You are on page 1of 26

BAB I

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 59 Tahun
Alamat : Candimulyo
Pekerjaan : Pedagang
Status Menikah : Sudah Menikah
Nomer RM : 00xxxx

2. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Mata kiri bawah terasa mengganjal
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli mata RST Magelang, dengan keluhan mata kiri
bawah terasa ada yang mengganjal. Sehingga pasien merasakan pedas,
merah, dan nerocos tetapi kelopak mata masih dapat terbuka. Keluhan
tersebut dirasakan sejak 4 bulan yang lalu .Sebelumnya pasien sudah
beberapa kali ke poli mata dengan keluhan serupa dan didapatkan bulu
mata yang masuk ke arah dalam pada mata kiri dan kelopak mata atas
mengarah kedalam, kemudian dilakukan pencabutan bulu mata pada
kelopak atas mata kiri. Tiga hari sebelum datang ke poli mata, pasien
merasakan keluhan bertambah pada mata kiri hingga datang ke poli.
Pasien juga mengaku mulai mengenakan kacamata baca saat usia 41
tahun. Pasien mengaku merasa harus menjauhkan benda–benda yang
harus dibaca sehingga pasien periksa ke dokter dan diberi kacamata baca
+1,00. Lama kelamaan pasien merasa tidak cocok lagi dengan kacamata
bacanya dan diganti dengan kacamata baca +2,00 pada usia 52 tahun. Dan

1
terakhir kacamata baca pasien diganti dengan kacamata baca ukuran +3,00
pada usia 61 tahun. Sebelumnya pasien tidak mengenakan kacamata
karena tidak pernah mengeluhkan adanya ganguan saat melihat jauh atau
dekat.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat hipertensi disangkal : pasien tidak memiliki riwayat
hipertensi.
 Riwayat diabetes mellitus disangkal : pasien tidak memiliki
riwayat diabetes mellitus.
 Riwayat trauma mata disangkal : pasien tidak pernah mengalami
trauma pada matanya.
 Riwayat penyakit mata disangkal : pasien tidak pernah memiliki
penyakit mata sebelumnya.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat penyakit yang sama : keluarga pasien tidak ada yang
memiliki keluhan yang sama seperti pasien
 Riwayat hipertensi : tidak ada keluarga yang memiliki hipertensi
 Riwayat diabetes mellitus : tidak ada keluarga yang memiliki
diabetes

e. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan seorang pedagang dan biaya pengobatan ditanggung
BPJS
Kesan: sosial ekonomi cukup

2
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Umum
o Kesadaran : compos mentis
o Keadaan umum : tampak sakit ringan
o Aktivitas : normoaktif
o Kooperatif : kooperatif
b. Vital Sign
o TD : 130/80 mmHg
o Nadi : 81 x/menit
o RR : 22 x/menit
o Suhu : 36,50
c. Status Generalis
o Kepala : dalam batas normal

3
No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 4/60 6/30

3. Bulbus Okuli
- Gerak bola mata Segala arah Segala arah
- Strabismus - -
- Eksoftalmus - -
- Endoftalmus - -
4. Supracilia
- Kedudukan Simetris Simetris
- Jaringan parut - -
5. Palpebral Superior
- Edema - -
- Hematom - -
- Vulnus laceratum - -
- Bekas jahitan - -
- Sikatrik - -
- Entropion - +
- Ektropion - -
- Triksiasis - +
- Lagoftalmus - -
- Ptosis - -
- Blefarospasme - -
- Hordeolum - -
- Kalazion - -
6. Palpebral Inferior
Edema - -
Hematom - -
Vulnus laceratum - -
Bekas jahitan - -

4
Sikatrik - Tidak ditemukan
Entropion - +
Ektropion - -
Triksiasis - +
Lagoftalmus - -
Ptosis - -
Blefarospasme - -
Hordeolum - -
Kalazion - -

