan peningkatan stabilitas warna.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P75.pdf)
Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, ditempat
sejuk dan kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P76.pdf)
Kadar Penggunaan 0,02%
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P75.pdf)

c. Asam Stearat
Zat Asam Stearat
Sinonim Acidum stearicum; asam cetylacetic; Crodacid; Cristal G; Cristal S;
Dervacid; E570; Edenor; Emersol; Ekstra AS; Ekstra P; Ekstra S; ST
tambahan; 1-heptadecanecarboxylic acid; Hystrene; Industrene;
Kortakida 1895; Pearl Steric; Pristerene; asam stereophanat;
Tegostearic.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P697.pdf)
Struktur

BM : 284.47
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P697.pdf)
Rumus Molekul C18H36O2
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P697.pdf)

Titik Lebur 69–700C


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P697.pdf)
Pemerian Bubuk putih keras, asam putih samar, agak mengkilap, kristal padat
atau bubuk putih atau kekuningan. Memiliki sedikit bau dengan rasa
lemah.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P698.pdf)
Kelarutan Mudah larut dalam benzen, karbon tetraklorida, kloroform dan eter.
Larut dalam etanol, heksana, propilenglikol. Praktis tidak larut dalam
air.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P697.pdf)
Stabilitas Material yang stabil, antioksidan dapat ditambahkan pada asam stearat.
Dalam jumlah besar disimpan pada tempat terutup rapat dan kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P698.pdf)
Inkompatibilitas Asam stearat tidak kompatibel dengan sebagian besar logam
hidroksida, zat produksi dan agen pengoksida.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P698.pdf)
Keterangan Lain Asam stearat banyak digunakan dalam farmasi oral dan topikal
formulasi. Hal ini terutama digunakan dalam formulasi oral sebagai
tablet dan pelumas kapsul; meskipun bisa juga digunakan sebagai
pengikat atau dalam kombinasi sebagai lapisan tablet. Memiliki Juga
disarankan agar asam stearat bisa digunakan di tablet enterik pelapis
dan sebagai pelepas pembawa obat yang bertahan. Dalam formulasi
topikal, asam stearat digunakan sebagai pengemulsi dan agen pelarut.
Bila sebagian dinetralkan dengan alkali atau trietanolamina, asam
stearat digunakan dalam pembuatan krim (6,7) Asam stearat yang
dinetralkan sebagian membentuk krim Basa bila dicampur dengan 5-15
kali berat cairan cairnya sendiri, penampilan dan plastisitas krim yang
ditentukan oleh proporsi alkali yang digunakan.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P697.pdf)
Penyimpanan Bahan curah harus disimpan dalam wadah tertutup di tempat yang
sejuk dan kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P698.pdf)
Kadar Penggunaan 3%
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P697.pdf)
d. Triethanolamine
Zat Triethanolamine (TEA)
Sinonim TEH; Tealan; trietilolamina; trihydroxytriethylamine; tris
(hidroksietil) amina; trolaminum.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P754.pdf)
Struktur

BM : 149.19
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P754.pdf)
Rumus Molekul C6H15NO3
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P754.pdf)
Titik Lebur 20–210C
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P754.pdf)
Pemerian Cairan kental tidak berwarna sampai kuning pucat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P754.pdf)
Kelarutan Larut dalam etanol, aseton, benzena, eter, karbon tertraklorida, dan
heptena <0,1%, larut dalam kloroform.
Tidak larut dalam aseton, karbon tetraklorida, metanol dan air. Larut
dalam etil asetat (1:63), dan benzen (1:24).
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P754.pdf)
Stabilitas Triethanolamine dapat berubah warna menjadi coklat jika terpapar
udara dan cahaya. Dapat dikembalikan dengan pemanasan dan
pencampuran sebelum digunakan.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P754.pdf)
Inkompatibilitas Dengan asam mineral, karena akan membentuk garam kristal dan ester.
Dengan lembaga, karena akan membentuk garam kompleks, dengan
logam-logam berat karena akan terjadi perubahan warna dengan reagen
seperti tionil klorida.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P754.pdf)
Keterangan Lain Trietanolamina banyak digunakan dalam formulasi farmasi topikal,
terutama dalam pembentukan emulsi. Bila dicampur dalam proporsi
equimolar dengan asam lemak, seperti Asam stearat atau asam oleat,
trietanolamina membentuk sabun anionik dengan pH sekitar 8, yang
dapat digunakan sebagai bahan pengemulsi menghasilkan emulsi
minyak-dalam-air halus dan stabil. Konsentrasi yang biasanya
digunakan untuk emulsifikasi adalah 2-4% v/v trietanolamina dan 2-5
kali asam lemak. Dalam kasus minyak mineral, 5% v / v trietanolamina
akan dibutuhkan, dengan kenaikan yang tepat dalam jumlah asam
lemak yang digunakan. Persiapan yang mengandung sabun
trietanolamin cenderung lebih gelap pada penyimpanan. Namun,
perubahan warna dapat dikurangi dengan menghindari paparan ringan
dan kontak dengan logam dan ion logam.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P754.pdf)
Penyimpanan Trietanolamina mungkin berubah menjadi coklat saat terpapar udara
dan cahaya. Tingkat 85% trietanolamina cenderung stratifikasi di
bawah 15oC; homegeneitas dapat dipulihkan dengan pemanasan dan
pencampuran sebelum digunakan. Trietanolamina harus disimpan
dalam wadah kedap udara terlindungi dari cahaya, di tempat sejuk dan
kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P754.pdf)
Kadar Penggunaan 1,5%
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P754.pdf)

