You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM

DIAGNOSIS KLINIK VETERINER

“KONSULTASI PEMERIKSAAN DARAH DAN ORGAN


PEMBETUK DARAH PADA HEWAN”

DISUSUN OLEH :

KELAS: 2016 D KELOMPOK: Lumba-Lumba

1. Vanesya Yulianti 1609511082

LABORATORIUM DIAGNOSIS KLINIK VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
anugerah dan karunia-Nya laporan praktikum “KONSULTASI PEMERIKSAAN
DARAH DAN ORGAN PEMBENTUK DARAH PADA HEWAN ” ini dapat
diselesaikan.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata
kuliah Diagnosis Klinis.. Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah
sebagai bahan pembelajaran lebih lanjut bagi para mahasiswa dan juga dosen
dalam pemeriksaan umum pada anjing. Laporan ini dianjurkan untuk dibaca oleh
mahasiswa sebagai dasar dan pijakan di masa mendatang.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen diagnosa klinis, para
asisten laboratorium dan semua pihak yang telah membantu kami dalam proses
praktikum. Kritik dan saran atas laporan ini sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan selanjutnya.

Denpasar, 10 April 2018

Penyusun
A. JUDUL PRAKTIKUM
Konsultasi Pemeriksaan Darah Dan Organ Pembentuk Darah Pada
Hewan.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan klinik darah dan organ
pembentuknya pada anjing.

C. LANDASAN TEORI
1. SINYALMEN
Sinyalmen atau registrasi yang dilakukan terhadap pasien maupun
terhadap klien (pemilik hewan). Pada sinyalmen data yang perlu diketahu
tentang pasien berupa nama, spesies, ras, kelamin, umur, bulu dan warna,
berat badan dan tanda-tanda lain yang penting. (Fowler, 2008).

2. INSPEKSI (melihat/ memperhatikan)


Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat,
mengamati kondisi fisik hewan. Inspeksi yang dapat dilakukan yaitu
pengamatan kebersihan kulit dan bulu, status gizi, tempramen,
pemeriksaan mukosa dan suhu tubuh.

Menurut Astiti (2010), perbedaan ciri visual antara hewan sehat dengan
hewan sakit antara lain :

NO Kategori Sehat Sakit


1. Pergerakan Aktif dan lincah Kurang aktif dan lincah
2. Mata Jernih Pucat dan sayu
Kasar, berdiri dan
3. Bulu Halus dan bersih
kusam
4. Nafsu Makan Normal Berkurang
Lendir lubang
5. Tidak ada Ada
alami
Halus, teratur dan
Ngorok, tidak teratur
6. Suara napas tidak tersengal-
dan tersengal sengal.
sengal.
3. PALPASI ( Perabaan )
Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah
langkah kedua pada pemeriksaan fisik dan digunakan untuk menambah
data yang telah diperoleh melalui inspeksi sebelumnya. Metode
pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara perabaan pada bagian tubuh
hewan ini akan dapat mengetahui keadaan bagian luar dari tubuh hewan
seperti jika ada benjolan pada tubuh hewan.
Sedangkan untuk mengetahui frekuensi pernafasan pada hewan
yaitu dengan cara meletakan punggung tangan pemeriksa didepan
hidungnya. Kemudian hitung jumlah hembusan nafas dalam satu menit
dengan menggunakan arloji. (Lestari, 2006).

