You are on page 1of 23

TUGAS KEPERAWATAN MATERNITAS

“ASUHAN KEPERAWATAN PREEKLAMSIA ”

Dosen pembimbing :

Diyah Ayu Fatmawati S.Kep,Ns., M.Kep

Disusun oleh :

Bayyinatul Husniyah (7316024)

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG

TAHUN AKADEMIK 2017-2018

2
3
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan Makalah Askep Preeklamsia.

Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Maternitas, yang diselesaikan sesuai sumber yang diberikan dalam penugasan.

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas


rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Askep Preeklamsia.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari


beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan beribu terima kasih kepada:

1. Rektor Unipdu Jombang : Prof. Dr. H. Ahmad Zahro, MA


2. Dekan FIK: : H. Andy Yudianto, S.Kep.Ns.M.Kes.
3. Kaprodi S1 Keperawatan : Mukhammad Rajin S.Kep.Ns.M.Kes.
4. Dosen pembimbing : Diyah Ayu Fatmawati, S.Kep., Ns., M.Kep
Semoga dengan makalah ini dapat menunjang dalam proses belajar.
Penulispun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari pembaca
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca agar mengetahui atau
menambah wawasan tentang Askep Preeklamsia.

Akhirnya penulis memohon petunjuk dan perlindungan kepada Allah SWT.


Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.

Jombang, 7 Maret 2018

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB 1..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................1
1.3 Manfaat....................................................................................................................2
BAB 2..................................................................................................................................3
KONSEP MEDIS...................................................................................................................3
2.1 Definisi Preeklampsia...............................................................................................3
2.2 Klasifikasi..................................................................................................................4
2.3 Etiologi.....................................................................................................................5
2.4 Patofisiologi..............................................................................................................5
2.5 Manifestasi Klinis......................................................................................................8
BAB III...............................................................................................................................10
3.1 Pengkajian..............................................................................................................10
3.2 Diagnosa Keperawatan...........................................................................................13
3.3 Rencana Keperawatan............................................................................................14
3.4 Evaluasi...................................................................................................................18
BAB 4................................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................19
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................19
4.2 Saran......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Preeklampsia adalah kondisi yang terjadi pada kehamilan yang memasuki
usia minggu ke-20, ditandai dengan tingginya tekanan darah tinggi walaupun
ibu hamil tersebut tidak memiliki riwayat hipertensi. Preeklampsia biasanya
disertai dengan gejala proteinuria (protein di dalam urin), dan bengkak pada
kaki dan tangan. Setidaknya preeklampsia dialami oleh 5 hingga 8 persen ibu
hamil. Selain itu, diketahui bahwa lebih dari 500 juta perempuan di seluruh
dunia meninggal akibat komplikasi yang terjadi pada kehamilan. Sekitar 10
hingga 15 persen dari angka kematian tersebut, diakibatkan oleh preeklampsia
yang dialami oleh ibu hamil.
Tidak hanya kematian ibu yang tinggi, preeklampsia mengakibatkan
1000 bayi meninggal dunia setiap tahunnya. Tidak ada pengobatan yang dapat
menyembuhkan preeklampsia pada ibu hamil, sehingga ini dapat menjadi
momok yang menakutkan. Namun ibu hamil dapat menjaga kesehatannya
dengan mengetahui faktor risiko, gejala, dan penanganannya, untuk
menurunkan risiko ibu hamil mengalami komplikasi yang lebih parah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi preeklampsia?
2. Apa saja klasifikasi preeklampsia?
3. Bagaimana etiologi preeklampsia?
4. Bagaimana patofisiologi preeklampsia?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada preeklampsia?
6. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pasien dengan preeklampsia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi preeklampsia.
2. Untuk mengetahui klasifikasi preeklampsia.
3. Untuk mengetahui etiologi preeklampsia.
4. Untuk mengetahui patofisiologi preeklampsia.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada preeklampsia.
6. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan
preeklampsia.

1
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mengerti yang dimaksud dengan preeklampsia.
2. Mahasiswa mengerti etiologi preeklampsia.
3. Mahasiswa mengerti klasifikasi preeklampsia.
4. Mahasiswa mengerti patofisiologi preeklampsia.
5. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik pada preeklampsia.
6. Mahasiswa mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan
preeklampsia.