e. Cera Flava
Zat Cera Flava
Sinonim Apifil; cera flava; E901; lilin halus.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P780.pdf)
Struktur

(Tidak ditemukan dalam Handbook of Pharmaceutical Exipients dan


Farmakope Indonesia edisi V, JP, USP, NF ditemukan dalam
http://www.helsinki.fi/kemia/opettaja/aineistot/hyonteistenk/emiaa/engl
ish.
beeswax_webpage.htm.
Rumus Molekul C15H31COOC30H61
(Tidak ditemukan dalam Handbook of Pharmaceutical Exipients dan
Farmakope Indonesia edisi V, JP, USP, NF ditemukan dalam
http://www.helsinki.fi/kemia/opettaja/aineistot/hyonteistenk/emiaa/engl
ish.
beeswax_webpage.htm.
Titik Lebur 61–650C
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P780.pdf)
Pemerian Berwarna kuning atai merah muda dan bau khas yang samar
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P781.pdf)
Kelarutan Larut dalam kloroform, eter, minyak, minyak atsiri, karbon disulfida
hangat, agak sukar larut dalam etanol (95%), praktis tidak larut dalam
air.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P780.pdf)
Stabilitas Bila dipanaskan diatas esterifikasi 150oC terjadi dengan akibatnya
menurunkan nilai asam dan ketinggian titik leleh. Cera flava stabil bila
disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P781.pdf)
Inkompatibilitas Inkom dengan oksidasi kuat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P781.pdf)
Keterangan Lain Cera Flava digunakan dalam makanan, kosmetik, dan produk kembang
gula. Penggunaan utamanya adalah dalam formulasi farmasi topikal, di
mana tempatnya digunakan pada konsentrasi 5-20%, sebagai agen
penguat pada salep dan krim. Cera flava juga digunakan dalam emulsi
karena itu memungkinkan air dimasukkan ke dalam emulsi air dalam
minyak. Dalam beberapa formulasi oral lilin kuning digunakan sebagai
poles agen untuk tablet berlapis gula. Hal ini juga digunakan untuk
pelepasan yang berkelanjutan formulasi. Lapisan lilin kuning bisa
digunakan untuk mempengaruhi pelepasan tingkat obat dari manik-
manik resin penukar ion, dan lilin kuning juga telah digunakan dalam
bentuk dosis pelepasan terkontrol multipartikel dari chlorphenamine
maleate. Cera Flavamembentuk sabun dengan boraks.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P780.pdf)
Penyimpanan Stabil bila disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P781.pdf)
Kadar Penggunaan 10%
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P780.pdf)
f. Vaselin Album
Zat Vaselin album
Sinonim Merkur; mineral jelly; Silkolene; Lembut
Putih; vaselinum flavum; petrolatum kuning; minyak kuning
jeli.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P481.pdf)
Struktur Tidak ditemukan dalam literatur.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, USP30-NF25, Japanese
Pharmacopeia, British Pharmacopeia)

Rumus Molekul CnH2n2


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
P482.pdf)
Titik Lebur 38 -60oC
(USP30-NF25)
Pemerian Pekolaktum berwarna kuning pucat hingga kuning, transluesen. Tidak
berbau, tidak berasa, tidak lebih sedikit berpijar saat siang bahkan
ketika leleh.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p482.pdf)

Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%) panas, gliserin dan air.
Larut dalam benzena, karbon disulfida, kloroform dan eter, sebagian
besar dalam minyak yang mudah menguap.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p482.pdf)
Stabilitas Dengan paparan cahaya, dapat teroksidasi dan berubah warna juga
menghasilkan bau yang tidak sedap.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p482.pdf)
Inkompatibilitas Petrolatum adalah bahan inert dengan sedikit inkompatibel.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p482.pdf)

Keterangan Lain Petrolatum terutama digunakan dalam formulasi farmasi topikal


sebagai dasar salep emolien; itu kurang diserap oleh kulit.
Petrolatum juga digunakan dalam krim dan formulasi transdermal dan
sebagai bahan dalam formulasi pelumas untuk kembang gula bersama
minyak mineral. Terapeutik, dressing kasa steril yang mengandung
petrolatum dapat digunakan untuk pembalut luka yang tidak benar atau
sebagai pengepakan bahan. Petrolatum juga banyak digunakan dalam
kosmetik dan dalam beberapa aplikasi makanan.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p482.pdf)
Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, ditempat
sejuk dan kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p482.pdf)