4. FISIOLOGI DARAH
Darah merupakan sel yang berbentuk cair yang terdiri atas dua
bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis
yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Perbandingan volume darah dengan
berat badan adalah 1:12, atau sekitar 5 liter. Darah terdiri daribeberapa
jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55%
yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan
darah yang disebut plasma darah. Plasma darah merupakan cairan didalam
darah yang mengandung ion (natrium, kalium, magnesium, klorida, dan
bikarbonat), protein plasma (albumin dan fibrinogen). Fungsi dari Ion dan
protein plasma adalah keseimbangan osmotik.
Eritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu komponen sel
yang terdapat dalam darah, fungsi utamanya 5adalah sebagai pengangkut
hemoglobin yang akan membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan
(Guyton, 2008). Eritrosit merupakan suatu sel yang kompleks,
membrannya terdiri dari lipid dan protein, sedangkan bagian dalam sel
merupakan mekanisme yang mempertahankan sel selama 120 hari masa
hidupnya serta menjaga fungsi hemoglobin selama masa hidup sel
tersebut. Eritrosit berbentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5 μm, dan
tebal 2 μm namun dapat berubah bentuk sesuai diameter kapiler yang akan
dilaluinya, selain itu setiap eritrosit mengandung kurang lebih 29 pg
hemoglobin, maka pada pria dewasa dengan jumlah eritrosit normal
sekitar 5,4jt/ μl didapati kadar hemoglobin sekitar 15,6 mg/dl.
Trombosit adalah sel darah tak berinti yang berasal dari sitoplasma
megakariosit. Kadar normal trombosit dalam tubuh manusia sekitar 150 –
450 x 103/μl. Dalam keadaan inaktif trombosit memiliki bentuk seperti
cakram bikonveks dengan diameter 2 –4 μm. Trombosit dapat bertahan
didalam tubuh selama 7-10 hari. Peran trombosit didalam tubuh adalah
sebagai pembentukan sumbatan selama respon hemostatik normal terhadap
luka .
Leukosit atau sel darah putih adalah sel darah yang memiliki
nukleus. Dalam darah manusia normal, ditemukan jumlah leukosit berkisar
antara 4500-10.000 sel/mm3. Secara umum leukosit berperan dalam
pertahanan seluler dan humoral manusia, leukosit dapat meninggalkan
pembuluh darah dengan proses diapedesis, menerobos diantara sel-sel
endotel dan menembus ke jaringan ikat (Effendi, 2003). Berdasarkan ada
atau tidaknya granula, leukosit dibagi menjadi 2 jenis, yaitu granulosit dan
agranulosit. Saat leukosit yang memiliki granula spesifik (granulosit)
dalam keadaan hidup dilihat di bawah mikroskop cahaya maka akan
terlihat bentuk nukleus yang bervariasi dan granula yang terlihat berupa
tetesan setengah cair dalam sitoplasmanya. Leukosit yang tidak memiliki
granula (agranulosit) memiliki sitoplasma homogen dengan inti berbentuk
bulat atau berbentuk ginjal. Terdapat 3 jenis leukosit granulosit, yaitu
neutrofil, basofil dan eosinofil; serta 2 jenis leukosit agranuler, monosit
dan limfosit (Effendi, 2003).

5. ISTILAH SULIT

1. Epistaksis: merupakan mimisan atau keluarnya darah dari rongga


hidung. Epistaksis merupakan gejala dari penyakit, dapat disebabkan
oleh beberapa hal, diantaranya: Tumor, Kerusakan mukosa hidung,
Luka pada mukosa hidung, Tertusuk benda asing (pagar, kawat atau
paku), Parasit : lintah (Lymnea serrata), parasit darah (Erlichia canis),
Racun tikus, Kelainan pembekuan darah, Anjing-anjing bradiocephali
(pug, peking, bulldog) mudah mengalami epistaksis apabila terlalu
lama berjemur atau exercise.
2. Petekie
Petekie adalah bintik merah keunguan kecil dan bulat sempurna yang
tidak menonjol akibat perdarahan intradermal atau submukosa.
Petekie merupakan lesi perdarahan keunguan, mendtar 1 sampai 4
mm, bulat, tidak memucat, berdarah, dan dapat bergabung menjadi
lesi yang lebih besar yang dinamakan purpura. Dapat ditemukan pada
membran mukosa dan kulit, khususnya di daerah yang bebas atau
daerah tertekan. Petekie umumnya menggambarkan kelainan
trombosit.
3. Ekimosis
Ekimosis adalah bercak perdarahan yang kecil, lebih lebar dari
petekie, pada kulit atau selaput lendir, membentuk bercak biru atau
ungu yang rat, bulat atau irregular. Ekimosis adalah tanda memar atau
tanda biru kehitaman, merupakan daerah makula besar akibat
ekstravasasi darah ke dalam jaringan subkutan dan kulit. Perdarahan
yang baru berwarna biru kehitaman dan berubah warna menjadi hijau
kecoklatan dan menjadi kuning bila mengalami resolusi. Walaupun
ekimosis sering ditemukan pada trauma, tetapi ekimosis yang luas
dapat menggambarkan kelainan trombosit atau gangguan pembekuan.
4. Melena
Melena adalah keluarnya feses gelap dan pekat diwarnai oleh pigmen
darah atau darah yang berubah.