7. Konjungtiva
- Hiperemi - +
- Injeksi Konjungtiva - +
- Injeksi Siliar - Tidak ditemukan
- Sekret - -
- Ekstravasasi darah - -
- Vulnus laceratum - -
8. Sklera
- vulnus laceratum - -
9. Kornea
- Edema - -
- Infiltrat - Tidak ditemukan
- Ulkus - -
- Sikatrik - Tidak ditemukan
- Erosi - -
10. COA
- Kedalaman Dangkal Dangkal
- Hifema - -
- Hipopion - -

5
11. Iris
- Kripte + +
- Sinekia - -
- Seklusio - -
- Iridoplegi - -
- Iridodialisis - -
- Iridoreseksi - -
12. Pupil
- Letak Sentral Sentral
- Bentuk Bulat Bulat
- Reflex L&TL +/+ +/+
- Diameter 3mm 3mm

13. Lensa
- Kejernihan Keruh sebagian Keruh sebagian
- Iris shadow - -
- Dislokasi lensa - -
14. Corpus Viterum
- Kejernihan Jernih Jernih
- Hemoftalmus - -
15. Fundus reflex cemerlang Cemerlang
16. Funduskopi Fokus 0 Fokus 0
Batas tegas, warna jingga, Batas tegas, warna
- Papil n. opticus
CDR 0,3, ekskavasasi (-), jingga, CDR 0,3,
o Warna
edema (-), fundus tigroid(-) ekskavasasi (-), edema (-
o Batas ), fundus tigroid(-)

- Vasa: AVR AVR 2:3, medialisasi (-), AVR 2:3, medialisasi (-),
mikroaneurisma (-),
mikroaneurisma (-),
crossing sign (-),
crossing sign (-),
- Makula Fovea refleks (+)
Fovea refleks (+)
- Retina Cotton Wool Patch (-),
Cotton Wool Patch (-),
perdarahan (-)

6
perdarahan (-)

17. TIO (palpasi) Tidak meningkat Tidak meningkat

4. STATUS OPHTHALMICUS

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pasien ini tidak diperlukan pemeriksaan penunjang

6. DIAGNOSA DIFFERENSIAL
 OS Entropion Superior
Dipertahankan, karena dari keluhan adanya kelopak mata bawah yang
masuk ke dalam, sehingga bulu mata masuk dan pedas. Dari pemeriksaan
didapatkan entropion.
 OS Distrikiasis

7
OS Distrikiasis Disingkirkan karena distikiasis bersifat kongenital, suatu
kondisi dimana bulu mata baik komplit maupun parsial keluar dari muara
glandula meibom.
 OS Dermatokalasis
OS Dermatokalasis Disingkirkan karena dermatokalasis suatu keadaan
degeneratif, menunjukkan gambaran yang longgar dengan penonjolan
kulit kelopak yang banyak. Perubahan arah bulu mata pada kelopak atas
menyerupai entropion

7. DIAGNOSA KERJA
OS Entropion inferior
ODS Katarak imatur
ODS Presbiopia

8. PENATALAKSAAN
OS ENTROPION
a. Medikamentosa
 Topical
Pantocain ed 2 dd gtt 1 OS (Pre Operatif)
Pantocain ed 1 dd gtt 1 OD (Pre operatif)
 Oral
Tidak ada pemberian secara oral
 Parenteral
Tidak ada pemberian secara parenteral
b. Non-medikamentosa
 Operatif
Koreksi OS entropion
Laporan operasi :
1. Pasien tidur terlentang, disinfeksi lalu tutup dengan duk steril
2. Buat marker pada palpebra inferior

8
3. Injeksi pehacain, subkutis
4. Angkat kulit sesuai marker
5. Angkat musculus orbicularis
6. Cauter, atasi perdarahan
7. Jahit kulit musculus yang terobek dengan prolen 7,0
8. Beri salep erlamycetin
9. Tutup dengan kasa, lalu plester
10. Operasi selesai

ODS KATARAK IMATUR


a. Medikamentosa
 Topikal
Catarlent ed 3dd gtt 1 ODS
Cendolyters ed 3 dd gtt 1 ODS
 Oral
Neurodex tab 1x1
b. Nonmedikamentosa
 Operatif
Tidak dilakukan terapi operatif