Kadar Penggunaan 20%


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p482.pdf)
g. Paraffin Liquidum
Zat Paraffin Liquidum
Sinonim Avatech; Drakeol; minyak mineral berat; petrolatum cair berat;
petrolatum cair; minyak parafin; paraffinum liquidum; Sirius; putih
minyak mineral.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p445.pdf)
Struktur

(Tidak ditemukan dalam Handbook of Pharmaceutical Exipient,


Farmakope Indonesia edisi IV dan V, Japanese Pharmacope, NF, dan
USP, ditemukan dalam:
http://www.inchem.org/documents/ehc/ehc/ehc181.htm)
Rumus Molekul C16H34, n=16~24
(Tidak ditemukan dalam Handbook of Pharmaceutical Exipient,
Farmakope Indonesia edisi IV dan V, Japanese Pharmacope, NF, dan
USP, ditemukan alam:
http://www.inchem.org/documents/ehc/ehc/ehc181.htm)
Titik Lebur Tidak ditemukan di Martindale edisi 36, Japanesse Pharmacopeia,
European Pharmacopeia, HOPE, Farmakope Indonesia V, NCBI.

Pemerian Tidak berwarna dan kental, tanpa fluoresensi disiang hari, tidak berbau
saat dingin, dan memiliki bau minyak bumi yang samar saat
dipanaskan.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p446.pdf)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol (95%), gliserin, dan air; larut dalam
aseton, benzena, kloroform, karbon disulfida, eter, dan petroleum eter.
Larut dengan minyak volatile dan minyak, dengan pengecualian dari
minyak jarak.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p446.pdf)
Stabilitas Minyak mineral mengalami oksidasi bila terkena panas dan cahaya.
Oksidasi dimulai dengan pembentukan peroksida, yang menunjukkan
'Periode induksi'. Dalam kondisi biasa, periode induksi mungkin
mengambil bulan atau tahun. Namun, setelah jejak peroksida adalah
terbentuk, oksidasi lebih lanjut adalah autokatalitik dan hasil yang
sangat cepat. hasil oksidasi dalam pembentukan aldehid dan asam
organik, yang memberi rasa dan bau.
Stabilisator mungkin ditambahkan untuk menghambat oksidasi;
butylated hydroxyanisole, butylatedhydroxytoluene, dan alpha
tocopherol adalah yang paling umum digunakan sebagai antioksidan.
Minyak mineral dapat disterilkan dengan panas kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p446.pdf)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan bahan pengoksidasi kuat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p446.pdf)
Keterangan Lain Minyak mineral digunakan terutama sebagai eksipien dalam formulasi
farmasi topikal, dimana sifat emoliennya dieksploitasi sebagai bahan
dasar salep. Ini juga digunakan di emulsi minyak dalam air, (1-5)
sebagai pelarut, dan sebagai pelumas masuk formulasi kapsul dan
tablet, dan sampai batas tertentu sebagai cetakan.
Penyimpanan Harus disimpan dalam wadah kedap udara, terlindungi dari cahaya, di
tempat yang sejuk dan kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p446.pdf)

Kadar Penggunaan 10%


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p446.pdf)

h. Oleum Menthae Pip


Zat Oleum Menthae Pip
Sinonim -

Struktur (Tidak memiliki struktur kimia)

Rumus Molekul (Tidak memiliki rumus molekul kimia)

Titik Lebur -

Pemerian Cairan tidak berwarna, kuning pucat, atau hijau kekuningan pucat
dengan bau khas dan sensasi dingin.
(Martindale edisi 36, hlm 1761. pdf)
Kelarutan Larut dalam1:3 alkohol 70%
(Martindale edisi 36, hlm 1761. pdf)

Stabilitas Disimpan pada wadah kedap udara, dengan suhu tidak boleh lebih dari
40°C.
(Martindale edisi 36, hlm 1761. pdf)
Inkompatibilitas Tidak ditemukan di Martindale edisi 36, Japanesse Pharmacopeia,
European Pharmacopeia, HOPE, Farmakope Indonesia V, NCBI.

Keterangan lain -

Penyimpanan Wadah tertutup rapat.