6. Limpa dan Jaringan Limfoid


Limpa
Pada sapi dan domba, limpa terletak di permukaan medial sampai
lekuk dorsal rumen tepat dibawah diafragma bagian kiri. Pada anjing,
ketika perutnya penuh dengan makanan maka limpa terletak pada bagian
medial tulang rusuk terakhir bagian kiri dan dapat dilakukan palpasi,
namun hasilnya masih meragukan. Pengamatan klinis pada limpa
sangatlah terbatas, hanya dapat dilakukan palpasi dan perkusi. Pada kuda
dapat dilakukan saat eksplorasi rectal. Perkusi dapat dilakukan pada sapi,
jika terasa nyeri maka kemungkinan mengalami splenitis,
reticuloperitonitis, dan splenomegaly.

Limfonodus
Ukuran limfonodus berbeda tergantung dari spesies hewan, bahkan
beberapa hewan dengan spesies yang sama memiliki ukuran limfonodus
yang berbeda. Biasanya pada hewan muda ukurannya lebih besar daripada
hewan yg sudah tua. Limfonodus normal memiliki konsistensi yang padat.

Berikut ini adalah limfonodus yang penting dalam pengamatan


klinik :
1. Limfonodus submaxillaris. Pada kuda terletak di bawah kulit kearah
posterior dari daerah intermaxillaris. Ukurannya setebal jari dan berpusat
pada anterior. Pada anjing limfonodus ini terletak dibelakang daerah
intermaxillaris di dekat sudut mandibula.
2. Limfonodus pharyngeal. Terdiri dari dua kelompok. (A) Limfonodus
subparotid (parapharyngeal pada kuda) terletak di bagian posterior otot
masseter di bawah kelenjar liur parotid. Pada kuda, nodus terletak pada
bagian atas permukaan lateral faring, tepat di bawah kantong guttural, di
mana tidak terlihat secara langsung. Mudah teraba pada sapi dan anjing.
(B) Limfonodus retropharyngeal (atau suprapharyngeal) pada kuda dan
lembu terletak di bagian belakang faring; Pada anjing, dorsal ke faring.
3. Limfonodus anterior, tengah dan posterior (prepectoral). Terletak
masing-masing di sekitar kelenjar tiroid (di bawah penutup bagian
posterior kelenjar parotis di kuda), di bagian tengah leher pada trakea dan
di dekat pintu masuk toraks, ventral ke trakea.
4. Limfonodus prescapularis. Terletak di depan dan sedikit ke bagian
punggung bahu. Pada kuda terletak di batas anterior otot pectoral
anterior.Pada sapi dan anjing, di anterior barisan otot supraspinatus.
5. Limfonodus cubital (hanya di kuda). Terletak pada bagian medial
humerus antara siku dan dinding toraks, ditutupi oleh otot dan hanya
terlihat pada hewan yang kurus.
6. Limfonodus axillaris. Terletak di bawah otot bagian axillaris sehingga
sulit dilakukan palpasi pada kuda dan sapi. Pada anjing memungkinkan
untuk dilakukannya palpasi.
7. Limfonodus precrural (prefemoral). Terletak di atas lipatan panggul di
perbatasan anterior tensor fasciae latae, dorsal sampai sendi lutut belakang
pada kuda.
8. Limfonodus popliteal. Terletak di antara otot biseps femoris dan
semitendinosus yang posterior otot gastrocnemius. Pada anjing, nodus ini
relatif dangkal terletak pada otot gastrocnemius
9. Limfonodus supramammary dan Limfonodus inguinalis superficial
(a) Limfonodus supramammary, terletak di perineum di atas kelenjar
susu. Pada sapi biasanya ada dua, terkadang lebih, menyerupai ginjal
domba yang diikat, ukurannya sekitar 4 cm. Palpasi pada sapi
dilakukan dari belakang hewan, menggunakan kedua tangan dan
dimulai di sepertiga bagian belakang menuju perineum. Jika nodus
posterior terletak di dekat kulit, atau ambing biasanya teraba
(b) Limfonodus inguinalis superficial, pada kuda membentuk kelompok
yang memanjang di kedua sisi penis. Pada anjing terletak medial
dengan penis, di bawah cincin inguinal luar.
10. Limfonodus illiaca external Terletak di bagian posterior panggul medial
ke ilium, tidak teraba dari eksterior.
11. Limfonodus bronkial dan mediastinum. Limfonodus rongga toraks pada
anjing dan kucing kadang-kadang divisualisasikan dalam radiografi. Pada
domba, limfonodus menempati posisi yang sama seperti pada lembu
jantan.
12. Limfonodus tertentu lainnya. Sangat penting secara klinis, namun
sebagai aturan, mereka hanya dapat diidentifikasi saat diperbesar dan
teraba per rektum pada hewan besar, atau melalui dinding perut pada
anjing.