ODS PRESBIOPIA
a. Medikamentosa
Tidak ada
b. Nonmedikamentosa
Kaca Mata : S +3,00

9
9. PROGNOSIS
Oculus Dexter (OD) Oculus Sinister (OS)

Quo Ad Visam : dubia dubia

Quo Ad Sanam : ad bonam ad bonam

Quo Ad Functionam : ad bonam ad bonam

Quo Ad Cosmetican : ad bonam ad bonam

Quo Ad Vitam : ad bonam ad bonam

10. KOMPLIKASI
- Entropion :
- Keratitis
- ulkus kornea
- Katarak imatur
- glaukoma sekunder

11. EDUKASI
 Memberitahu kepada pasien bahwa keluhannya akan hilang setelah
dilakukan operasi. Namun jika dibiarkan akan mengakibatan komplikasi
yang akan mengakibatkan peradangan pada lapisan bening mata (kornea)
yang kemudian menyebabkan gangguan pengelihatan menetap Setelah
operasi agar menjaga kebersihan matanya.
 Edukasi mengenai katarak yang didapatkan pada usia lanjut. Edukasi
mengenai ketajaman penglihatannya akan suram sampai nantinya akan
dilakukan operasi penggantian lensa ketika katarak sudah matang.

10
 Edukasi mengenai presbyopia pada kedua matanya, dan kacamata tidak
akan menyembuhkan presbiopianya/rabun dekatnya, hanya akan
membantu saat melihat dekat/membaca.

12. RUJUKAN
Dalam kasus ini tidak diperlukan Rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran
Lainnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip membantu
menyebarkan lapis tipis air mata, yang melindungi kornea dan konjungtiva dari
dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata, palpebra inferior menyatu pada
pipi.4
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superficial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membrane mukosa (konjungtiva palpebrae).4

11
Gambar 1. Anatomi palpebra superior2

Gambar 2. Anatomi palpebra inferior2


Struktur palpebra
A. Lapis kulit

12
Kulit palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan
elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.4
B. Lamella Anterior
Lamella anterior terdiri dari kulit palpebra inferior dan otot orbicularis. Kulit
palpebra inferior tipis, halus dan tidak memiliki jaringan ikat seperti kulit lainnya,
dan aparatus pilosebaseus yang berguna untuk meningkatkan pergerakan bola mata. 4
C. Lamella Posterior
Lamella posterior terdiri dari retraktor otot retraktor palpebra, tarsus dan
konjungtiva. Retraktor palpebra inferior merupakan perpanjangan dari fascia dari otot
rektus inferior, dibungkus oleh otot oblik inferior, dan masuk ke dalam batas tarsal
inferior. 4
D. Muskulus Orbikularis Okuli
Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra. Serat-serat
ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati
tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di
dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian di atas septum orbita adalah
bagian praseptal. Segmen di luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
disarafi oleh nervus facialis.4
E. Jaringan Areolar
Jaringan areolar submuskular yang terdapat dibawah muskulus orbikularis
okuli berhubungan dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.4
F. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat
yang –bersama sedikit jaringan elastis- disebut tarsus superior dan inferior. Sudut
lateral dan medial dan juluran tarsus tertambat pada tepian orbita oleh ligament
palpebra lateralis dan medialis. Tarsus superior dan inferior juga tertambat oleh fascia
tipis dan padat pada margo atas dan bawah orbita. Fascia tipis ini membentuk septum
orbita.4
G. Konjungtiva Palpebra

13
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Insisi bedah melalui garis kelabu dari margo
palpebra membelah palpebra menjadi lamel kulit dan muskulus orbikularis okuli di
anterior dan lamella tarsal dan konjungtiva palpebrae di posterior.4
Margo Palpebra
Panjang margo bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebar 2 mm. Ia
dipisahkan oleh garis kelabu (mukokutan junction) menjadi margo anterior dan
posterior.4
A. Margo Anterior4
1. Bulu Mata
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur. Bulu mata
atas lebih panjang dan lebih banyak dari yang di bawah dan melengkung ke atas; bulu
mata bawah melengkung ke bawah.

