You are on page 1of 7

Kepuasan Siswa Terhadap Layanan Konseling Individual (Survei pada Siswa Kelas VII di SMP 87

KEPUASAN SISWA TERHADAP LAYANAN KONSELING


INDIVIDUAL
(Survei pada siswa kelas VIII di SMP Negeri se-Kecamatan Matraman,
Jakarta Timur)

Retno Ficky Amalia1


Aip Badrujaman2
Awaluddin Tjalla3

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepuasan siswa terhadap layanan
konseling individual di SMP Negeri Se-Kecamatan Matraman Jakarta Timur. Sampel
penelitian ini adalah 80 siswa kelas VIII yang telah mengikuti layanan konseling
individual. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah sampel
bertujuan (Purposive Sampling). Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran
dua kuesioner kepuasan. Kuesioner pertama merupakan adaptasi dari Client
Satisfaction Questionnaire-8 (CSQ-8) dan kuesioner kedua merupakan kepuasan
yang dinilai dari kualitas layanan Service Quality (SERVQUAL). Hasil uji validitas
instrumen 1 (CSQ-8) menyatakan keseluruhan item valid dan pada kuesioner 2
(SERVQUAL) terdapat 38 butir pernyataan valid dan 6 butir pernyataan drop. Hasil
uji reliabilitas instrumen dengan SPSS 20 pada kedua kuesioner tersebut sebesar
0.721 (CSQ-8) dan 0.735 (SERVQUAL), yang berarti kedua instrumen ini memiliki
reliabilitas tinggi dan dapat dipercaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa 73.75%
siswa berada pada klasifikasi sedang, 13.75% siswa berada pada klasifikasi tinggi,
dan 12.5% siswa berada pada klasifikasi rendah. Hasil penelitian kepuasan siswa
berdasarkan kualitas layanan diketahui 68.75% berada pada klasifikasi sedang,
17.5% berada pada klasifikasi rendah, dan 13.75% siswa berada pada klasifikasi
tinggi. Kepuasan siswa terhadap layanan konseling individual secara umum berada
pada klasifikasi sedang atau cukup puas. Hal ini menunjukan bahwa perlu adanya
evaluasi lebih lanjut bagi guru BK terhadap pemberian layanan konseling individual.
Apabila guru BK secara terus menerus memperhatikan kualitas pelayanannya,
maka layanan dapat diberikan secara maksimal kepada siswa. Jika pelayanan telah
diberikan secara maksimal, maka tingkat kepuasan siswa terhadap layanan konseling
individual akan tinggi.
Kata kunci: Kepuasan Siswa, Layanan Konseling Individual

PENDAHULUAN mewujudkan pengembangan peserta didik


Pendidikan pada dasarnya bukan yang utuh dan optimal.
hanya ditujukan bagi penguasaan ilmu Sebagai mahkluk yang tumbuh
pengetahuan, akan tetapi juga sebagai tempat dan berkembang, siswa juga dihadapkan
bagi peserta didik dalam mengembangkan dengan berbagai permasalahan dalam
pribadi secara utuh dan optimal. Layanan hidupnya. Masalah yang dialami siswa
bimbingan dan konseling yang terdapat secara tidak langsung berdampak terhadap
dalam program sekolah menjadi upaya dalam pengembangan potensi diri dan sebagai
1
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, retnofickyamalia@gmail.com
2
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, aip_bj@yahoo.com
3
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, awaluddin.tjalla@gmail.com

