Professional Documents
Culture Documents
Laporan Praktikum Darah
Laporan Praktikum Darah
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
anugerah dan karunia-Nya laporan praktikum “KONSULTASI PEMERIKSAAN
DARAH DAN ORGAN PEMBENTUK DARAH PADA HEWAN ” ini dapat
diselesaikan.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata
kuliah Diagnosis Klinis.. Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah
sebagai bahan pembelajaran lebih lanjut bagi para mahasiswa dan juga dosen
dalam pemeriksaan umum pada anjing. Laporan ini dianjurkan untuk dibaca oleh
mahasiswa sebagai dasar dan pijakan di masa mendatang.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen diagnosa klinis, para
asisten laboratorium dan semua pihak yang telah membantu kami dalam proses
praktikum. Kritik dan saran atas laporan ini sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan selanjutnya.
Penyusun
A. JUDUL PRAKTIKUM
Konsultasi Pemeriksaan Darah Dan Organ Pembentuk Darah Pada
Hewan.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan klinik darah dan organ
pembentuknya pada anjing.
C. LANDASAN TEORI
1. SINYALMEN
Sinyalmen atau registrasi yang dilakukan terhadap pasien maupun
terhadap klien (pemilik hewan). Pada sinyalmen data yang perlu diketahu
tentang pasien berupa nama, spesies, ras, kelamin, umur, bulu dan warna,
berat badan dan tanda-tanda lain yang penting. (Fowler, 2008).
Menurut Astiti (2010), perbedaan ciri visual antara hewan sehat dengan
hewan sakit antara lain :
4. FISIOLOGI DARAH
Darah merupakan sel yang berbentuk cair yang terdiri atas dua
bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis
yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Perbandingan volume darah dengan
berat badan adalah 1:12, atau sekitar 5 liter. Darah terdiri daribeberapa
jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55%
yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan
darah yang disebut plasma darah. Plasma darah merupakan cairan didalam
darah yang mengandung ion (natrium, kalium, magnesium, klorida, dan
bikarbonat), protein plasma (albumin dan fibrinogen). Fungsi dari Ion dan
protein plasma adalah keseimbangan osmotik.
Eritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu komponen sel
yang terdapat dalam darah, fungsi utamanya 5adalah sebagai pengangkut
hemoglobin yang akan membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan
(Guyton, 2008). Eritrosit merupakan suatu sel yang kompleks,
membrannya terdiri dari lipid dan protein, sedangkan bagian dalam sel
merupakan mekanisme yang mempertahankan sel selama 120 hari masa
hidupnya serta menjaga fungsi hemoglobin selama masa hidup sel
tersebut. Eritrosit berbentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5 μm, dan
tebal 2 μm namun dapat berubah bentuk sesuai diameter kapiler yang akan
dilaluinya, selain itu setiap eritrosit mengandung kurang lebih 29 pg
hemoglobin, maka pada pria dewasa dengan jumlah eritrosit normal
sekitar 5,4jt/ μl didapati kadar hemoglobin sekitar 15,6 mg/dl.
Trombosit adalah sel darah tak berinti yang berasal dari sitoplasma
megakariosit. Kadar normal trombosit dalam tubuh manusia sekitar 150 –
450 x 103/μl. Dalam keadaan inaktif trombosit memiliki bentuk seperti
cakram bikonveks dengan diameter 2 –4 μm. Trombosit dapat bertahan
didalam tubuh selama 7-10 hari. Peran trombosit didalam tubuh adalah
sebagai pembentukan sumbatan selama respon hemostatik normal terhadap
luka .
Leukosit atau sel darah putih adalah sel darah yang memiliki
nukleus. Dalam darah manusia normal, ditemukan jumlah leukosit berkisar
antara 4500-10.000 sel/mm3. Secara umum leukosit berperan dalam
pertahanan seluler dan humoral manusia, leukosit dapat meninggalkan
pembuluh darah dengan proses diapedesis, menerobos diantara sel-sel
endotel dan menembus ke jaringan ikat (Effendi, 2003). Berdasarkan ada
atau tidaknya granula, leukosit dibagi menjadi 2 jenis, yaitu granulosit dan
agranulosit. Saat leukosit yang memiliki granula spesifik (granulosit)
dalam keadaan hidup dilihat di bawah mikroskop cahaya maka akan
terlihat bentuk nukleus yang bervariasi dan granula yang terlihat berupa
tetesan setengah cair dalam sitoplasmanya. Leukosit yang tidak memiliki
granula (agranulosit) memiliki sitoplasma homogen dengan inti berbentuk
bulat atau berbentuk ginjal. Terdapat 3 jenis leukosit granulosit, yaitu
neutrofil, basofil dan eosinofil; serta 2 jenis leukosit agranuler, monosit
dan limfosit (Effendi, 2003).
5. ISTILAH SULIT
Limfonodus
Ukuran limfonodus berbeda tergantung dari spesies hewan, bahkan
beberapa hewan dengan spesies yang sama memiliki ukuran limfonodus
yang berbeda. Biasanya pada hewan muda ukurannya lebih besar daripada
hewan yg sudah tua. Limfonodus normal memiliki konsistensi yang padat.
2. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sinyalemen,
anamnesa ,dan teknik pemeriksaan klinis. Teknik pemeriksaan klinis yang
dilakukan pada percobaan ini meliputi :
1. Sinyalemen
Data pasien yang perlu dicatat adalah nama/nomor, spesies, ras/breed,
kelamin/sex, umur/age, bulu dan warna/specific pattern, berat badan,
tanda-tanda lain yang penting. Data pemilik/klien yang perlu dicatat
yaitu nama, alamat, nomor telepon.