2. Glandula Zeis
Ini adalah modifikasi kelenjar sebasea yang kecil, yang bermuara ke dalam
folikel rambut pada dasar bulu mata.
3. Glandula Moll
Ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris
dekat bulu mata.
B. Margo Posterior
Margo palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian
ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi
(glandula Meibom atau tarsal)
C. Punktum Lakrimale
Pada ujung medial dari margo posterior palpebra terdapat elevasi kecil dengan
lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior. Punktum ini
berfungsi menghantar air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus
lakrimalis.

14
ENTROPION
Definisi
Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau
margo palpebra kearah dalam. Hal ini menyebabkan 'trichiasis' dimana bulu mata
yang biasanya mengarah keluar kini menggosok pada permukaan mata. Hal ini dapat
menyebabkan beberapa masalah.4
Trikiasis adalah suatu kelainan dimana bulu mata mengarah ke dalam bola
mata yang dapat menggosok kornea atau konjungtiva yang dapat menyebabkan
iritasi. Trichiasis harus dibedakan daripada entropion, dimana pada entropion terjadi
pelipatan palpebra ke arah dalam. Kemungkinan dimana terjadinya entropion dan
trikiasis bersamaan dapat terjadi, dan dibutuhkan terapi untuk keduanya.7,8

Epidemiologi

Entropion sering ditemukan pada usia yang lebih tua (involusional), biasanya
pada umur diatas 60 tahun dan tidak ada perbedaan gender ditemukan pada kelainan
ini.
Entropion kelopak mata bawah lebih sering terjadi daripada entropion kelopak
mata atas. Entropion pada kelopak mata bawah lebih sering karena proses
involusional pada proses penuaan, sedangkan pada kelopak mata atas sering karena
sikatrikal seperti akibat trakoma. Entropion dapat terjadi unilateral maupun bilateral.1
Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan pada
orang dewasa. Belum ditemukan bukti adanya predileksi pada ras-ras tertentu
ataupun jenis kelamin.1

Etiologi
Entropion berdasakan penyebab dibagi atas :

15
Involusi
Paling sering terjadi sebagai akibat dari proses penuaan. Seiring dengan
meningkatnya usia maka terjadi degenerasi progresif jaringan fibrous dan elastik
kelopak mata bawah. Gangguan ini paling sering ditemukan pada kelopak bawah dan
merupakan akibat gabungan kelumpuhan otot-otot retraktor kelopak bawah, migrasi
ke atas muskulus orbikularis preseptal, dan melipatnya tepi tarsus atas. 5,6

Gambar 3. Entropion involusi kelopak mata atas. 7

Entropion involusi pada kelopak mata atas juga dapat terjadi. Penelitian Jorge GC et
al disimpulkan bahwa karakteristik anatomi yang khas kelopak mata atas pada
populasi. Kelemahan horizontal dari kelopak mata dapat diketahui dengan kekuatan
kelopak mata yang lemah dan menurunnya kemampuan menarik kelopak mata lebih
dari 6 mm. Asia merupakan predisposisi entropion involusi kelopak mata atas.7
Sikatrik
Dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan oleh jaringan
parut di konjungtiva atau tarsus. Patologi dasarnya yaitu memendeknya lamella
posterior akibat berbagai sebab. Gangguan ini paling sering ditemukan pada
penyakit-penyakit radang kronik seperti trakoma. Berbagai kondisi lain yang dapat
menyebabkan terjadinya entropion sikatrik adalah penyakit autoimun (sikatrik
pemfigoid dan sindrom steven johnson), inflamasi, infeksi (herpes zooster, trakoma),
tindakan bedah (enukleasi, koreksi ptosis) dan trauma (luka bakar dan trauma kimia).
Penggunaan obat glaukoma dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
konjungtivitis kronis yang menyebabkan pemendekan konjungtiva secara vertikal