D. MATERI DAN METODE


1. Materi
a. Alat
 Spuit
b. Bahan
 Anjing

2. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sinyalemen,
anamnesa ,dan teknik pemeriksaan klinis. Teknik pemeriksaan klinis yang
dilakukan pada percobaan ini meliputi :
1. Sinyalemen
Data pasien yang perlu dicatat adalah nama/nomor, spesies, ras/breed,
kelamin/sex, umur/age, bulu dan warna/specific pattern, berat badan,
tanda-tanda lain yang penting. Data pemilik/klien yang perlu dicatat
yaitu nama, alamat, nomor telepon.
2. Anamnesa
Melakukan anamnesa dengan membuat pertanyaan yang singkat, tetapi
dapat menghasilkan jawab
yang jelas mengenai:
- Gambaran kejadian hewan mulai sakit sampai sekarang
- Kejadian-kejadian pada waktu lampau yang ada hubungannya dengan
penyakit yang sekarang
diderita.
- Keadaan lingkungan, hewan yang serumah/sekandang tetangga, dsb.
3. Inspeksi
Melakukan inspeksi dengan cara melihat, membau, dan mendengarkan
tanpa alat bantu.
4. Palpasi
Melakukan pemeriksaan permukaan luar ragawi dengan perabaan
permukaan (palpasi superfisialis) maupun perabaan bagian dalam
(palpasi profundal).

E. HASIL PRAKTIKUM
 Sinyalmen
1. Pemilik : Satya Weda
2. Alamat : Jl. Tukad balian no.7
3. Spesies : Anjing
4. Ras : Pug
5. Jenis kelamin : Jantan
6. Umur : 10 bulan
7. Tinggi : 30 cm
8. Pola warna : Fawn
9. Tipe rambut : Pendek, lurus, dan lembut
10. Bentuk telinga : Menggantung
11. Tato : N7OTO
12. Ekor : Alami
13. Warna kuku : Hitam
14. Cacat Permanen : -
PROLONGED BLEEDING

1. Apakah teramati adanya perdarahan


subkutan:
a. Petekhie? -
b. Ekhimosa? -
c. Apakah perdarahan
petekhie/ekhimosa ditemukan di -
banyak tempat?
d. Apakah perdarahan ditemukan di -
kulit/mukosa?
2. Jika gangguan fungsi platelet cukup
parah, maka apakah saudari
menemukan perdarahan seperti yang
diistilahkan berikut ini:
a. Epistaksis? -
b. Melena? -
c. Hematemesis? -
d. Hematomata/hematoma? -
3. Gangguan perdarahan lanjut:
a. Apakah terjadi perdarahan
(rebleeding) setelah dilakukan
venipuncture? -
b. Apakah terjadi rebleeding
pascabedah (tail docking; ear
cropping; dew claw remove; -
neutering)?
4. Apakah anjing atau kucing yang
sedang dihadapi mengalami
-
inbreeding?