2. Anamnesa
Melakukan anamnesa dengan membuat pertanyaan yang singkat, tetapi
dapat menghasilkan jawab
yang jelas mengenai:
- Gambaran kejadian hewan mulai sakit sampai sekarang
- Kejadian-kejadian pada waktu lampau yang ada hubungannya dengan
penyakit yang sekarang
diderita.
- Keadaan lingkungan, hewan yang serumah/sekandang tetangga, dsb.
3. Inspeksi
Melakukan inspeksi dengan cara melihat, membau, dan mendengarkan
tanpa alat bantu.
4. Palpasi
Melakukan pemeriksaan permukaan luar ragawi dengan perabaan
permukaan (palpasi superfisialis) maupun perabaan bagian dalam
(palpasi profundal).
E. HASIL PRAKTIKUM
Sinyalmen
1. Pemilik : Satya Weda
2. Alamat : Jl. Tukad balian no.7
3. Spesies : Anjing
4. Ras : Pug
5. Jenis kelamin : Jantan
6. Umur : 10 bulan
7. Tinggi : 30 cm
8. Pola warna : Fawn
9. Tipe rambut : Pendek, lurus, dan lembut
10. Bentuk telinga : Menggantung
11. Tato : N7OTO
12. Ekor : Alami
13. Warna kuku : Hitam
14. Cacat Permanen : -
PROLONGED BLEEDING
LIMFODENOPATI
F. PEMBAHASAN
Pada anjing yang diperiksa, tidak ditemukan adanya pendarahan
subkutan. Pada anjing tidak ditemukan adanya petekhie ataupun ekhimosa
pada kulit maupun pada selaput lender. Pada anjing yang digunakan saat
praktikum tidak dilakukan tindakan pengambilan darah venepuncture, tail
docking, ear cropping, dew claw remove, atau neutering sehingga tidak
mengalami pendarahan (rebleeding). Pada anjing yang diperiksa tidak
mengalami pendarahan yang berkepanjangan (prolonged bleeding) dan faktor
keturunan inbreeding yang mendorong kejadian tersebut.
Pemeriksaan klinis limfonodus yang teraba melibatkan inspeksi dan
palpasi. Inspeksi mengungkapkan perubahan pada kontur normal yang
disebabkan oleh pembesaran limfonodus. Palpasi memberikan evaluasi yang
lebih kritis terhadap perubahan yang mungkin ada. Poin yang dicatat: ukuran,
reaksi nyeri, lobulasi, konsistensi, suhu kulit di atasnya, pembentukan abses,
pematangan dan pelepasan, adhesi antara limfonodus dan kulit atau jaringan
sekitarnya, dan jumlah limfonodus yang teraba yang terlibat dan apakah
keterlibatannya unilateral atau bilateral. Dalam kondisi peradangan akut,
limfonodus yang membengkak terasa panas dan nyeri dan lobulasi tidak jelas.
Pada penyakit kronis, di sisi lain, limfonodus saat membesar terasa tidak
nyeri, padat, suhu normal dan terkadang melekat pada kulitatau jaringan,
lobulasi mungkin masih terlihat.
Limfonodus pada tubuh anjing berjumlah 11. Agregat limfoid (limfoid
tanpa pembatas/pembungkus) dapat ditemukan pada seluruh jalur limfe
ditubuh. Limfonodus superfisial adalah limfonodus yang berada di dekat
dengan kulit. Contoh dari limfonodus superficial adalah Ln. mandibularis,
Ln. cervicalis superficialis, Ln. popliteus, dan Ln. inguinalis. Pada saat
mempalpasi limfonodus, yang terasa saat diraba adalah Ln. mandibular, Ln
cervicalis superficialis, dan Ln inguinalis, sedangkan Ln popliteus tidak
terasa saat diraba. Pada saat mempalpasi semua limfonodus superfisial, suhu
limfonodus yang diraba dan jaringan disekitarnya sama, tidak dirasakan
adanya suhu yang lebih hangat pada limfonodus. Jaringan di sekitar
limfonodus normal, tidak memerah dan tidak membengkak. Ukuran
limfonodus yang dirasakan juga sama antara kiri dan kanan dan letaknya
simetris. Struktur limfonodus yang dirasakan adalah halus dan rata. Pada saat
dipalpasi ukuran limfonodus normal, tidak terjadi pembengakakan. Fungsi
dari limfonodus sendiri adalah sebagai kelenjar pertahanan yang
menghasilkan limfosit dan antibody. Limfonodus juga memproduksi eritrosit,
nk dan sel plasma.
Pada praktikum ini tidak dilakukan aspirasi limfonodus dan biopsy
jaringan limfonodus pada anjing yang diperiksa. Tidak dilakukannya tindakan
dikarenakan tidak ditemukan adanya kelainan pada limfonodus seperti
kebengkakan, sehingga tidak perlu dilakukan aspirasi dan biopsy jaringan
limfonodus.
G. KESIMPULAN
Pemeriksaan klinik pada hewan dilakukan untuk mendiagnosa
keadaan/kondisi sehat atau tidaknya hewan dimana terdapat sejumlah metode
pemeriksaan yakni inspeksi, menghitung dan mengukur, mencium dan
membaui, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Dari pemeriksaan yang telah kami
bahas, hewan yang kami periksa kami nilai dalam keadaan normal. Namun
perlu diingat untuk selalu memeriksa hewan dalam keadaan tenang/relaxed
agar hasil yang didapat selalu akurat.
H. DAFTAR PUSTAKA