16
sehingga terjadi entropion sikatrik sekunder. Entropion sikatrik dapat mengenai
kelopak mata atas atau bawah. 8
Kongenital
Entropion kongenital merupakan anomali yang jarang ditemukan. Entropion
kongenital dapat menyebabkan erosi kornea kronik dan blefarospasm. Dapat terjadi
trauma pada kornea yang menyebabkan terbentuknya ulkus pada bayi. Pada entropion
kongenital, tepi kelopak mata memutar kearah kornea, sementara pada epiblefaron
6,9
kulit dan otot pratarsalnya menyebabkan bulu mata memutari tepi tarsus .
Entropion kongenital sering sering juga terdapat kelainan pada system
kardiovaskular, musculoskeletal, dan system saraf pusat. Entropion kongenital
berbeda dengan entropion didapat. Entropion didapat terjadi pada usia remaja dan
diturunkan secara autosomal dominan 10.
Entropion Spastik Akut
Entropion spastik akut biasanya terjadi pada iritasi maupun inflamasi okuli
dimana terjadi pembengkakan pada kelopak mata dan spasme otot orbikularis.
Keadaan ini juga paling sering terjadi setelah operasi intraokuler pada pasien dengan
kelopak mata preoperatif tidak menyadari atau memiliki kelopak mata yang sedikit
menekuk ke arah bola mata. Kontraksi otot orbikularis kelopak mata yang tertahan
menyebabkan rotasi ke dalam tepi kelopak mata. Hal ini akan mengakibatkan
bertambahnya iritasi dari yang telah ada sebelumnya. Taping pada kelopak mata,
kauterisasi atau teknik penjahitan dapat digunakan sementara tetapi karena perubahan
itu biasanya menetap sebainya dilakukan tindakan operasi untuk menghilangkan
entropion secara permanen. Namun pada beberapa kasus dapat digunakan toksin
botullinum tipe A (Botox) untuk memberikan efek paralisis pada otot orbikularis
septal di sekitarnya.5
Trikiasis dapat disebabkan oleh infeksi pada mata, peradangan pada palpebra,
kondisi autoimun, dan trauma. Proses penuaan juga merupakan penyebab umum
terjadinya trikiasis, karena kulit yang kehilangan elastisitas.9
Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan resiko terjadinya trikiasis sebagai
berikut1,2,9 :

17
 Idiopatik
 Blefaritis kronik : Margo palpebra meradang, menebal, berkrusta, erythem
dengan secret ringan dan telangiektasis pembuluh darah
 Sikatriks : Dapat diakibatkan oleh luka palpebra oleh trauma.
 Epiblepharon, penyakit kongenital yang terjadi dimana jaringan longgar di
sekitar mata membentuk lipatan yang abnormal kulit dan otot pretarsal,
menyebabkan bulu mata mengarah ke dalam.
 Trachoma, suatu konjunctivitis folikular kronik yang berkembang hingga
terbentuknya jaringan parut. Pada kasus yang berat, trikiasis dapat terjadi
akibat jaringan parut yang berat.
 Penyakit-penyakit lainnya yang dapat mengenai kulit dan membran mukosa
seperti Steven Johnson Syndrome dan cicatrical pemphigoid.

Selain dari penyakit-penyakit diatas, pentingnya membedakan tipe-tipe


kelainan dari bulu mata yang dapat menyebabkan trikiasis, dimana
penatalaksanaannya dapat berbeda tergantung dari penyebabnya. Pembagian trikiasis
berdasarkan kelainan bulu mata yaitu sebagai berikut10,11 :

- Acquired metaplastic eyelashes. Biasanya disebabkan peradangan kelopak


mata seperti meibomitis atau trauma akibat pembedahan, dimana epitel
kelenjar meibom mengalami perubahan metaplastik menjadi folikel rambut.
Hal ini menyebabkan pertumbuhan bulu mata lebih posterior daripada normal
dimana dapat mengarah ke belakang.
- Congenital metaplastic eyelashes. Kelainan kongenital dimana kelenjar
meibom menjadi multipoten berkembang menjadi folikel-folikel rambut.
Barisan kedua dari bulu mata tumbuh dari permukaan kelenjar meibom. Bulu
mata yang tumbuh tersebut mengarah secara vertikel, dan pada anak-anak
dapat ditoleransi dikarenakan oleh adanya tear film yang bagus dan sedikit
mengurangi sensasi kornea.

