Professional Documents
Culture Documents
1647-Article Text-2439-2-10-20171014
1647-Article Text-2439-2-10-20171014
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepuasan siswa terhadap layanan
konseling individual di SMP Negeri Se-Kecamatan Matraman Jakarta Timur. Sampel
penelitian ini adalah 80 siswa kelas VIII yang telah mengikuti layanan konseling
individual. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah sampel
bertujuan (Purposive Sampling). Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran
dua kuesioner kepuasan. Kuesioner pertama merupakan adaptasi dari Client
Satisfaction Questionnaire-8 (CSQ-8) dan kuesioner kedua merupakan kepuasan
yang dinilai dari kualitas layanan Service Quality (SERVQUAL). Hasil uji validitas
instrumen 1 (CSQ-8) menyatakan keseluruhan item valid dan pada kuesioner 2
(SERVQUAL) terdapat 38 butir pernyataan valid dan 6 butir pernyataan drop. Hasil
uji reliabilitas instrumen dengan SPSS 20 pada kedua kuesioner tersebut sebesar
0.721 (CSQ-8) dan 0.735 (SERVQUAL), yang berarti kedua instrumen ini memiliki
reliabilitas tinggi dan dapat dipercaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa 73.75%
siswa berada pada klasifikasi sedang, 13.75% siswa berada pada klasifikasi tinggi,
dan 12.5% siswa berada pada klasifikasi rendah. Hasil penelitian kepuasan siswa
berdasarkan kualitas layanan diketahui 68.75% berada pada klasifikasi sedang,
17.5% berada pada klasifikasi rendah, dan 13.75% siswa berada pada klasifikasi
tinggi. Kepuasan siswa terhadap layanan konseling individual secara umum berada
pada klasifikasi sedang atau cukup puas. Hal ini menunjukan bahwa perlu adanya
evaluasi lebih lanjut bagi guru BK terhadap pemberian layanan konseling individual.
Apabila guru BK secara terus menerus memperhatikan kualitas pelayanannya,
maka layanan dapat diberikan secara maksimal kepada siswa. Jika pelayanan telah
diberikan secara maksimal, maka tingkat kepuasan siswa terhadap layanan konseling
individual akan tinggi.
Kata kunci: Kepuasan Siswa, Layanan Konseling Individual
layanan tidak sesuai harapan maka pelanggan menjadi hal yang terdapat dalam dimensi
tidak puas, dan begitupun sebaliknya. ini.
2. Dimensi keandalan yaitu kemampuan
TEORI KEPUASAN penyedia layanan memberikan pelayanan
Menurut Geron dalam Debbi yang dijanjikan secara tepat dan akurat.
R. (2003), Awal mula penelitian untuk 3. Dimensi daya tanggap yaitu Kesediaan
mengetahui kepuasan dikembangkan dalam penyedia layanan untuk membantu
bidang kesehatan mental. Berdasarkan pelanggan dan memberikan pelayanan
tinjauan literatur, pada tahun 1970 sampai secara cepat.
1980 penelitian dalam bidang kesehatan 4. Dimensi jaminan yaitu berkaitan dengan
mental menggunakan pendapat pelanggan Pengetahuan dan kesopanan penyedia
sebagai variabel untuk mengukur kepuasan layanan serta kemampuan dalam
pelanggan. menumbuhkan rasa percaya (trust) dan
Namun, sampai pada tahun 1990- keyakinan pelanggan.
an berbagai penelitian mengenai kepuasan 5. Dimensi empati yaitu adanya kepedulian
pelanggan menjadi datar. Hal ini karena dan perhatian secara individual yang
banyaknya penelitian kepuasan yang diberikan kepada pelanggan.
menunjukan hasil yang tinggi. Berdasarkan
hal ini, Atkinson,dkk mengembangkan suatu MENGUKUR KEPUASAN
penilaian kepuasan yang dapat digukan dalam Dalam penelitian ini, untuk mengukur
berbagai bidang termasuk konseling. kepuasan siswa terhadap layanan konseling
Atkinson, dkk dalam Debbi R. (2003) individual yang telah diterima dengan
mengembangkan 8 item untuk mengetahui meggunakan dua instrumen. Instrumen
kepuasan secara umum, diantaranya yaitu : yang diberikan merupakan instrumen untuk
“(a)quality of service, (b) fulfillment mengukur kepuasan secara umum adaptasi
of expectations, (c) fulfillment of needs, (d) dari Client Satisfaction Questionnaire (CSQ-
recommendation of services to others, (e) 8) dan kepuasan siswa berdasarkan kualitas
amount of service, (f) outcome of service, (g) pelayanan dengan pengembangan dari teori
general satisfaction, and (h) use of services service quality (SERVQUAL).