BAB 2

KONSEP MEDIS
2.1 Definisi Preeklampsia
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana
hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki
tekanan darah normal. Preeclampsia merupakan suatu penyakit vasospastik,
yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi,
dan proteinuria. Diagnosis preeclampsia secara tradisional didasarkan pada
adanya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema. Akan tetapi, temuan
yang paling penting ialah hipertensi, di mana 20% pasien aklampsia tidak
mengalami preoteinuria yang bearti sebelum serangan kejang pertama.

2
Hipetensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan sistolik dan
diastolic sampai mencapai atau melebihi 140/90 mmHg. Jika tekanan darah ibu
pada trimester pertama diketahui, maka angka tersebut dipakai sebagai
patokan dasar tekanan darah dasar ibu. Dengan menggunakan informasi ini,
definisi alternatif hipertensi merupakan kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar
30 mmHg atau lebih atau kenaikan tekanan diastolic sebesar 15 mmHg diatas
nilai tekanan darah dasar ibu. Definisi terkhir ini bermanfaat karena terdapat
variasi tekanan darah sesuai usia, suku bangsa, keadaan fisiologis, kebiasaan
makan, dan hereditas. The Committee On Terminology of the American
College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mendefinisikan
hipertensi sebagai suatu peningkatan MAP sebesar 20 mmHg atau jika tekanan
darah sebelumnya tidak diketahui, MAP sebesar 105 mmHg merupakan data
pasti diagnosis hipertensi.
Peningkatan tekanan darah harus terjadi sekurang-kurangnya dalam
dua kali pemeriksaan dengan jarak empat sampai enam jam (Fairlie, Sibai,
1993). Teknik pengukuran harus standarkan.
Proteinuria di definisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0,1 g/L
(< 2+ dengan cara dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kali
specimen urine yang dikumpulkan sekurang-kurngnya dengan jarak enam jam.
Pada specimen urine 24 jam proteinuria didefinisikan sebagi suatu konsentrasi
protein 0,3 g per 24 jam.
Edema tidak lagi perlu menjadi dasar diagnosis preeclampsia (Sibai,
Rodriguez, 1992). Jika ada, edema merupakan suatu akumulasi cairan
interstisial umum setelah 12 jam tirah baring atau peningkatan berat lebih dari
2 kg per minggu. Pada keadaan ada hipertensi dan atau proteinuria, edema
harus dievaluasi sebagai refleksi edema organ-akhir dan kemingkinan hipoksia
organ.
Eklampsia ialah terjadinya konvulasi atau koma pada pasien disertai
tanda dan gejala preeclampsia. Konvulasi atau koma dapat muncul tanpa
didahului gangguan neurologi. Hipertensi kronis didefinisikan sebagai
hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum usia
kehamilan 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebih dari enam minggu
pascapartum juga diklasifikasi sebagai hipetensi kronis.

3
2.2 Klasifikasi
a. Hipertensi Kronis disertai Preeklampsia Eklampsia

Ibu yang mengalami hipertensi kronis bisa menglami preeklampsia atau


eklampsia. Terjadinya preeklampsia atau eklampsia pada ibu hipertensi kronis
meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. AGOC
merekomendasikan supaya diagnosis preeklampsia pada hipertensi kronis ini
dibuat berdasarkan peningkatan tekanan darah yang disertai proteinuria atau
edema umum.

b. Hipertensi Sementara

Hipertensi sementara ialah perkembangan hipertensi selama masa hamil


atau 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklampsia atau hipertensi kronis lain.
Kehadiran hipertensi sementara kemungkinan bisa menjadi hipertensi esensial
dikemudian hari.

2.3 Etiologi
Preeklampsia ialah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan
manusia. Tanda dan gejala timbul hanya selama masa hamil dan menghilang
dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu yang
mengidentifikasi wanita yang akan menderita preeklampsia. Akan tetapi, ada
beberapa faktor risiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit:
primigravida, grand multigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih
dari satu, morbid obesitas. Kira-kira 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan
pertama. Preeklampsia terjadi pada 14% sampai 20% kehamilan dengan janin
lebih dari satu dan 30% pasien mengalami anomaly rahim yang berat. Pada ibu
mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden dapat mencapai 25%.
Preeklampsia ialah suatu penyakit yang tidak terpisahkan dari preeeklampsia
ringan sampai berat, sindrom HELLP, atau eklampsia.