18
- Misdirected eyelashes12. Pertumbuhan bulu mata yang normal, namun akibat
dari sedikit jaringan parut pada margin kelopak mata menyebabkan perubahan
arah dari bulu mata ke dalam.
- Marginal entropion. Pembalikan dari margin kelopak mata akibat dari proses
parut dari lamela posterior kelopak mata.

Gejala klinis
Keluhan yang sering timbul akibat entropion adalah rasa tidak nyaman seperti
adanya sensasi benda asing, mata berair, mata merah, gatal, mata kabur dan
fotofobia7. Entropion kronis dapat menyebabkan sensitifitas terhadap cahaya dan
angin, dapat menyebabkan infeksi mata, abrasi kornea atau ulkus kornea 11.
Dari pemeriksaan fisik akan tampak berupa :12
1. Kerusakan pada epitel konjungtiva atau kornea akibat trauma.
2. Hiperemia pada konjungtiva yang terlokalisasi.
3. Kelemahan kelopak mata (involusional entropion).
4. Jaringan parut pada konjungtiva (sikatrik entropion).
5. Pertumbuhan kelopak mata bawah yang abnormal (kongenital
entropion).
Pada pasien dengan trikiasis dapat mengeluhkan sensasi benda asing, iritasi
pada permukaan bola mata yang kronik, lesi pada kelopak mata, gatal, nyeri pada
mata, dan mata bengkak. Abrasi kornea sampai dapat terjadi ulkus kornea, injeksi
konjungtiva, keluarnya cairan mucus, dan pandangan menjadi kabur dapat menyertai
penyakit ini.1,7

Diagnosa
Sebagian besar pasien dengan entropion bermasalah dengan air mata yang terus
mengalir, iritasi, terasa ada benda asing di dalam mata dan mata merah yang
persisten. Dengan menggunakan slitlamp kadang-kadang dapat mengidentifikasi
lipatan pinggir kelopak mata, kelemahan kelopak yang horizontal, melingkarnya
perseptal orbikularis, enophtalmus, injeksi konjungtiva, trikiasis, dan entropion yang
memanjang, keratitis punctata superfisial yang dapat menjadi ulkus dan formasi

19
panus. Pasien dengan entropion sikatrik mungkin terdapat keratinisasi pada tepi
kelopak mata dan simblefaron.5
Pemeriksaan fisik pada kelopak mata meliputi test snapback yaitu dengan cara
menarik kelopak mata dengan hati-hati ke arah luar lalu dilihat apakah kelopak mata
dapat kembali ke posisi semula, dan biasanya tes ini tidak menimbulkan rasa sakit.
Dari tes ini dapat dilihat kelemahan pada tonus kelopak mata yang horizontal. Pada
pinggir kelopak mata bawah selalu ditemukan kelengkungan ke arah limbus setelah
entropion terbentuk. Forniks inferior tidak selalu kelihatan dalam dan kelopak mata
mungkin dapat mudah dikeluarkan.
Tanda klinis lainnya meliputi gambaran garis putih dalam ukuran milimeter di
bawah tarsal inferior akibat dari pergeseran dari retraktor kelopak mata dan
pergerakan yang sedikit atau tidak ada sama seklai dari kelopak bawah saat melihat
ke bawah. Pindahnya bagian superior dari orbikularis superior dapat dideteksi dengan
melakukan observasi yaitu menutup mata yang memerah setelah kelipak entropion
kembali normal (tes kelengkungan orbikularis).5

Penatalaksanaan
Terapi nonfarmakologis dengan menarik kulit palpebra ke arah pipi sehingga
menjauh dari bola mata dapat mengurangi gejala sementara terutama untuk involusi
atau spastik entropion. Pencukuran bulu mata bisa dilakukan di tempat lokasi
trichiasis. Terapi kontak lensa (hidrogel, hidrogel silikon, yang memiliki diameter
lebih besar dari kornea atau sklera) untuk melindungi kornea.12
Pengobatan entropion terbaik adalah operasi plastik atau suatu tindakan
tarsotomi pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk memutar keluar kelopak
mata efektif pada semua jenis entropion. Sebuah tindakan sementara yang bermanfaat
pada entropion evolusional adalah dengan menarik kelopak mata bawah dan
menempelkannya dengan ‘tape’ ke pipi; tegangannya mengarah ke temporal dan
inferior 6. Operasi entropion transkonjungtiva merupakan prosedur yang aman dan
lebih efisien pada entropion involusi 2,7