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


88 Kepuasan Siswa Terhadap Layanan Konseling Individual (Survei pada Siswa Kelas VII di SMP

penghambat dalam mencapai tugas dengan metode wawancara di SMP Negeri


perkembangannya. Mengetahui hal ini, pihak Jakarta, dikethui terdapat dua siswa yang
sekolah menyediakan layanan khusus yang berulang kali menggunakan layanan
terselenggara dalam program bimbingan konseling individual dengan permasalahan
dan konseling untuk membantu siswa dalam yang berbeda-beda. Siswa tersebut berinisial
menyelesaikan permasalahannya agar dapat AN dan DF. Hasil wawancara dengan AN
mengoptimalkan potensinya. dan DF, menuturkan bahwa pelanggaran tata
Layanan konseling individual tertib diakui sudah menjadi kebiasaan yang
menjadi layanan yang dikhususkan membantu cenderung sulit untuk dihilangkan. Selain itu,
penyelesaian masalah siswa. Selain itu, penyebab keduanya melakukan kesalahan
layanan ini juga dipandang sebagai “jantung yang berulang karena siswa merasa bantuan
hatinya” program BK. Menurut Prayitno yang diberikan guru BK dengan adanya surat
(2004) maksud dari jantung hati yaitu layanan perjanjian dan panggilan orangtua dirasa
konseling memiliki dampak terhadap layanan kurang dapat mengubah siswa ke arah lebih
yang lainnya. Berdasarkan hal ini dapat baik terutama dalam tingkah laku siswa (AN
terlihat bahwa layanan konseling individual dan DF).
termasuk layanan yang penting. Pengulangan masalah yang dialami
Pentingnya peran layanan konseling oleh AN dan DF mengindikasikan bahwa
individual bagi perkembangan siswa keduanya kurang merasa puas dengan layanan
menjadi hal yang mengharuskan guru BK yang diberikan. Berdasarkan beberapa
memperhatikan layanan yang telah diberikan. permasalahan dalam layanan konseling
Adanya proses evaluasi terhadap layanan individual yang telah dijelaskan, Peneliti
konseling individual menjadi bahan kajian memiliki ketertarikan untuk mengkaji sejauh
dalam perbaikan program bimbingan dan mana keterlibatan siswa sebagai pengguna
konseling. layanan merasa puas terhadap layanan
Salah satu cara dalam mengevaluasi konseling individual yang telah diberikan
layanan konseling individual yaitu dengan oleh Guru BK. Adapun untuk tempat
mengukur kepuasan siswa sebagai pengguna penelitian dilaksanakan di SMP Negeri se-
layanan ini. Seperti yang dikatakan oleh kecamatan Matraman, Jakarta Timur.
Goodstein dan Grigg dalam Chester Duane
(1972) :”…client satisfaction as an important KAJIAN TEORETIK
factor in any overall evaluation of the DEFINISI KEPUASAN
counseling process”. Adanya perubahan ke Kepuasan dalam bahasa inggris
arah yang lebih baik menjadi harapan umum disebut Satisfaction. Satisfaction berasal dari
siswa yang mengikuti layanan konseling bahasa latin, yaitu satis yang berarti enough
individual. atau cukup dan facere yang berarti to do
Kepuasan siswa terhadap layanan atau melakukan. Dengan kata lain, kepuasan
konseling individual dapat diketahui dengan dapat dirasakan pelanggan apabila sanggup
membandingkan antara layanan yang memberikan sesuatu yang dicari sampai pada
diharapkan dengan layanan yang dirasakan tingkat cukup.
atau diterima. Apabila hasil layanan sesuai Kotler (2009) mendefinisikan
dengan harapan siswa, maka siswa puas, kepuasan secara umum yaitu perasaan senang
begitupun sebaliknya. Secara umum, harapan atau kecewa seseorang yang muncul setelah
siswa menguti layanan konseling adalah membandingkan kinerja (hasil) produk yang
dapat menghasilkan solusi pribadi dan adanya dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang
perubahan kearah yang lebih baik dalam diri diharapkan. Jadi puas atau tidaknya pelanggan
siswa. Namun, pada pelaksanaannya hasil tergantung pada hasil yang sesuai atau tidak
layanan kurang sesuai dengan harapan siswa. dengan harapan pelanggan. Apabila hasil
Berdasarkan hasil studi pendahuluan

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


Kepuasan Siswa Terhadap Layanan Konseling Individual (Survei pada Siswa Kelas VII di SMP 89