(Martindale edisi 36, hlm 1761. pdf)

Kadar Penggunaan 0,01%


(Martindale edisi 36, hlm 1761. pdf)
i. Purified Water
Zat Purified Water
Sinonim Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p 766.pdf)
Struktur

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p 766.pdf)


Rumus Molekul H2O
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
p 766.pdf)
Titik Lebur 0°C
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED,
p 766.pdf)
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
(Farmakope Indonesia V)

Kelarutan Dapat dicampur dengan pelarut polar


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p 766.pdf)

Stabilitas Air secara kimiawi stabil disemua material fisika seperti (air,es,dan uap
air). Air harus terlindungi dari partikel asing dan mikroorganisme
mikroba lainnya. Terlindung dari kontaminasi ion dan organic yang
menyebabkan peningkatan konektivitas.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p 766.pdf)
Inkompatibilitas Dalam formulasi dapat bereaksi dengan obat-obatan atau eksipien lain
yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi air atau uap air) pada suhu
kamar dan suhu yang ditinggikan.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p 766.pdf)
Keterangan lain -

Penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup rapat. Air yang dimurnikan Simpan
dalam wadah tertutup rapat. Jika disimpan dalam jumlah besar,
kondisinya penyimpanan harus dirancang.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ED, p 768.pdf)
Kadar Penggunaan ad 100 %

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental yang


mengandung tidak kurang dari 60% air, yang dimaksudkan untuk pemakaian
luar (Anief, 2012).
Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim
yang dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi krim, dapat digunakan emulgid,
lemak bulu domba, setasium, cetylalkohol, stearil alkohol, golongan sorbitan,
PEG, polisorbat dan sabun (Syamsuni, 2006).
Kualitas dasar krim, yaitu stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim
harus bebas dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang
ada dalam kamar. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh
produk menjadi lunak dan homogen. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi
adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit. Terdistribusi
merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada
penggunaan. (Anief, 2012)
Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-
asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan
air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe
krim, yaitu (Anief, 2012) :
1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak
Contoh : cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih,
berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil
dalam jumlah besar.
2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air
Contoh: vanishing cream
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai
pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
Kelebihan sediaan krim, yaitu mudah menyebar rata, praktis, mudah
dibersihkan atau dicuci, cara kerja berlangsung pada jaringan setempat, tidak
lengket terutama tipe m/a, memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m,
digunakan sebagai kosmetik, bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang
diabsorpsi tidak cukup beracun. Sedangkan kekurangan sediaan krim, yaitu
susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.
Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas. Mudah kering
dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran
terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan
penambahan salah satu fase secara berlebihan (Sumardjo, Damin, 2006).
Formula dasar krim, antara lain terdiri dari fase minyak dan fase air. Fase
minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam. Contoh : asam
stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera,
cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya. Sedangkan fase
air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa. Contoh : Na tetraborat
(borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na2CO3, Gliserin,
Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil
alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya). Bahan-bahan penyusun
krim, antara lain, zat berkhasiat, fase minyak, fase air, pengemulsi, bahan
pengemulsi. Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan
dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan
pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil
alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG. Sedangkan,
bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk
meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan pengawet sering digunakan umumnya
metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%.
Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan, untuk
mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh
(Sumardjo, Damin, 2006).
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses
emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti
minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70-75°C,
sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut
dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian
larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak
yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10
menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran
perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai
campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan
leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi
pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Rowe, 2009).
Agar sistem pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus
dibuatkan kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu
ditaati. Pertama, tujuan pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang
baik. Kedua, setiap pelaksanaan harus berpegang teguh pada standar atau
spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standard an spesifikasi yang telah
ada. Evaluasi Organoleptis, evalusai organoleptis menggunakan panca indra,
mulai dari bau, warna, tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan
subyek responden (dengan kriteria tertentu) dengan menetapkan kriterianya
pengujianya (macam dan item), menghitung prosentase masing- masing kriteria
yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik. Evaluasi pH,
evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200
ml air yang di gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen,
dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat
hasil yang tertera pada alat pH meter. Evaluasi daya sebar, dengan cara sejumlah
zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian atasnya
diberi kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu 1 –
2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban,
saat sediaan berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ). Evaluasi
penentuan ukuran droplet, untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim
ataupun sediaan emulgel, dengan cara menggunakan mikroskop sediaan
diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa adanya tetesan – tetesan fase
dalam ukuran dan penyebarannya. Uji aseptabilitas sediaan, dilakukan pada
kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di buat suatu kriteria ,
kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan
pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat skoring untuk masing- masing
kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut (Ansel,
2014).
V. SPESIFIKASI SEDIAAN

Bentuk Sediaan : Krim Desonide 0,05% tipe m/a


Warna : Putih
Rasa :-
pH Sediaan : 4,5-7
Kadar Sediaan : 0,05%
Volume Sediaan : 10 g
Viskositas Sediaan : 40 cPas

VI. PENDEKATAN FORMULA

Nama Zat Jumlah Kegunaan


Desonide 0,05 % Antiinflamasi; antipruritik

Gliserin 15% Emolien, pengawet,


humektan, levigeting agent
Vaselin Album 20% Basis krim
Parafin Liquidum 10% Basis krim

Cera Flava 10% Basis krim


BHT 0,02% Anti oksidan
Oleum Menthae Pip 0,01% Corigens odoris
Triethanolamine 1,5% Emulgator
Asam Stearat 3% Emulgator
Aquadest Ad 100%
VII. PENIMBANGAN

Sediaan dibuat 8 tube = 10 g x 8 tube = 80g


Basis dilebihkan 10%.