20
Pemilihan prosedur pembedahan tergantung pada penyebab yang mendasari.
Intervensi bedah diindikasikan jika salah satu dari berikut muncul persisten: iritasi
okular berulang, konjungtivitis bakteri, refleks hipersekresi air mata, superfisial
keratopathy, risiko ulserasi dan keratitis mikroba.12
Beberapa tindakan operasi yang dapat dilakukan5
1. Entropion kongenital.
Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali fasia
kapsulopalpebra. Prosedur ini akan diuraikan pada bagian entropion involusional, dan
dilakukan untuk mengencangkan kelopak mata anak-anak yang horizontal secara
tidak serentak. Perbaikan epiblefaron diperlukan jika ada bukti keratopati atau jika
gejalanya simptomatik.
2. Entropion akut spastik
Suntikan toksin botulinum selalu efektif untuk paralisi orbikularis. Efek toksin
botulinum bertahan hanya sekitar 3 bulan, tetapi entropion tidak akan terulang
walaupun efeknya menghilang.
3. Entropion involusional.
Teknik operasi Hotz yang dimodifikasi
Sebuah garis insisi kulit subsiliaris digambar secara horizontal dari temporal
hingga pungtum inferior sesuai sepanjang lebar kelopak mata, 1mm di bawah garis
silia. Infiltrasi local lidokain 2% dicampur epinefin dengan rasio 1:100.000 diberikan
secara subkutan sepanjang garis yang digambar. Setelah persiapan tadi, palpebra
superior di tarik ke atas dengan menggunakan penjahitan traksi dengan benang silk
4-0 untuk menghindari kekaburan margo palpebra inferior oleh silia superior.
Pembelahan margo palpebra dilakukan pertama kali.
Insisi sedalam 1 mm dibuat sepanjang grey line dengan pisau skalpel nomor
15 setelah menahan palpebra inferior dengan forsep kalazion. Pemebedahan
dilakukan mulai dari lateral pungtum ke sepertiga atau setengah medial palpebra
inferior sesuai dengan batas garis horizontal epiblefaron.

21
Kulit subsiliaris diinsisi dengan skalpel nomor 15 sepanjang garis yang telah
ditentukan sebelumnya sementara kelopak mata ditahan dengan forsep kalazion.
Kemudian, forsep kalazion diangkat dan diseksi dilakukan secara inferior antara otot
orbikularis dan tarsus menggunakan kauter monopolar hingga margin tarsus tampak.
Otot orbikularis okuli pars tarsalis yang tetap berada di bawah tepi atas insisi kulit
dipotong menggunakan gunting Westcott hingga lempeng tarsal lebih tampak.
Jaringan subkutan pada tepi atas kulit subsiliaris yang diinsisi disatukan dengan
margin tarsus inferior secara interuptus sebanyak lima hingga tujuh jahitan
menggunakan nilon 8-0, memastikan eversi silia ke arah luar. Tepi bawah kulit yang
diinsisi diangkat untuk menutupi tepi kulit atas (yang saat ini dijahit ke tarsus).
Sebuah garis dibuat pada kulit bagian bawah yang tumpang tindih untuk
menyesuaikan dengan tepi luka kulit bagian atas yang berada di bawahnya, dan
kemudian kulit yang berlebih ini dipotong dengan menggunakan gunting Steven.
Kulit lalu ditutup dengan benang 6-0 yang cepat terserap. Setelah itu, diberikan
antibiotic pada luka operasi dan kemudian diberikan kompresi dingin pada 12 jam
pertama postoperasi.

22
23
Modifikasi Hotz adalah teknik yang paling banyak digunakan hingga saat ini.
Prosedur ini relative sederhana, tetapi terdapat banyak reseksi kulit sehingga dapat
menyebabkan ektropion dan retraksi kelopak mata.