2.4 Patofisiologi
Patofisiologi preeklampsia eklampsia setidaknya berkaitan dengan
perubahan fisiologis kehamilan adaptasi fisiologis normal pada kehamilan
meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi
vascular sistemik(systemic vasculas resistance [SVR]), peningkatan curah
jantung, dan penurunan tekanan osmotic koloid. Pada preeklampsia, volume

4
plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan
peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ
maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme
siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan enghancurkan sel-sel
darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun.
Investigasi pemakaian aspirin sebagai suatu pengobatan profilaksis
dalam mencegah preeklampsia dan rasio untung rugi pada ibu dan
janin/neonatus masih terus berlangsung penelitian lain sedang mempelajari
pemakaian suplemen kalsium untuk mencegah hipertensi pada kehamilan.
Selain kerusakan endothelial vaso spasme arterial turut menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih
lanjut menurunkan volume intravaskuler, mempredisposisi pasien yang
mengalami preeklampsia mudah menderita edema paru.
Preeklampsia ialah suatu keadaan hiperdibamik dimana temuan khas
hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejmlah besar darah yang berfungsi di
ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif,
tetapi hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang
khas untuk preeklampsia.
Hubungan sistem imun dengan preeklampsia menunjukkan bahwa
faktor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan
preeklampsia. Keberadaan protein asing, plasenta, atau janin bisa
membangkitkan respons imunologis lanjut. Teori ini didukung oleh
peningkatan insiden preeklampsia-eklampsia pada ibu baru (pertama kali
terpapar jaringan janin) dan pada ibu hamil dari pasangan yang baru (materi
genetic yang berbeda).
Predisposisi genetic dapat merupakan faktor imunologi lain (chesley.
1984). Sibai (1991) menemukan adanya frekuensi prekklampsia dan eklampsia
pada anak dan cucu wanita yang memiliki riwayat.

Faktor predisposisi: primigavida, hidramnion,

gemelli, molahidatidosa, gestase, usia dari 35 tahun, obesitas

PREEKLAMSIA

5
Vasospasme Penurunan tekanan Kerusakan vaskuler
osmotic koloid

Hiprtensi
Oedema Gangguan keseimbangan
Gangguan Perfusi cairan dan elektrolit

Otak: nyeri kepala, penurunan kesadaran


Kardiovaskuler: penurunanplasma, syok Risiko tinggi cedera

Jaringan/otot: penimbunan asam laktat


Gangguan perfusi
Ginjal : BUN, proteinuria jaringan ginjal

Eklampsia, yang menunjukkan suatu gen resesif autoson yang mengatur


respons imun maternal. Faktor paternal juga sedang diteliti.

6
2.5 Manifestasi Klinis
Dengan memburuknya preeklampsia, tanpa memandang etiologinya,
banyak organ akan terlibat dalam proses penyakit.keterlibatan ginjal terlihat
seiring perubahan keluaran urine dan kimiawi serum. Aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerulus menurun, sehingga timbul oliguria, kliatinin serum, serta
asam urat serum meningkat.
Patofisiologi preeklampsia mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP)
dengan mengindukdi edema otak dan meningkatkan resistensi otak.
Komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang, dan gangguan pembuluh darah
otak. Dengan berlanjutnya keterlibatan SSP, ibu akan mengeluh nyeri
kepala dan gangguan penglihatan (skotoma) atau perubahan keadaan
mental dan tingkat kesadaran. Kompilkasi yang mengancam jiwa ialah
eklmapsia atau timbulnya kejang.
Gangguan perfusi plasenta menimbulkan degenerasi plasenta yang
lebih dini dan kemungkinan IUGR pada janin. Penurunan perfusi hati
menyebabkan gangguan fungsi. Edema hati dan perdarahan subkapsular,
yang dialami wanita sebagai nyeri ulu hati atau nyeri di kuadran kanan atas,
adalah salah satu tanda ancaman eklampsia. Kadar enzim hati meningkatkan
sebagai respons terhadap kerusakan hati Ruptur hati jarang terjadi, tetapi
merupakan komplikasi yang membahayakan.
Perdebatan masih terus berlangsung apakah preeklampsia
menimbulkan atau merupakan akibat DIC atau apakah DIC timbul
menyertai preeklampsia (perry,Martin, 1992; Poole, 1993, Weiner, 1991).
Abnormalitas koagulasi yang paling sering terlihat dalam preeklampsia ialah
konsumsi trombosit yang menyebabkan trombositopenia.
Sindrom HELLP, suatu keadaan multisystem, merupakan suatu
bentuk preeklampsia-eklampsia berat di mana ibu tersebut mengalami
berbagi keluhan dan menunjukkan adanya bukti laboratorium umum untuk
sindrom hemolisis(H) sel darah merah, pengingkatan enzim hati (EL), dan
trombosit rendah (LP). Keluhan bervariasi dari malaise, nyeri ulu hati, mual
dan muntah sampai gejala menyerupai virus yang tidak spesifik. Pada waktu
berobat, ibu ini biasanya sudah berada dalam trimester kedua atau awal
trimester ketiga dan awalnya hanya menunjukkan beberapa tanda
preeklampsia. Ibu ini biasanya akan menerima diagnosis bukan obstetric,