in the future. Attkinson dalam Joel Fischer (1994)
Penilaian terhadap kualitas layanan, mengemukakan bahwa CSQ-8 merupakan
pemenuhan akan harapan, pemenuhan pengukuran kepuasan secara umum atau
kebutuhan, rekomendasi layanan kepada global. Pernyataan yang terdapat dalam
orang lain, penilaian mengenai jumlah instrumen ini meliputi pernyataan umum
layanan yang diterima, hasil layanan, yang dapat digunakan untuk mengukur
kepuasan secara umum, serta penggunaan kepuasan. Adapun penggunaan CSQ-8 untuk
layanan di masa yang akan datang. dijadikan pengukuran kepuasan secara umum
Teori mengenai kepuasan tidak dikarenakan beberapa alasan, diantaranya:
terlepas dari penilaian terhadap kualitas “The goal was to develop
layanan. Kaihatu (2015) menjelaskan bahwa a standardized measure with strong
semaikin tinggi kualitas layanan, semakin psychometric properties that could be used
tinggi tingkat kepuasan. kepuasan dapat to assess general satisfaction across varied
terlihat apabila layanan yang diberikan sesuai health and human services. In summary, the
dengan yang diharapkan oleh pelanggan. major strengths of the CSQ include its utility
Parasuraman, dkk (1998) mengidentifikasi as a standard measure, excellent reliability
lima dimensi yang dapat menentukan kualitas and internal consistency, acceptability to
layanan. Diantaranya: clients and service providers, and sensitivity
1. Dimensi Bukti fisik yaitu Fasilitas Fisik, to different levels of program quality, and
Peralatan, serta penampilan dari personil value to service providers committed to
enhancement of quality and impact of yang profesional (c) dilakukan dan diajaga
services.” sebagai alat untuk memudahkan perubahan-
Tujuan dikembangkannya CSQ-8 perubahan dalam tingkah laku klien.
yaitu sebagai pengukuran standar dengan Layanan konseling individual
sifat psikometrik yang kuat sehingga CSQ-8 merupakan proses pemberian bantuan yang
ini dapat digunakan untuk menilai kepuasan dilakukan secara profesional oleh konselor
secara umum termasuk dalam bidang kepada klien (konseli) untuk pengentasan
pelayanan manusia seperti layanan konseling. permasalahan secara mandiri, pemahaman
Kekuatan CSQ-8 antara lain karena dapat terhadap diri, penetapan keputusan, sebagai
digunakan sebagai ukuran standar, keandalan alat untuk perubahan tingkah laku klien ke
yang baik dan konsistensi internal, dapat arah yang baik dan sebagai upaya dalam
diterima pada klien dan penyedia layanan, membangun relasi yang positif terhadap diri
dan juga sebagai penilaian bagi penyedia maupun orang lain.
suatu layanan dalam meningkatkan kualitas
pelayanannya. TUJUAN LAYANAN KONSELING
CSQ-8 memiliki delapan dimensi INDIVIDUAL
yang digunakan untuk mengukur suatu Secara Umum, tujuan layanan
kepuasan. Menurut Nguyen et al dalam konseling individual menurut Sulistyarini dan
Debbi R. (2003:26) terdapat 8 poin Dimensi Muhammad Jauhar (2014) yaitu yaitu agar
untuk mengukur kepuasan pelanggan klien atau konseli dapat memahami kondisi
dalam CSQ-8 yaitu penilaian terhadap dirinya, lingkungan sekitarnya, permasalahan
kualitas layanan, pemenuhan akan harapan, yang dialami, kekuatan dan kelemahan diri
pemenuhan kebutuhan, rekomendasi layanan sehingga klien mampu mengatasinya.
kepada orang lain, penilaian mengenai
jumlah layanan yang diterima, hasil layanan,
kepuasan secara umum, serta penggunaan DEFINISI REMAJA
layanan di masa yang akan datang. Masa Remaja merupakan bagian
Selain menggunakan adaptasi dari dari fase perkembangan dalam kehidupan
CSQ-8, untuk mengukur kepuasan siswa juga individu. Menurut Hurlock dalam Desmita
dengan mengembangkan instrumen kepuasan (2005), Istilah Adolescence atau remaja
berdasarkan kualitas layanan yang diberikan berasal dari kata latin Adolescere (kata
dengan teori SERVQUAL. Parasuraman bendanya, adolescentia yang berarti remaja)
mengidentifikasi lima dimensi, diantaranya yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi
yaitu dimensi bukti fisik, dimensi keandalan, dewasa”. Dalam hal ini dapat diartikan
dimensi daya tanggap, dimensi jaminan, dan Remaja adalah tumbuh untuk menjadi
dimensi empati. dewasa.