layanan tidak sesuai harapan maka pelanggan menjadi hal yang terdapat dalam dimensi
tidak puas, dan begitupun sebaliknya. ini.
2. Dimensi keandalan yaitu kemampuan
TEORI KEPUASAN penyedia layanan memberikan pelayanan
Menurut Geron dalam Debbi yang dijanjikan secara tepat dan akurat.
R. (2003), Awal mula penelitian untuk 3. Dimensi daya tanggap yaitu Kesediaan
mengetahui kepuasan dikembangkan dalam penyedia layanan untuk membantu
bidang kesehatan mental. Berdasarkan pelanggan dan memberikan pelayanan
tinjauan literatur, pada tahun 1970 sampai secara cepat.
1980 penelitian dalam bidang kesehatan 4. Dimensi jaminan yaitu berkaitan dengan
mental menggunakan pendapat pelanggan Pengetahuan dan kesopanan penyedia
sebagai variabel untuk mengukur kepuasan layanan serta kemampuan dalam
pelanggan. menumbuhkan rasa percaya (trust) dan
Namun, sampai pada tahun 1990- keyakinan pelanggan.
an berbagai penelitian mengenai kepuasan 5. Dimensi empati yaitu adanya kepedulian
pelanggan menjadi datar. Hal ini karena dan perhatian secara individual yang
banyaknya penelitian kepuasan yang diberikan kepada pelanggan.
menunjukan hasil yang tinggi. Berdasarkan
hal ini, Atkinson,dkk mengembangkan suatu MENGUKUR KEPUASAN
penilaian kepuasan yang dapat digukan dalam Dalam penelitian ini, untuk mengukur
berbagai bidang termasuk konseling. kepuasan siswa terhadap layanan konseling
Atkinson, dkk dalam Debbi R. (2003) individual yang telah diterima dengan
mengembangkan 8 item untuk mengetahui meggunakan dua instrumen. Instrumen
kepuasan secara umum, diantaranya yaitu : yang diberikan merupakan instrumen untuk
“(a)quality of service, (b) fulfillment mengukur kepuasan secara umum adaptasi
of expectations, (c) fulfillment of needs, (d) dari Client Satisfaction Questionnaire (CSQ-
recommendation of services to others, (e) 8) dan kepuasan siswa berdasarkan kualitas
amount of service, (f) outcome of service, (g) pelayanan dengan pengembangan dari teori
general satisfaction, and (h) use of services service quality (SERVQUAL).
in the future. Attkinson dalam Joel Fischer (1994)
Penilaian terhadap kualitas layanan, mengemukakan bahwa CSQ-8 merupakan
pemenuhan akan harapan, pemenuhan pengukuran kepuasan secara umum atau
kebutuhan, rekomendasi layanan kepada global. Pernyataan yang terdapat dalam
orang lain, penilaian mengenai jumlah instrumen ini meliputi pernyataan umum
layanan yang diterima, hasil layanan, yang dapat digunakan untuk mengukur
kepuasan secara umum, serta penggunaan kepuasan. Adapun penggunaan CSQ-8 untuk
layanan di masa yang akan datang. dijadikan pengukuran kepuasan secara umum
Teori mengenai kepuasan tidak dikarenakan beberapa alasan, diantaranya:
terlepas dari penilaian terhadap kualitas “The goal was to develop
layanan. Kaihatu (2015) menjelaskan bahwa a standardized measure with strong
semaikin tinggi kualitas layanan, semakin psychometric properties that could be used
tinggi tingkat kepuasan. kepuasan dapat to assess general satisfaction across varied
terlihat apabila layanan yang diberikan sesuai health and human services. In summary, the
dengan yang diharapkan oleh pelanggan. major strengths of the CSQ include its utility
Parasuraman, dkk (1998) mengidentifikasi as a standard measure, excellent reliability
lima dimensi yang dapat menentukan kualitas and internal consistency, acceptability to
layanan. Diantaranya: clients and service providers, and sensitivity
1. Dimensi Bukti fisik yaitu Fasilitas Fisik, to different levels of program quality, and
Peralatan, serta penampilan dari personil value to service providers committed to