7
sehingga memperlambat pengobatan dan meningkatkan morbiditas dan
morbilitas maternal dan perinatal.
Sindrom HELLP mempengaruhi sekitar 2% sampai 12%
preeklmpsia berat, dengan angka mortalitas 2% sampai 24% (Sibai, dkk,
1986). Insiden paling tinggi terdapat pada ibu berusia lanjut, nerkulit putih,
dan multipara.
Walaupun mekanisme pasti belum diketahui sindrom HELLP diduga
terjadi akibat perubahan yang mengiringi preeklampsia.vasospasme arterial,
kerusakan endothelium, dan agregasi trombosit dengan akibat hipoksia
jaringan ialah mekanisme yang mendasarinya untuk patosifiologi sindrom
HELLP.
Koagulopati yang terlihat pada sindrom HELLP serupa dengan
DIC, kecuali bahwa pemeriksaan faktor pembekuan, masa prontrombin,
masa tromboplastin sebagian (PTT), dan walaupun perdarahan biasanya
tetap normal. Dalam mengevaluasi keparahan koagulopati yang terdapat
dalam sindrom HELLP, harus selalu diingat bahwa trombositopenia adalah
temua yang umum.

8
BAB III
KONSEP

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Penyakit hipertensi pada kehamilan dapat terjadi tanpa adanya tanda
peringatan atau gejala yang timbul secara bertahab. Tujuan utama
penatalaksanaan ialah mengidentifikasi sedini mungkin semua ibu yang terkena
resiko mengalami preeklampsia. Oleh karena itu, setiap wanita dikaji untuk
menemukan adanya faktor-faktor etiologi selama kunjungan prenatal pertama.
Pada tiap kunjungan berikutnya, ibu kan dikaji untuk diperiksa apakah ibu
mengalami gejala yang mengarah pada terjadinya preeklampsia.
a. Identitas pasien.
b. Wawancara mengenai pola kehidupan sehari-hari.
c. Pemeriksaan fisik.
1) Pemeriksaan tekanan darah, wanita dengan MAP lebih dari 85 mmHg
pada trimester kedua memiliki resiko lebih besar untuk menderita
hipertensi trimester ketiga (OBrien, 1992).
2) Observasi edema, dinilai dari distribusi, derajat dan pitting. Jika periobital
atau wajah tidak jelas, ibu ditanyai apakah lebih jelas saat ia baru bangun
tidur. Edema dapat digambarkan sebagai dependen atau pitting.
3) Edema dependen, adalah edema pada bagian bawah atau bagian tubuh
yang dependen, di mana tekanan hidrostatiknya paling besar. Apabila ia
sedang berjalan, edema ini pertama terlihat paling jelas di kaki dan
pergelangan kaki. Apabila orang tersebut berbaring di tempat tidur, edema
lebih sering timbul di bagian sacrum.
4) Edema pitting, meninggalkan lekukan kecil setelah bagian yang bengkak
ditekan dengan jari. Lekukan ini disebabkan pergeseran cairan ke jaringan
sekitar, menjauh dari tempat yang mendapatkan tekanan. Dalam 10 hingga
30 detik, lekukan ini biasanya akan menghilang. Walaupun jumlah edema
sukar disebutkan, tetapi bisa digunakan untuk mencatat derajat relative
edema.
d. Pemeriksaan laboratorium
Perawat membantu dalam upaya memperoleh sejumlah contoh urine
dan darah untuk membantu menegakkan diagnosis preeklamsia, sindrom