No. Bahan Optimasi Skala Besar


1. Desonide 0,05 0,05
x 20 g = 0,01 g x 80 g = 0,04 g
100 100

2. Gliserin 15 15
100
x 20 g = 3 g 100
x 80 g = 12 g

3. BHT 0,02 0,02


100
x 20 g = 0,004 g 100
x 80 g = 0,016 g

4. Asam stearat 3 3
100
x 20 g = 0,6 g 100
x 80 g = 2,4 g

5. TEA 1,5 1,5


100
x 20 g = 0,3 g 100
x 80 g = 1,2 g

6. Vaselin album 20 20
100
x 20 g = 4 g 100
x 80 g = 16 g
4 g + (10% x 4) = 4,4 g 16 g + (10% x 16) = 17,6 g
7. Cera flava 10 10
x 20 g = 2 g x 80 g = 8 g
100 100
2 g + (10% x 2) = 2,2 g 8 g + (10% x 8) = 8,8 g
8. Parafin liq 10 10
100
x 20 g = 2 g 100
x 80 g = 8 g
2 g + (10% x 2) = 2,2 g 8 g + (10% x 8) = 8,8 g
9. Oleum Minthae Pip 0,01 0,01
100
x 20 g = 0,002 g 100
x 80 g = 0,008 g

10. Aquadest 20 g – 12,716 g = 7,284 g 80 g – 50,864 g = 29,136 g

11. Basis 20 g – 0,01 g = 19,99 g 80 g – 0,04 g = 79,96 g

VIII. PERHITUNGAN ADI ( ACCEPTABLE DAILY INTAKE )


-

IX. PROSEDUR PEMBUATAN


A. Penaraan Tube Kosong
1. Timbang masing-masing tube kosong dengan menggunakan neraca
analitik
2. Hasil penimbangan dicatat
B. Pembuatan aqua bebas CO₂ (FI Edisi V, 2014)
1. Sejumlah air dipanaskan hingga mendidih dalam gelas kimia
menggunakan hot plate.
2. Diamkan selama 30 menit, tutup dan dinginkan.
C. Penimbangan Bahan
1. Desonide ditimbang sebanyak 0,04 gram dengan kertas perkamen
menggunakan neraca analitik secara penimbangan langsung.
2. Gliserin ditimbang sebanyak 12 gram dengan gelas kimia menggunakan
neraca analitik secara penimbangan tidak langsung.
3. Vaselin Album ditimbang sebanyak 17,6 gram dengan cawan uap
menggunakan neraca analitik secara penimbangan tidak langsung.
4. BHT ditimbang sebanyak 0,016 gram dengan kertas perkamen
menggunakan neraca analitik secara penimbangan langsung.
5. TEA ditimbang sebanyak 2,4 gram dengan cawan uap menggunakan
neraca analitik secara penimbangan tidak langsung.
6. Asam Stearat ditimbang sebanyak 1,2 gram dengan kertas perkamen
menggunakan neraca analitik secara penimbangan langsung.
7. Cera Flava ditimbang sebanyak 8,8 gram dengan kertas perkamen
menggunakan neraca analitik secara penimbangan langsung
8. Paraffin Liquidum ditimbang sebanyak 8,8 gram dengan cawan uap
menggunakan neraca analitik secara penimbangan tidak langsung
9. Oleum Menthaepip ditimbang sebanyak 0,001 gram dengan cawan uap
menggunakan neraca analitik secara penimbangan tidak langsung
D. Pembuatan Sediaan
a. Pembuatan fase air
Dimasukkan Gliserin sebanyak 12 gram, TEA sebanyak 2,4 gram dan
Aquadest sebanyak 25,136 ml ke dalam gelas kimia, aduk ad homogen.
Panaskan diatas hot plate dengan suhu 75oC.
b. Pembuatan fase minyak
Dimasukkan Vaselin Album sebanyak 17,6 gram, BHT sebanyak 0,016
gram, Asam Stearat 1,2 gram, Cera Flava 8,8 gram, Paraffin Liquidum
8,8 gram ke dalam gelas kimia. Kemudian panaskan diatas hot plate
dengan suhu 70oC sambil diaduk sesekali.
1. Mortir dan stemper dipanaskan dengan sejumlah air panas.
2. Kemudian campurkan fase air dan fase minyak dalam mortir panas,
digerus stabil hinga terbentuk basis krim yang homogen. Dinginkan
basis.
3. Ditimbang basis krim sebanyak 79,95 gram
4. Desonide digeru dalam mortir ad halus. Ditetesi dengan gliserin, gerus ad
homogen.
5. Dimasukkan basis krim ke dalam mortir berisi zat aktif sedikit demi
sedikit, gerus ad homogen.
6. Ditambahkan Oleum Menthaepip ke dalam mortir sedikit demi sedikit,
digerus ad homogen.
7. Ditimbang krim yang sudah jadi masing-masing 10 gram menggunakan
kertas perkamen, kemudian gulung kertas perkamen hingga menutupi
sediaan krim.
8. Krim pada kertas perkamen dimasukkan ke dalam tube dengan cara
dimasukkan pada tube dalam kondisi ujung tube keluar dalam keadaan
tertutup. Kemudian tutup tube dengan cara melipat bagian tube yang
terbuka.
9. Dilakukan evaluasi.
X. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN

No Jenis Prinsip Jumlah Syarat Hasil Evaluasi


Evaluasi Evaluasi Botol
1. Organoleptik Dengan metode 1 tube Warna: Putih Warna : Putih
( FI Edisi V, visual. Aroma: Mint Aroma : Mint
hlm 1521 ) -Warna dilihat ( Memenuhi syarat )
dengan indera
penglihatan.
-Aroma dengan
indera pencium.
2. Viskositas Pengukuran 1 tube Melebihi Viskositas sediaan adalah
(Martin, hlm kekentalan viskositas air 0,89 0,4 dPas = 40 cPas
721) menggunakan alat cPas ( Memenuhi syarat )
viskometer
stomer dengan
memasukkan
krim kedalam
wadah lalu
spindel
dimasukkan.
3. Tipe Krim Pengenceran fase 1 tube Krim terencerkan Krim terencerkan dengan
( Ilmu resep, emulsi tipe m/a dengan air ( m/a ) air.
hlm 133 ) dapat diencerkan dan krim ( Memenuhi syarat )
dengan air dan terencerkan
tipe a/m dengan minyak (
diencerkan a/m )
dengan minyak.
4. Homogenitas Jika dioleskan 1 tube Dianggap
( FI Edisi III, pada sekeping homogen jika Homogen
hlm 33 ) kaca/ bahan ukuran partikel ( Memenuhi syarat )
transparan lain terlihat sama.
yang cocok harus
menunjukkan
susunan yang
homogen.

5. Isi minimum Ambil 3 tube 3 tube Tidak kurang dari Tidak dilakukan uji
( FI Edisi V, berisi zat uji, 90-95% dari
hlm 1519 ) hilangkan etiket jumlah yeang
yang dapat tertera pada etiket
memengaruhi ( 9 – 9,5 g )
bobot saat isi
wadah
dikeluarkan.
Keluarkan isi
secara kuantitas
dari wadah,
potong ujung
wadah, jika perlu
cuci dengan alat
yang sesuai agar
tutup dan bagian
lain tidak
terpisah,
keringkan dan
timbang kembali
masing-masing
wadah kosong
dan bagian-
bagiannya.
6. Penetuan Penentuan ukuran Tidak Ukuran globul Tidak dilakukan uji
ukuran globul globul rata-rata dilakukan berkisar 0,1 –
( Martin Edisi dengan selang uji 1,00 mm
V, hlm 648 ) waktu tertentu
menggunakan
mikroskop.
7. Kebocoran Pilih 4 tube, krim Tidak Tidak terjadi Tidak dilakukan uji
tube dengan segel dilakukan kebocoran yang
( FI Edisi V, khusus jika uji berarti selama
hlm 1613 ) disebutkan atau setelah
bersihkan dan pengujian selesai.
keringkan baik-
baik. Letakkan
tube horizontal
diatas lembaran
kertas penyerap
dalam oven
dengan suhu yang
diatur pada 60o
selama 8 jam.
8. Pelepasan zat Menggunakan Tidak Bahan aktif Tidak dilakukan uji
aktif dan difusi alat penjepit, lipat dilakukan mudah dilepas
zat aktif cuplikan, uji dalam waktu
( FI Edisi V, permukaan air tunggu yang
hlm 1605 ) menggunakan kecil.
pencatat waktu
ulangi percobaan
dua kali
menggunakan
contoh
selanjutnya dan
hitung rata-rata.
9. Stabilitas Pengaruh 1 tube Krim tetap stabil Tidak stabil
sediaan krim sentrifugasi pada setelah ( Tidak memenuhi syarat )
( Lachman,3750 rpm dalam disentrifugasi.
hlm 1081 ) tabung
sentrifugasi
setinggi 10 cm
selama 5 jam
dapat dikatakan
ekivalen dengan
pengaruh
gravitasi selama ±
1 tahun.
10. Uji pH pH ditentukan 1 tube pH sediaan 4,5 - 7 pH sediaan 8,02
( FI Edisi V, dengan ( Tidak memenuhi syarat )
hlm 1563 ) menggunakan alat
pH meter.