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


90 Kepuasan Siswa Terhadap Layanan Konseling Individual (Survei pada Siswa Kelas VII di SMP

enhancement of quality and impact of yang profesional (c) dilakukan dan diajaga
services.” sebagai alat untuk memudahkan perubahan-
Tujuan dikembangkannya CSQ-8 perubahan dalam tingkah laku klien.
yaitu sebagai pengukuran standar dengan Layanan konseling individual
sifat psikometrik yang kuat sehingga CSQ-8 merupakan proses pemberian bantuan yang
ini dapat digunakan untuk menilai kepuasan dilakukan secara profesional oleh konselor
secara umum termasuk dalam bidang kepada klien (konseli) untuk pengentasan
pelayanan manusia seperti layanan konseling. permasalahan secara mandiri, pemahaman
Kekuatan CSQ-8 antara lain karena dapat terhadap diri, penetapan keputusan, sebagai
digunakan sebagai ukuran standar, keandalan alat untuk perubahan tingkah laku klien ke
yang baik dan konsistensi internal, dapat arah yang baik dan sebagai upaya dalam
diterima pada klien dan penyedia layanan, membangun relasi yang positif terhadap diri
dan juga sebagai penilaian bagi penyedia maupun orang lain.
suatu layanan dalam meningkatkan kualitas
pelayanannya. TUJUAN LAYANAN KONSELING
CSQ-8 memiliki delapan dimensi INDIVIDUAL
yang digunakan untuk mengukur suatu Secara Umum, tujuan layanan
kepuasan. Menurut Nguyen et al dalam konseling individual menurut Sulistyarini dan
Debbi R. (2003:26) terdapat 8 poin Dimensi Muhammad Jauhar (2014) yaitu yaitu agar
untuk mengukur kepuasan pelanggan klien atau konseli dapat memahami kondisi
dalam CSQ-8 yaitu penilaian terhadap dirinya, lingkungan sekitarnya, permasalahan
kualitas layanan, pemenuhan akan harapan, yang dialami, kekuatan dan kelemahan diri
pemenuhan kebutuhan, rekomendasi layanan sehingga klien mampu mengatasinya.
kepada orang lain, penilaian mengenai
jumlah layanan yang diterima, hasil layanan,
kepuasan secara umum, serta penggunaan DEFINISI REMAJA
layanan di masa yang akan datang. Masa Remaja merupakan bagian
Selain menggunakan adaptasi dari dari fase perkembangan dalam kehidupan
CSQ-8, untuk mengukur kepuasan siswa juga individu. Menurut Hurlock dalam Desmita
dengan mengembangkan instrumen kepuasan (2005), Istilah Adolescence atau remaja
berdasarkan kualitas layanan yang diberikan berasal dari kata latin Adolescere (kata
dengan teori SERVQUAL. Parasuraman bendanya, adolescentia yang berarti remaja)
mengidentifikasi lima dimensi, diantaranya yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi
yaitu dimensi bukti fisik, dimensi keandalan, dewasa”. Dalam hal ini dapat diartikan
dimensi daya tanggap, dimensi jaminan, dan Remaja adalah tumbuh untuk menjadi
dimensi empati. dewasa.

DEFINISI LAYANAN KONSELING CIRI-CIRI REMAJA


INDIVIDUAL Menurut Hurlock (1980), Masa
Secara umum, Rogers dalam Remaja memiliki ciri-ciri diantaranya:
Sulistyarini dan Muhammad Jauhar (2014) 1. Masa remaja sebagai periode penting;
mengemukakan konseling sebagai hubungan 2. Masa remaja sebagai periode peralihan;
yang membantu (helping rellationship). 3. Masa remaja sebagai periode perubahan;
Tokoh lain yaitu Pepinsky dan Pepinsky 4. Masa remaja sebagai usia bermasalah;
dalam Sulistyarini dan Muhammad Jauhar 5. Masa remaja sebagai masa pencari
(2014) mendefinisikan konseling Individual identitas;
merupakan interaksi yang (a) terjadi antara 6. Masa remaja sebagai usia yang
dua orang individu, masing-masing disebut menimbulkan ketakutan;
konselor dan klien (b) terjadi dalam suasana 7. Masa remaja sebagai masa yang tak

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


Kepuasan Siswa Terhadap Layanan Konseling Individual (Survei pada Siswa Kelas VII di SMP 91