9
HELLP, atau hipertensi kronis. Saat ini tidak ada tes laboratorium yang
tersedia untuk mendeteksi terjadinya preeklamsia. Akan tetapi, informasi tes
laboratorium dasar berguna untuk mendiagnosis preeklamsia secara dini dan
untuk membandingkannya dengan hasil yang didapat untuk mengevaluasi
kemajuan dan berat penyakit. Contoh darah yang mula mula di dapat untuk tes
tes berikut guna untuk menilai proses penyakit dan efek pada fungsi ginjal dan
hati :
 Hitung sel darah lengkap (termasuk hitung tromsosis )
 Pemeriksaan pembekuan (termasuk waktu perdarahan, PT, PTT, dan
fibrinogen)
 Enzim hati (laktat dehidrogenase (LDH), asparat aminotransferase (AST)
(SGOT), alanin aminotransferase (ALT) (SGPT)
 Kimia darah (BUN, kreatinin, glukosa, asam urat )
 Pemeriksaan silang darah

Hematokrit, hemoglobin, dan thrombosis di pantau secara ketat untuk


menemukan perubahan yang mengindikasikan perburuan status pasien. Karena ada
kemungkinan hati terkena, kadar glukosa serum dipantau,jika hasil tes fungsi hati
untuk menunjukan adanya peningkatan enzim hati apabila thrombosis jatuh
dibawah 100.000, profil koagulasi pasien perlu diperiksa untuk mengidentifikasi
berkembangannya DIC.

Proteinuria ditetapkan melalui pemeriksaan memakai kertas strip pada


contoh urine yang diperoleh dengan cara pengambilan bersih atau dengan memakai
kateter. Hasil lebih dari 1+ pada dua atau lebih contoh urine dengan jarak
setidaknya 4.

Berikut adalah perbedaan preeklamsia ringan dan berat.


Efek pada ibu Preeklamsia ringan Preklamsia berat
Tekanan darah Peningkatan tekanan darah sistolik Peningkatan menjadi >_160 /110
sebesar 30 mm hg atau lebih , mmHg pada dua kali
peningkatan tekanan darah pemeriksaan dengan jarak enam
diastolic sebesar >_ 15 mm Hg jam pada ibu hamil yang
atau hasil pemeriksaan sebesar beristirahat di tempat tidur.
140/90 mm Hg dua kali dengan

10
jarak enam jam
MAP 140/90 =107 160/110 = 127
Peningkatann Peningkatan berat badan lebi dari Sama seperti preeklamsia ringan
berat badan 0,5 kg/minggu selama trimester
kedua dan ketiga atau peningkatan
berat badan yang tiba tiba sebesar
2 kg setiap kali.
Proituneria Proitunaria sebesar 300mg/L dalam Proteinuria 5 sampai 10 g/L
24 jam atau > 1 g/L secara random dalam 24 jam atau >_+ 2 protein
Dipstick kulitatif
dengan memakai contoh urine siang dengan dipstick
analisis
hari yang dikumpulkan pada dua
kuantitatif 24
waktu dengan jarak enam jam di
jam
karenakan kehilangan protein
adalah berfariasi ; dengan dipstick
nilai berfariasi dari sedikit sampai
+
Edema Edema dependen, bengkak di mata, Edema umum, bengkak semakin
wajah,jari, bunyi, pulmuner tidak jelas dimata wajah, jari, bunyi
terdengar. paru (rales) bisa terdengar
Reflex Hiperefleksi +3, tidak ada klonus di hiperefleksia +3 atau lebih ;
pergelangan klonus di pergelangan kaki
Haluaran urine Keluaran sama dengan masukan ; Oliguria : <30 ml/jam atau 120
30 ml/ jam ml/4 jam
Nyeri kepala Sementara Berat
Ganggun Tidak ada Kabur, fotofobisa, bintik buta
penglihatan pada funduskopi
Iritabilitas/efek Sementara Berat
Nyeri ulu hati Tidak ada Ada
Kreatinin serum Normal Meningkat
Trombositopenia Tidak ada Ada
Peningkatan Minimal Jelas
AST
Hematokrit Meningkat Meningkat
Efek pada janin

11
Perfusi plasenta Menurun Perfusi menurun di nyatakan
sebagai IUGR pada fetus, DJJ;
diselarasi lambat
Premature Tidak jelas Pada waktu lahir plasenta
placental aging terlihat lebih kecil dari pada
plasenta yang normal untuk usia
kehamilan ,premature aging
terlihat jelas dengan berbagia
daerah yang sinsitianya pecah,
banyak terdapat nekrosis
iskemik (infark putih )dan
deposisi fibrin intervilosa(infark
merah ) bisa terlihat