LIMFODENOPATI

1. Ada berapa limfonodus dalam


11
tubuh anjing?
2. Pada organ apa agregat
limfoid (limfonodus tanpa
Pada sepanjang jalur limfe di seluruh tubuh
pembatas/pembungkus) dapat
di temukan?
3. Apa yang dimaksud dengan
letaknya dekat dengan kulit
limfonodus superfisial?
4. Apakah saudara dapat
mempalpasi limfonodus:
ya
a. Ln. mandibularis?
b. Ln. servikslis superfisialis? ya

c. Ln. popliteus? tidak


d. Ln. inguinslis? ya

5. Gambarkan lokasi limfonodus


yang saudara palpasi secara
a
anatomi! b
a. Ln. mandibularis? c
b. Ln. servikslis superfisialis?
d
c. Ln. popliteus?
d. Ln. inguinslis?

6. Apakah limfonodus yang


saudara palpasi lebih hangat
dibandingkan jaringan -
sekitarnya?
7. Apakah limfonodus terasa
membesar (bandingkan Ln. -
sisi kiri dengan kanan)
8. Apakah limfonodus yang
saudari palpasi mudah
digerakkan, dalam artian -
tidak lengket dengan jaringan
disekitarnya?
9. Apakah saudara dapat
merasakan/mengamati
jaringan di sekitar
limfonodus yang saudari
palpasi :
a. Memerah? tidak
b. Menghangat? tidak
c. Membengkak/Melembek? tidak
10. Apa saudari sudah tau apa pembentuk limfosit dan pembentukan antibodi
fungsi limfonodus?
11. Apakah saudari sudah tau
apa yang diproduksi oleh eritrosit,plasma, sel NK
limfonodus?
12. Bagaimana kondisi
limfonodus yang saudari
periksa, apakah utuh atau baik
telah robek/koyak?
13. Apakah saat mempalpasi
tidak
limfonodus yang membesar
saudara rasakan tidak ada
kenaikan suhu pada
limfonodus itu (mungkin
tumor)?
14. Limfonodus yang saudari
palpasi, apakah
permukaannya terasa halus -
atau tidak rata
(granulomatosa)?
15. Jika saudari mempalpasi
limfonodus yang membesar, -
apakah hanya terjadi pada
limonodus itu atau seluruh
limfonodus membengkak ?
16. Bisakah saudari menentukan
lokasi limfonodus jika bisa
mengalami pembesaran?