ini meskipun persentasenya sedikit. selain yang menyatakan bahwa responden akan
itu, tidak menutup kemungkinan untuk siswa mengatakan hal-hal yang baik terhadap proses
menggunakan kembali layanan konseling konseling, hal ini karena mayoritas siwa
individual apabila layanan yang diberikan tidak memiliki keberanian untuk mengatakan
kualitasnya baik dan sesuai harapan siswa. hal yang sebenarnya kepada guru BK, siswa
Selain itu, hasil di SMP Negeri merasa tidak memiliki kekuasaan untuk
97, secara umum siswa merasa cukup puas mengemukakan pendapat, dan menerima
terhadap layanan konseling yang diberikan apa yang diberikan meskipun belum sesuai
oleh guru BK. Siswa menganggap bahwa dengan yang diharapkan.
pelayanan yang diberikan oleh guru BK
sudah cukup baik, begitupula dengan sifat
yang ditunjukan guru BK terhadap siswa KESIMPULAN
yang konseling dinilai baik, siswa menilai Berdasarkan hasil penelitian
penanganan masalah dari guru BK telah mengenai kepuasan siswa terhadap layanan
membantu siswa seperti dapat mengubah konseling individual pada siswa kelas VIII
perilaku siswa ke arah lebih baik, lebih di SMP Negeri se-kecamatan Matraman,
membuat siswa menjadi tenang dalam Jakarta timur dapat disimpulkan bahwa
menangani masalah meskipun siswa juga Tingkat kepuasan siswa terhadap layanan
merasa pelayanan yang diberikan belum konseling individual yang diukur dengan
cukup maksimal namun sudah dapat Client Satisfaction Questionnaire-8 (CSQ-
membantu siswa. 8) mayoritas berada pada kategori sedang
Tiga dari lima siswa menilai bahwa atau cukup puas dengan persentase sebesar
guru BK kurang tegas dalam memberikan 73.75%. Selanjutnya, Tingkat kepuasan
hukuman kepada siswa. Adanya surat siswa terhadap kualitas layanan konseling
peringatan atau surat perjanjian yang individual di SMP Negeri se-kecamatan
diberikan guru BK dalam menangani Matraman, Jakarta Timur yang diukur
permasalahan siswa kurang dapat membuat berdasarkan pengembangan dari teori
siswa mengubah tingkah laku ke arah positif SERVQUAL, mayoritas berada pada kategori
dan cenderung untuk melakukan kesalahan sedang atau cukup puas dengan persentase
serupa. siswa mengharapkan guru BK dapat sebesar 68.75%. Hasil dari FGD keseluruhan
lebih tegas dalam menangani masalah siswa. adalah terdapat beberapa hal yang perlu untuk
Secara keseluruhan, hasil dari dikaji dan menjadi bahan evaluasi guru BK
pengolahan data kedua instrumen dengan terutama yang berkaitan dengan cara-cara
hasil yang didapatkan melalui FGD guru BK dalam memberikan bantuan untuk
menunjukan adanya beberapa perbedaan. Hal menyelesaikan permasalahan siswa.
ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Seperti yang dikemukakan oleh Hathaway
SARAN
dalam Frederick LeCompte (1971) :
Bagi Kepala sekolah dapat
“….the tendency of clients to say
memberikan motivasi dan fasilitas kepada
nice things in evaluating their counseling,
guru BK dalam menyelenggarakan layanan
whether or not these things were true, and he
BK. Bagi Guru BK yaitu untuk terus
labeled this tendency the “good-bye effect.”
meningkatkan kualitas pelayanan yang
Adanya kecenderungan siswa
diberikan kepada siswa termasuk dalam
untuk mengatakan hal-hal yang baik
layanan konseling individual, senantiasa
dalam mengevaluasi layanan konseling,
mendengarkan pendapat atau saran dari siswa
baik itu benar-benar baik atau tidak. dan
terkait layanan yang diterima, senantiasa
menggambarkan sebagai “Good-bye effect”..
melibatkan siswa dalam kegiatan BK. Bagi
Hasil yang didapatkan dari FGD cukup sesuai
guru mata pelajaran dapat menjalin kerjasama
dengan yang dikemukan oleh Hathaway
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. (2005). Psikologi perkembangan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fischer, Joel & Corcoran, K. (1994). Measures
for clinical practice and research: A
sourcebook.Vol. 2: Adults (5th ed).
New York: Oxford University Press.
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi
Perkembangan: suatu pendekatan
sepanjang rentang kehidupan.
Jakarta: Erlangga.
Kaihatu, T.S. (2015). Manajemen Komplain.
Yogyakarta: Andi
Kelley, R.D.K. (2003). Client Satisfaction
at a University-Based Community
Counseling Center. Dissertation.
USA: Pepperdine University.
Kotler, P., & Keller, K.L. (2009). Manajemen
Pemasaran Edisi 12 Jilid 1. Jakarta:
Indeks
Parasuraman, A. (1998). SERVQUAL: A
Multiple-item Scale for Measuring
Consumer Perseptions of Service
Quality. Journal of Retailing, 64(1),
12-40.
Sulistyarini, & Juhar, M. (2014).Dasar-
Dasar Konseling: Panduan Lengkap
Memahami Pelaksanaan Konseling.
Jakarta: Prestasi Pustaka