realistis; individual dengan adaptasi dari CSQ-8 yang


8. Masa remaja sebagai ambang masa terdiri dari 8 butir pernyataan diperoleh hasil
dewasa. sebanyak 59 responden (73.75%) termasuk
dalam klasifikasi sedang yang berarti tingkat
METODOLOGI PENELITIAN kepuasannya terhadap layanan konseling
Tujuan penelitian ini untuk sedang atau cukup puas. Kemudian sebanyak
mengetahui gambaran kepuasan siswa 11 responden (13.75%) masuk dalam
terhadap layanan konseling individual di SMP klasifikasi rendah atau kepuasan terhdap
Negeri Se-Kecamatan Matraman, Jakarta layanan konseling terbilang tidak puas.
Timur. Metode penelitian yang digunakan Terakhir sebanyak 10 responden (12.5%)
adalah penelitian deskriptif dengan jenis masuk dalam klasifikasi tinggi yang berarti
metode survei. Populasi penelitian ini tingkat kepuasan terhadap layanan konseling
sebanyak 559 siswa kelas VIII di SMP individual tergolong puas.
Negeri Se-Kecamatan Matraman, Jakarta Berdasarkan penyebaran instrumen
Timur. Teknik sampel yang digunakan yaitu kepuasan siswa terhadap layanan konseling
dengan teknik Purposive Sampling (Sampel individual dengan menggunakan teori
bertujuan). Sampel penelitian ini merupakan SERVQUAL yang menilai kepuasan
siswa kelas VIII di SMP Negeri se-kecamatan berdasarkan kualitas layanan yang terdiri
Matraman yang telah mengikuti layanan dari 25 butir pernyataan, diperoleh hasil
konseling individual. sebanyak 55 responden (68.75%) berada
Pengumpulan data pada penelitian dalam klasifikasi sedang yang berarti
ini menggunakan penyebaran dua instrumen. tingakat kepuasan terhadap layanan
Angket yang pertama merupakan adaptasi dari konseling individual tergolong cukup puas.
Client Satisfaction Questionaire-8 (CSQ-8) Kemudian sebanyak 14 responden (17.5%)
dan angket kedua merupakan pengembangan berada dalam klasifikasi rendah atau tingkat
dari teori Service Quality (SERVQUAL) yang kepuasan terhadap layanan konseling
menilai kepuasan siswa berdasarkan kualitas individual tergolong tidak puas, dan yang
layanan. Selain menggunakan kuesioner terakhir sebanyak 11 responden (13.75%)
untuk mengumpulkan data, penelitian ini berada pada klasifikasi tinggi yang berarti
juga menggunakan teknik Focus Group tingkat kepuasan terhadap layanan konseling
Discussion (FGD). individual tinggi atau puas.
Berdasarkan data yang didapatkan
HASIL PENELITIAN DAN dengan teknik FGD diketahui terdapat
beberapa hal yang tidak dapat diungkap dengan
PEMBAHASAN
instrumen. Pada dasarnya, karakteristik
Berdasarkan hasil penyebaran dua
kepuasan pada siswa kelas VIII di SMPN 7
instrumen yaitu instrument adaptasi CSQ-8
Jakarta dan SMPN 97 Jakarta berbeda. Siswa
dan instrument pengembangan dari service
di SMPN 7 secara umum belum merasa
quality (SERVQUAL), diketahui bahwa
puas terhadap layanan konseling individual
secara umum siswa kelas VIII yang telah
yang diberikan. Hal ini dikarenakan siswa
mengikuti layanan konseling individual di
merasa cara yang diberikan guru BK dalam
SMP Negeri se-kecamatan Matraman, Jakarta
membantu menyelesaikan masalah dengan
timur berada pada klasifikasi sedang atau
ancaman bukan hal yang tepat, siswa merasa
dapat dikatakan bahwa siswa merasa cukup
layanan konseling individual yang diberikan
puas terhadap layanan konseling individual
tidak ada dampak perubahan dalam diri,
yang diterimanya. Berikut penjelasan hasil
siswa merasa guru BK terlalu cepat untuk
dari instrumen:
menyimpulkan siswa yang bermasalah.
Berdasarkan penyebaran instrumen
Namun, meskipun tidak sesuai harapan
kepuasan siswa terhadap layanan konseling
siswa, siswa merasa terbantu dengan layanan