Jam harus diikuti pemeriksaan urine 24 jam. Pengumpulan urine 24 jam


untuk pemeriksaan protein dan klirens kreatinin lebih merefleksikan status
ginjal yang sebenarnya. Pro teinuria biasanya merupakan tanda lanjut perjalanan
preeklamsia.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnostik keperawatan ditegakan melalui analisis cermat terhadap
hasil pengkajian. Diagnositik keperawatan yang umumnya untuk oramng tua
dengan gangguan hipertensi pada kehamilan meliputi hal hal berikut :
a. Ansietas berhubungan dengan :
 Preeklamsia dan efeknya pada ibu dan bayi kurang pengetahuan
tentang
 Penatalaksanaan (diet, tirah baring)
 Koping individu /keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan
 Keterbatasan aktifitas ibu dan kekuatiran ibu tentang komplikasi
kehimilan atau ketidak mampuan ibu untuk bekerja diluar rumah
b. Ketidakberdayaan berhubungan dengan
 Ketidakmampuan untuk mengendalikan prognosis
c. Perubahan perfusi jaringan/organ, menurun, yang berhubungan dengan :
 Hipertensi
 Vasospasme siklik
 Edema serebral
 Perdarahan
d. Resiko tinggi edema paru yang berhubungan dengan :
 Penururnan tekanan osmotic koloid
 Peningkatan resistensi vascular sistemik

12
 Kerusakan endothelium vascular paru
e. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan :
 terapi magnesium sulfat
 edema paru
f. Resiko tinggi mengalami solusi plasenta yang berhubungan dengan :
 Vasospasme sistemik
 Hipertensi
 Penurunan perfusi uteroplasenta
g. Resiko tinggi penurunana curah jantung, menurun, yang berhubungan
dengan
 Terapi antihipertensi yang berlebih
 Jantung terkena dalam proses penyakit

3.3 Rencana Keperawatan


DIAGNOSA NOC NIC
1. Ansietas Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan dengan tindakan 2x24 jam elektrolit/cairan :
Preeklamsia dan masalah kurang 1)Monitor tanda-tanda
efeknya pada ibu dan pengetahuan tentang
vital yang sesuai.
bayi kurang hipertensi dapat teratasi 2)Batasi asupan air secara
pengetahuan tentang dengan kriteria :
tingginya tekanan Manajemen Hipertensi bebas pada kasus
darah. 1) Target tekanan darah adanya pengenceran
(3)
2) Komplikasi potensial hyponatremia dengan
hipertensi (3) serum natrium di bawah
3) Strategi mengelola 130 mEq per liter.
stress (3) 3) Berikan resep diet yang
4) Diet yang dianjur (3)
tepat untuk cairan
tertentu atau pada
ketidakseimbangan
elektrolit (misalnya:
rendah sodium, cairan
dibatasi, ginjal dan
tidak menambahkan)
4)Pantau kadar serum
elektrolit abnormal
seperti yang tersedia.
2. Ketidakberdayaan Setelah dilakukan Konseling:
berhubungan tindakan 2x24 jam
dengan masalah penerimaan 1) Bangun hubungan

13
ketidakmampuan status kesehatan dapat terapiotik yang
untuk teratasi dengan kriteria : disadarkan pada (rasa)
mengendalikan Penerimaan status
kesehatan saling percaya dan
prognosis
1) Menyesuaikan saling menghormati.
perubahan dalam status 2) Bantu pasien untuk
kesehatan. (3) mengidentifikasi
2) Mencari informasi
tentang kesehatan (3) kekuatan, dan
3) Mengatasi situasi menguatkan hal
kesehatan yang ada (3)
4) Menjelaskan nilai-nilai tersebut.
3) Dukung
personal (3)
pengembangan baru
dengan tepat.
4) Jangan mendukung
pembuatan keputusan
pada saat pasien
berada dalam kondisi
stress berat, jika
memungkinkan.
3. Perubahan perfusi Setelah dilakukan Manajemen
jaringan/organ, tindakan 2x24 jam elektrolit/cairan :
menurun, yang masalah kurang 1) Monitor tanda-tanda
berhubungan dengan pengetahuan tentang
vital yang sesuai.
Hipertensi hipertensi dapat teratasi 2) Batasi asupan air
dengan kriteria :
Manajemen Hipertensi secara bebas pada
1) Target tekanan darah kasus adanya
(3)
2) Komplikasi potensial pengenceran
hipertensi (3) hyponatremia dengan
3) Strategi mengelola serum natrium di
stress (3)
4) Diet yang dianjurkan bawah 130 mEq per
(3) liter.
3) Berikan resep diet
yang tepat untuk
cairan tertentu atau
pada
ketidakseimbangan