F. PEMBAHASAN
Pada anjing yang diperiksa, tidak ditemukan adanya pendarahan
subkutan. Pada anjing tidak ditemukan adanya petekhie ataupun ekhimosa
pada kulit maupun pada selaput lender. Pada anjing yang digunakan saat
praktikum tidak dilakukan tindakan pengambilan darah venepuncture, tail
docking, ear cropping, dew claw remove, atau neutering sehingga tidak
mengalami pendarahan (rebleeding). Pada anjing yang diperiksa tidak
mengalami pendarahan yang berkepanjangan (prolonged bleeding) dan faktor
keturunan inbreeding yang mendorong kejadian tersebut.
Pemeriksaan klinis limfonodus yang teraba melibatkan inspeksi dan
palpasi. Inspeksi mengungkapkan perubahan pada kontur normal yang
disebabkan oleh pembesaran limfonodus. Palpasi memberikan evaluasi yang
lebih kritis terhadap perubahan yang mungkin ada. Poin yang dicatat: ukuran,
reaksi nyeri, lobulasi, konsistensi, suhu kulit di atasnya, pembentukan abses,
pematangan dan pelepasan, adhesi antara limfonodus dan kulit atau jaringan
sekitarnya, dan jumlah limfonodus yang teraba yang terlibat dan apakah
keterlibatannya unilateral atau bilateral. Dalam kondisi peradangan akut,
limfonodus yang membengkak terasa panas dan nyeri dan lobulasi tidak jelas.
Pada penyakit kronis, di sisi lain, limfonodus saat membesar terasa tidak
nyeri, padat, suhu normal dan terkadang melekat pada kulitatau jaringan,
lobulasi mungkin masih terlihat.
Limfonodus pada tubuh anjing berjumlah 11. Agregat limfoid (limfoid
tanpa pembatas/pembungkus) dapat ditemukan pada seluruh jalur limfe
ditubuh. Limfonodus superfisial adalah limfonodus yang berada di dekat
dengan kulit. Contoh dari limfonodus superficial adalah Ln. mandibularis,
Ln. cervicalis superficialis, Ln. popliteus, dan Ln. inguinalis. Pada saat
mempalpasi limfonodus, yang terasa saat diraba adalah Ln. mandibular, Ln
cervicalis superficialis, dan Ln inguinalis, sedangkan Ln popliteus tidak
terasa saat diraba. Pada saat mempalpasi semua limfonodus superfisial, suhu
limfonodus yang diraba dan jaringan disekitarnya sama, tidak dirasakan
adanya suhu yang lebih hangat pada limfonodus. Jaringan di sekitar
limfonodus normal, tidak memerah dan tidak membengkak. Ukuran
limfonodus yang dirasakan juga sama antara kiri dan kanan dan letaknya
simetris. Struktur limfonodus yang dirasakan adalah halus dan rata. Pada saat
dipalpasi ukuran limfonodus normal, tidak terjadi pembengakakan. Fungsi
dari limfonodus sendiri adalah sebagai kelenjar pertahanan yang
menghasilkan limfosit dan antibody. Limfonodus juga memproduksi eritrosit,
nk dan sel plasma.
Pada praktikum ini tidak dilakukan aspirasi limfonodus dan biopsy
jaringan limfonodus pada anjing yang diperiksa. Tidak dilakukannya tindakan
dikarenakan tidak ditemukan adanya kelainan pada limfonodus seperti
kebengkakan, sehingga tidak perlu dilakukan aspirasi dan biopsy jaringan
limfonodus.

G. KESIMPULAN
Pemeriksaan klinik pada hewan dilakukan untuk mendiagnosa
keadaan/kondisi sehat atau tidaknya hewan dimana terdapat sejumlah metode
pemeriksaan yakni inspeksi, menghitung dan mengukur, mencium dan
membaui, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Dari pemeriksaan yang telah kami
bahas, hewan yang kami periksa kami nilai dalam keadaan normal. Namun
perlu diingat untuk selalu memeriksa hewan dalam keadaan tenang/relaxed
agar hasil yang didapat selalu akurat.

H. DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Z. 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam


Tubuh. Sumatera Utara: Bagian Histologi Fakultas Kedokteran
Universitas. Sumatera Utara
Fowler, Murray E. 2008. Restraint and Handling of Wild and Domestic
Animals 3rd Ed. UK: Wiley-Blackwell Publishing
Guyton dan Hall. 2008. Fisiologi kedokteran. EGC Medical Publisher
Mauladi, A. H. 2009. Suhu Tubuh, Frekuensi Jantung Dan Nafas Induk Sapi
Friesian Holstein Bunting Yang Divaksin Dengan Vaksin Avian
InfluenzaH5n1.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345678
9/24449/B09ahm.pdf;jsessionid=65D8314DF0142AEF09AE920C7
E2A86A7?sequence=1 : 9 - 10. [diakses 3 Maret 2018].
Nusdianto, T. 2011. Petunjuk Praktikum Pemeriksaan Fisik.
https://triakoso.files.wordp ress .com/2009/10/petunjuk-praktikum-
pemeriksaan-fisik-ipdv-1-2011.pdf : 6 – 7 . [diakses 3 Maret 2018].
Raylene, M. R., D. Lyrawati. 2009. Prinsip dan Metode Pemeriksaan Fisik
Dasar. https :// lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/prinsip-dan-
metode-pemeriksaan-fisik-dasar.pdf : 47. [diakses 3 Maret 2018].
Sujoni. 2012. Pemeriksaan Umum Pada Hewan. Pelaihari : SMK SPP
Negeri Pelaihari: 7 dan 15. [1 Februari 2015].
Widodo, S., Lelana, R. P. A., D. Sajuthi, C. Choliq, A. Wijaya, R. Wulansari.
2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor: IPB Press.

You might also like