11. Penetapan Penetapan Tidak Tidak kurang dari Tidak dilakukan uji
kadar dilakukan dengan dilakukan 9 gram dan tidak
( FI Edisi V, cara kromatografi uji lebih dari 14 gam
hlm 844 ) cair kinerja tinggi. ( USP 30-NF25,
hlm 2788 )
12. Uji Efektivitas Pengujian dapat Tidak Tidak Tidak dilakukan uji
pengawet dilakukan dengan dilakukan mengandung
( FI Edisi V, memilih uji bakteri pada
hlm 1353 ) ikrobiologi, pilih pengawet
media yang sesuai
untuk
pertumbuhan
mikroba uji dan
pembuatan
isolasi.
13. Jumlah Pengujian Tidak Tidak Tidak dilakukan uji
cemaran dilakukan dengan dilakukan mengandung
biologi penyaringan uji mikroba dalam
( FI Edisi V, membrane/ salah sediaan
hlm 1343 ) satu metode
angkan lempeng
yang sesuai.
Metode lain
adalah angka
paling mungkin.
14. Uji potensi anti Penetapan potensi Tidak Terdapat pada Tidak dilakukan uji
biotik antibiotika secara dilakukan table 5 dalam
( FI Edisi V, mikrobiologi, uji Farmakope Edisi
hlm 1353 ) kemiringan dari V, hlm 1353
garis lurus yang
paling sesuai
dapat dihitung
dengan ketentuan
table 5 dalam
Farmakope
Indonesia edisi V,
dan respon rata-
rata pada tiap
dosis atau dengan
ketentuan Tt = F
yang jumlah (F)
adalah tetap utuh
tiap dosisnya
15. Identifikasi Totolkan secara Tidak Harga RF bercak Tidak dilakukan uji
( FI Edisi V, terpisah masing- dilakukan merah yang
hlm 928 ) masing 1 gram ya uji diperoleh dari
sediaan yang larutan uji sesuai
mengandung zat dengan yang
uji 0,05 % pada diperoleh dari
lempengan KI larutan baku
dalam bejana
kromatografi.
Berisi fase gerak
campuran air
ammonium
hidroksida p
aseton, yang
dibuat segar dan
biarkan merambat
sampai kurang
lebih tiga per
empat tinggi
lempeng. Angkat
lempeng, biarkan
kering diudara
dan panaskan
pada 105o C
selama 5 menit,
amati
kromatgrafi.
XI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini praktikan membuat sediaan semisolida krim
dengan bahan aktif Desonide 0,05%. Krim adalah sediaan semisolida yang
mengandung satu atau lebih bahan aktif obat, terlarut atau terdispersi baik dalam
emulsi air dalam minyak (A/M) maupun emulsi minyak dalam air (M/A)
(Agoes,2012).
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mampu
memformulasikan, membuat dan mengevaluasi sediaan semisolida krim
desonide 0,05%. Sediaan krim ini ditujukan untuk pemakaian topikal yaitu
diaplikasikan pada kulit untuk mencapai efek lokal pada orang dewasa
digunakan secukupnya ke area yang terkena setiap 6-8 jam. Obat ini banyak
digunakan untuk pengobatan penyakit kulit yang bersifat inflamasi, proliferatif
atau imunologis (NCBI).
Desonide praktis tidak larut dalam air dan memiliki bioavaibilitas topikal
yang baik sehingga Desonide dibuat sediaan topikal dengan tipe minyak dalam
air karena sediaan krim tipe minyak dalam air tidak menimbulkan bekas noda,
mudah tercucikan dan tidak lengket sehingga sediaan acceptable.
Sediaan krim Desonide 0,05% menggunakan 3 basis krim yaitu basis
solid berupa Cera Flava, basis semisolid berupa Vaselin Album dan basis likuida
berupa Parafin Liquidum. Penggunaan ketiga basis tersebut ditujukan untuk
mencapai kestabilan krim.
Krim merupakan sediaan yang tidak stabil secara termodinamika
sehingga ditambahkan emulgator untuk menjaga stabilitas krim dan untuk
mencegah pemisahan. Emulgator yang digunakan yaitu TEA dan Asam Stearat.
Pada formulasi sediaan krim Desonide 0,05% ditambahkan gliserin
dengan kadar 15% yang berfungsi sebagai emolien karena pemakaian topikal
harus tersebar secara merata dan lembut dikulit, sebagai pengawet karena
sediaan krim mengandung air yang merupakan tempat pertumbuhan baik bagi
mikroba dan sebagai humektan. Penambahan humektan ditujukan untuk
meminimalkan kehilangan air pada komposisi akhir dan untuk meningkatkan
penerimaan tampilan fisika produk secara keseluruhan (Agoes,2012).
Basis sediaan merupakan bahan yang mudah tengik sehingga pada
formulasi ditambahkan antioksidan berupa Butil Hidroksitoluen (BHT) dengan
kadar 0,02%. Desonide tidak berbau sehingga tidak acceptable sehingga pada
formulasi ditambahkan Oleum Minthae Pip sebanyak 0,5%.
Pembuatan sediaan krim Desonide 0,05% menggunakan metode triturasi
sehingga basis krim dilebihkan 10% untuk mengatasi terjadinya kehilangan
bahan saat pembuatan. Metode triturasi digunakan karena bahan aktif tidak tahan
panas sehingga pada pembuatannya bahan aktif ditambahkan terakhir.
Sebelum melakukan pembuatan sediaan, dilakukan optimasi terlebih
dahulu untuk memastikan ketepatan formulasi yang akan dibuat. Tahap awal
pembuatan sediaan krim yaitu dengan mengelompokkan fase air dan fase
minyak untuk masing-masing dilebur. Pada peleburan suhu fase air harus lebih
tinggi daripada fase minyak karena suhu pada fase air mudah turun. Pembuatan
sediaan krim tipe minyak dalam air dilakukan dengan memasukkan fase air
kedalam fase minyak kemudian gerus konstan sampai sediaan tersebut dingin
dan dimasukkan kedalam bahan aktif. Setelah melakukan pembuatan sediaan,
dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi fisika, kimia dan
biologi. Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi fisika yaitu tes organoleptik,
viskositas, penentuan tipe krim, homogenitas, isi minimum, stabilitas krim dan
evaluasi kimia yaitu uji pH sediaan.
Hasil praktikum sediaan semisolid krim Desonide 0,05% didapatkan
sediaan sebanyak 2 wadah krim dan 2 tube optimasi. Uji organoleptik dilakukan
dengan metode visual dengan hasil warna sediaan putih dan aroma mint dari
Oleum Minthae Pip sehingga memenuhi syarat evaluasi sediaan organoleptik.
Uji viskositas sediaan menggunakan viskometer stormer dengan sediaan yang
digunakan sebanyak 1 tube. Viskositas yang didapatkan dari sediaan semisolid
krim Desonide 0,05% yaitu 4 Cpas sehingga memenuhi syarat karena melebihi
viskositas air yaitu 0,89 Cpas.
Evaluasi fisika penentuan tipe emulsi dilakukan dengan pengenceran
menggunakan air. Hasil uji yang didapatkan adalah krim bercampur dengan air
karena fase luar sediaan tersebut adalah air. Uji homogenitas sediaan dilakukan
dengan mengoleskan sediaan kedalam kaca arloji. Hasil yang didapat yaitu
ukuran partikel yang terlihat tersebar merata sehingga memenuhi syarat.
Hasil dari uji stabilitas yaitu sediaan krim Desonide 0,05% tidak stabil
karena pada rentang waktu 3 hari sediaan mengalami foaming yang ditunjukkan
dengan semakin banyaknya busa dalam sediaan. Hal ini disebabkan karena kadar
Asam Stearat dalam formulasi terlalu tinggi. Ketidakstabilan tersebut
mempengaruhi evaluasi uji minimum karena dengan banyaknya busa
menyebabkan berat sediaan semakin ringan sehingga sediaan dengan jumlah 10
gram tidak bisa dimasukkan kedalam tube.
Pada evaluasi kimia uji pH menggunakan pH meter, hasil yang
didapatkan yaitu 8,02 sedangkan pH target sediaan 4,5 – 7 sehingga pH sediaan
tersebut tidak memenuhi syarat. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh reaksi
penyabunan antara Asam Stearat dan Trietanolamin.