14
elektrolit (misalnya:
rendah sodium, cairan
dibatasi, ginjal dan
tidak menambahkan).
4) Pantau kadar serum
elektrolit abnormal
seperti yang tersedia.
4. Resiko tinggi edema Setelah dilakukan Manajemen
paru yang tindakan 2x24 jam Hipervolemia:
berhubungan dengan masalah dapat teratasi 1) Memonitor edema
peningkatan dengan kriteria :
resistensi vascular perifer.
Perfusi jaringan
paru. 2) Memonitor intake dan
pulmonary
output.
1) Tekanan darah sistolik
3) Hindari penggunaan
(3)
cairan IV hipotonik.
2) Tekanan darah
4) Batasi intake cairan
diastolic (3)
bebas pada pasien
3) Nyeri dada (3)
4) Sesak nafas (3) dengan hyponatremia
dilusi.
5. Resiko tinggi Setelah dilakukan Manajemen Ventilasi
gangguan tindakan 2x24 jam Mekanik: infasif.
masalah dapat teratasi 1) Dapatkan data dasar
pertukaran gas dengan kriteria :
Perfusi jaringan pengkajian seluruh
yang berhubungan
pulmonary tubuh pasien saat
dengan edema
1) Tekanan parsial pertama kali dan pada
paru.
oksigen dalam darah setiap pergantian
arteri (PaO2) (3) caregiver.
2) Saturasi oksigen (3) 2) Monitor setting
3) Tekanan arteri
ventilator termasuk
pulmonalis (3)
suhu dan kelembapan
4) Nyeri dada (3)
dari udara yang
dihirup secara rutin.
3) Monitor efektifitas
fentilasi mekanik
terhadap status
fisiologi dan psikologi

15
pasien.
4) Berikan asuhan untuk
menghilangkan
distress pasien
misalnya, mengatur
posisi, melepaskan
tracheobronkial, terapi
bronkodilator, sedasi
atau analgesic, cek
peralatan secara
teratur.
6. Resiko tinggi Setelah dilakukan Perawatan kehamilan
mengalami solusi tindakan 2x24 jam resiko tinggi
masalah dapat teratasi 1. Kaji kondisi medis
plasenta yang dengan kriteria : actual yang
berhubungan Kontrol resiko hipertensi berhubungan dengan
1) Mengikuti diet yang kondisi kehamilan yang
dengan hipertensi.
telah dianjurkan (3) buruk (misalnya,
2) Mematuhi asupan diabetes,hipertensi,lupu
garam sesuai anjuran s
(3) erythematosus,herpes,h
3) Mempertahankan berat epatitis,HIV dan
epilepsy )
badan sesuai yang
2. Diskusikan resiko pada
dianjurkan (3) janin dihubungkan
4) Memanfaatkan fasilitas dengan kelahiran
kesehatan untuk premature pada usia
screening hipertensi. kehamilan yang
berbeda beda.
3. Ajarkan cara
menghitung gerakan
janin
4. Membuat rencana
tindak lanjut ke klinik

3.4 Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan klien dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai.

16
BAB 4

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Preeklampsia adalah kondisi yang terjadi pada kehamilan yang
memasuki usia minggu ke-20, ditandai dengan tingginya tekanan darah tinggi
walaupun ibu hamil tersebut tidak memiliki riwayat hipertensi. Preeklampsia
biasanya disertai dengan gejala proteinuria (protein di dalam urin), dan
bengkak pada kaki dan tangan. Setidaknya preeklampsia dialami oleh 5 hingga
8 persen ibu hamil. Selain itu, diketahui bahwa lebih dari 500 juta perempuan
di seluruh dunia meninggal akibat komplikasi yang terjadi pada kehamilan.
Sekitar 10 hingga 15 persen dari angka kematian tersebut, diakibatkan oleh
preeklampsia yang dialami oleh ibu hamil.

4.2 Saran
1. Meningkatkan pengawasan pada ibu dengan preeklampsia.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada ibu
dengan preeklampsia.
3. Meningkatkan pelayanan pada ibu dengan preeklampsia.

17
DAFTAR PUSTAKA

18

You might also like