Komplikasi
Komplikasi entropion :
1. Konjungtivitis
Peradangan pada konjungtiva. Akan terlihat lapisan putih yang transparan
pada mata dan garis pada kelopaknya. Entropion dapat menyebabkan
konjungtiva menjadi merah dan meradang, dan menimbulkan infeksi.

24
2. Keratitis
Suatu kondisi dimaan kornea meradang. Masuknya bulu mata dan tepi
kelopak ke kornea dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit. Jaringan parut
akan terbentuk dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
3. Ulkus kornea
Ulkus kornea adalah ulkus yang terbentuk di kornea, dan biasanya disebabkan
oleh keratitis. Kondisi ini sangat serius karena dapt menyebabkan kehilangan
penglihatan. Sangat penting utnuk segera berobat ke dokter jika mata menjadi
maerah, mata terasa sakit atau seperti ada yang mengganjal di dalam mata.
4. Komplikasi bedah termasuk perdarahan, hematoma, infeksi, rasa sakit, dan
posisi tarsal yang buruk.

Komplikasi trikiasis
Apabila tidak ditangani dengan segera trikiasis dapat menyebabkan komplikasi
seperti iritasi pada permukaan bola mata yang kronik, abrasi kornea, terjadi ulkus
kornea, perforasi, sampai terjadinya infeksi bola mata. Komplikasi lebih lanjut dapat
menyebabkan kebutaan.

Prognosis
Entropion pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Keefektifan
pengobatan entropion tergantung pada penyebab utama dan tingkat keparahan
penyakitnya.
Prognosis trikiasis umumnya baik. Tindak lanjut perawatan berkala dan
perhatian terhadap komplikasi, kekambuhan, atau komplikasi kornea dapat
meningkatkankan prognosis jangka panjang.17

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, H. Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata, Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
2. Anonymous. Entropion-eyelids that turn it. American asociaty of Ophthalmic
and Reconstruction of Surger7, 2005.
3. Anonymous. Eye anatomy (online) available at
www.medicinestuffs.blogspot.com
4. Anonymous. Entropion. Crescent Veterinary Clinic, tanpa tahun.
5. Prabowo D. Entropion. Healt Care, 2011. (online) Availabe at
http://diemazcaeem.blogspot.com/2011/05/entropion.html
6. Altieri A, Lester M, Harman F et al. Comparison of three techniques for repair
of involutional lower lid entropion: a three year follow up study.
Ophthalmologica 2003; 217: 265-272
7. Sullivan JH. Palpebra dan apparatus lakrimalis. Dalam: Vaughan D, Asbury
T. Oftalmologi Umum (General Opthalmology). Alih bahasa: Ilyas S. Edisi
14. Jakarta, Widya Medika: 2000
8. Camara JG, Nguyen LT, Sangalang-Chuidian M et al. Involutional lateral
entropion of the upper eyelids. Arch. Ophthalmol 2002; 120: 1682-4
9. Sodhi PK, Yadava U, Pandey RM, Mehta DK. Modified grey line split with
anterior lamellar repositioning for treatment of cicatricial lid entropion.
Ophthalmic surgery lasers 2002; 33: 169-74
10. Mandal AK, Honavar SG, Gothwal VK. The association of unilateral
congenital glaucoma and congenital lower lid entropion: causal or casual?
Ophthalmic surg lasers 2001; 32: 149-51
11. Park MS, Chi MJ, Baek SH. Clinical study of single-suture inferior retractor
repair for involutional entropion. Ophthalmologica 2006; 220: 327-31.
12. Boboridis K, Bunce C. Interventions for involutional lower lid entropion.
Cochrane Batabase for Systematic Review, 2002.
13. Woo KI, Yi K, Kim YD. Surgical correction for lower lid epiblepharon in
Asians. Br J Ophthalmol 2000;84:1407–1410.
14. Shorr N et al. Three-suture technique addresses involutional entropion in the
office. Ocular Surgery News, 2004

26

You might also like