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


92 Kepuasan Siswa Terhadap Layanan Konseling Individual (Survei pada Siswa Kelas VII di SMP

ini meskipun persentasenya sedikit. selain yang menyatakan bahwa responden akan
itu, tidak menutup kemungkinan untuk siswa mengatakan hal-hal yang baik terhadap proses
menggunakan kembali layanan konseling konseling, hal ini karena mayoritas siwa
individual apabila layanan yang diberikan tidak memiliki keberanian untuk mengatakan
kualitasnya baik dan sesuai harapan siswa. hal yang sebenarnya kepada guru BK, siswa
Selain itu, hasil di SMP Negeri merasa tidak memiliki kekuasaan untuk
97, secara umum siswa merasa cukup puas mengemukakan pendapat, dan menerima
terhadap layanan konseling yang diberikan apa yang diberikan meskipun belum sesuai
oleh guru BK. Siswa menganggap bahwa dengan yang diharapkan.
pelayanan yang diberikan oleh guru BK
sudah cukup baik, begitupula dengan sifat
yang ditunjukan guru BK terhadap siswa KESIMPULAN
yang konseling dinilai baik, siswa menilai Berdasarkan hasil penelitian
penanganan masalah dari guru BK telah mengenai kepuasan siswa terhadap layanan
membantu siswa seperti dapat mengubah konseling individual pada siswa kelas VIII
perilaku siswa ke arah lebih baik, lebih di SMP Negeri se-kecamatan Matraman,
membuat siswa menjadi tenang dalam Jakarta timur dapat disimpulkan bahwa
menangani masalah meskipun siswa juga Tingkat kepuasan siswa terhadap layanan
merasa pelayanan yang diberikan belum konseling individual yang diukur dengan
cukup maksimal namun sudah dapat Client Satisfaction Questionnaire-8 (CSQ-
membantu siswa. 8) mayoritas berada pada kategori sedang
Tiga dari lima siswa menilai bahwa atau cukup puas dengan persentase sebesar
guru BK kurang tegas dalam memberikan 73.75%. Selanjutnya, Tingkat kepuasan
hukuman kepada siswa. Adanya surat siswa terhadap kualitas layanan konseling
peringatan atau surat perjanjian yang individual di SMP Negeri se-kecamatan
diberikan guru BK dalam menangani Matraman, Jakarta Timur yang diukur
permasalahan siswa kurang dapat membuat berdasarkan pengembangan dari teori
siswa mengubah tingkah laku ke arah positif SERVQUAL, mayoritas berada pada kategori
dan cenderung untuk melakukan kesalahan sedang atau cukup puas dengan persentase
serupa. siswa mengharapkan guru BK dapat sebesar 68.75%. Hasil dari FGD keseluruhan
lebih tegas dalam menangani masalah siswa. adalah terdapat beberapa hal yang perlu untuk
Secara keseluruhan, hasil dari dikaji dan menjadi bahan evaluasi guru BK
pengolahan data kedua instrumen dengan terutama yang berkaitan dengan cara-cara
hasil yang didapatkan melalui FGD guru BK dalam memberikan bantuan untuk
menunjukan adanya beberapa perbedaan. Hal menyelesaikan permasalahan siswa.
ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Seperti yang dikemukakan oleh Hathaway
SARAN
dalam Frederick LeCompte (1971) :
Bagi Kepala sekolah dapat
“….the tendency of clients to say
memberikan motivasi dan fasilitas kepada
nice things in evaluating their counseling,
guru BK dalam menyelenggarakan layanan
whether or not these things were true, and he
BK. Bagi Guru BK yaitu untuk terus
labeled this tendency the “good-bye effect.”
meningkatkan kualitas pelayanan yang
Adanya kecenderungan siswa
diberikan kepada siswa termasuk dalam
untuk mengatakan hal-hal yang baik
layanan konseling individual, senantiasa
dalam mengevaluasi layanan konseling,
mendengarkan pendapat atau saran dari siswa
baik itu benar-benar baik atau tidak. dan
terkait layanan yang diterima, senantiasa
menggambarkan sebagai “Good-bye effect”..
melibatkan siswa dalam kegiatan BK. Bagi
Hasil yang didapatkan dari FGD cukup sesuai
guru mata pelajaran dapat menjalin kerjasama
dengan yang dikemukan oleh Hathaway

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


Kepuasan Siswa Terhadap Layanan Konseling Individual (Survei pada Siswa Kelas VII di SMP 93

dengan guru BK terkait layanan BK. Bagi


siswa untuk lebih berani mengemukakan
pendapatnya terhadap layanan konseling
yang diterima. Bagi peneliti selanjutnya dapat
menggunakan metode lain untuk mengukur
kepuasan siswa terhadap layanan konseling
individual.

DAFTAR PUSTAKA
Desmita. (2005). Psikologi perkembangan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fischer, Joel & Corcoran, K. (1994). Measures
for clinical practice and research: A
sourcebook.Vol. 2: Adults (5th ed).
New York: Oxford University Press.
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi
Perkembangan: suatu pendekatan
sepanjang rentang kehidupan.
Jakarta: Erlangga.
Kaihatu, T.S. (2015). Manajemen Komplain.
Yogyakarta: Andi
Kelley, R.D.K. (2003). Client Satisfaction
at a University-Based Community
Counseling Center. Dissertation.
USA: Pepperdine University.
Kotler, P., & Keller, K.L. (2009). Manajemen
Pemasaran Edisi 12 Jilid 1. Jakarta:
Indeks
Parasuraman, A. (1998). SERVQUAL: A
Multiple-item Scale for Measuring
Consumer Perseptions of Service
Quality. Journal of Retailing, 64(1),
12-40.
Sulistyarini, & Juhar, M. (2014).Dasar-
Dasar Konseling: Panduan Lengkap
Memahami Pelaksanaan Konseling.
Jakarta: Prestasi Pustaka

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016

You might also like