XII. ETIKET – BROSUR – KEMASAN SEKUNDER

1. Brosur
2. Etiket

3. Kemasan
XIII. KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut:

Nama Zat Jumlah Kegunaan


Desonide 0,05 % Antiinflamasi; antipruritik

Gliserin 15% Emolien, pengawet,


humektan, levigeting agent
Vaselin Album 20% Basis krim
Parafin Liquidum 10% Basis krim

Cera Flava 10% Basis krim


BHT 0,02% Anti oksidan
Oleum Menthae Pip 0,01% Corigens odoris
Triethanolamine 1,5% Emulgator
Asam Stearat 3% Emulgator
Aquadest Ad 100%

Jadi formulasi yang dibuat pada sediaan krim Desonide 0,05% tidak
memenuhi syarat karena pH dan stabilitas sediaan tidak memenuhi target.
XIV. DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida (SFI-7). Bandung:
Penerbit ITB.
Anief. 2012. Farmasetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Ansel, Howard C. 2014. Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery
System Tenth edition. Amerika.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia Edisi
V. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Rowe, R.C., PJ. Sheshky, dan ME. Quinn, 2009. Pharmaceutical Design.
London : Pharmaceutical Press.
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sean C Sweetman. 2009. Martindale. Thirty-sixth edition. USA : The Royal.
Sumardjo, Damin, 2006. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksata. Jakarta : EGC.
LAMPIRAN

pH sediaan krim Desonide

Viskositas sediaan krim Desonide

You might also like